Anda di halaman 1dari 12

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Syaifullah Sh, Mh.

Disusun oleh:

Nama Nim
Feri Ferdiansah 221011402270
Landhep Arsa Pryangga 221011401035
Muhamad Donny Alimbara 221011402489
Reza Saputra 221011401091
Zidan Rahman 221011401088

MATA KULIAH PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN BANTEN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha Pengampun dan maha
Penyayang. Saya panjatkan beribu-ribu pujian serta syukur atas segala nikmat Nya
yang karena nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini

Terimakasih tidak lupa pula saya ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yakni Bapak Syaifullah Sh, Mh yang telah melimpahkan
ilmu serta waktu nya untuk membimbing kami hingga dapat menyelesaikan makalah

Saya sebagai penulis makalah ini sadar bahwa makalah yang saya buat masih
banyak memiliki kekurangan dan juga kesalahan. Maka dari itu saya meminta maaf
kepada para pembaca apabila makalah ini jauh dari kata sempurna. Saya berharap para
pembaca mau meluangkan waktu untuk memberi kritik juga saran yang membangun
agar dapat membantu bagi seluruh pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 Proses Pembentukan Perundang-undangan di Indonesia ................................. 2
2.2 Prinsip Dalam Membentuk Dan Menerapkan Undang-Undang ...................... 4
2.3 Mengetahui Hubungan Hukum Islam Dengan Perundang-Undangan di
Indonesia ................................................................................................................ 5

2.4 Kenapa Perpu Di Tolak ............................................................................................ 6

2.5 Mengetahui Keuntungan Perpu Diciptakan ........................................................... 8


BAB III............................................................................................................................... 9
PENUTUP.......................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9
3.2 Saran ...................................................................................................................... 9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan perundang-undang adalah syarat bagi suatu negara untuk


membentuk hukum nasional. Pembentukan peraturan undang-undangan hanya dapat
terwujud apabila didukung oleh metode yang baik, yang mengikat semua lembaga yang
berwenang membuat peraturan perundang-undangan. Konsep pembentukan perundang-
undangan harus sejalan dengan ideologi negara yaitu Pancasila. Selain itu pembentukan
undang-undang juga harus mengutamakan hak asasi manusia. Dengan kata lain
perundang-undangan harus menyetarakan seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang
ras, status sosial atau agama.

1.2 Rumusan Masalah

1. proses pembentukan perundang-undangan di Indonesia


2. prinsip dalam membentuk dan menerapkan undang-undang
3. hubungan hukum islam dengan perundang-undangan di Indonesia
4. Kenapa perpu ditolak?.. berikan alasan anda!
5. Keuntungan perpu diciptakan oleh pemerintah

1.3 Tujuan

1. Mengetahui proses pembentukan perundang-undangan di Indonesia

2. Mengetahui prinsip dalam membentuk dan menerapkan undang-undang

3. Mengetahui hubungan hukum islam dengan perundang-undangan di Indonesia

4. Mengetahui alasan perpu di tolak

5. Mengetahui keuntungan perpu di ciptakan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Perundang-undangan di Indonesia

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik terbagi dalam


dua asas, yaitu asas formal dan asas-asas material1. Asas formal meliputi : asas tujuan
yang jelas, asas organ/Lembaga yang tepat, asas perlunya pengaturan, asas dapatnya
dilaksankan dan, asas consensus.

Sementara asas-asas materil meliputi : asas tentang terminologi dan


sistematika yang benar, asas tentang dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam
hukum, asas kepastian hukum, asas pelaksanakan hukum sesuai keadaan individual.

Selanjutnya konsep pembentuk perundang-undangan adalah rancangan atau


plan dalam membentuk hukum. Hukum pada hakekatnya adalah produk penilaian
akal-budi yang berakar dalam hati nurani manusia tentang keadilan berkenaan
dengan perilaku manusia dan situasi kehidupan manusia.

Proses pembentukan perundang-undangan diatur dalam beberapa pasal


diantara nya yaitu 2:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22 D ayat (1), dan Pasal 22 D
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. UU RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 mengenai


MPR, DPR, DPD, dan DPRD

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

5. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR


RI/TAHUN 2009 tentang Tata Tertib;

6. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2012 tentang Tata Cara Penyusunan Program Legislasi Nasional;
2
7. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2012 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang;

8. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 mengenai


Pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Pembentukan Undang-undang adalah tugas dan wewenang DPR. Hal inididasari
oleh pasal 20 ayat (1). Dalam tahap perencanaan DPR dan presiden Menyusun daftar
UU dan untuk RUU tertentu DPD juga ikut dalam tahap perencanaan ini. Proses ini
dikenal dengan “Prolegnas” atau program legislasi nasional.

