Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH : POLITIK HUKUM

DOSEN` : 1. Prof. Dr. Gayus Lumbuun, S.H., M.H.


2. Dr. H. Sobandi, S.H., M.H.
3. I Wayan Wisadnya, S.H., M.H.
4. Dr. Siti Nurmawan Damanik, S.H., M.H.

PENGARUH MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN


HUKUM DAN EFEKTIVITAS HUKUM

Oleh:

I PUTU MERTA SUADI


NIM:31.02.012305.2231

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER HUKUM PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
DENPASAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PENGARUH

MASYARAKAT TERHADAP PEMBENTUKAN HUKUM DAN EFEKTIVITAS

HUKUM " dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester

Mata Kuliah Sosiologi Hukum, Program Studi Magister Ilmu Hukum di Universitas

Mahendradatta. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, tentunya

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya

Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen Mata

Kuliah Politik Hukum yaitu:

1. Prof. Dr. Gayus Lumbuun, S.H., M.H.


2. Dr. H. Sobandi, S.H., M.H.
3. I Wayan Wisadnya, S.H., M.H.
4. Dr. Siti Nurmawan Damanik, S.H., M.H.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan dan pihak yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi semua pembaca.

Denpasar, 25 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …..………………..……………………………………………… i


KATA PENGANTAR ………………………..………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………...…………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………...………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ……………………..…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………..………………………………………. 1
1.3 Tujuan & Manfaat ………………………….……………………………………. 2
1.3.1 Tujuan ……………………………………………………………………….. 2
1.3.2 Manfaat ……………………………………………………………………… 2
1.4 Landasan Teoritis ………………………..……………………………………….. 3
1.4.1 Teori Negara Hukum ………………………………………………………… 3
1.4.2 Teori Kepastian Hukum ……………………………………………………... 3
1.5 Metode Penelitian ……………………………..……………………………... 6
1.5.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………………. 6
1.5.2 Jenis Pendekatan Penelitian …………………………………………………. 6
1.5.3 Sumber Bahan Hukum ………………………………………………………. 7
1.5.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ………………………………………... 7
1.5.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ……………………………. 8
BAB II PEMBAHASAN …………………………...…………………………………... 9
2.1 Uraian Umum ……………………..……………………………………………… 9
2.2 Hubungan Antara Hukum Dan Masyarakat …………………………………... 10
2.3 Pengaruh Masyarakat Terhadap Efektivitas Hukum …………….…………… 11
BAB III PENUTUP ……………………..……………………………………………… 13
3.1 Kesimpulan ………………..……………………………………………………… 13
3.2 Saran …………...………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA ………………………...………………………………………… 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum merupakan perangkat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan.
Hukum berisi petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa norma.
Dalam masyarakat ternyata tidak hanya dijumpai satu macam norma atau perlengkapan
untuk menertibkan masyarakat yang demikian itu. Dalam masyarakat kita penuh dengan
berbagai macam norma, sehingga sebagai akibatnya juga dapat dijumpai adanya lebih
dari satu tatanan.1
Hukum merupakan alat rekayasa sosial yang digunakan untuk mengubah pola dan
tingkah laku masyarakat menjadi sesuai dengan peraturan yang dikehendaki oleh hukum.
Dewasa ini banyak terjadi pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di masyarakat, seperti
kasus penerobosan lampu merah yang banyak dilakukan oleh masyarakat pengguna jalan.
Memang ada studi tentang hukum yang berkenaan dengan masyarakat yang merupakan
cabang dari Ilmu hukum tetapi tidak di sebut sebagai sosiologi hukum melainkan disebut
sebagai Sosiological Jurispudence. Penelahan hukumsecara sosiologis menunjukkan
bahwa hukum merupakan refleksi dari kehidupan masyarakat.
Hukum sebagai a tool of engineering adalah hukum sebagai alat untuk mengubah
masyarakat, dalam arti bahwa hukum mungkin digunakan sebagai alat oleh agent of
change. Agent of change atau pelopor perubahan adalah seseorang atau sekelompok orang
yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mampu merubah system social. Perubahan harus
dilakukan dengan berbagai macam perencanaan yaitu social engineering dan social
planning.2 
Pesatnya perkembangan masyarakat, teknologi dan informasi pada abad kedua
puluh, dan umumnya sulit di ikuti sektor hukum telah menyebabkan orang berpikir ulang
tentang hukum. Dengan mulai memutuskan perhatianya terhadap interaksi antara sektor
hukum dan masyarakat di mana hukum tersebut diterapkan. Namun masalah kesadaran
hukum masyarakat masih menjadi salah satu faktor terpenting dari efektivitas suatu
hukum yang diperlakukan dalam suatu negara. Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana
efektifitas hukum dapat diukur maka kita juga harus tau sejauh mana hukum tersebut
ditaati atau tidak. Jika suatu hukum telah ditaati oleh sebagian besar target maka dapat

