Anda di halaman 1dari 23

Fungsi Peraturan Perundang-undangan dan Asas-asas

Pembentukan Perundang-undangan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan
Tehnik Perancangan Undang-undang

Dosen Pengampu : Tri Minarti, M.H

Penyusun

Riska Nur Savira

(17.11.02.0016)

Prodi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah

Jurusan Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF SINTANG


(STAIMA) SINTANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Bismillahhirrohmannirrohiim.

Alhamdulillah, puji serta syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT, karna atas
segala limpahan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Sholawat teriring salam, selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW,
karna beliaulah kita bisa merasakan nikmatnya Islam seperti saat ini. Mudah-mudahan,
dihari kiamat nanti kita semua memperoleh safaatnya, dan diakui sebagai umatnya.
Aamiin.

Terima kasih saya ucapan kepada dosen pengampu mata kuliah Teori dan Tehnik
Perancangan Undang-undang, Ibu Tri Minarti, M.H karna atas segala bimbingan beliau
Saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Oleh karnanya, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harap dan nanti-nantikan, demi kebaikan dimasa mendatang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Sintang, 2 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6

A. Fungsi Peraturan Perundang-undangan .............................................................6


B. Asas-asas Pembentukan Perundang-undangan ..................................................14
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................22

DAFTAT PUSTAKA.....................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengawali pertemuan ke-6 pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diajak
mempelajari mengenai jenis, fungsi dan materi muatan dari peraturan
perundangundangan baik ditingkat pusat maupun daerah. Untuk mendapatkan peraturan
perundang-undangan yang baik melalui pembentukan peraturan perundangundangan
yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar, maka
diperlukan pula ketentuan yang pasti, baku, dan standar tentang jenis dan materi muatan
peraturan perundang-undangan. Menurut A. Hamid S. Attamimi pembentukan peraturan
peraturan perundang-undangan adalah pembentukan norma hukum yang berlaku keluar
dan mengikat secara umum yang dituangkan dalam jenis-jenis peraturan perundang-
undangan sesuai hierarkinya. Untuk dapat menuangkan norma hukum tersebut dalam
berbagai jenis peraturan perundang-undangan, penting memperhatikan materi
muatannya. Pentingnya pemahaman dan ketentuan tentang jenis, hierarki, dan materi
muatan peraturan perundang-undangan ditunjukkan pula dengan adanya salah satu asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yakni asas “kesesuaian antara
jenis, hierarki, dan materi muatan”.
Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”
adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Hal lainnya yang perlu untuk dipahami pula oleh mahasiswa
adalah terkait fungsi dari peraturan perundang-undangan. Secara umum, peraturan
perundang-undangan fungsinya adalah mengatur sesuatu materi tertentu untuk
memecahkan suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Selain fungsi umum tersebut,
setiap peraturan perundang-undangan juga memiliki fungsi khusus sesuai dengan jenis
peraturan perundang-undangan tersebut.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fungsi Peraturan Perundang-undangan ?
2. Bagaimana Asas-asas Pembentukan Perundang-undangan ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami bagaimana fungsi internal dan eksternal dari peraturan
Perundang-undangan.
2. Agar mahasiswa memahami Asa-asan apa saja yang ada dalam pembentukan
Perundang-undangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Peraturan Perundang-undangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Fungsi : 1. jabatan (pekerjaan) yg
dilakukan: 2.faal (kerja suatu bagian tubuh): 3 Mat besaran yg berhubungan, jika besaran
yg satu berubah, besaran yg lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5. Ling peran
sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sbg
subjek). Terkait peraturan perundang-undangan maka fungsi peraturan perundang-
undangan dapat diartikan sebagai kegunaan peraturan perundang-undangan secara umum
dan secara khusus sesuai dengan jenisnya. Atau dapat dikatakan bahwa peraturan
perundang-undangan adalah sebagai instrumen kebijakan (beleids instrument), yang
dikeluarkan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang yang memiliki kegunaan atau
fungsi-fungsi tertentu.

