Anda di halaman 1dari 25

SMA N 1 LASEM

2022

i
HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN
Surat Pengesahan / Persetujuan Kepala Sekolah

PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, mengesahkan / menyetujui karya ilmiah
berupa makalah yang berjudul :
“KESETARAAN DAN KESENJANGAN HUKUM PIDANA DALAM
PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA”
Adalah Makalah ilmiah yang di buat oleh
KELOMPOK 4 (12 MIPA 5)
1. Veronike Alya Dwira (34)
2. Elingga Puja P (11)
3. Persia Andrespa D P (26)
4. Rifa’ul Jannah (29)
5. Ayunda Kholifatuz Z (06)

Lasem, 13 Oktober 2022


Yang mengesahkan
Kepala Sekolah

ANTON SUWITO S. Pd
NIP. 19750927 199903 2 005

ii
ABSTRAKSI

KESETARAAN DAN KESENJANGAN HUKUM PIDANA DALAM


PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA

Hukum adalah Kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi-
sanksi. Hukum ialah sesuatu yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia
merujuk pada sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
penegakan hukum oleh kelembagaan penegak hukum karena segala kehidupan
manusia dibatasi oleh hukum. Pada masa sekarang , kesetaraan hukum
diindonesia memang perlu di tegakkan. Karena mengingat beberapa waktu
terakhir banyak terjadi kasus yang ketidakadilan dalam hukum. Oleh karena itu,
pengamalan dari UU pasal 27 (1) “Segala warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan
Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya “ perlu ditegakkan, agar
menjadikan hukum diindonesia menjadi lebih baik.

iii
KATA PENGANTAR

Terimaksih kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas perkenan
beliau lah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Semua itu hanya karena berkat serta tutunan Tuhan dalam kehidupan
kami. Dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang “KESETARAAN DAN
KESENJANGAN HUKUM PIDANA DALAM PENEGAKKAN HUKUM DI
INDONESIA”.

Kami mengucapkan banyak trimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, bapak/ibu guru dan
semua yang telah membantu yang kami tidak bisa sebut satu per satu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini
belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................................ii
Abstraksi ..........................................................................................................................iii
Kata Pengantar .................................................................................................................iv
Daftar Isi ..........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................2
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................2
D. Perumusan Masalah ..............................................................................................3
E. Tujuan Penulisan Makalah ...................................................................................3
F. Manfaat Penulisan Makalah .................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................................4
A. Pengertian Hukum Pidana....................................................................................4
B. Problematika Penegakan Hukum di Indonesia.....................................................5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................7
A. Konsep Penegakan Hukum di Indonesia ..............................................................7
B. Masalah Dalam Penegakan Hukum di Indonesia................................................10
C. Tantangan dan Hambatan Dalam Penegakan Hukum di Indonesia ....................10
D. Upaya Mengatasi Kesetaraan dalam Penegakan HUKUM DI Indonesia ..........11
E. Solusi dalam Menghadapi atas Krisisnya Penegakan Hukum di Indonesia
.............................................................................................................................12
F. Permasalahan Utama Yang Menyebabkan Lemahnya Penegakan Hukum
di Indonesia..........................................................................................................12
G. Keuntungan dari Adanya Penegakan Hukum DI Indonesia................................13
H. Contoh Kasus Kesetaraan dan Kesenjangan Hukum Pidana dalam
Penegakan Hukum di Indonesia..........................................................................13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................
A. KESIMPULAN......................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara hukum, yang dimana hal tersebut berkaitan


dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah Negara hukum” artinya dalam melaksanakan kehidupan
berbangsa, dan bermasyarakat didasarkan atas hukum atau aturan yang
berlaku.

Penegakan hukum di Indonesia sekarang ini dimaknakan sebagai proses,


dan upaya untuk
melakukan penataan hukum yang mengarah pada penyelesaian perkara
dan penegakan
hukumnya selalu dilakukan secara demokratis, terbuka, dan
memperhatikan Hak-hak asasi manusia. Hal itu menjadi sangat penting,
mengingat banyaknya pihak yang terlibat dalam proses penegakan hukum
tersebut, mulai dari masyarakat sampai instansi pemerintah.
Penegakan hukum ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum
dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain dengan menertibkan
fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan
hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, serta didasarkan
atas sistem kerjasama yang baik dan mendukung tujuan yang hendak
dicapai.