Prolegnas ini terbagi ke dalam dua jenis yaitu 3: Prolegnas Jangka Menengah
yakni untuk program yang disusun selama 5 tahun dan Prolegnas Prioritas Tahunan
atau prolegnas tahunan. Sebelum menjadi prolegnas tahunan DPR dan pemerintah
harus Menyusun Naskah Akademik dan RUU tersebut. Dalam keadaan tertentu yang
mendesak Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang tidak terdapat dalam
prolegnas.

Dalam proses perancangan RUU, tahapan pengambilan masukan dilakukan


secara terpisah. Yang kemudian hasil dari pengambilan masukan tersebut di
kolektifkan kepada DPR.

Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyusunan Rancangan Undang-


Undang. Tahapan ini adalah tahapan sebelum pembahasan bersama antara DPR dan
pemerintah mengenai RUU yang akan di sah kan. Tahapan ini berisikan :

a. Pembuatan naskah akademik, yaitu hasil penelitian atau kajian tertentu


tentang suatu masalah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

b. Penyusunan rancangan undang-undang, pembuatan rancangan peraturan


pasal demi pasal harus mengikuti ketentuan dalam lampiran II UU 12/2011

c. Lalu dilanjutkan dengan harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan


konsepsi. Sebuah tahapan untuk memastikan bahwa RUU yang disusun
3
harus sesuai atau selaras dengan Pancasila, UUD NRI tahun 1945 dan UU
lain. Selain itu RUU tersebut juga harus selaras dengan Teknik
penyusunan peraturan prundang-undangan.

Selanjutnya yaitu tahapan Pembahasan Rancangan Undang-Undang.


Pembahasan RUU oleh DPR dan presiden akan melalui 2 tingkat. Tingkat pertama
yaitu pembicaraan dalam rapat komisi, gabungan komisi, rapat badan legislasi dan
rapat badan anggaran. Tingkat kedua berupa pembicaraan dalam rapat paripurna.

Tahap selanjutnya adalah tahapan Pengesahan Undang-undang. Setelah RUU


disetujui oleh DPR dan presiden, RUU tersebut akan dituangkan dalam kertas
kepresidenan oleh Sekretariat Negara dan kemudian dikirimkan kepada presiden
untuk disahkan. Pengesahan RUU dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan
paling lambat 30 hari sejak RUU tersebut disetujui.

2.2 Prinsip Dalam Membentuk Dan Menerapkan Undang-Undang

Indonesia sebagai negara hukum yang memiliki jenjang hukum, dalam


pembentukan perundang-undangan diharuskan mementingkan hierarki perundang-
undangan. 4Ada beberapa pedoman yang harus diikuti dalam pembentukan
perundang-undangan di Indonesia. Pertama yaitu ideologi negara yaitu pancasila.
Kedua Norma Fundamental Negara tidak lain yaitu pancasila. Ketiga yaitu asas-
asas negara yang berdasar hukum dan asas-asas pemerintah berdasar konstitusi.

Selain ketiga pedoman tersebut, ada juga prinsip-prinsip yang digunakan


dalam pembentukan undang-undang yaitu : dasar peraturan perundang-undangan
selalu menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai acuan, hanya peraturan
perundang-undangan tertentu saja yang dapat digunakan sebagai landasan yuridis
dalam pembentukan perundang-undangan, kemudian pencabutan atau pengubahan
peraturan perundanga-undangan yang telah berlaku hanya bisa di cabut atau diubah
oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih tinggi, yang terakhir
perundanga-undangan yang baru mengesampingkan perundang-undangan yang
lama.

4
2.3 Mengetahui Hubungan Hukum Islam Dengan Perundang-
Undangan diIndonesia

Indonesia adalah salah satu negara dengan masyarakat muslim terbanyak di


dunia. Dengan fakta bahwa negara Indonesia adalah negara dengan mayoritas
beragam islam tentu hukum islam cukup berpengaruh dalam perundang-undangan
nya.

Dalam perkembangan nya hukum islam sekarang ini telah menjadi bagian
dari sistem hukum negara5. Hukum islam di negara Indonesia sudah hadir sejak
pertama kali kedatangan agama islam di Nusantara.

