Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Tinjauan mengenai ketentuan dalam Pemindahan Narapidana ke Rutan Balige

DOSEN PENGAMPU
Achmad Sudrajat, S.H., M.Pub.(Admin).Pol

DISUSUN OLEH:
Febrianto Parhusip

UNIVERSITAS TERBUKA FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK BIDANG MINAT ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. Kegiatan perkuliahan yang telah dilaksanakan
mulai pada tanggal 28 Maret 2022 s.d 03 Juni 2022 telah selesai dilaksanakan dengan baik
tanpa ada kendala apapun.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Tutorial Tatap Muka (TTM) 3 (tiga),
pada mata kuliah Sistem Hukum Indonesia, Universitas Terbuka. Selain itu, penulisan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami, menganalisis, dan
mencermati terkait permasalahan dalam lingkungan kerja serta mengetahui upaya hukum
yang dapat dilaksanakan apabila terjadi masalah yang sama.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang berperan dalam memberikan
bimbingan, dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan makalah tugas
perkuliahan ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Achmad Sudrajat, SH., M.Pub. (Pol), selaku dosen pengampu dalam mata kuliah
Sistem Hukum Indonesia yang telah memperkenankan dalam penulisan makalah
dengan tujuan akademis
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa agar penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
3. Seluruh teman-teman PIK angk. XIV sebagai rekan dalam berdiskusi dan saling
memberikan semangat dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan tentu masih memiliki
kekurangan baik dalam materi serta teknik penulisan. Sehingga penulisan sangat
mengahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar penulisan di masa yang akan
datang dapat lebih baik lagi.

Jakarta, 19 Mei 2022


Penulis
TTD.
Febrianto Parhusip
NIM. 042917584

ii
DAFTAR ISI
Halaman Cover ........................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 2
1.3. Manfaat ................................................................................................................... 2
1.4. Tempat dan Waktu ................................................................................................. 2
1.5. Metode Penulisan ................................................................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Dasar Peraturan/ Regulasi ........................................................................................... 4
2.2. Kajian Teoritis............................................................................................................... 4

BAB III PROFIL INSTANSI ............................................................................................. 13


3.1 Sejarah .................................................................................................................... 13
3.2 Visi & Misi ............................................................................................................... 13
3.3 Struktur Organisasi ................................................................................................. 14

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Permasalahan............................................................................................................... 15
4.2. Analisis Permasalahan ................................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 16
5.1. Kesimpulan................................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... v
LAMPIRAN.................................................................................................................. vi

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi............................................................................................ 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata kuliah Sistem Hukum Indonesia merupakan suatu pengajaran dasar bagi
mahasiswa dalam memahami hukum yang berlaku di Indonesia (hukum positif). Mata
kuliah Sistem Hukum Indonesia adalah merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
diikuti oleh mahasiswa PIK BKN. Mata kuliah Sistem Hukum Indonesia adalah mata
kuliah pokok yang menjadi pembelajaran bagi mahasiswa semester 3 (tiga) pada
Universitas Terbuka sebagai salah satu syarat kelulusan.
Dalam memberikan pengetahuan yang luas, pada mata kuliah Sistem Hukum
Indonesia memberikan kajian-kajian yang luas dan mendalam tentang pengertian
hukum, jenis-jenis hukum, hingga pada istilah-istilah yang ada pada hukum itu sendiri.
Pada modul 1 Sistem Hukum Indonesia, akan membahas tentang konsep dan
pengertian nomenklatur Sistem Hukum Indonesia. Dalam modul 1 tentang Sistem
Hukum Nasional juga memiliki cakupan tentang sub sistem hukum-hukum di
Indonesia yaitu Sub sistem Hukum Adat, Sub sistem Hukum Islam, Sub Sistem Hukum
Barat dan Sub Sistem Hukum Nasional. Selanjutnya pada modul 2 akan membahas
secara luas mengenai sub sistem pada modul 1 yakni pada pokok pembahasan Sistem
Hukum Adat. Selanjutnya, pada modul 3 akan membahas mengenai sub sistem pada
modul 1 juga yakni Sistem Hukum Islam.
Dalam memasuki modul-modul selanjutnya akan memfokuskan pembahasan
mengenai sub sistem Hukum Nasional yang saling bermetamorfosis dengan sub sistem
Hukum Barat. Pada modul 4 akan membahas terkait Hukum Tata Negara. Selanjutnya
pada modul 5 akan membahas mengenai Hukum Perdata, modul 6 akan membahas
tentang Hukum Administrasi Negara, modul 7 tentang Hukum Pidana, modul 8
tentang Hukum Acara, dan modul 9 adalah tentang Hukum Internasional.
Sejalan dengan kajian-kajian dalam tiap-tiap modul, penelitian ini akan fokus
dalam membahas terkait pelaksanaan hukum administrasi negara yakni pada modul
6. Hukum Administrasi Negara sangat erat kaitannya hukum tata pemerintahan.
Hukum administrasi akan secara luas membahas terkait bagaimana pejabat
pemerintah menjalankan kewenangannya seperti halnya perbuatan-perbuatan dalam
pemerintahan, selain itu dalam hukum administrasi negara akan mengatur bagaimana
hubungan hukum-hukum yang dijalankan oleh pemerintah.
Pada implementasinya, sering terdapat penyelewengan- penyelewengan yang
terkait dalam pemerintahan. Dalam hal ini penyelewengan pemerintahan adalah
berupa perilaku atau perbuatan hukum, melampaui wewenang, menggunakan
wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk
juga kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/ atau inmateriil bagi
masyarakat dan perorangan sebagai pengguna layanan pemerintahan. Keseluruhan
hal ini biasa dinamakan dengan maladministrasi.
Pada dewasa ini, maladministrasi salah satu momok yang sulit untuk
dikendalikan dan sulit untuk diidentifikasi dalam pemerintahan akibat kurangnya