1
Satjipto Rahatdjo, 1986, Hukum dan Masyarakat, Bandung : Angkasa ,hal. 14
2
Soerjono Soekanto, 2005,  Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 124.

1
dikatakan bahwa aturan hukum tersebut efektif. Namun sebenarnya ditaati atau tidaknya
suatu hukum tergantung pada kepentingan seseorang. Dan kepentingan tersebut bersifat
macam-macam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara Hukum dengan masyarakat ?
2. Bagaimanakah pengaruh masyarakat terhadap efektivitas Hukum ?
1.3 Tujuan & Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Hukum dengan masyarakat
2. Untuk memahami pengaruh masyarakat terhadap efektivitas Hukum
1.3.2 Manfaat
1. Manfaat Teoritis :
a) Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu
hukum khususnya dalam Mata Kuliah Sosiologi Hukum.
b) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai
dengan bidang penelitian yang penulis teliti.
2. Manfaat Praktis :
a) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi
hukum dalam memahami kebutuhan hukum dari masyarakat.
b) Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat aturan dalam
pembentukan aturan senantiasa mempertimbangkan dari aspek sosiologi agar
hukum dapat dilaksanakan dengan efektif.

2
1.4 Landasan Teoritis

1.4.1 Teori Negara Hukum

Teori Negara Hukum Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari istilah

“rechtsstaat”.3 Istilah lain yang digunakan dalam alam hukum Indonesia adalah the rule of

law, yang juga digunakan untuk maksud “negara hukum”. Notohamidjojo menggunakan

kata-kata “...maka timbul juga istilah negara hukum atau rechtsstaat.”4 Djokosoetono

mengatakan bahwa “negara hukum yang demokratis sesungguhnya istilah ini adalah

salah, sebab kalau kita hilangkan democratische rechtsstaat, yang penting dan primair

adalah rechtsstaat.”5

Menurut pendapat Hadjon,6 kedua terminologi yakni rechtsstaat dan the rule of

law tersebut ditopang oleh latar belakang sistem hukum yang berbeda. Istilah Rechtsstaat

merupakan buah pemikiran untuk menentang absolutisme, yang sifatnhya revolusioner

dan bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut civil law. Sebaliknya, the rule

of law berkembang secara evolusioner, yang bertumpu atas sistem hukum common law.

Walaupun demikian perbedaan keduanya sekarang tidak dipermasalahkan lagi, karena

mengarah pada sasaran yang sama, yaitu perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

1.4.2 Teori Kepastian Hukum

Aturan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis berisi aturan-aturan yang

bersifat umum yang menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam masyarakat

dan menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan

terhadap individu. Adanya aturan semacam itu dan pelaksanaan aturan tersebut

menimbulkan kepastian hukum. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum secara

normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena
3
Philipus M.Hadjon, 1987 Perlindungan Hukum Bagi Rakyat- Sebuah Studi Tentang Prinsipprinsipnya,
Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara,
Surabaya: Bina Ilmu,Hal.30.
4
O. Notohamidjojo,1970, Makna Negara Hukum, Jakarta: BadanPenerbit Kristen, Hal.27
5
Padmo Wahyono,1984 Guru Pinandita, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Hal. 67.
6
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum …op. cit., Hal. 72.

3
mengatur secara jelas dan logis, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-

tafsir), logis dan mempunyai daya prediktabilitas.

Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai bagian

dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah pelaksanaan

atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan.

Dengan adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakakan apa yang akan

dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu. Kepastian diperlukan untuk

mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum tanpa diskriminasi.7

Kata ”kepastian” berkaitan erat dengan asas kebenaran, yaitu sesuatu yang secara

ketat dapat disilogismekan secara legal-formal. Melalui logika deduktif, aturan-aturan

hukum positif ditempatkan sebagai premis mayor, sedangkan peristiwa konkret menjadi

premis minor. Melalui sistem logika tertutup akan serta merta dapat diperoleh

konklusinya. Konklusi itu harus sesuatu yang dapat diprediksi, sehingga semua orang

wajib berpegang kepadanya. Dengan pegangan inilah masyarakat menjadi tertib. Oleh

sebab itu, kepastian akan mengarahkan masyarakat kepada ketertiban.8

Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada kepastian hukum maka seseorang

tidak memiliki ketentuan baku dalam menjalankan perilaku. Dengan demikian, tidak

salah apabila Gustav Radbruch mengemukakan kepastian sebagai salah satu tujuan dari

hukum. Dalam tata kehidupan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam hukum.

Kepastian hukum merupakan sesuai yang bersifat normatif baik ketentuan maupun

keputusan hakim. Kepastian hukum merujuk pada pelaksanaan tata kehidupan yang

7
Moh. Mahfud MD, Loc. Cit.
8
Sidharta Arief, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat
Hukum,Bandung: PT Refika Aditama, Hal. 8.

4
dalam pelaksanaannya jelas, teratur, konsisten, dan konsekuen serta tidak dapat

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif dalam kehidupan masyarakat.9

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.

Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian

ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan

dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.10

Gustav Radbruch mengemukakan 4 (empat) hal mendasar yang berhubungan

dengan makna kepastian hukum, yaitu :

- Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah
perundang-undangan.
- Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan pada kenyataan.
- Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari
kekeliruan dalam pemaknaan, di samping mudah dilaksanakan.
- Keempat, hukum positif tidak boleh mudah diubah.
Pendapat Gustav Radbruch tersebut didasarkan pada pandangannya bahwa

kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian hukum

merupakan produk dari hukum atau lebih khusus dari perundang-undangan. Berdasarkan

pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav Radbruch, hukum positif yang mengatur

kepentingan-kepentingan manusia dalam masyarakat harus selalu ditaati meskipun hukum

positif itu kurang adil.11

9
Nur Agus Susanto, 2014, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan Peninjauan Kembali Nomor
97 PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 3 Desember 2014.
10
http://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/ Diakses pada tanggal 18 November 2022, Pukul 09:00
WITA
11
2https://ngobrolinhukum.wordpress.com/memahami-kepastian-dalamhukum/Diakses pada tanggal 18 Agustus 2022,
Pukul 09:50 WITA

5
Selanjutnya Kepastian hukum adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan

dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar.

Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan

fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologi.12

Kepastian hukum merupakan keadaan dimana perilaku manusia, baik individu,

kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan

oleh aturan hukum. Asas kepastian hukum diperlukan dalam terciptanya peraturan

perundang-undangan karena kepastian hu kum merupakan prinsip utama dari berbagai

macam prinsip- prinsip supremasi hukum yang menurut M. Kordela (2008)

“The legal certainty as the superior principle of the system of formal

principles of the rule of law justifies the legal validity of a defined group of values”.13

1.5 Metode Penelitian

Untuk mempermudah membahas dan mengkaji permasalahan yang dikemukakan,

maka perlu diuraikan terlebih dahulu megenai metode penelitian yang digunakan.

1.5.1 Jenis Penelitian

Pertama, mengenai Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum yuridis normative,

1.5.2 Jenis Pendekatan Penelitian

Dalam tulisan ini menggunakan pendekatan yang dipadukan antara pendekatan

peraturan perundang-undangan (statute approach), pendekatan perbadingan (comparative

approach), dan pendekatan sejarah (historical approach).

