DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas yang disampaikan oleh Dosen kami. Pada kesempatan ini pula, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan bahan kajian pada tugas ini. Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan sebutan sebagai negara hukum,
Indonesia memiliki aturan-aturan hukum yang berbentuk perundang undangan. Bentuk
peraturan perundang-undangan ini berfungsi untuk mengatur masyarakat ke arah yang
lebih baik lagi. Dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan, tentunya
membutuhkan suatu konsep dalam rencana untuk membentuk suatu peraturan
perundang-undangan yang baik.
Asas dalam konsep negara hukum Pancasila dapat dijabarkan dan direalisasikan
menjadi asas-asas pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik, yang
menciptakan kepastian, keadilan, dan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas
pembentukan peraturan perundang-undangan harus menganut asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan.
1. Pertama, Asas kejelasan tujuan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai;
2. Kedua, Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini
mengartikan bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau
batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang,
3. Ketiga, Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini
mengartikan bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan
hierarki Peraturan Perundang undangan;
4. Keempat, Asas dapat dilaksanakan, asas ini mengartikan bahwa setiap
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis;
5. Kelima, Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas ini mengartikan bahwa
setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar- benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara,
6. Keenam, Asas kejelasan rumusan, asas ini mengartikan bahwa setiap Peraturan
Perundang undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum
yang jelas dan mudah di mengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya;
7. Ketujuh, Asas keterbukaan, asas ini mengartikan bahwa dalam Pembentukan
Peraturan Perundang undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Oleh sebab itu, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam
Pembentukan Peraturan Perundang undangan.
c. DPD
Kewenangan legislatif yang dimiliki DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR
dan ikut membahas rancangan undang-undang yang terkait dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan, pemekaran, dan
pengabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Selain itu, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
d. Presiden
Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang
eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden
diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan
pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai
ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan
bidang legislatif maupun bidang yudikatif.
e. Mahkamah Agung
f. Mahkamah Konstitusi
Dengan wewenang sebagai berikut:
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
g. Komisi Yudisial
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Baldwin, Robert & Martin Cave, 1999, Understanding Regulation: Theory, Strategi and
Practice, UK: Oxford University Press, dalam Luky Djani, “Efektivitas-Biaya
dalam Pembuatan Legislasi”, Jurnal Hukum Jentera, Jakarta, Oktober
2005.