1
pengawasan yang melekat. Seperti yang sering terjadi adalah salah satunya adalah
ketidaksesuaian dengan prosedur yang ditetapkan dan tidak mematuhi ketentuan
perundang-undangan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas terkait
mekanisme penyelesaian dan penegakan aturan yang seharusnya dilaksanakan dalam
hal maladministrasi yang terjadi di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Rutan Balige. Adapun
judul pembahasan yakni “Tinjauan mengenai ketentuan dalam Pemindahan
Narapidana ke Rutan Balige”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan rumusan masalah pada penulisan
laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana seharusnya ketentuan-ketentuan terkait pemindahan narapidana ke
dalam Rutan Balige?

1.3. Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan yang tepat mengenai pemindahan
narapidana/ tahanan dalam Lapas/ Rutan

1.4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengetahui secara mendalam terkait bentuk-bentuk
maladministrasi yang terjadi pada UPT Rutan Balige
2. Mahasiswa dapat menguraikan secara jelas mengenai ketentuan-ketentuan
yang mendalam pada administrasi Rutan Balige
3. Mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menganalisis serta memberikan saran
terkait penyelesaian dalam maladministrasi
b. Bagi UPT Rutan Balige
1. Laporan ini akan menimbulkan saran dan kritik dalam penyelenggaraan
administrasi Rutan Balige sehingga dapat membantu dalam penyelesaian
masalah
2. Sebagai referensi dalam penegakan maladministrasi sehingga dapat
memberikan dampak positif terhadap organisasi
c. Bagi Universitas Terbuka
1. Sebagai sarana transfer pengetahuan kepada mahasiswa Universitas Terbuka
2. Sebagai sarana dalam menjaring ide, inovasi, dan pemikiran kritis mahasiswa
sehingga bisa menjadi acuan dalam pengembangan materi-materi
pembelajaran pada Universitas Terbuka

1.5. Tempat dan Waktu


Lokasi pengamatan dilaksanakan pada Rutan Kelas II Balige yang beralamat di Jl.
Siliwangi No.17, Rutan Balige, Kecamatan Rutan Balige, Kabupaten Toba Provinsi
Sumatera Utara. Dengan waktu pengamatan dilaksanakan pada 17 Mei 2022.