Hukum pidana di Indonesia saat ini dirasakan kurang memenuhi suatu


keadilan serta ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, sebab
banyaknya suatu tindak pidana yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
hukum itu tidak lagi sebagai kontrol sosial melainkan banyaknya orang-
orang tertentu memanfaatkan hukum sebagai corong untuk berbuat
kejahatan, ini disebabkan kurangnya efek jera yang ditimbulkan oleh
hukum pidana itu sendiri.

Masalah penegakan hukum dewasa ini sederhana, karena sistem hukum ini
saling berkaitan dengan sistem sosial masyarakat lainnya. Pada hakekatnya
penegakan hukum keadilan, namun pada kenyataannya penegakan hukum
di Indonesia saat ini disebabkan oleh kurangnya keadilan. Sampai saat ini
hukum Indonesia mengalami kemerosotan yang sangat besar, adanya
keinginan masyarakat akan keadilan yang dapat dijalankan dengan baik

1
namun sebenarnya hanya wacana yang tidak kunjung muncul, membuat
hukum Indonesia mencengangkan. Selain itu, permasalahan lain yang
membuat lemahnya penegakan hukum di Indonesia adalah para penegak
hukum tidak menjalankan hukum dengan baik.

Dari kasus ini terlihat bahwa penegakan hukum di Indonesia masih lemah,
dan aparat penegak hukum harus lebih adil dalam menjatuhkan suatu
hukuman. Selain itu, tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat
juga akan mempengaruhi tingkat penegakan hukum di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penegakan hukum pidana?


2. Apa saja tahap-tahap penegakan hukum pidana?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi penegakkan hukum di
Indonesia?
4. Apa saja masalah dalam penegakan hukum di Indonesia?
5. Apa saja yang menjadi tantangan dan hambatan dalam penegakan
hukum di Indonesia?
6. Upaya apa saja yang harus dilakukan pemerintah dalam
menghadapi kasus kesenjangan hukum diindonesia?
7. Apakah permasalahan utama yang menyebabkan lemahnya
penegakan hukum di Indonesia?
8. Apa keuntungan dari adanya penegakkan hukum di Indonesia?
9. Contoh kasus kesetaraan dan kesenjangan hukum pidana dalam
penegakan hukum di Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penegakan hukum pidana?


2. Apa saja masalah dalam penegakan hukum di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi tantangan dan hambatan dalam penegakan
hukum di Indonesia?
4. Upaya apa saja yang harus dilakukan pemerintah dalam
menghadapi kasus kesenjangan hukum diindonesia?
5. Apakah permasalahan utama yang menyebabkan lemahnya
penegakan hukum di Indonesia?
6. Apa keuntungan dari adanya penegakkan hukum di Indonesia?
7. Contoh kasus kesetaraan dan kesenjangan hukum pidana dalam
penegakan hukum di Indonesia.

2
D. Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penegakan hukum pidana?


2. Apa saja masalah dalam penegakan hukum di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi tantangan dan hambatan dalam penegakan
hukum di Indonesia?
4. Upaya apa saja yang harus dilakukan pemerintah dalam
menghadapi kasus kesenjangan hukum diindonesia?
5. Apakah persamasalahan utama yang menyebabkan lemahnya
penegakan hukum di Indonesia?
6. Apa keuntungan dari adanya penegakkan hukum di Indonesia?
7. Contoh kasus kesetaraan dan kesenjangan hukum pidana dalam
penegakan hukum di Indonesia.

E. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kesetaraan


dan kesenjangan hukum pidana dalam penegakkan hukum di
indonesia.
2. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam kesetaraan dan
kesenjangan hukum pidana dalam penegakkan hukum di indonesia.
3. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam penegakan
hukum di indonesia.
4. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kesetaraan dalam
penegakan hukum di indonesia.
5. Untuk mengetahui keuntungan dari adanya penegakan hukum di
indonesia.

