Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“LANDASAN DAN ASAS-ASAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Perundang-Undangan yang


diampuh oleh Ibu Nuvazria Achir, SH., MH

Oleh:
KELOMPOK II

1 Mohamad Afriyansyah Dukalang 11 Mohammad Bachtiar Attamimi


2 Muh. Iksan Putra Kai 12 Alvid Cesariansyah Jusuf
3 Mohamad Arif Asiari 13 Zulfikal Alwi Abbas
4 Mualim M. Pasole 14 Sarwan Yusuf Makalalag
5 Supriandi Umar 15 Andi Muh Najamudin Badolo
6 Mohamad Razif Panigoro 16 Wahyu Rezhaldy Mahmud
7 Muhammad Sholeh 17 Mohamad Farhan Djafar
8 Fadel Yulianto Razak 18 Hapit Dama
9 Mohamad Zulfikar Danendra Yusuf 19 Cipto Kai
10 Indrawan K. Konu

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
PROGRAM STUDI S1-ILMU HUKUM
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan
dan haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW., yang syafaatnya senantiasa kita nantikan
kelak.

Dalam makalah yang berjudul “Landasan dan Asas-Asas Peraturan Perundang-


Undangan” ini, kami sajikan berdasarkan referensi yang kami dapatkan dari beberapa
sumber, seperti website/internet, jurnal, dan buku. Adapun tujuan penyusunan makalah
ini yakni untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Perundang-Undangan oleh Ibu
Nuvazria Achir, SH., MH. Dalam penulisan makalah ini kami tidak sendirian, sebab
dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Namun, kami menyadari bahwa walaupun penulisan makalah ini diupayakan
dengan sebaik mungkin, tentu masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami memohon maaf atas ketidaksempurnaan
penulisan makalah ini. Dengan demikian, kami terbuka atas kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

2.1 Landasan Peraturan Perundang-Undangan ............................................ 3


2.2 Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan ........................................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara hukum, berkewajiban melaksanakan pembangunan


hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam
sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang


baik, dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang
dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua
lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan.

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan


Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Adapun Peraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa dalam membentuk Peraturan


Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Hal
ini berarti pembentukan peraturan perundang-undangan tidak dapat dilakukan secara
asal-asalan, tanpa tujuan yang jelas atau bahkan dibentuk untuk kepentingan pribadi.
Akan tetapi, pembentukan peraturan perundang-undangan haruslah dilakukan
berdasarkan pada landasan dan asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
seharusnya. Lantas apa saja landasan dan asas pembentukan Peraturan Perundang-
undangan? Hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, berikut ini rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini.

1.2.1 Apa saja landasan peraturan perundang-undangan?


1.2.2 Apa saja asas-asas peraturan perundang-undangan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan penyusunan makalah ini.

1.3.1 Untuk mengetahui landasan peraturan perundang-undangan.


1.3.2 Untuk mengetahui asas-asas peraturan perundang-undangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Peraturan Perundang-Undangan

Pengertian peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan Van Der Tak mendefinisikan Peraturan Perundang-undangan sebagai


kaidah hukum tertulis yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, berisi aturan-aturan
tingkah laku yang bersifat abstrak dan mengikat umum.

Menurut A. Hamid Attamimi bahwa dalam konteks pembentukan Hukum Nasional,


terdapat 3 (tiga) fungsi utama Ilmu Perundang-undangan, yaitu:

a. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara yang senantiasa berkembang;
b. Untuk menjembatani lingkup hukum adat dengan hukum yang tidak tertulis
lainnya; atau
c. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian hukum tidak tertulis bagi masyarakat.
Ada tiga landasan yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan. Berikut ini landasan-landasan tersebut.
a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan
cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

b. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai

3
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

c. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah
ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang
lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah
ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

2.2 Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan


2.2.1 Landasan Teori tentang Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat, dan
bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau
sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Padanan kata asas adalah prinsip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam
berpikir, berpendapat, dan bertindak.

Dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan, pembuatnya harus


menerapkan dasar pemikiran yang melandasi pembentukan peraturan perundang-
undangan, di samping asas yang bersifat umum, juga bersifat khusus. Berikut ini
beberapa pendapat ahli tentang asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan
yang dapat dijadikan landasan yakni antara lain:

Montesquieu mengemukakan bahwa hal-hal yang dapat dijadikan asas-asas yakni


sebagai berikut.

a. Gaya harus padat (concise) dan mudah (simple).


b. Istilah yang digunakan bersifat mutlak dan tidak relatif.

4
c. Hukum membatasi diri pada hal-hal yang riil dan aktual, menghindarkan sesuatu
yang metaforik dan hipotetik.

d. Hukum hendaknya tidak halus, karena hukum dibentuk untuk rakyat.

e. Hukum hendaknya tidak merancukan pokok masalah dengan pengecualian,


pembatasan, atau pengubahan, gunakan semua itu hanya apabila benar-benar
diperlukan.

f. Hukum hendaknya tidak bersifat argumentatif/dapat diperdebatkan.

g. Lebih dari itu semua, pembentukan hukum hendaknya dipertimbangkan matang-


matang dan mempunyai manfaat praktis, dan hendaknya tidak mensyaratkan
sendi-sendi pertimbangan dasar, keadilan dan hakikat permasalahan; sebab
hukum yang lemah, tidak perlu dan tidak adil akan membawa seluruh sistem
perundang-undangan kepada nama jelek dan menggoyahkan kewibawaan negara.

Selanjutnya, Lon L. Fuller memandang dari sudut pembentuk peraturan


perundang-undangan, melihat hukum sebagai alat untuk mengatur masyarakat. Tujuan
pembentuk peraturan perundang-undangan akan berhasil apabila ia sampai pada tingkat
tertentu memperhatikan asas-asas yang diambilnya principles of legality yaitu:

a. Tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad-hoc.

b. Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan.

c. Tidak boleh ada peraturan berlaku surut oleh karena jika ditolak tidak dapat
menjadi pedoman tingkah laku.

d. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti.

e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu


sama lain.

f. Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat
dilakukan.

g. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga


menyebabkan seseorang akan kehilangan orientasi.

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya.

Kedelapan asas tersebut lebih dari sekedar persyaratan adanya suatu sistem

5
hukum melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang
mengandung moralitas tertentu.

Selanjutnya, Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto (dalam Sugi Arto,


2015: 3-5), memperkenalkan 6 (enam) asas sebagai berikut.

a. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non-retroaktif);

b. Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,


mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;

c. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan


perundang-undangan yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generalis);

d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatalkan


peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogate
lex periori);

e. Peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat;

f. Peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat


mencapai kesejahteraan spiritual dan materil bagi masyarakat maupun individu,
melalui pembaharuan atau pelestarian (asas welvaarstaat).

Hampir sama dengan pendapat ahli sebelumnya, Amiroedin Sjarief, mengajukan


lima asas sebagai berikut.

a. Asas tingkatan hierarki;

b. Peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat;

c. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan


perundang-undangan yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generalis);

d. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut;

e. Undang-undang yang baru menyampingkan undang-undang yang lama (lex


posteriori derogate lex periori).

Pendapat yang lebih terperinci dikemukakan oleh I.C. van der Vlies, dimana
membagi asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut
(beginselen van behoolijke rejel geving) ke dalam asas formal dan materiil.

Asas-asas formal meliputi:

6
a. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duetlijke doelstelling);

b. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste organ);

c. Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);

d. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoorbaarheid);

e. Asas konsensus (het beginsel van consensus).

Asas-asas materiil meliputi:

a. Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van duitdelijke
terminologie en duitdelijke systematiek);

b. Asas dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid);

c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechtsgelijkheids beginsel);

d. Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel);

e. Asas pelaksanaan hukum yang sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van
de individuale rechtsbedeling).

Pendapat I.C. van der Vlies ini tidak begitu berbeda jauh dengan rumusan A.
Hamid S. Attamimi, beliau merumuskan asas-asas yang khusus bagi perundang-
undangan Indonesia yang disebutnya sebagai asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan Indonesia yang patut. Asas-asas tersebut sebagai berikut.