2
1.6. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif
kualitatif, yakni menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi dan situasi dari
berbagai data yang telah dikumpulkan. Penulis melakukan tinjauan terhadap
peraturan terkait pemasyarakatan.
Dalam penulisan ini, penulis melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder
dengan metode:
1. Metode Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara virtual dengan mengamati data pemindahan
Narapidana ke Rutan Balige.
2. Metode Studi Kepustakaan
Dalam hal melakukan pengumpulan data dan informasi dalam bidang
penulisan, penulis menggunakan menggunakan sumber berupa buku,
petunjuk teknis (juknis), peraturan, jurnal, dll sebagai acuan dalam menyusun
laporan

1.7. Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing berisikan hal
sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Pada Bab I berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, tempat
dan waktu pelaksanaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan dalam
laporan ini.
2. BAB II Landasan Teori
Pada Bab II berisikan tentang dasar peraturan/ regulasi serta kajian teoritis yang
digunakan dalam pembahasan laporan penulisan
3. BAB III Profil Instansi
Pada Bab III berisikan sejarah, visi misi, serta struktur organisasi dari Rutan Balige
selaku tempat dilaksanakan pengamatan masalah
4. BAB IV Pembahasan
Pada Bab IV menyajikan terkait pengidentifikasian masalah dan analisis masalah.
5. BAB V Penutup
Pada Bab V berisikan terkait kesimpulan tentang masalah dan juga saran terhadap
penyelenggaraan administrasi pemerintahan ke arah yang lebih baik.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Dasar Peraturan/ Regulasi


1. Undang-Undang (UU) No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
2. Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

2.2. Kajian Teoritis


1. Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi adalah merupakan salah satu hukum yang
memiliki kaitan erat dengan Hukum Tata Negara. Sebagai suatu
hubungan yang erat, hukum Administrasi
Negara adalah merupakan gabungan-gabungan ketentuan yang
mengikat badan-badan serta wewenangnya atas pemberian Hukum
Tata Negara.
Menurut para ahli dalam buku Deliarnoor, Nandang Alamsyah,
terdapat beberapa pengertian mengenai Hukum Administrasi Negara,
yakni:
1) Utrecht
Hukum Administrasi Negara adalah (hukum pemerintahan)
yang menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk
meyakinkan para pejabat (ambdragers) melakukan tugas
mereka yang khusus.
2) De La Bassecour Caan
Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-
peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi
(beraksi). Dengan demikian peraturan-peraturan itu mengatur
hubungan-hubungan antara tiap warga negara dengan
pemerintahannya.
3) Van Vollenhoven
Hukum tata negara merupakan kelanjutan dari hukum tata
negara, artinya hukum tata negara memberikan wewenang
pada masing-masing lembaga negara/ badan yang kemudian
masing lembaga negara/ badan tersebut akan melakukan
berbagai kegiatan/ aktivitas. Seluruh kegiatan yang dimaksud
berupa membuat peraturan dan menyelesaikan suatu peristiwa
yang terjadi berdasarkan ketetapan peraturan untuk

4
menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat atas perbuatan
tersebut. Hal ini ditujukan untuk mencapai kesejahteraan
(bestuur zorg) sebagai tugas pokok administrasi negara
4) Van Apeldoorn
Hukum administrasi negara adalah keseluruhan aturan yang
hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan yang
diserahi suatu tugas pemerintahan dalam rangka melakukan
pemerintahan itu.
5) Soehino
Hukum administrasi negara/ hukum tata pemerintahan adalah
keseluruhan aturan-aturan hukum yang mengatur tata cara
bagaimana alat-alat perlengkapan administrasi negara itu
melakukan fungsinya atau tugasnya.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa hukum administrasi adalah hukum
yang mengatur bagaimana suatu negara bergerak atau berproses.
Suatu hukum administrasi membicarakan tentang bagaimana tindakan
atau perbuatan pemerintah dalam menjalankan kewenangannya.
Selain itu, hukum administrasi negara juga mengatur bagaimana
hubungan antara pemerintah dengan warganya.
Secara lebih sempit, dalam hukum administrasi negara membahas
mengenai lembaga-lembaga yang menjalankan pemerintahan, baik
yang berada di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Lembaga-
lembaga yang dimaksud tidak hanya bergerak di bidang pemerintahan
akan tetapi terdapat juga perusahaan-perusahaan negara yang
menjalankan proses administrasi dalam pelayanan publik.
2. Pemasyarakatan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Pemasyarakatan adalah kegiatan
melakukan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan
pidana. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan bertujuan untuk
membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan,
dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.
Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas:
a) Pengayoman
b) Persamaan perlakuan dan pelayanan
c) Pendidikan

