Anda di halaman 1dari 13

SISTEM KONSTITUSI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN LEMBAGA- LEMBAGA NEGARA

DISUSUN OLEH:

ILMI AMALIYAH NURADHA (M02131050)

MUHAMMAD KHAYKAL (M021231051)

LISAN FAHIRA (M021231049)

MUHAMMAD DEWAN (M021231048)

IRZA FADILLA RAMADANI (I011231040)

NUR ALYA S. (I011231038)

KEREN ASRI BURA (I011231039)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas yang disampaikan oleh Dosen kami. Pada kesempatan ini pula, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan bahan kajian pada tugas ini. Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Makassar, maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................

1.3 Tujuan...........................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................

2.1 Aturan perundang -undangan........................................................................................

2.2 Lembaga-Lembaga Negara..........................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan syarat dalam rangka


pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh metode
yang baik, yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan
perundang-undangan. Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai kewajiban
melaksanakan pembangunan hukum nasional yang baik, yang dilakukan secara
terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional. Konsep
pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia meliputi beberapa konsep
yaitu konsep pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan konsep
negara hukum Pancasila. Selain itu, konsep pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik harus mengedepankan perlindungan Hak Asasi Manusia. Konsep
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus mengedepankan asas
equality before the law. Konsep pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
harus sesuai dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh undang- undang. Untuk selanjutnya, konsep
pembentukan perundang-undangan dibentuk oleh pemegang kekuasaan yang sah, yang
dipilih oleh rakyat secara demokrasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana fungsi peraturan perundang-undangan dalam sebuah negara' hukum


seperti Indonesia?
2. mengapa asas-asas harus dipertimbangkan dalam pembentukan undang
undang?
3. apa saja asas yang baik untuk dipertimbangkan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan?
4. Bagaimana perubahan lembaga-lembaga negara sebelum dan sesudah
perubahan ?
5. Bagaimana tugas dan wewenang setiap lembaga negara yang ada di Indonesia?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahi bagaimana fungsi peraturan perundang-undangan dalam


sebuah negara' hukum seperti Indonesia?
2. Untuk mengetahi mengapa asas-asas harus dipertimbangkan dalam
pembentukan undang undang?
3. Untuk mengetahi apa saja asas yang baik untuk dipertimbangkan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan?
4. Untuk mengetahi Bagaimana perubahan lembaga-lembaga negara sebelum dan
sesudah perubahan ?
5. Untuk mengetahi Bagaimana tugas dan wewenang setiap lembaga negara yang
ada di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aturan Perundangan Undangan

Negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan sebutan sebagai negara hukum,
Indonesia memiliki aturan-aturan hukum yang berbentuk perundang undangan. Bentuk
peraturan perundang-undangan ini berfungsi untuk mengatur masyarakat ke arah yang
lebih baik lagi. Dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan, tentunya
membutuhkan suatu konsep dalam rencana untuk membentuk suatu peraturan
perundang-undangan yang baik.

Konsep pembentukan peraturan perundang undangan di Indonesia harus benar-benar


sesuai dengan norma dasar serta asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan. Dengan demikian, pembentukan peraturan perundang-undangan akan
membentuk hukum yang sesuai dengan cita hukum bangsa Indonesia itu sendiri dengan
mengedepankan konsep yang baik dalam membentuk suatu peraturan perundang-
undangan yang baik, yang mampu mengatur , menjaga dan melindungi seluruh

masyarakat bangsa dan negara Indonesia

a. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang undangan


Asas merupakan dasar atau landasan dalam menentukan sikap dan perilaku.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan dasar pijak bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan dan penentu kebijakan dalam
membentuk peraturan perundang-undangan. Semua asas-asas harus terpateri dalam
diri penentu kebijakan yang akan membentuk peraturan perundang- undangan.
Di dalam pembentukan peraturan perundang-undangan tentunya membutuhkan asas
atau dasar dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan. Dalam
pembentukan peraturan perundang- undangan NKRI yang berasaskan Pancasila
sebagai dasar fundamentalnya. Konsep negara hukum Pancasila merupakan konsep
negara hukum asli dari Indonesia menjadi asas yang utama dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Konsep negara hukum Pancasila
berperan penting dalam mewujudkan peraturan perundang- undangan . Asas yang di
adopsi dari konsep negara hukum Pancasila memiliki kebenaran yang telah diakui
oleh bangsa Indonesia sejak dulu sampai sekarang. Konsep negara hukum Pancasila
sudah tidak diragukan lagi kebenarannya dalam mewujudkan asas pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Asas dalam konsep negara hukum Pancasila dapat dijabarkan dan direalisasikan
menjadi asas-asas pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik, yang
menciptakan kepastian, keadilan, dan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas
pembentukan peraturan perundang-undangan harus menganut asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan.

Asas pembentukan peraturan Perundang- undangan yang baik, meliputi:

1. Pertama, Asas kejelasan tujuan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai;
2. Kedua, Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini
mengartikan bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau
batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang,
3. Ketiga, Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini
mengartikan bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan
hierarki Peraturan Perundang undangan;
4. Keempat, Asas dapat dilaksanakan, asas ini mengartikan bahwa setiap
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis;
5. Kelima, Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas ini mengartikan bahwa
setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar- benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara,
6. Keenam, Asas kejelasan rumusan, asas ini mengartikan bahwa setiap Peraturan
Perundang undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum
yang jelas dan mudah di mengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya;
7. Ketujuh, Asas keterbukaan, asas ini mengartikan bahwa dalam Pembentukan
Peraturan Perundang undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Oleh sebab itu, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam
Pembentukan Peraturan Perundang undangan.

b. Konsep dasar peraturan perundang-undangan

Berdasarkan Pancasila, mengedepankan Hak Asasi Manusia termasuk hak


keadilan bagi warga negara serta memberikan persamaan di hadapan hukum bagi
seluruh rakyat Indonesia. Konsep ini tentunya menjadi pedoman bagi pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik bagi bangsa dan negara Indonesia,
menciptakan kepastian yang mengadopsi nilai-nilai Pancasila sehingga dapat
mendistribusikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan akan terwujud jika
selalu mengedepankan Hak Asasi Manusia yang bersumber dari Pancasila yang
berupa prinsip-prinsip keadilan.

B. Lembaga Lembaga Negara

Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di


pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam UUD. Secara
keseluruhan UUD 1945 sebelum perubahan mengenal enam lembaga tinggi/tertinggi
negara, yaitu MPR sebagai lembaga tertinggi negara; DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA
sebagai lembaga tinggi negara. Namun setelah perubahan, lembaga negara
berdasarkan ketentuan UUD adalah MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY
tanpa mengenal istilah lembaga tinggi atau tertinggi negara.

UUD 1945 mengejawantahkan prinisip kedaulatan yang tercermin dalam pengaturan


penyelenggaraan negara. UUD 1945 memuat pengaturan kedaulatan hukum, rakyat, dan
negara karena didalamnya mengatur tentang pembagian kekuasaan yang berdasarkan
pada hukum, proses penyelenggaraan kedaulatan rakyat, dan hubungan antar Negara
RI dengan negara luar dalam konteks hubungan internasional.

Adanya pergeseran prinsip pembagian ke pemisahan kekuasaan yang dianut dalam


UUD 1945 telah membawa implikasi pada pergeseran kedudukan dan hubungan tata
kerja antar lembaga negara dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, baik dalam
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Perubahan prinsip yang mendasari
bangunan pemisahan kekuasaan antar lembaga negara adalah adanya pergeseran
kedudukan lembaga pemegang kedaulatan rakyat yang semula ditangan MPR dirubah
menjadi dilaksanakan menurut UUD.

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Sebelum Perubahan UUD 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR memiliki tugas dan
wewenang yang sangat besar dalam praktek penyelenggaraan negara, dengan
kewenangan dan posisi yang demikian penting, MPR disebut sebagai “lembaga
tertinggi negara”, yang juga berwenang mengeluarkan ketetapan-ketetapan yang
hierarki hukumnya berada di bawah Undang-Undang Dasar dan di atas undang-
undang.
Setelah Perubahan UUD 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh
MPR, tetapi dilaksanakan “menurut undang-undang dasar”. Dengan demikian,
kedaulatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Dasar dan
diejawantahkan oleh semua lembaga negara yang disebutkan di dalam Undang-
Undang Dasar sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing. Dengan
perubahan tugas dan fungsi MPR dalam sistem ketatanegaraan, saat ini, semua
lembaga negara memiliki kedudukan yang setara dan saling mengimbangi.
b. Dewan perwakilan rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan legislatif sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
Dalam UUD 1945 secara eksplisit dirumuskan tugas, fungsi, hak, dan wewenang
DPR yang menjadi pedoman dalam pola penyelenggaraan negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk optimalisasi lembaga perwakilan
serta memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan saling mengimbangi oleh
DPR, DPR memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit dalam UUD

c. DPD
Kewenangan legislatif yang dimiliki DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR
dan ikut membahas rancangan undang-undang yang terkait dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan, pemekaran, dan
pengabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Selain itu, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.

d. Presiden
Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang
eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden
diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan
pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai
ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan
bidang legislatif maupun bidang yudikatif.

e. Mahkamah Agung

Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai wewenang:

1. mengadili pada tingkat kasasi;


2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang;
3. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

f. Mahkamah Konstitusi
Dengan wewenang sebagai berikut:
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

g. Komisi Yudisial

Wewenang Komisi Yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan


pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Dalam proses rekrutmen hakim agung, calon hakim agung diusulkan Komisi
Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan untuk selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

h. Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang


memegang kekuasaan dalam bidang auditor. Dalam kedudukannya sebagai
eksternal auditor pemerintah yang memeriksa keuangan negara dan APBD, serta
untuk dapat menjangkau pemeriksaan di daerah, BPK membuka kantor
perwakilan di setiap provinsi. BPK mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Konsep pembentukan peraturan perundang- undangan di Indonesia meliputi beberapa


konsep yaitu konsep pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan
konsep Negara Hukum Pancasila. Konsep Negara Hukum Pancasila merupakan konsep
dasar pembentukan peraturan perundang- undangan di Indonesia, karena Pancasila
merupakan Grundnorm bagi bangsa Indonesia. Selain itu, konsep pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik harus mengedepankan perlindungan HAM
terutama perlindungan hak dalam memperoleh keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Baldwin, Robert & Martin Cave, 1999, Understanding Regulation: Theory, Strategi and
Practice, UK: Oxford University Press, dalam Luky Djani, “Efektivitas-Biaya
dalam Pembuatan Legislasi”, Jurnal Hukum Jentera, Jakarta, Oktober
2005.

Arifin Firmansyah DKK,2018, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan lembaga


negara, Liberty, Yogyakarta. 3.

Febriansyah, F. I. (2016). Konsep pembentukan peraturan perundang-undangan di


Indonesia. Perspektif, 21(3), 220-229.

Abdi, M. Z. LEMBAGA–LEMBAGA NEGARA.

Anda mungkin juga menyukai