Ada perbedaan antara fungsi hukum dan fungsi peraturan perundangundangan.


Fungsi hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum, sedangkan fungsi
peraturan perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu sumber hukum, yaitu
peraturan perundang-undangan itu sendiri.

Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh Ismail Hasani dan Prof.
DR. A. Gani Abdullah, SH, mengemukakan bahwa peraturan perundang undangan
memiliki fungsi :

a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;


b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkunganya;
c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan antar kelompok
(mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok marginal);
d. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;
e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial, perluasan
akses dan redtribusi sumber daya,;dan
f. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector ekonomi.

6
Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan dapat dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.

1.Fungsi Internal.
Adalah fungsi peraturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum (hukum
perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum. Secara internal, peraturan
perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi pembaharuan
hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, dan fungsi kepastian hukum :
a. Penciptaan hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem kaidah hukum yang
berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui beberapa cara yaitu melalui putusan hakim
(yurisprudensi). Kebiasaan yang tumbuh sebagai praktek dalam kehidupan masyarakat
atau negara, dan peraturan perundang-undangan sebagai keputusan tertulis pejabat atau
lingkungan jabatan yang berwenang yang berlaku secara umum. Secara tidak langsung,
hukum dapat pula terbentuk melalui ajaran-ajaran hukum (doktrin) yang diterima dan
digunakan dalam pembentukan hukum.
Salah satu cara utama penciptaan hukum di Indonesia adalah melalui pembentukan
peraturan perundang-undangan. Atau dengan kata lain bahwa peraturan perundang-
undangan merupakan sendi utama sistem hukum nasional. Pemakaian peraturan
perundang-undangan sebagai sendi utama sistem hukum nasional karena:
1. Sistem hukum Indonesia – sebagai akibat sistem hukum Hindia Belandia lebih
menampakkan sistem hukum kontinental yang mengutamakan bentuk sistem hukum
tertulis (geschrevenrecht, written law).
2. Politik pembangunan hukum nasional mengutamakan penggunaan peraturan
perundang-undangan sebagai Instrumen utama. Bandingkan dengan hukum
yurisprudensi dan hukum kebiasaan. Hal ini antara lain karena pembangunan hukum
nasional yang menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai instrument
dapat disusun secara berencana (dapat direncanakan).
b. Fungsi Pembaharuan Hukum
Artinya bahwa peraturan perundang-undangan merupakan instrumen dalam
pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan dengan penggunaan hukum kebiasaan

7
atau hukum yurisprudensi. Telah dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-
undangan dapat direncanakan melalui program legislasi baik nasional maupun daerah,
sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncakan. Pembaharuan tidak hanya
dilakukan terhadap hukum yang sudah ada tetapi dapat juga pula dipergunakan sebagai
sarana memperbaharui yurisprudensi, Hukum kebiasaan atau hukum adat. Fungsi
pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan antara lain dalam rangka
mengganti peraturan perundang-undangan dari masa pemerintahan Hindia Belanda.
Termasuk pula adalah memperbaharui peraturan perundang-undangan yang dibuat
setelah kemerdekaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat.
Terhadap hukum kebiasaan atau hukum adat, peraturan perundangundangan
berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau hukum adat yang tidak sesuai dengan
kenyataan-kenyataan yang ada. Pemanfaatan peraturan perundang-undangan sebagai
instrumen pembaharuan hukum kebiasaan atau hukum adat sangat bermanfaat, karena
dalam hal-hal tertentu kedua hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid
terhadap perubahan.
c. Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum
Pada saat ini, di Indonesia masih berlaku berbagai sistem hukum, yaitu: sistem
hukum Eropa kontinental (Barat), sistem hukum adat, sistem hukum agama (khususnya
lslam) dan sistem hukum nasional”. Hal ini menunjukkan adanya pluralisme hukum di
Indonesia. Menurut Erman Raja gukguk bahwa kendala terberat adanya pluralisme
hukum adalah dalam mewujudkan kepastian hukum. Hukum di Indonesia menurut guru
besar tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor politik. Bahkan pemberantasan korupsi
sampai saat ini pun oleh Erman diakui sangat sulit karena dalam penegakannya banyak
mempertimbangkan faktor politik.
Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah dimaksudkan meniadakan
berbagai sistem hukum, terutama sistem hukum yang hidup sebagai satu kenyataan yang
dianut dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat. Pembangunan sistem hukum
nasional adalah dalam rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut
sehingga tersusun dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai

8
pluralisme kaidah hukum sepenuhnya bergantung pada kebutuhan hukum masyarakat.
Kaidah hukum dapat berbeda antara berbagai kelompok masyarakat, tergantung pada
keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian fungsi
peraturan perundang-undangan adalah mengintegrasikan berbagai (pluralisme)
peraturan yang ada. Pemahaman akan pluralisme hukum menurut The Commission on
Folk Law and Legal Pluralism Prof. Anne Griffith perlu diberikan kepada pengambil
kebijakan, ahli hukum, antopolog, sosiolog dan ilmuwan sosial lainnya.
d. Fungsi kepastian hukum
Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) adalah merupakan asas penting
dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan penegakan hukum (hendhaving,
uitvoering). Adanya peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian
hukum yang lebih tinggi daripada pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum
yurisprudensi. Namun, perlu diketahui, kepastian hukum peraturan perundang-
undangan tidak semata-mata diletakkan pada bentuknya yang tertulis (geschreven,
written) yakni selain harus memenuhi syarat-syarat formal, juga harus memenuhi
syarat-syarat lain, yaitu: Jelas dalam perumusannya (unambiguous), Konsisten dalam
perumusannya baik secara intern maupun ekstern. Konsisten secara intern mengandung
makna bahwa dalam peraturan perundang-undangan yang sama harus terpelihara
hubungan sietematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan susunan dan bahasa. Konsisten
secara eketern, adalah adanya hubungan “harmonisasi” antara berbagai peraturan
perundang-undangan.
Selain itu adalah memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dan mudah
dimengerti. Bahasa peraturan perundang-undangan haruslah bahasa yang umum
dipergunakan masyarakat. Tetapi ini tidak berarti bahasa hukum tidak penting. Bahasa
hukum –baik dalam arti struktur, peristilahan, atau cara penulisan tertentu harus
dipergunakan secara ajeg karena merupakan bagian dan upaya menjamin kepastian
hukum Melupakan syarat-syarat di atas, peraturan perundang-undangan mungkin
menjadi lebih tidak pasti dibandingkan dengan hukum kebiasaan, hukum adat, atau
hukum yurisprudensi.

9
2. Fungsi Eksternal
Adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan tempat berlakunya.
Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum, yang meliputi fungsi
perubahan, fungsi stabilisasi, fungsi kemudahan. Dengan demikian, fungsi ini dapat
juga berlaku pada hukum-hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih diperankan oleh peraturan perundang-
undangan, karena berbagai pertimbangan yang sudah disebutkan di muka. Fungsi sosial
ini dapat dibedakan:
a. Fungsi perubahan, yaitu fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan (law as social
engineering). Peraturan perundang-undangan diciptakan atau dibentuk untuk
mendorong perubahan masyarakat di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya.
Masyarakat “patrilineal” atau “matrilineal” dapat didorong menuju masyarakat
“parental” melalui peraturan perundang-undangan perkawinan.
b. Fungsi stabilisasi, Peraturan perundang-undangan dapat pula berfungsi sebagai
stabilisasi. Peraturan perundang-undangan di bidang pidana, di bidang ketertiban dan
keamanan adalah kaidah-kaidah yang terutama bertujuan menjamin stabilitas
masyarakat. Kaidah stabilitas dapat pula mencakup kegiatan ekonomi, seperti
pengaturan kerja, pengaturan tata cara perniagaan dan lainlain. Demikian pula di
lapangan pengawasan terhadap budaya luar, dapat pula berfungsi menstabilkan
sistem soeial budaya yang telah ada.
c. Fungsi kemudahan, Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan
sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas). Peraturan perundang-
undangan yang berisi ketentuan insentif seperti keringanan pajak, penundaan
pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara perizinan, struktur permodalan dalam
penanaman modal merupakan kaidahkaidah kemudahan. Namun perlu diperhatikan,
tidak selamanya, peraturan kemudahan akan serta merta membuahkan tujuan
pemberian kemudahan.
Dalam penanaman modal misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti disebutkan
di atas diperlukan juga persyaratan lain seperti stabilitas politik, sarana dan prasarana
ekonomi, ketenagakerjaan, dan lain sebagainya. Selain fungsi-fungsi tersebut, terkait
dengan adanya beberapa jenis peraturan perundang-undangan, maka masing-masing

