Anda di halaman 1dari 7

URGENSI PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK


Muhammad Ariq Maulana (195010107111002)
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 169, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Email: ariq1709@student.ub.ac.id

Abstrak
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu produk hukum yang dijadikan acuan
dalam implementasi penegakan hukum di negara dengan sistem hukum civil law atau dikenal
sebagai sistem hukum eropa kontinental. Seluruh kegiatan dan juga fenomena yang ada
dalam masyarakat negara hukum eropa continental akan diatur dalam suatu peraturan yang
terkodifikasi dan tertulis tersebut. Hakim yang memiliki peranan penting dalam proses
penegakan keadilan akan menjadikan peraturan perundang-undangan ini sebagai acuan dan
rujukan utama dalam menegakkan keadilan. Oleh karena itu, dalam proses penyusunan
peraturan perundang-undangan ini diperlukan proses yang baik dan benar. Dalam artikel
ilmiah ini akan diberikan pembahasan terkait mengapa dan apa urgensi sebuah peraturan
perundang-undangan tersebut selayaknya disusun dengan baik. Dalam artikel ini nantinya
akan mengambil referensi terkait penjelasan apa saja yang menjadi tahapan-tahapan dalam
penyusunan perundang-undangan yang baik dan juga apa saja yang menjadi perhatian utama
agar suatu peraturan perundang-undangan tersebut dapat terbentuk dengan baik dan benar.
Penjelasan ini nantinya disampaikan secara deskriptif agar pembaca dapat mengetahui
alasan-alasan dari pentingnya dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang baik.
Masyarakat menjadi unsur yang penting dalam dampak dari proses dan cara peraturan
perundang-undangan itu dibentuk. Oleh karena itu, masyarakat dalam bentuk representatif
juga harus dilibatkan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.
Kata Kunci: Masyarakat, Produk hukum, Baik, Implementasi.

A. Latar Belakang
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu bentuk produk hukum
yang sangat penting dalam peranan sebagai regulasi dalam sebuah negara dengan
sistem hukum civil law. Di dunia sendiri terdapat dua sistem hukum yang digunakan
oleh para negara-negara. Sistem hukum tersebut ada sistem hukum common law dan
juga sistem hukum civil law. Civil law atau hukum sipil sendiri dapat didefinisikan
sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi dalam
‘Corpus Juris Civilis Justinian’ dan tersebar keseluruh benua Eropa dan seluruh Dunia.1
Sedangkan sistem hukum common law Istilah common law merujuk pada adat
kebiasaan di Inggris yang tak tertulis dan yang melalui keputusan-keputusan hakim

1
Sadiah, S. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL (CIVIL LAW), Hal 3.
dijadikan berkekuatan hukum.2 Kedua sistem ini memiliki perbedaan yang signifikan
antara keduanya. Jika dalam sistem hukum common law hukum dan regulasi tersebut
terbentuk melalui putusan-putusan yang dikeluarkan oleh hakim dan yang telah
berkekuatan hukum, Civil law sangat identik dengan regulasi yang dibentuk dengan
kodifikasi dan Hakim tidak terikat dengan preseden atau doktrin stare decicis,
sehingga undang-undang menjadi rujukan hukumnya yang utama. Bentuk hukum
yang dikodifikasi inilah yang merupakan cikal bakal dari peraturan perundang-
undangan itu sendiri. Sistem hukum civil law atau Eropa Kontinental ini muncul pada
abad ketigabelas di beberapa negara di dataran Eropa, yang kemudian diwariskan
kepada para negara jajahannya3. Seperti contoh bahwa sistem hukum eropa
kontinental ini pada saat itu digunakan oleh Belanda dan diwariskan kepada Indonesia
sebagai sistem hukum yang dibentuk di Indonesia pada saat Indonesia masih berada
dalam jajahan Belanda.
Oleh karena Indonesia menganut sistem hukum eropa kontinental, Indonesia
sangat kental terkait penyusunan segala aspek yang dituangkan kedalam peraturan
perundang-undangan sebagai dasar regulasi pengaturan. Negara yang menganut
sistem hukum eropa continental seperti Indonesia ini seringkali disebut sebagai sebuah
negara hukum. Karena, semua aspek yang dapat beresiko untuk menimbulkan
perselisihan karena adanya kekosongan hukum wajib untuk disusun peraturan
perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Peraturan tersebut disusun atas
dasar kaedah-kaedah dan juga norma-norma yang terjadi di sekitar lingkungan
masyarakat tersebut, khususnya masyarakat Indonesia. Namun, meskipun Indonesia
menganut sistem hukum eropa continental yang memfokuskan bentuk peraturan
merupakan peraturan yang terkodifikasi, Indonesia juga menggunakan sumber-
sumber lain sebagai pembentuk produk hukum. Sumber tersebut seperti
yurisprudensi, doktrin, kebiasaan, dan lain-lain. Tetapi, rumusan utama yang tetap
dijadikan rujukan hukum tertinggi dalam hirarki penegakan hukum adalah peraturan
perundang-undangan tersebut.
Konsep peraturan perundang-undangan ini pada dasarnya merupakan
komponen inti dalam setiap pergerakan maupun tingkah laku masyarakat dalam