F. Manfaat Penulisan Makalah

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dan orang
yang membaca makalah ini. Berikut ini diuraikan manfaat-manfaat kepada
pihak-pihak tersebut :

1. Bagi Siswa, makalah ini diharapkan dapat memberikan


pemahaman kepada siswa tentang kesetaraan dan kesenjangan
hukum pidana dalam penegakan hukum di Indonesia.
2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan akan pentingnya kesetaraan dan kesenjangan hukum
pidana dalam penegakan hukum di Indonesia.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk


tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau darui sudut
subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang
luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu
melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum.
Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma
aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan
aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subyeknya itu, penegakan
hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk
menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut


obyeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya
juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas,
penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang
terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tatapi dalam arti sempit,
penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang
formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan “Law
enforcement” ke dalam bahasa indonesia dalam menggunakan
perkataan “Penegakan Hukum” dalam arti luas dapat pula digunakan
istilah “Penegakan Peraturan” dalam arti sempit. Pembedaan antara
formalita aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan
yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa inggris
sendiri dengan dikembangkannya istilah “the rule of law” atau dalam
istilah “ the rule of law and not of a man” versus istilah “ the rule by
law” yang berarti “the rule of man by law” Dalam istilah “ the rule of
law” terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam
artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan
yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah “ the rule

4
of just law”. Dalam istilah “the rule of law and not of man”,
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan
suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh
orang. Istilah sebaliknya adalah “the rule by law” yang dimaksudkan
sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar
sebagai alat kekuasaan belaka.

B. PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Eksistensi hukum saat ini sudah mulai mendapat perhatian dari publik.
Hal itu dapat dilihat dari respon masyarakat di sosial media yang selalu
update tentang kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Kasus hukum
berkaitan dengan penegakan hukum merupakan sebuah elemen yang
tidak dapat dipisahkan.

Penegakan hukum di Indonesia akhir akhir ini menjadi pusat perhatian


masyarakat, yang dalam kenyataannya memang belum baik dan belum
optimal. Apalagi, masyarakat merasa penegakan hukum terlalu
memihak. Dapat dikatakan penerapannya ‘Runcing Kebawah Tumpul
Keatas’ yang mana maksud dari kalimat tersebut ialah hukum di
Indonesia lebih mementingkan atau memihak kepada kaum elit/atas,
sedangkan terhadap masyarakat bawah, hukum terlihat menyepelekan.

Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pemberlakuan


hukum dan penegakan hukum di negara kita. Salah satu contoh
konkretnya adalah kasus nenek Minah yang divonis bersalah akibat
mencuri tiga buah kakao milik PT Rumpun Sari Antan. Nenek Minah
dituntut oleh PT Rumpun Sari Antan dengan pasal 362 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian.

Kasus serupa dialami oleh remaja asal Palu yang mencuri sandal butut
milik seorang anggota brimob bernama Briptu Ahmad Rusdi Harahap.
Vonis hukuman maksimal 5 tahun penjara. Namun, remaja yang
mencuri sandal itu dibebaskan hukumannya karena dianggap belum
cukup umur untuk menjalani hukuman.

Contoh konkret di atas yang menimbulkan keprihatinan masyarakat


terhadap penegakan hukum di Indonesia, masyarakah menyesalkan
putusan pengadilan mengenai masa hukuman yang dijatuhkan kepada
Nenek Minah. Hukuman itu dirasa tidak perlu karena kasus Nenek
Minah dianggap dapat diselesaikan secara non-formal.

5
Kasus sepele ditindak tegas sedang kasus yang merugikan banyak
orang bahkan negara ditindak seadanya. Hal ini dapat dilihat dari
pemberian vonis yang tidak wajar terhadap para koruptor.

Penegak hukum dan lembaga peradilan terlihat / terkesan membela


para pejabat yang mengambil uang negara ratusan juta bahkan
milyaran sampai triliunan. Sedang pada masyarakat miskin mereka
tega memberikan hukuman berat walau dengan kasus yang sepele.
Tidak masuk akal memang, tapi kenyataan yang ada memang begitu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum di


Indonesia masih jauh dari kata baik. Penegakan hukum di Indonesia
masih belum baik dan optimal, hal ini disebabkan karena masih
banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang seharusnya tidak
perlu dilakukan. Sehingga, diperlukan evaluasi agar penegakan di
Indonesia dapat berubah menjadi lebih baik.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

1. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide


keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.
Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk
mewujudkan ide-ide dan onsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat
menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang
melibatkan banyak hal.

Pengertian penegakan hukum pidana dapat diartikan sebagai


penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap
orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing menurut aturan aturan hukum yang berlaku.

Penegakan hukum pidana merupakan suatusstem yang


menyberlakupenyerasian antara nilai dengan kaidah-kaidah serta perilaku
nyata masyarakat. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman
atau patokan bagi prilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau
seharusnya. Perilaku atau sikap itu bertujuan untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian.