10
peraturan peraturan perundang-undangan tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu.
Secara khusus fungsi peraturan perundang-undangan dirinci sebagai berikut yakni:
1. Fungsi UUD Tahun 1945.
Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-
norma dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat . UUD adalah merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum tertulis dan memiliki
kedudukan yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundang-undangan sebagaimana
yang ditetukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011. Artinya bahwa setiap
produk hukum dibawahnya seperti Tap MPR, undangundang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, Perda ataupun setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggiyakni UUD Tahun 1945.
Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945 mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945 mengontrol apakah peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana
kekuasaan negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga
berfungsi sebagai penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan
warga negara.
2. Fungsi Ketetapan MPR
fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum yang ada
di bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan
Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7
Agustus 2003.

11
3.Fungsi Undang-Undang dan Perpu
Ada beberapa Fungsi Undang-Undang yaitu:
1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-
tegas menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada dasarnya
sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada
Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR dalam
keadaan normal sedangkan PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah
Undang-undang dibuat dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang
memaksa.
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
4. Fungsi Peraturan Pemerintah
Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi PP
adalah :
1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas
menyebutnya;
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undangundang yang
mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.
5. Fungsi Perpres
Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :
1. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);

12
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
yang tegas-tegas menyebutnya;
3. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.
4. Fungsi Peraturan Daerah
Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi Peraturan Daerah
adalah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan
menjabarkan lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 236 ayat (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintah
Daerah (sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki
Peraturan Perundang-undangan.
Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman
daerah serta penyalur aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap
dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.sebagai alat
pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah. Sedangkan menurut Kepala
pusat penyuluhan hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional, Peraturan Daerah
mempunyai berbagai fungsi yaitu :
a) sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas
pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan
Daerah.
b) merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki
Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
c) sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi
masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara

13
kesatuan Republik indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945.
d) sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

B. Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan


Asas-asas Peraturan Perundang-undangan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian yakni:
1. Asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang- undangan, dan

2. Asas-asas dalam materi muatan Peraturan Perundang-undangan.

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas


pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
1. kejelasan tujuan;

2. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

3. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

4. dapat dilaksanakan;

5. kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan

6. keterbukaan.
Yang dimaksud dengan asas kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai. Yang dimaksud dengan asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang.
Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, bila
dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang. Yang dimaksud dengan asas
kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam pembenetukan Peraturan
Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat

14
dengan jenis peraturan peerundang-undangan. Yang dimaksud dengan asas dapat
dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secarra filosofis, yuridis mauupun sosiologis.
Asas kedayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Asas kejelasan rumusan
adalah bahwa setiiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan
teknis penyusunan peraturan perundang-uundangan, sistematika dan pilihan kata atau
termonologi, serta bahasa hukuumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. Asas keterbukaan
adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturran perundang-undangan mulai dari
perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perrundang-
undangan.
Materi muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas sebagai berikut:
1. Pengayoman;

2. kemanusiaan;

3. kebangsaan;

4. kekeluargaan;

5. kenusantaraan;

6. bhineka tunggal ika;

7. keadilan;

8. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

15
9. ketertiban dan kepastian hukum; dan atau

10. keseimbangan , keserasian, dan keselarasan.