2
Noho Muhammad, D. H., “Mendudukan Common Law System dan Civil Law System Melalui Sudut
Pandang Hukum Progresif di Indonesia” Jurnal Rechtsvinding, 2020, diakses tanggal 9 Oktober 2021,
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/%20MENDUDUKAN%20COMMON%20LAW%20%20SY
STEM%20DAN%20CIVIL%20LAW%20SYSTEM%20MELALUI%20SUDUT%20PANDANG%20HUKUM%
20PROGRESIF%20DI%20%20INDONESIA%20.pdf Hal 2.
3
Rahardjo Satjipto, 2014, “Ilmu Hukum”, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, Hal. 246.
negara hukum seperti Indonesia. Oleh karena itu dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan diperlukannya analisis yang kuat dari para pihak yang
membentuk peraturan perundang-undangan ini agar meminimalisir kesalahan dan
ketidaktepatan sasaran dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu, dalam artikel ilmiah ini akan membahas terkait apa urgensi dari membentuk
peraturan perundang-undangan yang baik.
B. Pembahasan
Dalam Undang-undang Nomor. 12 Tahun 2011 secara implisit menjelaskan
bahwa pembentukan hukum merupakan pembentukan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, pembentukan peraturan perundang-undangan harus
dilakukan dengan hati-hati dan juga cermat agar menghindari resiko-resiko
terbentuknya produk hukum yang terbilang sebagai produk hukum cacat yang memiliki
arah perlindungan yang salah. Dalam optimalisasinya pembentukan peraturan
perundang-undangan khususnya undang-undang memiliki 3 tahap, yaitu: tahap Pra-
legislasi, tahap legislasi, tahap pasca-legislasi.4
a) Tahap Pra-Legislasi
Dalam tahap ini peraturan perundang-undangan melalui
beberapa tahap seperti: perencanaan RUU; persiapan penyususnan
Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang terdiri pengkajian,
penelitian, dan penyusunan naskah akademik; Teknik penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan yang tersdiri dari
pemgajuan izin Prakarsa kepada Presiden, penyusunan Rancangan
peraturan perundang-undangan antar kementerian, dan sosialisasi
rancangan peraturan perundang-undangan yang dilanjutkan dengan
finalisasi penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; dan
perumusan RUU/RAPERDA tersebut yang terdiri dari teknis
penyusunana rancangan. Penyusunan naskah akademuk juga
dimaksud untuk mendapatkan bahan baku melalui penelitian untuk
dituangkan kedalam rancangan undang-undang.5
b) Tahap Legislasi
Kemudian pada tahap ini akan memlaui proses pembahasan
rancangan peraturan tersebut oleh badan legislative dan pengesahan

4
Aziz, N. M. (2012). Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(1), 17-31. Hal 28.
5
Ibid.
rancangan oleh presiden jika RUU atau Kepala daerah jika RAPERDA.
Kemudian rancangan peraturan yang telah disahkan ini diundangkan
untuk berlaku sebagai undang-undang.6
c) Tahap Pasca-Legislasi
Lalu pada tahap terakhir yakni pasca legislasi akan melalui
proses pendokumentasian undang-undang, penyebarluasan undang-
undang, penyuluhan undang-undang, penerapan undang-undang dan
juga peng-harmonisasian undang-undang tersebut.7

Ketiga tahap ini merupakan tahap umum dalam proses pembentukan suatu
produk hukum berupa peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.
Tahapan ini dilaksanakan secara disiplin dan terstruktur dengan didasarkan kepada
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

Lalu kenapa proses-proses ini perlu dilaksanakan secara optimal dan dilakukan
dengan baik pada saat membentuk suatu peraturan perundang-undangan. Seluruh
proses diatas dilakukan agar suatu peraturan perundang-undangan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dari prilaku masyarakat. Marida farida menyatakan bahwa
dalam suatu negara yang didasarkan pada hukum modern memiliki tujuan utama
dalam pembentukan undang-undang adalah menciptakan suatu modifikasi atau
perubahan dalam kehidupan masyarakat.8 Dalam pendapat lain Hattu menuturkan
bahwa dalam negara hukum modern memerlukan pembentukan peraturan
perundang-undangan yang berfungsi sebagai instrument untuk memberi, mengatur,
membatasi, sekaligus mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Pemerintah dan
menjamin hak-hak masyarakat.9 Oleh karena itu, partisipasi masyarakat ini menjadi
unsur yang sangat penting dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik.