Penegakan hukum menurut Jimmly Asshadique juga adalah proses


dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Kata lain dari penegakan hukum adalah fungsionalisasi hukum
pidana yang dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk menanggulangi
kejahatan melalui penegakan hukum pidana yang rasional untuk
memenuhi rasa keadilan dan daya guna.

Menegakkan hukum pidana harus melalui beberapa tahap yang dilihat


sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk

7
mencapai suatu tertentu yang merupakan suatu jalinan mata rantai aktifitas
yang tidak termasuk bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana
dan pemidanaan.

Menurut penulis, hukum pidana adalah hukum yang meliputi


semupemidanaa hukum yang mengandung ancaman pidana. Pidana adalah
suatu akibat yang diberikan kepada seseorang yang telah menyebabkan
sebab atau kejahatan itu sendiri. Penyebab datang dari berbagai cara yang
menimbulkan kerugian pada sebagian masyarakat, maka penguasa lah
yang dapat menyebabkan penyebab itu untuk menerima akibat yang telah
diperbuat (hukuman).

2. Tahap-Tahap Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum pidana melalui beberapa tujuan tertentu. Beberapa


tahap sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Tahap-tahap tersebut adalah:

a. Tahap Formulasi Tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh


badan pembuat undang-undang yang melakukan kegiatan memilih
yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan
datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat
keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan
Legislatif.

b. Tahap Aplikasi Tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan


hukum pidana) oleh aparat penegak hukum, mulai dari kepolisian
sampai ke pengadilan. Dengan demikian aparat penegak hukum
bertugas menegakkan serta menerapkan peraturan-peraturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat
undang-undang, dalam melaksanakan tugas ini aparat penegak
hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan guna.
Tahap ini disebut sebagai tahap yudikatif.

c. Tahap Eksekusi Tahap penegakan pelaksanaan hukum serta secara


konkret oleh aparat-aparat pelaksana pidana. Pada tahap ini aparat-
aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat oleh pembuat undang-
undang melalui penerapan pidana yang telah diterapkan dalam
putusan pengadilan. Dengan demikian proses pelaksanaan
pemidanaan yang telah ditetapkan dalam pengadilan, aparat-aparat
pelaksana pidana itu dalam pelaksanaan tugasnya harus

8
berpedoman pada peraturan perundang-undangan pidana yang
telah dibuat oleh pembuat undang-undang dan Undang-undang
daya guna.

Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu


usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Jelas harus merupakan jalinan mata rantai aktivitas
yang terputus yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana
dan pemidanaan.

3. Faktor-Faktor Penghambat dalam Penegakkan Hukum

Penegakan hukum dapat diartikan pada penyelenggaraan hukum oleh


petugas penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai kepentingan
dan sesuai kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang
berlaku. Dengan demikian penegakan hukum merupakan suatu sistem
yang menyangkut suatu penyerasian antara lain dan kaidah serta perilaku
nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau
patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya,
perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara,
mempertahankan kedamaian.

Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide


kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi kenyataan.
Proses perwujudan ketiga ide inilah yang merupakan hakekat dari
penegakan hukum.

Gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada


ketidakserasian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku.
Ganguan tersebut timbul apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai
yang berpasangan, yang menjelma dalam kaidah-kaidah yang simpangsiur
dan pola perilaku yang tidak terarah yang menggangu kedamaian
pergaulan hidup.

Soerjono Soekanto menyatakan bahwa ada beberapa faktor penghambat


dalam penegakkan hukum, yaitu:

1. Faktor Perundang-undangan Adanya beberapa asas dalam Undang-


Undang yang tujuannya agar Undang-Undang ersebut mempunyai
dampak positif. Artinya, agar Undang-Undang tersebut mencapai
tujuannya secara efektif dalam kehidupan masyarakat.

9
2. Faktor penegak hukum Penegak hukum mempunyai kedudukan dan
peranan. Penegak hukum merupakan salah satu pilar terpenting dalam
proses penegakkan hukum, sering melakukan berbagai tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan hukum sehingga menimbulkan
berbagai masalah.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hokum
penegakkan hukum tidak mungkin berjalan dengan lancar tanpa
adanya faktor sarana atau fasilitas. Sarana atau fasilitas tersebut antara
lain tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang
bbaik, peralatan yang memadai dan keuangan yang cukup.
4. Faktor masyarakat Penegakkan hukum berasal dari masyarakat.
Bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat, oleh karena
itu dipandang dari sudut tertentu masyarakat dapat mempengaruhi
penegakkan hukum.
5. Faktor kebudayaan Kebudayaan hukum masyarakat merupakan suatu
proses internalisasi nilai-nilai dalam rangka memahami hukum dan
berupaya untuk menerapkannya secara baik demi kepentingan
bersama. Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi
abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk.