Meskipun bukan negara syariah tetapi hukum islam dapat masuk kedalam
sistem hukum nasional. Menurut Ija Suntana dalam sebuah jurnal yang berjudul
“Dari Internalisasi ke Formalisasi Perkembangan Hukum Islam di Indonesia” ada
dua bentuk perkembangan yang terjadi pada masyrakat muslim di Indonesia yaitu
internalisasi dan formalisasi.

Internalisasi di masyarakat adalah bentuk dari perwujudan menjaga syariat


islam di Indonesia. Penyampaian ajaran islam secara turun-temurun yang dilakukan
baik secara formal maupun secara informal dan mewujudkan nya dalam
berkehidupan sehari-hari adalah internalisasi.
Dalam hukum nasional kita dapat menemukan contoh internalisasi yang
dianggap berhasil yaitu dalam bidang hukum keluarga, kewarisan dan perkawinan.

Selanjutnya bentuk perkembangan formalisasi hukum islam di Indonesia


mewujudkan hukum islam menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan.
Melalui hal ini hukum islam tidak hanya menjadi hukum yang berjalan di
masyarakat namun menjadi hukum positif yang diberlakukan oleh negara.

Formalisasi hukum islam di negara Indonesia mengalami kemajuan pada


masa orde Reformasi. Hal ini disebabkan pada masa tersebut penyampaian aspirasi
lebih bebas dan demokrasi mulai terbuka.

Dari kemajuan tersebut lalu menghasilkan undang-undang yang berpedoman


pada hukum islam. yaitu undang-undang tentang perkawinan, perbankan syariah,
penyelenggaraan haji, pengelolaan zakat, wakaf, surat berharga syariah, undang-
undang pornografi dan pornoaksi, dan sertifikasi halal produk.

5
Walaupun mengalami kemajuan, formalisasi ini masi diperdebatkan oleh
masyarakat islam. Mereka terbagi menjadi dua kelompok yaitu : kelompok
simbolistik dan kelompok substansial.

Kelompok simbolistik berpendapat bahwa penerapan hukum islam harus


dilakukan secara teknis dan simbolis. Sementara kelompok substansial berpendapat
bahwa formalisasi tersebut tidak harus dilakukan secara teknis, akan tetapi
substantif melalui penerapan nilai-nilai yang global.

Selanjutnya, muncul formalisasi hukum islam baik ditingkat pusat maupun


daerah yang tidak beralasan dan tidak berlandaskan kebutuhan yang mendesak.6
Bahkan beberapa politikus mulai menggunakan formalisasi syariat sebagai bahan
kampanya demi menuai simpati masyarakat.

2.4 Kenapa Perpu Ditolak

menurut Pasal 71 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan


Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah:

DPR berwenang memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan


terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh
Presiden untuk menjadi undang-undang.

adapun penolakan perpu disebabka beberapa hal seperti


1. mungkin bisa karena tidak sesuai dengan Undang-Undang dasar sehinggat
terjadi penolakan terjadi dpr

2. atau karena bisa berakibat merugikan masyarakat banyak

Terjadinya penolakan perpu ditolak dikarenkan mengenai 3 unsur:

1. adanya unsur ancaman sehingga mebahayakan (degours threat)

unsur ancaman yang mebahayakan dapat dilihat pada pasal 12 UUD tahun
1945 yang menyangkut “keadaan bahaya” seperti contoh Perpu Nomor 1 Tahun 2002
yang menyangkut Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Yang mana dapat
diamaati bahwa pada saat itu terjadi terorisme dibeberapa tempat mengakibatkan
kerugian. Serta mengakibatkan ketidakamanan yang mersahkan masyarakat.
6
2. adanya suatu unsur kebutuhan yang mengharuskan (resonable necessit)

Contoh perpu yang dikeluaran untuk unsur kebutuhan adalah Perpu Nomor 3
tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang 9 teahun 1992 tentang
Keimigrasian, yang mana kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan
mulai tahun 1430 hijriyah seluruh Jemaah haji yang berasal dari Indonesia harus
memiliki paspor biasa yang berlaku secara internasional. Hal tersebut dijadikan
sebagai tolak ukur kegentingan yang memaksa yang mengakibatkan Pemerintah
perlu melakukan upaya yang bersifat sesegera mungkin agar menjamin
ketersediaan paspor supaya ibadah haji dapat dilaksanakan

3. adadanya Unsur keterbatasan waktu (limited time) yang tersedia

Contoh perpu yang dikeluaran untuk unsur kebutuhan adalah Perpu Nomor 3
tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang 9 teahun 1992 tentang
Keimigrasian, yang mana kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan
mulai tahun 1430 hijriyah seluruh Jemaah haji yang berasal dari Indonesia harus
memiliki paspor biasa yang berlaku secara internasional. Hal tersebut dijadikan
sebagai tolak ukur kegentingan yang memaksa yang mengakibatkan Pemerintah
perlu melakukan upaya yang bersifat sesegera mungkin agar menjamin
ketersediaan paspor supaya ibadah haji dapat dilaksanakan memaksa tersebut
terepnuhi dan memaksa mengeluarkan kebijakan sebagi produk hukum yang
dianggap dapat menjadi jalan keluar segala kegentingan tersebut sebagai mana
mestiya

7
2.5 Mengetahui Keuntungan Perpu Diciptakan

Keuntungan perpu diciptakan oleh pemerintahan yaitu:


1. Membuat aturan untuk menyelesaikan masalah hukum yang mendesak harus
diselesaikan dalam waktu cepat sedangkan proses pembuatan undang-undang
membutuhkan waktu yang lama. Presiden bisa melihat beberapa kasus hukum di
Indonesia yang membutuhkan aturan cepat dalam satu minggu hingga satu bulan. Jika
membuat undang-undang untuk menyelesaikan kasus ini, maka membutuhkan waktu
mencapai 6 bulan hingga 1 tahun. Oleh karena itu, mengeluarkan perpu (peraturan
pemerintah pengganti undang-undang) dinilai menjadi pilihan yang baik.

2. Membuat aturan perundang-undangan akibat kekosongan hukum atau undang-undang


yang ada tidak cukup menyelesaikan kasus hukum yang dihadapi. Dalam hal ini untuk
memperbarui atau membuat undang-undang baru membutuhkan waktu yang lama.
Sehingga, Perpu dikeluarkan untuk mengisi kekosongan hukum tersebut.

3. Perpu juga dapat menjadi pengaturan lebih lanjut di bidang materi konstitusi yang belum
memiliki undang-undang yang menjelaskan dengan tegas mengenai hal tersebut.

4. dibentuknya perpu juga dapat berupa pengaturan yang menjelaskan lebih lanjut dan
secara umum mengenai beberapa aturan dasar yang dituangkan di dalam batang tubuh
UUD 1945. Misalnya, aturan mengenai pertahanan dan keamanan yang dilakukan dengan
membentuk Perpu anti terorisme.

Mengetahui kenapa peraturan perundang undangan di tolak

menurut Pasal 71 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan


Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah:

DPR berwenang memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan


terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh
Presiden untuk menjadi undang-undang.

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam prosesnya, pembentukan peraturan perundang-undangan berpedoman pada
dua asas yaitu : asas formal dan asas-asas material. Asas formal meliputi : asas tujuan
yang jelas, asas organ/Lembaga yang tepat, asas perlunya pengaturan, asas dapatnya
dilaksankan dan, asas konsensus.

asas-asas materil meliputi : asas tentang terminologi dan sistematika yang benar,
asas tentang dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum, asas kepastian
hukum, asas pelaksanakan hukum sesuai keadaan individual.

Proses pembentukan peraturan perundang-undangan terbagi menjadi beberapa


tahapan yaitu :

- Tahapan perencanaan oleh DPR, presiden, dan DPD (bila rancangan tersebuta
terkait dengan RUU tertentu)
- Tahapan penyusunan RUU
- Tahapan pembahasan RUU yang akan melalui 2 tingkat yaitu : Tingkat pertama
yaitu pembicaraan dalam rapat komisi, gabungan komisi, rapat badan legislasi
dan rapat badan anggaran. Tingkat kedua berupa pembicaraan dalam rapat
paripurna.
- Tahapan yang terakhir adalan Tahapan Pengesahan

Dalam perkembangan nya hukum islam masuk kedalam bagian dari sistem hukum
nasional. masuk nya hukum islam kedalam sistem hukum nasional ini melalui dua bentuk
perkembangan yaitu internalisasi dan formalisasi

Bidang hukum keluarga, kewarisan, perkawinan adalah contoh internalisasi hukum


islam yang berhasil.

3.2Saran
Saya sebagai penyusun sekaligus penulis makalah ini sepenuh nya sadar bahwa
makalah yang saya buat ini sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya
memohon maaf apabila ada kekurangan dan juga kesalahan yang terdapat dalam karya
saya. Kritik dan saran dari pembaca akan sangat membantu saya untuk agar bisa lebih
teliti dan lebih baik ke depan nya.

Anda mungkin juga menyukai