5
d) Pembimbingan
e) Penghormatan harkat dan martabat manusia
f) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
g) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu.
Dalam bidang pemasyarakatan, dikenal juga istilah-istilah terkait
yakni:
1. Warga Binaan Pemasyarakatan atau yang disingkat WBP adalah
Narapidana, Anak didik pemasyarakatan, dan Klien
Pemasyarakatan.
2. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik
pemasyarakatan
3. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut RUTAN adalah
tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
4. Balai Pemasyarakatan atau yang disingkat BAPAS adalah
merupakan pranata untuk melaksanakan bimbingan klien
Pemasyarakatan
5. Petugas Pemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak
Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan,
pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
6. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lapas
7. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang masih dalam
proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang
8. Anak Didik Pemasyarakatan adalah:
a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama
sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan
ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18
(delapan belas) tahun;
c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau
walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di
LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)
tahun.
9. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah
seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS
10. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

6
3. Maladministrasi
Secara sempit, maladministrasi diartikan adalah salah satu bentuk
perbuatan pemerintah yang menyeleweng atau tidak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Dalam pengertian luas,
maladministrasi adalah suatu perilaku atau perbuatan melawan
hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan
lain dari yang menjadi wewenang tersebut. Adapun yang termasuk
dalam hal tersebut adalah kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan public yang dilakukan oleh
penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian
materill dan/ atau inmaterill bagi masyarakat dan orang perseorangan.
Pada hakikatnya suatu tindakan maladministrasi dinyatakan yakni
apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tindakan tersebut menunjukkan perilaku atau perbuatan melawan
hukum
b. Tindakan tersebut melampaui wewenang
c. Tindakan yang menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari
yang menjadi wewenang tersebut
d. Tindakan yang melalaikan atau mengabaikan kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan public
e. Tindakan tersebut dilakukan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan
f. Tindakan tersebut menimbulkan kerugian materiil dan atau
inmateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.
Dalam hal tindakan-tindakan yang dimaksud dalam suatu
maladministrasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai hal yakni:
a. Penundaan berlarut
Dalam penundaan berlarut dimaksudkan adalah menunda atau
mengulur-ulur waktu dengan alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga proses administrasi yang sedang
dikerjakan menjadi tidak tepat waktu sebagaimana ditentukan
(secara patut) dan mengakibatkan tidak adanya kepastian dalam
pemberian pelayanan umum.
b. Tidak menangani
Dalan tindakan tidak menangani diartikan adalah sama sekali tidak
melakukan tindakan yang semestinya wajib dilakukan (menjadi
kewajibannya) dalam rangka memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat.
c. Persekongkolan
Dalam persekongkolan adalah merupakan tindakan kerjasama
diantara pejabat publik yang sepakat dan bersekutu untuk
melakukan tindakan kejahatan, kecurangan, melawan hukum
dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

7
d. Pemalsuan
Dalam pemalsuan diartikan sebagai tindakan meniru suatu hal
secara tidak sah atau melawan hukum untuk kepentingan
menguntungkan diri sendiri, orang lain dan/ atau kelompok.
e. Diluar Kompetensi
Diluar kompetensi diartikan adalah memutuskan suatu tindakan
atau keputusan yang sama sekali bukan menjadi kewenangannya.
f. Tidak Kompeten
Dalam hal tidak kompeten diartikan sebagai ketidakmampuan atau
tidak cakap dalam memutuskan sesuatu.
g. Penyalahgunaan Wewenang
Dalam penyalahgunaan wewenang dimaksudkan adalah
menggunakan wewenang (hak dan kekuasaan untuk bertindak)
untuk keperluan yang tidak sepatutnya.
h. Bertindak sewenang-wenang
Dalam bertindak sewenang-wenang dimaksudkan adalah tindakan
menggunakan wewenang (hak kekuasaan untuk bertindak)
melebihi apa yang sepatutnya dilakukan sehingga tindakan
dimaksud bertentangan dengan ketentuan.
i. Permintaan imbalan uang/ barang
Dalam permintaan imbalan uang/ barang adalah suatu tindakan
meminta imbalan uang/ barang atau mematok harga atas
pekerjaan yang sebenarnya adalah merupakan tugasnya.
j. Korupsi
Dalam hal korupsi diartikan adalah menggelapkan uang negara,
perusahaan (negara), dan sebagainya untuk kepentingan pribadi
atau orang lain.
k. Kolusi dan Nepotisme
Dalam kolusi dan nepotisme adalah tindakan yang mengutamakan
sanak family tanpa kriteria objektif dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan (tidak akuntabel), baik dalam memperoleh
pelayanan umum atau untuk mendapatkan suatu posisi atau
jabatan dalam lingkungan pemerintahan.
l. Penyimpangan Prosedur
Dalam penyimpangan prosedur diartikan adalah tidak mematuhi
tahapan kegiatan yang telah ditentukan secara patut.
m. Melalaikan Kewajiban
Dalam melalaikan kewajiban adalah merupakan tindakan yang
mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana
mestinya.
n. Bertindak tidak layak
Dalam bertindak tidak layak adalah melakukan sesuatu hal yang
tidak wajar, tidak patut, dan tidak pantas sehingga masyarakat
tidak mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya.