B. MASALAH DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Permasalahan penegakan hukum di Indonesia, terletak pada 3 faktor, yaitu


Integritas aparat penegak hukum, produk hukum, dan tidak
dilaksanakannya nilai-nilai Pancasila oleh aparat penegak hukum dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari.

C. TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENEGAKAN HUKUM


DI INDONESIA

Bukan rahasia umum bahwa penegakan hukum (law enforcement) di


negeri ini adalah merupakan barang langka dan mahal harganya;
Sebagaimana dikonstatasi Harkristuti Harkrisnowo (2003 ; 28) bahwa :
“kondisi hukum di Indonesia saat ini ditengarai mendekati titik nadir, telah
menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitas dalam negeri maupun
internasional. Proses penegakan hukum, pada khususnya, acap dipandang
bersifat diskriminatif, inkonsisten, dan mengedepankan kepentingan
kelompok tertentu…”

Ada 3 unsur penting dalam penegakkan hukum, yaitu :

10
1. Substansi Hukum, kini masih banyak peraturan perundangan merupakan
warisan kolonial Belanda dan masih banyak tumpang tindih peraturan
perundang-undangan; mis: untuk penyidikan tindak pidana korupsi, bisa
dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan dan KPK; Aparatur penegak hukum
tidak memiliki kapasitas, kompetensi, integritas dan komitmen dalam
penegakan hukum yang berwibawa dan terpercaya;
2. Penegakan hukum oleh masing-masing aparatur penegak umum, lebih
menonjolkan ego-sektoral daripada penerapan check and balances
system, guna mencegah penyalahgunaan wewenang oleh aparatur penegak
hukum;
3. Budaya hukum, adanya degradasi penghargaan dan kepatuhan terhadap
hukum dan aparatur penegak hukum ; serta pada akar rumput maraknya
kasus main hakim sendiri, pembakaran pelaku kriminal, pembalakan liar
dalam perkara kehutanan, perkebunan, dan pertambangan,
pembangkangan terhadap hukum, dan sebagainya.

Dan ada alasan kenapa Indonesia sulit menegakkan hukum yang adil, yaitu
:

1. Pertama, aparat penegak hukum terkena sangkaan dan dakwaan


korupsi atau suap;
2. Kedua, mafia peradilan marak dituduhkan;
3. Ketiga, hukum seolah dapat dimainkan;
4. Keempat, penegakan hukum lemah dan telah kehilangan
kepercayaan masyarakat;
5. Kelima, masyarakat apatis, mencemooh dan melakukan proses
peradilan jalanan.

D. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI KASUS


KESENJANGAN HUKUM DI INDONESIA

Kondisi penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia saat ini


sedang mengalami krisis dan “sakit”. Fenomena ini terjadi karena aparat
penegak hukum yang merupakan elemen penting dalam proses
penegakkan hukum sering kali terlibat dalam berbagai macam kasus
pidana, terutama kasus korupsi. Implikasi nyata dari kondisi ini adalah
hukum kehilangan ruhnya yakni keadilan.Oleh karenanya, sudah menjadi
rahasia umum bahwa saat ini hukum ibarat sebuah pisau yang sangat tajam
jika digunakan ke bawah namun sangat tumpul jika digunakan ke atas.
Syafi’i ma’arif menyatakan, jika fenomena ini tidak segera diatasi dan

11
disembuhkan maka dalam jangka panjang akan mengakibatkan lumpuhnya
penegakkan hukum di Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya” untuk minimalisir


kasus kesenjangan hukum diindonesia, yaitu dengan cara :

1. Pemerintah melakukan Pendidikan karakter terhadap para penegak


hukum.
2. Pemerintah malakukan Peningkatan Kualitas Seleksi Aparat
Penegak Hukum.
3. Pemberian bantuan hukum.
4. Memberikan Apresiasi Bagi Aparat Penegak Hukum.

E. PERMASALAHAN UTAMA YANG MENYEBABKAN


LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Penegak hukum memiliki peran strategis dalam menentukan kualitas


penegakan hukum di sebuah negara. Di Indonesia, kinerja para penegak
hukum sering kali dianggap kurang memuaskan.Ketidakpuasan
masyarakat ini menjadi pertanda lemahnya penegakan hukum di
Indonesia. Hukum yang dianggap sebagai cara untuk mencari keadilan
bagi masyarakat malah memberikan rasa ketidakadilan.

