DISUSUN OLEH :
Kelas A Ilmu Perundang-Undangan
Kelompok 7 :
9
Abdul Basyir, Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif dan Responsif, Jurnal IUS, Vol.II No.5 , 2014, hlm 288.
10
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan 2, PT Kanisius, Daerah Istimewa Yogyakarta, 2007,
hlm 243.
11
Ibid,. hlm 244.
naskah akademis, atau tidak apabila RUU tersebut disertai penjelasan dan
keterangan.12
2.2.2 Sesudah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
Dalam UU No,10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, khususnya BAB V yang mengatur mengenai Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan , tidak dirumuskan suatu kewajiban untuk menyusun
naskah akademis dalam pembentukan RUU atau peraturan perundang-undangan
yang lain. Sesudah berlakunya UU No.10 Tahun 2004 tersebut, pengaturan
tentang naskah akademis mulai dirumuskan kedalam Peraturan Presiden No.68
Tahun 2005.13 Selain itu, tentang penyertaan naskah akademis pada suatu RUU
juga terdapat pada ketentuan pasal 121 Surat Keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia No.08/DPR/RI/I/2005-2006 Tentang Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat. Rumusan serupa juga terdapat pada pasal 125 ayat (1)
dan pasal 134 ayat (1) Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat. 14Namun,
walaupun berdasarkan Peraturan Presiden No.68 Tahun 2005, dan Surat
Keputusan DPR No.08/DPR RI/I/2005-2006 tentang Peraturan Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut telah merumuskan pengertian naskah
akademis, dan mengutnya dalam beberapa pasal, namun semua ketentuan dalm
pasat tersebut tidak memberikan kewajiban untuk menyusun naskah akademis
bagi pembentuk RUU. Dengan perkataan lain, kewajiban membentuk naskah
akademis dalam pembentukan RUU adalah merupakan suatu alternatif.15
2.3 Naskah Akademik dalam Sistem Hukum Indonesia
Naskah Akademis menurut pasal 1 ayat (11) UU No.15 Tahun 2019 Tentang
pembentukan Peraturan perundang-undangan diartikan sebagai :
“Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi
terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.”16
Naskah Akademik menurut Harry Alexander yang dimaksud dengan naskah
akademik adalah merupakan naskah awal yang memuat gagasan-gagasan pengaturan dan
materi muatan perundang-undangan bidang tertentu.17 Selanjutnya, Jimmly Asshidiqie
berpendapat bahwa Naskah Akademis disusun sebagai hasil kegiatan yang bersifat
12
Ibid,. hlm 245.
13
Ibid,. hlm 246.
14
Ibid,. hlm 247.
15
Ibid,. hlm 248.
16
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
akademis sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang rasional, kritis, objektif
dan impersonal.18 Naskah akademik mempunyai konsep isi sebagaimana dijelaskan
dalam ketentuan pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2005 Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pmerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan
Rancangan Peraturan Presiden, yang menyatakan bahwa :
25
Op.cit., hlm 120.
o Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan
Daerah sebagai dasar pemecahan masalah tersebut, yang berarti
membenarkan pelibatan negara dalam penyelesaian masalah tersebut;26
o Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah;
o Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan.
7. DAFTAR PUSTAKA31
31
Op.cit,. hlm 126.
32
Aisyah Laliyah, Naskah Akademik, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, 2010.
33
Siti Masitah, Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Daerah (Urgency Academic
Draft in Estabilishment of The Region Regulation), Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 10, Kementrian Hukum dan
HAM, Jakarta, 2013, hlm 116.
3. Nakah akademik mengandung pandangan dari segi filosofis, segi sosiologis, segi
yuridis, segi teoritis dan segi politis34
4. Konsep awal yang memuat gagasan-gagasan tentang dasar pemikiran perlunya
disusun suatu rancangan peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, ruang
lingkup, dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
5. Bahan dasar bagi penyusunan RUU dan bahan pertimbangan yang dipergunakan
dalam permohonan izin prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan.
34
Aan Eko Widiarto, 2009, Naskah Akademik: Metode dan Teknik Penyusunan Naskah Akademik ,
http://widiarto.lecture.ub.ac.id/2009/01/naskah-akademik/ (online), (Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2020,
Pukul : 23.57 WIB ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemakaian istilah Naskah Akademik Peraturan Perundang-Undangan secara baku
dipopulerkan pada tahun 1994 dengan Keputusan Kepada Badan Pembinaan Hukum
Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994. Lebih lanjut, pengaturan awal Naskah
Akademik Mulai dikenal pada UU No.10 Tahun 2004, yang kemudian diatur lebih lanjut
pada aturan pelaksananya pada Peraturan Presiden No.68 Tahun 2005. Namun, dalam
aturan ini, penyusunan Naskah Akademik di Indonesia masih bersifat fakultatif / bukan
merupakan suatu keharusan. Selanjutnya, pada UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, keberadaan Naskah Akademik dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan diubah menjadi suatu keharusan terhadap
pembentukan Undang-Undang sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 43 ayat (3).Metode
penelitian dalam penyusunan Naskah Akademik tersebut dapat dilakukan menggunakan 2
metode yaitu, metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Sementara, terkait
sistematika penyusunan Naskah Akademik terdiri dari beberapa bagian, yaitu : judul, kata
pengantar, daftar isi, Bab I mengenai (Pendahuluan : memuat latar belakang, sasaran
yang akan diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, serta metode
penelitian); Bab mengenai Kajian Teoritis dan Praktik Empiris; Bab III mengenai
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait; Bab IV mengenai
Landasan filosofis, sosiologis dan Yuridis; Bab V menganai Jangkauan, Arah
Pengaturan, dan Ruang Lingup Materi Muatan Undang-Undang, Peraturan Daerah
Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; Bab VI Penutup (simpulan dan saran),
serta daftar pustaka.
3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan materi yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga
penulis ingin menyarankan beberapa hal, yaitu :
1. Dianjurkan untuk membentuk Naskah Akademik melalui penelitian dan pengkajian
secara mendalam agar kebutuhan hukum masyarakat dapat diakomodasi dan
menambah tenaga fungsional penyusun Naskah Akademik dan perancang peraturan
perundangundangan (legal drafter) yang menguasai bidang-bidang tertentu;
2. Direkomendasikan kepada Badan Pembinaan Hukum Nasional dan Badan Legislasi
DPR untuk membuka web/akses secara online sehingga masyarakat dapat
berpartisipasi dengan memberikan masukan secara langsung melalui web/akses
online tersebut dalam proses pembentukan Naskah Akademik;
3. Direkomendasikan kepada Pemerintah maupun DPR untuk memberikan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai pentingnya Naskah Akademik dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan.
DAFTAR PUSTAKA