8
o. Penggelapan Barang Bukti
Dalam penggelapan barang bukti adalah diartikan menghilangkan
suatu barang bukti atas suatu kejadian sehingga sulit untuk
mengidentifikasi kebenaran suatu peristiwa.
p. Penguasaan Tanpa Hak
Dalam penguasaan tanpa hak diartikan yakni memiliki segala
sesuatu tidak atas hak milik pribadi akan tetapi memonopoli hak
orang lain demi kepentingan dan keuntungan diri sendiri atau
perorangan.
q. Bertindak Tidak Adil
Dalam bertindak tidak adil adalah merupakn tindakan memihak,
melebihi atau mengurangi dari yang sewajarnya.
r. Intervensi
Dalam intervensi adalah melakukan kegiatan campur tangan
terhadap kegiatan yang bukan menjadi tugas atau wewenangnya.
s. Nyata-nyata Berpihak
Dalam keadaaan nyata-nyata berpihak adalah diartikan bertindak
berat sebelah dan lebih mementingkan salah satu pihak tanpa
memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku.
t. Pelanggaran Undang-Undang
Dalam pelanggaran undang-undang dimaksudkan adalah suatu
tindakan yang menyalahi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
u. Perbuatan Melawan Hukum
Dalam kegiatan melawan hukum diartikan sebagai kegiatan atau
perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan
melakukan tindakan kejahatan sesuai hukum sehingga
menimbulkan tindakan pidana.
Sebagai upaya-upaya dalam kegiatan maladministrasi, terhadap
pejabat publik yang melakukan tindakan maladministrasi pada
hakikatnya dapat dilakukan hal berikut yakni:
a. Dikenakan tindakan penegakan disiplin dan diberikan sanksi
administrasi atau hukuman disiplin
b. Dapat diajukan ke pengadilan yang berwenang apabila tindakan
maladministrasi tersebut mengandung aspek pelanggaran atau
perbuatan yang melawan hukum.

9
4. Pemindahan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
Berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Narapidana dapat dipindahkan
dari satu LAPAS ke LAPAS lain untuk kepentingan:
a. Pembinaan
b. Keamanan dan Ketertiban
c. Proses Peradilan
d. Lainnya yang dianggap perlu
Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 1995,
dinyatakan bahwa Anak Pidana dapat dipindahkan dari satu LAPAS
Anak ke LAPAS Anak lain untuk kepentingan:
a) pembinaan;
b) keamanan dan ketertiban;
c) pendidikan;
d) proses peradilan; dan
e) lainnya yang dianggap perlu.

Narapidana yang telah memenuhi syarat dapat dilakukan pemindahan.


Adapun syarat pemindahan yang dituangkan dalam Pasal 46, Peraturan
Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan dijelaskan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk pemindahan Narapidana adalah:

1. Ada izin pemindahan tertulis dari pejabat yang berwenang;


2. Dilengkapi dengan berkas-berkas pembinaan; dan
3. Hasil pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan.

Dalam hal, izin pemindahan sebagaimana dimaksud dalam diberikan


oleh:
a) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat,
dalam hal pemindahan dalam satu wilayah kerja Kantor Wilayah
yang bersangkutan;
b) Direktur Jenderal Pemasyarakatan dalam hal pemindahan antar
wilayah kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman.
Ketentuan lain dalam pelaksanaan izin pemindahan yakni:
1. Dalam keadaan darurat, izin pemindahan dapat diberikan secara
lisan melalui sarana telekomunikasi. Izin tersebut paling lambat
dalam waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah
permohonan lisan diajukan harus dilengkapi dengan permohonan
tertulis, untuk mendapatkan izin pemindahan tertulis.
2. Dalam hal Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan harus
dipindahkan ke LAPAS lain untuk kepentingan proses peradilan,