Asas pengayoman adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus


berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman
masyarakat. Asas kemanuusiaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia seerta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia
secara proporsional.
Asas kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan
harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan)
dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. Asas kekeluargaan
adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-uundangan harus
menceerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan
keeputusan.
Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan
pemerintahan adalah materi muatan peeraturan perundang-undangan tidak boleh berisi
hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang antara lain agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial. Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah
bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat menimbulkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. Asas
keseimbangan, keserasian dan keselarasan adalah bahwa materi muatan setiap peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
antara kepentingan individu dan masyarakat degan kepentingan dan negara.
Asas sesuai dengan bidang hukum masing-masing antara lain:
1. dalam hukum pidana misalnya asas legalitas, asas tiada hukum tanpa kesalahan, asas
pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
2. dalam hukum perrdata misalnya dalam hukum perjanjian antara lain asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

16
Peraturan Perundang-undangan merupakan hasil karya atau produk hukum dari
Lembaga dan atau Pejabat Negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif
sesuai dengan tata cara yang berlaku. Moh. Mahfud MD membedakan secara tajam
karakter produk hukum antara produk hukum yang responsive/populistik dengan produk
hukum konserfatif/ortodoks/elitis, bahwa:
Produk hukum responsive/populistik adalah produk hukum yang mencerminkan rasa
keadilan dan memenuhi harapan mayarakat. Dalam proses pembuatannya memberikan
peranan besar dan partisipasi penuh kelompk-kelompok sosial atau individu di dalam
masyarakat. Hasilnya bersifat responsive terhadap tuntutan-tuntutan kelompok sosial
atau individu dalam masyarakat.
Materi muatan yang harus diatur dengan UUD meliputi:
1. hak asasi manusia,

2. hak dan kewajiban warga negara,

3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuuasaan negara,

4. wilayah negara dan pembagian daerah,

5. kewarganegaraan dan kependudukan,

6. keuangan negara
Materi yang diatur oleh UU berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut ketentuuan
UUD, dan berisi ketentuan yang diperintahkan oleh suatu UU untuk diatur dengan UU.
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama degan materi
muatan UU. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya. Yang dimaksud dengan sebagimana mestinya adalah materi
muatan yang diatur dalam Peraturan pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi
yang diatur dalam UU yang bersangkutan.
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh UU atau
materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Sesuai dengan kedudukan Presiden
menurut UUD 1945, Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden

17
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1)
UUD 1945. Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan lebih
lanjut perintah UU atau PP baik secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan
pembentukannya.
Materi muatan Peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi
khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. Materi muatan peraturan Desa/yang setingkat adalah seluruh materi dalam
rangka penyelenggaraan urrusan desa atau yang setingkat serta pejabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Produk hukum konservatif/ortodoks/elitis adalah produk hukum yang isinya lebih
mencerminkan visi sosial elit politik, lebih mencerminkan keinginan pemerintah,
bersifat positivis-instrumentalis, yakni menjadi alat pelaksana ideology dan program
negara. Berlawanan dengan hukum responsive, hukum ortodoks lebih tertutup terhadap
tuntutan-tuntutan kelompok maupun individu-individu di dalam masyarakat. Dalam
pembuatannya peranan dn partisipasi masyarakat relatif kecil. Untuk mengkualifikasi
apakah suatu produk hukum responsive atau konserfatif, indicator yang dipakai adalah
proses pembuatan hukum, sifat fungsi hukum, dan kemungkinan penafsiran atas sebuah
produk hukum.
Produk hukum yang berkarakter responsive, proses pembuatannya bersifat
parisipatif, yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat melalui
kelompok-kelompok sosial dan individu di dalam masyarakat. Sedangkan proses
pembuaan hukum yang berkarakter ortodoks bersifat sentralistik dalam arti lebih
didominasi oleh lembaga negara terutama pemegang kekuasaan eksekutif.
Dilihat dari fungsinya maka hukum yang berkarakter responsive bersifat aspiratif.
Arinya memuat materi-materi yang secara umum sesuai dngan aspirasi atau kehendak
masyarakat yang dilayaninya. Sehingga produk hukum itu dapat dipandang sebagai
kristalisasi dari kehendak masyarakat. Sedangkan hukum yang berkarakter ortodoks
bersifat positivis-instrumentalis. Artinya memuat materi yang lebih merefleksikan visi
sosial dan politik pemegang kekuasaan atau memuat materi yang lebih merupakan alat
untuk mewujudkan kehendak dan kepentingan program pemerintah.

