Oleh:
KELOMPOK II
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan
dan haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW., yang syafaatnya senantiasa kita nantikan
kelak.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Namun, kami menyadari bahwa walaupun penulisan makalah ini diupayakan
dengan sebaik mungkin, tentu masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami memohon maaf atas ketidaksempurnaan
penulisan makalah ini. Dengan demikian, kami terbuka atas kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, berikut ini rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan penyusunan makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Landasan Sosiologis
3
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
c. Landasan Yuridis
Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat, dan
bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau
sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Padanan kata asas adalah prinsip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam
berpikir, berpendapat, dan bertindak.
4
c. Hukum membatasi diri pada hal-hal yang riil dan aktual, menghindarkan sesuatu
yang metaforik dan hipotetik.
c. Tidak boleh ada peraturan berlaku surut oleh karena jika ditolak tidak dapat
menjadi pedoman tingkah laku.
f. Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat
dilakukan.
Kedelapan asas tersebut lebih dari sekedar persyaratan adanya suatu sistem
5
hukum melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang
mengandung moralitas tertentu.
Pendapat yang lebih terperinci dikemukakan oleh I.C. van der Vlies, dimana
membagi asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut
(beginselen van behoolijke rejel geving) ke dalam asas formal dan materiil.
6
a. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duetlijke doelstelling);
a. Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van duitdelijke
terminologie en duitdelijke systematiek);
e. Asas pelaksanaan hukum yang sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van
de individuale rechtsbedeling).
Pendapat I.C. van der Vlies ini tidak begitu berbeda jauh dengan rumusan A.
Hamid S. Attamimi, beliau merumuskan asas-asas yang khusus bagi perundang-
undangan Indonesia yang disebutnya sebagai asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan Indonesia yang patut. Asas-asas tersebut sebagai berikut.
a. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara;
7
d. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan berdasar sistem konstitusi.
a. kejelasan tujuan;
8
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
g. keterbukaan.
b. Yang dimaksud dengan “asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat”
adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal
demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang.
c. Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.
f. Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan
Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum
9
yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
Adapun ketentuan Pasal 6 ayat (1), bahwa materi muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan asas:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
g. keadilan;
a. Yang dimaksud dengan “asas pengayoman” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk
menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan dan
penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara
10
dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
f. Yang dimaksud dengan “asas bhinneka tunggal ika” adalah bahwa Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.
i. Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
11
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan
individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.
Adapun penjelasan Pasal 6 Ayat (2), bahwa Yang dimaksud dengan “asas lain
sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”,
antara lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Website/Internet
Peraturan Perundang-Undangan
14