12
Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Yogyakarta: Laksbang
Pressindo , Hal..59
13
Samudra Putra Indratanto, Nurainun, And Kristoforus Laga Kleden, “ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM
IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI BERBENTUK PERATURAN LEMBAGA NEGARA DAN
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG,” Jurnal Imu Hukum 16, No. 1 (2020): 88–100.

6
1.5.3 Sumber Bahan Hukum

1. Bahan Hukum Primer :

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari

norma dasar atau kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap. MPR RI),

peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi dan

yurisprudensi . 14

2. Bahan Hukum Sekunder :

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,

hasil karya dari kalangan hukum, dan pendapat para sarjana hukum. 15 Dalam

penelitian ini, bahan-bahan hukum sekunder diperoleh dari buku-buku teks dan

pendapat para sarjana hukum yang berkaitan dengan obyek penelitian

3. Bahan Hukum Tersier :

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang merupakan pelengkap yang

sifatnya memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder. Bahan hukum tersier dapat di contohkan seperti: Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), ensiklopedia, indeks komulatif.16

1.5.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan

dengan mengacu pada buku, jurnal, dokumentasi, data lembaga penelitian maupun

data instansi terkait yang relevan.

14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian hukum normatif : suatu tinjauan singkat, Cetakan ke-17,
Jakarta : Rajawali Pers, Hal. 13.
15
Ibid
16
Soerjono Suekanto, dan Sri Mamudi, 2003 penelitian hukum normative suatu tinjauan singkat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Hal.54.

7
1.5.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Analisis ini dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara

sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.17 Analisis bahan hukum

adalah bagaimana memanfaatkan sumber-sumber bahan hukum yang telah terkumpul

untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan dalam penelitian ini. Dasar dari

penggunaan analisis secara normatif, dikarenakan bahan-bahan hukum dalam

penelitian ini mengarah pada kajian-kajian yang bersifat teoritis dalam bentuk asas-

asas hukum, konsep-konsep hukum, serta kaidah-kaidah hukum. kemudian Bahan-

bahan hukum yang telah berhasil dikumpulkan dilakukan analisis yakni deskripsi,

interpretasi, evaluasi dan sistematisasi.

17
Soerjono Soekanto, 1982, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal. 137

8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 URAIAN UMUM
Sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli baik di
bidang filsapat hukum,ilmu dan maupun sosiologi. Salah satu tugas sosiologi hukum
adalah mengungkapkan sebat atau latar belakang tombulnya ketimpangan antara tata
tertip masyrakat yang di cita-citakan dengan keadaan masyrakat yang ada dalam
kenyataan adapun pengrtian sossiologi hukum menurut para ahli:
a, Soerjono Soerkanto
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris menganalisa atau mempelari hubungan timbaql balik antara hukum
dengan gejala-gejala lain.
b, Satjipto Raharjo
Sosiologi hukum adalah pengatuhuan hukum terhadap pola prilaku mayrakat
dalam kontek sosial.
Efektivitas Hukum merupakan suatu tindakan yang memiliki pengertian mengenai
terjadinya akibat atau efek yang di inginkan serta menuju pada efek atau hasil dalam
mencapai sebuah tujuan di suatu daerah. Efektivitas mempunyai gambaran tentang
tingkat keunggulan atau keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan yang telah telah
dicita-citakan. Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa
Inggris effectiveness yang telah mengintervensi kedalam Bahasa Indonesia dan memiliki
makna “berhasil”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:352)
Teori Efektivitas hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisisi tentang
keberhasilan, kegagalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan dan
penerapan hukum. Ada tiga fokus dalam kajian teori ini, yang meliputi: a. Keberhasilan
dalam pelaksanaan hukum; b. Kegagalan didalam melaksanakannya; c. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya.18
Menurut Lawrence M. Friedman dalam bukunya yang berjudul “Law and
Society”, efektif atau tidaknya suatu perundang-undangan sangat dipengaruhi oleh tiga
faktor, dimana ketiga faktor tersebut adalah :
a) Substansi Hukum, yang meruupakan Inti dari peraturan perundang-undangan itu
sendiri