Salah satu penyebab lemahnya penegakan hukum di Indonesia adalah


kualitas para penegak hukum. Masih rendahnya moralitas mengakibatkan
profesionalisme kurang dan terjadi ketidakmauan pada penegak hukum.
Moralitas ini berkaitan pula dengan korupsi yang dilakukan oknum
penegak hukum (judicial corruption). Para penegak hukum yang
seharusnya menegakkan hukum malah justru terlibat dalam praktek
korupsi. Moralitas yang rendah inilah yang menyebabkan penegakan
hukum di Indonesia masih lemah. Penegakan hukum akan menjadi kuat
dan dihormati jika para penegak hukum bertindak profesional, jujur dan
menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance).

F. KEUNTUNGAN DARI ADANYA PENEGAKAN HUKUM DI


INDONESIA

1. Supremasi Hukum
Supremasi hukum merupakan hukum yang memiliki kekuasaan mutlak dalam
mengatur tindakan atau pergaulan seseorang dalam kehidupannya. Dengan

12
kata lain bahwa semua tindakan warga negarai hingga pemerintah sekalipun
berjalan sesuai dengan hukum yang telah berlaku.
Sayangnya tegaknya supremasi hukum ini tidak bisa berjalan sendiri. Butuh
yang namannya aturan yang harus ditegakan. Tentu aturan itu sendiri tidak
dapat ditegakan dengan sendiri. Butuh yang namanya aparat hukum, dan
masyarakat itu sendiri yang menjadikan supremasi hukum bisa ditegakan.

2. Tegaknya Keadlian
Tegaknya keadilan ini demi mewujudkan keselarasan dan keadilan bagi warga
Negara. Tampaknya mewujudkan keadilan itu sesuatu yang tidak mudah. Pada
realitanya menegakan sebuah keadilan itu bukan perkara yang mudah. Butuh
yang namannya melek hukum.
Salah satu faktor kenapa hukum tidak ditegakan dengan adil karena banyak
yang tidak melek hukum. Sehingga orang-orang yang tidak melek hukum
dimanfaatkan.

3. Perdamaian
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tentu saja demi mewujudkan
perdamaian dalam kehidupan masyarakat. Yang menyatakan bahwa
perlindungan dan penegakan hukum tidak semata-mata hukum yang berlaku.
Tetapi bergantung pada beberapa faktor. Diantarannya adalah faktor hukum,
faktor penegak hukum, faktor masyarakat, faktor sarana dan fasilitas hukum
dan faktor kebudayaan juga menjadi penentu.
Sayangnya, kehadiran penegak hukum atau aturan hukum yang di dasarkan
oleh Undang-undang masih diambil celahnya. Kemudian celah itu digunakan
untuk melemahkan kasus atau untuk menyerang lawan.
Sehingga bagi lawan yang tidak melek teknologi pun bisa terjerat hukuman
lebih berat daripada hukuman yang sebenarnya. Itu sebabnya masyarakat
penting sekali diberikan edukasi tentang aturan hukum.

G. CONTOH KASUS KESETARAAN DAN KESENJANGAN HUKUM


PIDANA DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

1. Jadi, Tersangka Usai Bela Diri dari Begal

Mohamad Irfan Bahri, remaja asal Madura ditetapkan sebagai tersangka


usai membela diri dari serangan pelaku begal pada 2018 lalu.

13
Irfan yang sedang berlibur ke Bekasi menjadi korban begal saat sedang
berada di jalan bersama seorang temannya. Tak hanya ponsel yang
dirampas, pelaku begal yang berjumlah dua orang tersebut juga menyerang
Irfan dan temannya dengan celurit.

Irfan pun membela diri dan menyerang balik dengan celurit yang berhasil
direbut. Salah satu dari pelaku begal tersebut kemudian meninggal saat
perjalanan menuju rumah sakit.

Publik kemudian dikagetkan dengan penetapan status tersangka terhadap


Irfan oleh Polres Bekasi Kota. Irfan ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus pembunuhan pelaku begalnya.

Namun, Menko Polhukam Mahfud MD turun tangan dan menghadap


Presiden Joko Widodo. Irfan lalu dibebaskan dan diberi penghargaan oleh
polisi.