10
Kepala LAPAS wajib memperoleh izin dari pejabat yang
bertanggung jawab secara yuridis atas perkara yang bersangkutan.
3. Dalam hal Narapidana dipindahkan ke LAPAS lain untuk
kepentingan perawatan kesehatannya, diperlukan surat rujukan
dari dokter LAPAS dan atau kepala rumah sakit umum setempat.
4. Pemindahan Narapidana atau ke LAPAS lain karena alasan
kepentingan keamanan dan ketertiban, harus dilengkapi dengan
berita acara pemeriksaan
Untuk tata cara pemindahan Narapidana dapat dilaksanakan
berdasarkan ketentuan berikut yakni:
a) Pemindahan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan dari
satu LAPAS ke LAPAS lain dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana transportasi darat, laut, atau udara.
b) Pemindahan yang membutuhkan waktu bermalam dalam
perjalanan harus menginap di LAPAS atau RUTAN terdekat.
c) Pemindahan dilaksanakan pada hari kerja, kecuali dalam
keadaan tertentu dapat dilakukan setiap saat dengan tetap
memperhatikan faktor keamanan
d) Pemindahan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan
wajib menggunakan kendaraan khusus atau alat angkut lain
yang memenuhi syarat keamanan.
Dalam melakukan pemindahan Narapidana, Kepala LAPAS wajib
mempersiapkan petugas pengawas yang berfungsi mengawal
pelaksanaan pemindahan dari UPT awal hingga ke UPT tempat
dimana Narapidana tersebut dipindahkan. Adapun ketentuan
pengawalan yakni sebagai berikut:
a. Pengawalan pemindahan dilaksanakan paling sedikit oleh 2
(dua) orang Petugas Pemasyarakatan.
b. Dalam hal pelaksanaan pemindahan memerlukan penanganan
khusus dapat meminta bantuan pihak Kepolisian.
c. Pengawalan dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor
kemanusiaan.
d. Petugas Pemasyarakatan harus dilengkapi dengan surat tugas
dan perlengkapan pengamanan yang diperlukan.
e. Pemindahan Narapidana Wanita atau Anak Didik
Pemasyarakatan Wanita dalam pengawalannya harus disertai
Petugas Pemasyarakatan Wanita.
Kepala LAPAS dalam waktu 1 (satu) hari sebelum pemindahan wajib
memberitahukan kepada Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan yang bersangkutan. Setelah pemindahan sudah

11
dilaksanakan, Kepala LAPAS yang melaksanakan pemindahan wajib
memberitahukan kepada:
a. keluarga Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang
bersangkutan; dan
b. Hakim Pengawas dan Pengamat Pengadilan Negeri setempat.
Dalam hal biaya pemindahan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan dibebankan kepada Negara.

12
BAB III
PROFIL INSTANSI
3.1. Sejarah
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Balige berdiri pada tahun 1938, di atas tanah
seluas 1.938 m2 dan luas bangunan 1.700 m2 . Rumah Tananan Negara Kelas IIB Balige
berada di Jl. Siliwangi No. 17, Kelurahan Pardede Onan, Kecamatan Balige, Kabupaten
Toba.
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Balige adalah salah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) vertikal yang berada di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pada tahun
2015, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/
atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia yang bertanggung jawab kepada Menteri.
Dalam hal melaksanakan fungsi dekonsentrasi, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Balige memiliki tugas dan fungsi yakni:
a. Melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Melaksanakan Pelayanan Tahanan, Pemeliharaan Keamanan dan tata tertib
pengelolaan dan tata usaha Rumah Tahanan Negara;
c. Penguatan dan pelayanan hak asasi manusia untuk mewujudkan
penghormatan, pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan penegakan hak
asasi manusia dan
d. Pelaksanaan urusan administrasi di Lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Balige

3.2. Visi & Misi


a. Visi Rutan Balige:
Melaksanakan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat dan WBP serta
menjadi manusia mandiri sehingga bekerja produktif

b. Misi Rutan Balige:


1. Menyelenggarakan pelayanan hak-hak bagi WBP
2. Menyelenggarakan pelayanan publik
3. Meminimalisir gangguan kamtib
4. Memastikan terpenuhinya pelayanan prima bagi masyarakat / pengunjung

13
3.3. Struktur Organisasi
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Balige dipimpin oleh Kepala UPT dan membawahi 3
sub seksi dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang masing-masing terdiri dari:
a. Sub Seksi Pelayanan Tahanan
Sub Seksi ini mempunyai tugas untuk melakukan pengadministrasian dan
perawatan, serta mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan
bagi tahanan.
b. Sub Seksi Pengelolaan Rutan
Sub seksi ini bertugas untuk melakukan pengurusan keuangan, perlengkapan,
rumah tangga, dan kepegawaian di lingkungan rutan.
c. Kesatuan Pengamanan Rutan
Kesatuan Pengamanan Rutan memiliki tugas memelihara keamanan dan
ketertiban rutan.