18
Jika dilihat dari segi penafsiran maka produk hukum yang berkarakter
responsif/populistik biasanya memberi sedikit peluang bagi pemerintah untuk membuat
penafsiran sendiri melalui berbagai peraturan pelaksanaan dan peluang yang sempit
itupun hanya berlaku untuk hal-hal yang betul-betul bersifat teknis. Sedangkan produk
hukum yang berkarakter ortodoks/ konserfatif/ elitis memberi peluang luas kepada
pemerintah untuk membuat berbagai interpretasi dengan berbagai peraturan lanjutan
yang berdasarkan visi sepihak dari pemerintah dan tidak sekedar masalah teknis. Oleh
sebab itu, produk hukum yang berkarakter responsive biasanya memuat hal-hal penting
secara cukup rinci sehingga sulit bagi pemerintah untuk membuat penafsiran sendiri.
Sedangkan produk hukum yang berkarakter ortodoks biasanya cenderung memuat
materi singkat dan pokok-pokoknya saja untuk kemudian memberi peluang yang luas
bagi pemerintah untuk mengatur berdasarkan visi dan kekuatan politiknya” Menurut
Bagir Manan, suatu Peraturan Perundang-undangan yang baik setidaknya didasari pada
3 (tiga) hal, yakni :
1. Dasar Yuridis (juridishe gelding), yakni pertama, keharusan adanya kewenangan dari
pembuat Peraturan Perundang-undangan. Setiap Peraturan Perundang-undangan
harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang. Kalau tidak, Peraturan
Perundang-undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig). Dianggap tidak
pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum. Misalny, undang-undang dalam
arti formal (wet in formelezin) dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Setiap
undang-undang yang tidak merupakan produk besama antara Presiden dan DPR
adalah batal demi hukum. Begitu pula Keputusan Menteri, Peraturan Daserhdan
sebagainya harus pula menunjukkan kewenangan pembuatnya. Kedua, keharusan
adanya kesesuaian bentuk atau jenis Peraturan Perundang-undangan dengan materi
yang diatur, terutama kalau diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan
tingkat lebih tinggi atau sederajat. Ketidak sesuaian bentuk ini dapat menjadi alasan
untuk membatalkan Peraturan Perundang-undangan tersebut. Misalnya kalau UUD
1945 atau undang-undang terdahulu menyatakan bahwa sesuatu diatur dengan
undang-undang, maka hanya dalam bentuk undang-undan ha itu diatur. Kalau diatur
dalam bentuk lain misalnya Keputusan Presiden, maka Keputusan Presiden tersebut
dapat dibatalkan (vernietigbaar). Ketiga, keharusan mengikuti tata cara tertentu.