2. Irfani Mabuk, Ibu di Karawang Diadili

Valencya, seorang ibu di Karawang, Jawa Barat, ditetapkan sebagai


tersangka pada awal 2021 karena dilaporkan suaminya ke polisi.

Valencya diduga telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)


berupa kekerasan psikis kepada laki-laki yang kemudian bercerai
dengannya itu.

Kekerasan psikis itu dilakukan Valencya saat memarahi suaminya yang


sering mabuk dan tidak pulang ke rumah selama enam bulan. Rekaman
omelan tersebut kemudian digunakan sang suami untuk melaporkannya.

Di persidangan, jaksa penuntut umum menuntut Valencya agar dijatuhi


hukuman satu tahun penjara. Perkara ini pun semakin menarik perhatian
publik.

Jaksa kemudian menarik tuntutan tersebut atas dasar hati nurani dan rasa
keadilan. Hakim lalu memvonis bebas Valencya karena tidak terbukti
bersalah.

14
3. Nenek Asyani Terdakwa Pencuri Kayu Divonis 1 Tahun
Penjara

Nenek Asyani Terdakwa Pencuri Kayu Divonis 1 Tahun Penjara


Pada tahun 2015 silam, Nenek Asyani, asal Situbondo, Jawa Timur
divonis bersalah bersalah karena terbukti mencuri dua batang pohon jati
milik perhutani untuk dibuat tempat tidur.

Nenek Asyani divonis 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3


bulan dan denda Rp500 juta subsider 1 hari hukuman percobaan. Namun
Asyani membantah dengan alasan batang pohon jati itu diambil dari
lahannya sendiri oleh almarhum suaminya.

“Saya sudah bersumpah mati tidak ada gunanya. Pasti ada suap. Saya tidak
mencuri. Sumpah pocong, Pak,” kata Nenek Asyani seperti dikutip dari
Liputan6.com.

4. Mencuri Kayu Perhutani, Perempuan Paruh Baya


Dihukum

Asyani, perempuan berusia 63 tahun di Situbondo, Jawa Timur, divonis


satu tahun penjara dengan masa percobaan 15 bulan dan denda Rp 500 juta
karena bersalah mencuri kayu jati milik Perhutani.

Perempuan yang bekerja sebagai tukang pijat ini sempat ditahan di Lapas
Situbondo selama tiga bulan sebelum akhirnya lepas setelah Bupati
Dadang Wigarto menjadi penjamin.

Di persidangan, Asyani mengaku kayu tersebut bukan curian dan telah ia


simpan sejak lama. Namun, Asyani tidak dapat menunjukkan surat
keterangan asal usul kayu tersebut.

Ahli hukum dan mantan hakim konstitusi yang pernah menjadi saksi untuk
Asyani, Achmad Sodiki, pun meragukan bukti yang digunakan dalam
pengadilan.

Ia menyebut kronologi pencurian kayu dan identifikasi kayu masih tidak


jelas. Asyani juga tidak seharusnya dijerat dengan UU Nomor 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

15
Menurutnya, undang-undang tersebut didesain untuk menjerat pelaku
perusakan hutan yang masif dan berskala besar, bukan untuk menjerat
warga di sekitar hutan yang kerusakannya tak signifikan.

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari paparan diatas, penulis dapat menyimpulkan dari makalah


"KESETARAAN DAN KESENJANGAN HUKUM PIDANA DALAM
PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA " Yaitu setiap orang memiliki
kedudukan yang sama dihadapam hukum. Oleh sebab itu pemerintah perlu
ikut andil dalam urusan ini.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan adalah perlu adanya usaha pemerintah
dalam mengurangi kasus kesenjangan hukum di Indonesia . Upaya yang
dilakukan salah satunya adalah melakukan penyeleksian yang ketat dalam
pemilihan aparat penegak hukum.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/24/01150041/mengapa-
penegakan-hukum-di-indonesia-lemah
https://news.detik.com/berita/d-1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-
indonesia
https://deepublishstore.com/pentingnya-perlindungan-dan-penegakan-hukum/
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/24/01150041/mengapa-
penegakan-hukum-di-indonesia-lemah
http://pasca.unhas.ac.id
https://kawanhukum.id/problematika-penegakan-hukum-di-indonesia/
https://brainly.co.id/tugas/40030719?
utm_source=android&utm_medium=share&utm_campaign=question

18
19

Anda mungkin juga menyukai