Adapun gambar struktur organisasi Rutan Kelas IIB Balige yakni:

Gambar. 1.1.
Struktur Organisasi Rutan Balige

14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Masalah
Pada tanggal 17 Maret 2022, dengan nomor surat W.2. PAS.E24-PK.01.04.06-355
telah dilakukan pemindahan 60 Orang Narapidana An. Ridwan, dkk. Narapidana
yang dimaksud adalah Narapidana yang sudah memiliki pidana tetap atas
peraturan peradilan yang berasal dari Rutan Kelas I Medan.
Dalam hal Narapidana yang dilakukan pemindahan ke Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Balige adalah merupakan salah satu bentuk maladministrasi yang
menyalahi ketentuan perundang-undangan.

4.2. Analisis Permasalahan


Berdasarkan kajian permasalahan yang dibahas, maka kita dapat melakukan
analisis permasalahan tersebut dengan berlandaskan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Adapun analisis yakni:
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terdapat perbedaan
antara LAPAS dengan RUTAN. Menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-
Undang (UU) No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, adalah yang dimaksud
dengan LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan
anak didik pemasyarakatan. Narapidana dapat diartikan adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS. Dan terpidana adalah merupakan
seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Sedangkan, dalam hal pengertian atau definisi RUTAN diatur dalam Pasal 1 angka 2
Peraturan Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana, dijelaskan bahwa Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adalah
tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan di sidang Pengadilan.
Sehingga, hal ini dapat kita simpulkan bahwa LAPAS adalah merupakan tempat bagi
terpidana yang sudah dijatuhkan pidana berdasarkan kekuatan hukum yang tetap.
Dan RUTAN adalah temp at bagi mereka yang masih berstatus tersangka atau
terdakwa dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat menyatakan bahwa terjadi
penyimpangan (maladministrasi) berdasarkan tempat pemindahan kepada 60
Orang Narapidana An. Ridwan, dkk tersebut. yang seharusnya ke LAPAS menjadi
ke Rutan Balige

15
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rutan
Balige dapat kita simpulkan bahwa:
1. Terdapat tindakan yang menyalahi atau tidak melaksanakan ketentuan
perundang-undangan yang ditetapkan yakni: Pemindahan 60 Orang
Narapidana an. Ridwan, dkk ke Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Balige
yang seharusnya tidak dapat dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku yakni pada Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 58
Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah (PP) No. 27
Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
2. Belum adanya upaya administratif terhadap tindakan kesalahan yang
berlaku, sehingga pemindahan tetap berlangsung dan telah disetujui
bersama.

5.2. Saran
1. Dari sisi Regulasi/ SOP:
Sebaiknya dapat dibentuk regulasi terbaru tentang pemindahan
narapidana/ anak didik pemasyarakatan/ tahanan/ klien pemasyarakatan
sehingga dapat dipahami lebih lanjut tentang peraturan tersebut
mengingat pelaksanaan peraturan lama sudah tidak efisien lagi

2. Dari sisi Implementasi terhadap perundang-undangan:


a. Sebaiknya dilakukan sosialisasi secara bertahap kepada seluruh jajaran
pemasyarakatan terutama kepada setiap pimpinan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) terhadap implementasi ketentuan perundang-undangan
dalam pemasyarakatan
b. Dalam pelanggaran terhadap maladministrasi yakni tidak
melaksanakan ketentuan perundang-undangan dapat diberikan
hukuman disiplin kepada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan yang dimaksud.

16
DAFTAR PUSTAKA
________. Deliarnoor, Nandang Alamsah. 2019: Sistem Hukum Indonesia, Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka
Peraturan Perundang-undangan
________.Undang-Undang (UU) No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
________.Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
________.Peraturan Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana
________.Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

v
LAMPIRAN
1. Surat Pemindahan 60 Orang Narapidana AN. Ridwan, dkk

vi

Anda mungkin juga menyukai