19
Apabila tata cara tersebut tidak diikuti, Peraturan Perundang-undangan mungkin
batal demi hukum atau tidak/belum mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Peraturan Daerah dibuat oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Kalau ada
Peraturan Daerah tanpa (mencantumkan) persetujuan DPRD maka batal demi
hukum. Dalam undang-undang tentang pengundangan (pengumuman) bahwa setiap
undang-undang harus diundangkan dalam Lembaran Negara sebagai satu-satunya
cara untuk mempunyai kekuatan mengikat. Selama pengundangan belum dilakukan,
maka undang-undang tersebut belum mengikat. Keempat, keharusan tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Suatu undang-undang tidak boleh mengandung kaidah yang bertentangan dengan
UUD. Demikian pula seterusnya sampai pada peraturan perndang-undangan tingkat
lebih bawah.
2. Dasar Sosiologis (sociologische gelding), yakni mencerminkan kenyataan yang hidup
dalam masyarakat. Dalam satu masyarakat industri, hukumnya (baca: Peraturan
Perundang-undangannya) harus sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam
masyarakat industri tersebut. Kenyataan itu dapat berupa kebutuhan atau tuntutan
atau masalah-masalah yang dihadapi seperti masalah perburuhan, hubungan majikan-
buruh, dan lain sebagainya.
3. Dasar Filosofis, bahwa setiap masyarakat selalu mempunyai ciata hukum (rechtsidee)
yaitu apa yang mereka harapkan dari hukum (baca: Peraturan Perundang-undangan),
misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya.
Rechtidee tersebut tumbuh dari sistem nilai mereka mengenai baik dan buruk,
pandangan mereka mengenai hubungan individual dan kemasyarakatan, tentang
kebendaan, tentang kedudukan wanita, tentang dunia gaib dan lain sebagainya
Semuanya ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti atau
hakekat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan sistem nilai tersebut baik sebagai
sarana yan melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana mewujudkannya dalam
tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat,
sehingga setiap pembentukan hukum atau Peraturan Perundang-undangan harus
dapat menangkapnya setiap kali akan membentuk hukum atau Peraturan Perundang-
undangan. Tetapi ada kalanya sistem nilai tersebut telah terangkum secara sistematik

20
dalam satu rangkuman baik berupa teori-teori filsafat maupun dalam doktrin-doktrin
filsafat resmi seperti Pancasila. Dengan demikian, setiap pembentukan hukum atau
Peraturan Perundang-undangan sudah semestinya memperhatikan sungguh-sungguh
rechtsidee yang terkandung dalam Pancasila.

21
BAB III
KESIMPULAN
1. Peraturan perundang undangan dapat pula dipergunakan sebagai sarana mengatur
berbagai kemudahan (fasilitas). Peraturan perundang undangan yang berisi ketentuan
insentif seperti keringanan pajak, penundaan pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara
perizinan, struktur permodalan dalam penanaman modal merupakan kaidah-kaidah
kemudahan. Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya, peraturan kemudahan akan
serta merta membuahkan tujuan pemberian kemudahan. Dalam penanaman modal
misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti disebutkan diatas diperlukan juga
persyaratan lain seperti stabilitas politik,sarana dan prasarana ekonomi, ketenaga
kerjaan,dan lain sebagainya. Pluralisme hukum harus dibedakan antara pluralisme
sistem hukum dan pluralisme kaidah hukum. DiIndonesiater dapat pluralisme baik pada
sistem hukum maupun kaidah hukum. Pluralismesistem hukum karena berlaku sistem
hukum Barat, sistem hukum adat dan lain sebagainya. Pluralisme kaidah hukum
misalnya ada perbedaan hukum yang berlaku untuk Jawa dan Madura dan Luar Jawa-
Madura. Pluralisme kaidah hukum dapat terjadi dalam satu sistem hukum, karena
kebutuhan tertentu.
2. asas pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang baik dirumuskan juga dalam
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang
Undangan khususnya Pasa l5 dan Pasal 6 yang meliputi kejelasan tujuan, kelembagaan
atau organ pembentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan keterbukaan.
Dalam Pasal 6 (1) meliputi pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,
kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan
atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

22
DAFTAR PUSTAKA
http://masalahhukum.wordpress.com/2013/09/27/Fungsi-peraturan-perundang-
undangan/Asas-asas-pembuatan-peraturan-perundang-undangan

23

Anda mungkin juga menyukai