18
Salim dan Erlis Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Jakarta. Penerbit Rajawali Press. Hal. 375.

9
b) Struktur Hukum, terdiri dari Para penegak hukum yang langsung berkecimpung di
bidang penegakan hukum tersebut.
c) Budaya Hukum, merupakan suatu kebiasaan dan sikap masyarakat hukum
ditempat hukum itu dijalankan.
2.2 Hubungan Antara Hukum Dengan Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan cenderung
bersama untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya makhluk yang senantiasa
bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesame. Tidak ada manusia yang dapat hidup
sendiri, Aristoteles pernah menyatakan bahwa manusia itu adalah zoon politicon, yang
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan sesama manusia lainya.19 Oleh karena sifatnya manusia disebut sebagai makhluk
sosial menyebabkan manusia mempunyai sifat, watak, dan kehendak yang berbeda-beda.
Dalam hubungan dengan sesama manusia dibutuhkan adanya kerjasama, tolong
menolong dan saling menbantu untuk memperoleh keperluan kehidupannya. Jika
kepentingan tersebut selaras maka keperluan masing-masing akan mudah tercapai. Tetapi
jika tidak, malah akan menimbulkan masalah yang menganggu keserasian. Adanya
perbedaan kepentingan tersebut akan menimbulkan dominasi dari masyarakat maupun
golongan yang lebih berkuasa dan menekan golongan yang lemah untuk memenuhi
kehendaknya.
Maka dalam kelompok masyarakat diperlukan suatu aturan yang mengatur setiap
anggota dalam masyarakat. Maka dibuatlah aturan yang disebut dengan norma. Dengan
norma tersebut setiap anggota masyarakat dengan sadar atau tidak sadar akan secara
bersama menjaga ketertiban Adanya aturan tersebut berguna agar tercapainya tujuan
bersama dalam masyarakat, memberi petunjuk mana yang boleh dilakukan mana yang
tidak, memberi petunjuk bagaiman cara berperilaku dalam masyarakat. Itulah dasar
pembentukan hukum dari kebutuhan masyarakat akan adanya aturan yang mengatur tata
cara kehidupan agar setiap individu masyarakat dapat hidup selaras.
Dalam kehidupan kemasyarakatan dapat digali sumber-sumber hukum dalam arti
material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum individu dan pendapat umum yang
menentukan isi hukum. Dengan demikian keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku
anggota masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan hukum. Kebiasaan atau Hukum tak tertulis. Kebiasaan

19
Herimanto dan Winarno, 2012, Ilmu Sosial&Budaya Dasar, Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, hal.44.

10
(custom) adalah semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi
ditaati oleh rakyat, karena mereka yakin bahwa aturan itu berlaku sebagai hukum.
2.3 Pengaruh Masyarakat Terhadap Efektivitas Hukum
Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama harus
dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu dimengerti atau tidak dimengerti dan
ditaati atau tidak ditaati. Jika suatu aturan hukum dimengerti dan ditaati oleh sebagian
besar target yang menjadi sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang
bersangkutan adalah efektif.20
Kesadaran hukum dan ketaatan hukum merupakan dua hal yang sangat
menentukan efektif atau tidaknya pelaksanaan perundangundangan atau aturan hukum
dalam masyarakat. Kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efektivitas perundang-
undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan. Sering orang mencampuradukan
antara kesadaran hukum dan ketaatan hukum, padahal kedua itu meskipun sangat erat
hubungannya, namun tidak persis sama. Kedua unsur itu memang sangat menentukan
efektif atau tidaknya pelaksanaan perundangundangan di dalam masyarakat.21
Efektivitas hukum sedikit banyak ditentukan oleh sahnya hukum, artinya apakah
hukum dibentuk dan dilaksanakan oleh orang-orang atau badanbadan yang berwenang,
yakni kekuasaan yang diakui oleh masyarakat. 22 Faktor masyarakat Yaitu lingkungan
dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Untuk mencapai kedamaian di dalam
masyarakat, penegakan hukum berasal dari masyarakat. Yang mana dari sudut pandang
tertentu masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.23
Berdasarkan teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, menyatakan
bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 faktor yaitu Faktor hukumnya
sendiri (undang-undang), Faktor penegak hukum (pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum), Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
Faktor masyarakat (lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan), Faktor
kebudayaan (sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di
dalam pergaulan hidup).24 Dan tulisan ini mengkaji berfokus pada faktor yang berkaitan
dengan masyarakat, yang meliputi kebiasaan masyarakat, dan kebudayaan masyarakat.
20
Damang, Efektifitas Hukum, http://www.negarahukum.com/hukum/efektivitas-hukum-2 di akses pada tanggal 4
Februari 2023 pukul 16.00 Wita.
21
Ibid
22
Soerjono Soekanto. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. Cetakan 5. Penerbit Rajawali Press. Hal. 80.
23
Soerjono Soekanto. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo
Persada. Hal.45
24
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Hlm. 8