Partisipasi masyarakat ini dilakukan dan dicantumkan kedalam suatu peraturan


perundang-undangan dengan cara para dewan perwakilan rakyat tersebut terjun dan
mengenali terkait keluhan-keluhan dan juga perubahan lingkungan masyarakat. Selain

6
Ibid.
7
Ibid.
8
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan (Yogyakarta:
Penerbit Kanisisus 2002), hal. 2.
9
Jati, R. (2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembentukan Undang-Undang Yang
Responsif. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(3), 329-342. Hal. 330.
itu penelitian terkait permasalahan yang terkadang tidak diketahui masyarakat juga
merupakan unsur penting dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ini.
Penelitian ini yang kemudian dituangkan untuk menjadi suatu naskah akademik yang
dijadikan bahan baku pendukung dalam pembuatan peraturan perundang-undangan.

Selain dua unsur tersebut, dalam membentuk suatu peraturan perudang-


undangan yang baik perlu memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik. Asas-asas ini disebutkan dan dijelaskan secara jelas
dalam Pasal 5 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. 10
Asas ini terdiri dari:

1. Kejelasan tujuan
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk harus
memiliki tujuan yang jelas yang hendak dicapai.11
2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
Lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan
yang berwenang.12
3. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan materi muatan yang tepat dan sesuai dengan jenis dan
hierarki peraturan perundang-undangan.13
4. Dapat dilaksanakan
Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut
dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.14
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan tersebut dibuat karena
benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.15
6. Kejelasan rumusan

10
Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
11
Penjelasan pasal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid.
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi syarat teknis
penyususnan pertauran perundang-undangan seperti sistematika, pilihan
kata atau istilah, serta Bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti
sehingga tidak menimbulkan interpretasi dalam pelaksanaannya16
7. Keterbukaan
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, atau penetapan dan
pengundangan bersifat transparan dan terbuka.17
Dari kumpulan asas-asas ini dapat ditarik penjelasan terkait alasan urgensi
kenapa suatu peraturan perundang-undangan itu harus dibentuk dan disusun dengan
baik dan benar. Peraturan perundang-undangan harus dan wajib disusun dengan baik
dan benar agar tujuan peraturan perundang-undangan tersebut dapat tercapai dengan
tepat. Selain itu, peraturan perundang-undangan yang tersusun dengan baik akan
mendapatkan respon yang baik juga dari masyarakat jika peraturan perundang-
undangan tersebut berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan jika peraturan
perundang-undangan ini juga tidak bertabrakan dan bertentangan dengan hierarki dan
juga materi muatan yang dimuat baik, implementasi peraturan perundang-undangan
akan berjalan dengan baik.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulan bahwa urgensi atau pentingnya
sebuah peraturan perundang-undangan dibuat dan disusun dengan baik adalah demi
menjaga agar tujuan yang menjadi target dalam peraturan perundang-undangan
tersebut dapat tercapai. Tujuan yang dimaksud tentunya merupakan mengatur terkait
perilaku masyarakat dan fenomena-fenomena yang akan selalu berkembang dalam
setiap zaman. Sehingga jika tujuan tersebut tercapai maka respon dari masyarakat
sebagai tujuan awal tersebut akan menjadi baik. Respon yang baik ini tentunya akan
menimbulkan implementasi peraturan perundang-undangan yang baik juga dan dapat
memberikan dampak positif untuk tetap memberikan kepastian hukum dan keadilan
yang baik dan benar.
D. Daftar Pustaka
Aziz, N. M. (2012). Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 1(1), 17-31

16
Ibid.
17
Ibid.
Jati, R. (2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembentukan Undang-Undang
Yang Responsif. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(3),
329-342.
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta: Penerbit Kanisisus 2002)
Noho Muhammad, D. H., “Mendudukan Common Law System dan Civil Law System
Melalui Sudut Pandang Hukum Progresif di Indonesia” Jurnal Rechtsvinding, 2020,
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/%20MENDUDUKAN%20COMMON
%20LAW%20%20SYSTEM%20DAN%20CIVIL%20LAW%20SYSTEM%20MELALU
I%20SUDUT%20PANDANG%20HUKUM%20PROGRESIF%20DI%20%20INDONE
SIA%20.pdf diakses tanggal 9 Oktober 2021
Rahardjo Satjipto, 2014, “Ilmu Hukum”, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung
Sadiah, S. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL (CIVIL LAW)
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai