PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dosen Pengampu : T. Surya Reza,S.H., M.H.
2. Marina 210105007
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya dan
karunianya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Serta
mana beliau yang telah mengantarkan kita dari zaman kebodohan sampai ke
beberapa orang penulis yang akan menjelaskan tentang bagian-bagian isi yang
undangan)
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara hukum, Indonesia tentunya tidak dapat terlepas dari
politik hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan karena
politik hukum mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan. Konsep negara hukum yang digunakan
Indonesia lebih mengarah pada tradisi hukum Eropa Kontinental (civil
law) yang mengutamakan hukum tertulis dalam bentuk peraturan
perundang-undangan sebagai dasar setiap penyelenggaraan aktivitas
pemerintahan. Guna menciptakan hukum yang dapat melindungi rakyat,
perlakuan adil, hukum yang mengayomi setiap warga bangsa agar hak-
haknya terjamin, tentu harus ada peraturan yang dijadikan pedoman dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan sebagai aturan pokok yang
berlaku untuk menyusun peraturan dari proses awal pembentukannya
sampai dengan peraturan tersebut diberlakukan kepada masyarakat.
Dengan adanya aturan yang baku maka setiap penyusunan peraturan dapat
dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang
mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan
perundangunangan. Dengan demikian peraturan dimaksud dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan
yang baik. Oleh karena itu, politik hukum pembentukan peraturan
perundangundangan adalah kebijakan politik yang diambil dalam
menentukan aturan hukum yang berlaku secara umum guna memperkuat
pembentukan peraturan perundang-undangan yang berkelanjutan.1
Lembaga negara adalah lembaga pemerintahan yang dibentuk oleh
negara untuk melaksanakan fungsi negara sekaligus menyelenggarakan
pemerintahan negara. Ada lembaga negara yang dibentuk dan diberikan
1
Zainal Mubaraq, Politik Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasca
Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Universitas Veteran, Vol. 1, No. 1.
3
kewenangan oleh UUD, ada yang dibentuk atas perintah UUD (organ
UUD), ada yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari
undangundang, serta lembaga negara yang dibentuk melalui keputusan
presiden. Maka dari itu, secara konseptual, tujuan dari dibentuknya
lembaga-lembaga negara yaitu untuk menjalankan fungsi negara dan juga
untuk menjalankan fungsi pemerintahan secara aktual. Sedangkan, secara
praktis, lembaga Negara berfungsi untuk melaksanakan dasar atau ideologi
negara dalam mencapai tujuan.2
Peraturan perundang-undangan merupakan bagian atau subsistem
dari sistem hukum. Oleh karena itu, membahas mengenai politik peraturan
perundang-undangan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari
membahas politik hukum. Istilah politik hukum atau politik perundang-
undangan didasarkan pada prinsip bahwa hukum dan/atau peraturan
perundang-undangan pada dasarnya merupakan rancangan atau hasil
desain lembaga politik
A. Rumusan Masalah
1. Apa saja lembaga pembentukan peraturan perundang-undangan?
2. Apa saja peraturan dalam pembentukan perundang-undangan?
3. Bagaimana proses pembentukan peraturan perundang-undangan?
B. Tujuan Pembahasan
Dari uraian rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang lembaga pembentukan peraturan perundang-
undangan.
2. Agar bisaa memahami peraturan yang ada dalam pembentukan
perundang-undangan.
3. Memaparkan proses apa saja yang ada dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan
2
Marwan Mas, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, PT RajaGrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm. 195-196
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
R. Abdul Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta, 1998, Hlm.
95
5
konsep organ negara dalam arti yang luas yaitu barang siapa yang
menjalankan suatu fungsi yang ditetapkan oleh tata hukum adalah suatu
yang lebih sempit (secara material) yang lebih menekankan pada pegawai
undang, jadi terlihat jelas bahwa DPR merupakan lembaga negara yang
4
Bernard Arief Sidharta, Ilmu Hukum Indonesia, FH Unika Parahyangan, Bandung, 2010, Hlm. 88
6
apabila dilihat dari pengajuan rancangan undang-undang dan
keikutsertaan, sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 22D ayat (1),
Presiden. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-
7
1945 ke Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2. Presiden
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
5
UU No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
6
Dahlan Thaib, DPR dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1994.
8
sebagai kepala pemerintahan, menyebabkan timbulnya kebutuhan
menjalankan pemerintahan.
7
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, Aksara Baru, 1985.
9
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) awalnya dibentuk dalam
kamar atau bicameralyang terdiri atas DPR dan DPD. Dengan adanya
rakyat secara relatif dapat disalurkan dengan basis sosial yang lebih
10
dan sumber daya ekonomi lainnya serta berkaitan dengan
yang berkaitan dengan daerah saja. Kemudian pada Pasal 22D ayat
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta
Dengan tidak adanya lembaga tertinggi negara maka tidak ada lagi sebutan
lembaga tinggi negara dan lembaga tertinggi negara. Semua lembaga yang
9
Ahmad Yani, Kewenangan DPR, DPD dan MPR berdasarkan UUD 1945, Jurnal
Konstitusi, Vol.15, No. 2.
10
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
11
Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana
(MPR) adalah para wakil rakyat yang berasal dari pemilihan umum. MPR
keanggotaan MPR tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945. Majelis
paripuma MPR.
11
Erika, Lembaga Pembentukan Peraturan Undang-Undang, Jurnal Komunikasi Hukum,
Vol. 2, No. 1.
12
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden
presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
13
yang bisa berdampak pada pengujian formal di Mahkamah Konstitusi ataupun
permasalahan . 14
12
Soehino, Hukum Tata Negara: Teknik Perundang-Undangan, Liberty, Yogyakarta.
1990
13
Bayu Dwi Anggono, Lembaga Khusus di Bidang Pembentukan Peraturan Perundangundangan:
Urgensi Adopsi dan Fungsinya Dalam Meningkatkan Kualitas Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia,
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 17 No. 2 , Juni 2020, hlm. 134
14
Akhmad Aulawi, dkk, Panduan proses legislasi DPR RI, Sekretariat jendral RI, Jakarta, 2014,
hlm. 6
14
Dalam hal ini, maka harus sesuai dengan aturan yang telah ada Dalam pasal 5
a. Kejelasan tujuan
d. Dapat dilaksanakan
f. Keterbukaan15
satu produk hukum yang dibentuk bersama antara DPR dengan Presiden
Daerah (DPD).
15
Khalid, Ilmu Perundang-undangan, CV Manhaji, Medan, Oktober 2014, hlm. 25
15
di hadapan hukum sesuai dengan asas equality before the law. Persamaan
kemudian dibahas lebih lanjut oleh DPR dan presiden untuk mendapatkan
16
Zaid afif, Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Pancasila Dan Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Vol.VII, No.1, 2018, hlm 14.
17
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundangundangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Kanisius, Yogyakarta, 2010, h. 228.
18
Undang - undang nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang –
Undangan (pasal 16 sampai 23, pasal 43 sampai 51 dan pasal 65 sampai 74
16
1. Sebuah RUU bisa berasal dari Presiden, DPR atau DPD.
paripurna.
tingkat pembicaraan.
17
pendapat mini DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I pernyataan
Republik Indonesia.
12. Dalam hal RUU tidak ditandatangani oleh Presiden dalam waktu
diundangkan.
19
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-dasar
Pembentukannya, Conisius, Yogjakarta, 1998.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di
pemerintahan Indonesia sesuai dengan pasal 20.ayat (1) undang undang
dasar 1945 yang berbunyi “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan untuk membentuk Undang-undang” oleh Presiden di dalam
proses pembentukan undang-undang hanya berupa; dapat menyampaikan
rancangan undang-undang, membahas rancangan undang-undang bersama
DPR untuk mendapatkan persetujuan bersama dan mengesahkan
rancangan undang-undang yang telah disetujui menjadi undang-undang,
yang memang itu merupakan bagian dari kekuasaan yang dimiliki oleh
Presiden sebagai lembaga yang memegang kekuasaan menjalankan
pemerintahan.
2. Dalam pembuatan peraturan perundang-undangan,semuanya harus sesuai
edengan asas-asasnya, dan proses yang harus dilalui dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan yaitu mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.
Keseluruhan proses tersebut mengikat dan harus dilalui yang bisa
berdampak pada peraturan perundang-undangan tersebut tidak akan lolos di
tahap pengujian formal di Mahkamah Konstitusi ataupun Mahkamah
Agung jika keseluruhan tahapan tersebut tidak diikuti.
3. Terdapat beberapa proses atau tahapan dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan dan yang terpenting dari pembuatan peraturan
perundang-undangan ialah bermanfaat demi menjaga ketertiban di tengah
masyarakat, menjamin hak-hak warga, mengatur kewajiban warga,
memberikan petunjuk dan batasan bagi lembaga-lembaga negara di
kalangan masyarakat, mengamankan wilayah negara Republik Indonesia,
19
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, memberikan keadilan yang
merata terhadap masyarakat.
B. SARAN
Lembaga negara yang membentuk undang-undang seharusnya lebih
dapat efektif dan melihat pada aspek kebutuhan dan demi kesejahteraan
rakyat, serta penulis melihat adanya kesinambungan antara lembaga yang
membuat undang-undang dengan lembaga lainnya, hal ini dapat
mengakibatkan adanya produk perundang-undangan yang tidak tepat sasaran
atau menguntungkan suatu pihak serta kemungkinan besar berpotensi adanya
pasal-pasal titipan dan rancangan peraturan perundang-undangan.
20
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Marwan Mas, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, PT RajaGrafindo
Persada, Depok, 2018,
Akhmad Aulawi, dkk, Panduan proses legislasi DPR RI, Sekretariat jendral RI,
Jakarta, 2014,
21
Pembentukannya, Conisius, Yogjakarta, 1998.
Jurnal
Bayu Dwi Anggono, Lembaga Khusus di Bidang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan: Urgensi Adopsi dan Fungsinya Dalam Meningkatkan
Kualitas Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol 17 No. 2 , Juni 2020,
22