Asas-asas formal, dengan perincian:

a. Asas tujuan yang jelas;

b. Asas perlunya pengaturan;

c. Asas organ/lembaga yang tepat;

d. Asas materi muatan yang tepat; dan

e. Asas dapat dikenali.

Asas-asas yang Material, dengan perincian:

a. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara;

b. Asas sesuai dengan dasar hukum negara;

c. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum; dan

7
d. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan berdasar sistem konstitusi.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang telah diuraikan di


atas, merupakan asas-asas umum pembentukan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Indonesia.

2.2.2 Pengaturan Hukum Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Secara umum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan memuat materi-materi pokok yang disusun secara
sistematis sebagai berikut: asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan; jenis,
hierarki, dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan; perencanaan Peraturan
Perundang-undangan; penyusunan Peraturan Perundang-undangan; teknik penyusunan
Peraturan Perundang-undangan; pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-
Undang; pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; pengundangan Peraturan Perundang-
undangan; penyebarluasan; partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai pembentukan
Keputusan Presiden dan lembaga negara serta pemerintah lainnya.

Adapun ketentuan mengenai asas-asas peraturan perundang-undangan di dalam


undang-undang ini dituangkan dalam Bab II tentang Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan pada dasarnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas
pembentukan peraturan perundang-undangan dan asas materi muatan peraturan
perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 5 dan 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Berikut ini asas-asas
peraturan perundang-undangan tersebut.

1) Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Pasal 5 menentukan bahwa Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan


harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

8
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Berikut ini penjelasan asas-asas dalam Pasal 5 tersebut.

a. Yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap


pembentukan peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai.

b. Yang dimaksud dengan “asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat”
adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal
demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang.

c. Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.

d. Yang dimaksud dengan “asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. Yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa


setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

f. Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan
Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum

9
yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah bahwa dalam Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan
dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2) Asas Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Adapun ketentuan Pasal 6 ayat (1), bahwa materi muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Berikut ini penjelasan asas-asas dalam Pasal 6 Ayat (1) tersebut.

a. Yang dimaksud dengan “asas pengayoman” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk
menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan dan
penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara

10
dan penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

d. Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Yang dimaksud dengan “asas kenusantaraan” adalah bahwa setiap Materi


Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

f. Yang dimaksud dengan “asas bhinneka tunggal ika” adalah bahwa Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.

h. Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan


pemerintahan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar
belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

i. Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

j. Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan”


adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus

11
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan
individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Selanjutnya ketentuan Pasal 6 ayat (2) menentukan bahwa selain mencerminkan


asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu
dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan
yang bersangkutan. Dalam hal ini, tentu asas-asas umum pemerintahan yang baik
juga turut diperhatikan.

Adapun penjelasan Pasal 6 Ayat (2), bahwa Yang dimaksud dengan “asas lain
sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”,
antara lain:

a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan


peraturan perundang-undangan harus memperhatikan landasan dan asas-asas peraturan
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Adapun landasan peraturan perundang-undangan yang perlu diperhatikan yakni


landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis. Sedangkan asas-asas peraturan perundang-
undangan yang perlu diperhatikan terdiri atas dua, yakni asas pembentukan perundang-
undangan yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
tepat; kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; dapat dilaksanakan;
kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan; dan keterbukaan. Serta asas
materi muatan peraturan perundang-undangan yang meliputi: pengayoman;
kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenusantaraan; bhinneka tunggal ika;
keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; ketertiban dan
kepastian hukum; dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Moonti, Roy Marthen. 2017. Ilmu Perundang-Undangan. Makassar: Penerbit


Keretakupa. 31-34.

Jurnal

Noviawati, Evi. 2018. Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan. Jurnal Unigal: 6(1), 53-55.

AR, Andi Bau Inggit. 2019. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


Dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah. Jurnal Restorative Justice:
3(1), 2-10.

Website/Internet

Hasanah, Sovia. 2018. Arti Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis.


https://www.hukumonline.com/klinik/a/arti-landasan-filosofis--sosiologis--dan-
yuridis-lt59394de7562ff (diakses pada tanggal 28 Februari 2022 pukul 10.05
Wita).

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan.

14

Anda mungkin juga menyukai