11
Terkait kebiasaan masyarakat terdapat beberapa indikator pengukur efektivitas
yang dipengaruhi dari kondisi masyarakat, yaitu: 1. Mengerti dan memahami aturan yang
ada; 2. Penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan yang ada; dan 3. Penyebab
masyarakat mematuhi aturan yang ada. Sedangkan mengenai kebudayaan sebagai
kebiasaan yang di lakukan masyarakat mengenai perlakuan terhadap adanya suatu aturan.
Hal tersebut dapat di lihat ada atau tidaknya suatu perlakuan terhadap aturan yang di
jadikan kebiasaan oleh masyarakat baik kebiasaan baik atau yang bertentangan dengan
aturan.
Sehingga pengaruh masyarakat terhadap efektivitas hukum sangat besar, sebab
hukum berasal dari masyarakat itu sendiri dan dijalankan oleh masyarakat dalam suatu
wilayah tertentu. Adanya ketaatan dan pemahaman hukum di masyrakat dapat
meningkatkan efektivitas hukum ,begitu pula sebaliknya ketika ketaatan dan kesadaran
hukum di masyarakat renda, maka hukum berjalan tidak efektiv bahkan hukum dianggap
tidak ada karena tidak satu orangpun menggunakannya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hubungan anatara Hukum dengan masyarakat memiliki hubungan timbal balik yakni

dimana ada hukum disitu ada masyarakat (Ubi Societas Ibi Ius). Hukum ada untuk

mengatur kehidupan bermasyarakat agar masyarakat memiliki kesadaran hukum

mengenai pedoman norma tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan

yang merupakan penyimpangan dalam kehidupan masayarakat.

2. Pengaruh masyarakat terhadap efektivitas Hukum sangatlah besar, sebab hukum

berasal dari masyarakat itu sendiri dan dijalankan oleh masyarakat dalam suatu

wilayah tertentu. Adanya ketaatan dan pemahaman hukum di masyrakat dapat

meningkatkan efektivitas hukum ,begitu pula sebaliknya ketika ketaatan dan

kesadaran hukum di masyarakat renda, maka hukum berjalan tidak efektiv bahkan

hukum dianggap tidak ada karena tidak satu orangpun menggunakannya.

3.2 Saran
1. Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarkat, hukum merupakan alat untuk

memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat sehingga hukum ada karena masyarakat,

sehingga dalam pembentukan suatu aturan Hukum sudah semestinya

mempertimbangkan dan mengkaji dari aspek sosiologi demi terciptanya Hukum yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat

2. Pembentukan Hukum senantiasa mempertimbangkan aspek sosiologi yang sudah

semestinya mengedepankan manfaat hukum sehingga fungsi dan keberhasilan hukum

dapat tercapai melalui efektivitas hukum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto dan Winarno, 2012, Ilmu Sosial&Budaya Dasar, Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.
Salim dan Erlis Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan
Disertasi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit Rajawali Press.
Satjipto Rahatdjo, 1986, Hukum dan Masyarakat, Bandung : Angkasa ,hal. 14
Soekanto ,Soerjono. 2005,  Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,  Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soekanto. Soerjono .1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. Cetakan 5.
Penerbit Rajawali Press.
Soekanto. Soerjono. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada. Hal.45
Soekanto, Soerjono. 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Damang, Efektifitas Hukum, http://www.negarahukum.com/hukum/efektivitas-
hukum-2 di akses pada tanggal 4 Februari 2023 pukul 16.00 Wita.

14

Anda mungkin juga menyukai