Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Ali Marwan

NIM : 201812044

UNIT/SEMESTER :2/6

JURUSAN : HES

FAKULTAS : Syariah

MATA KULIAH : Legal Drafting

DOSEN PENGASUH : Dr.Usammah,M.Hum

UAS

1) .Perancangan hukum (legal drafting) merupakan salah satu unsur penting dalam
praktik hukum. Legal drafting merupakan kombinasi dari dua kata, yaitu “legal” dan
“drafting”. Secara harfiah, kata “legal” bermakna sesuatu yang sesuai dengan
ketentuan hukum, sedangkan “drafting” bermakna perancangan/pengkonsepan. Jadi
legal drafting dapat diartikan secara singkat sebagai perancangan naskah hukum /
perancangan kontrak atau MoU.
Legal Drafting merupakan konsep dasar tentang penyusunan peraturan
perundang-undangan yang berisi tentang naskah akademik hasil kajian ilmiah beserta
naskah awal peraturan perundang-undangan yang diusulkan. Sedangkan pembentukan
peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan
perundangundangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik
penyusunan,
perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Tegasnya,
kegiatan legal drafting adalah dalam rangka pembentukan peraturan
perundangundang

2) .Legal Drafting merupakan konsep dasar tentang penyusunan peraturan Perundang-


undangan ,jadi di jurusan syariah kita harus tau bagaimana penyusunan hukum yang
berisi tentang naskah akademik hasil kajian ilmiah beserta naskah awal peraturan
Perundang-undangan yang diusulkan. Sedangkan pembentukan peraturan Perundang-
undangan adalah proses pembuatan peraturan Perundang-undangan yang pada
dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, Perumusan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Tegasnya, kegiatan
legal drafting adalah dalam rangka pembentukan peraturan Perundang-
undangan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi legal
drafting dalam proses penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota di Sekretariat
DPRD Kabupaten. Selain itu penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan yang
dihadapi oleh sekretariat DPRD Kabupaten dalam mengimplementasikan legal
drafting pada proses penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota. Tujuan terakhir
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh sekretariat
DPRD Kabupaten untuk mengatasi hambatan mengimplementasikan legal drafting
pada proses penyusunan peraturan daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskrptif dengan analisis data kualitatif. Populasi dalam
penelitian ini yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten dan staf ahli dan
seluruh staf pegawai sekretariat DPRD Kabupaten . Sedangkan sampel atau unit
analisis dalam penelitian ini berjumlah tiga belas orang yang pengambilannya dengan
teknik purposive sampling. Untuk mengumpulkan data, observasi dan wawancara
dilakukan oleh peneliti. Setelah data terkumpul, data tersebut dianalasis dengan cara
mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Implementasi legal drafting dalam proses penyusunan peraturan
daerah Kabupaten/Kota di Sekretariat DPRD Kabupaten yaitu: (1). Perencanaan
Peraturan Daerah (2). Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (3). Pengesahan dan
Penetapan (4). Pengudangan. Kemudian hambatan yang dihadapi oleh sekretariat
DPRD Kabupaten dalam mengimplementasikan legal drafting pada proses
penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota yaitu: (1). Keterbatasan sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dalam perancangan peraturan daerah (2).
Pemahaman teknik menyusunan Rancangan Peraturan Daerah yang masih lemah (3).
Perda tidak dilengkapi dengan Naskah Akademik. Upaya untuk mengatasi hambatan
tersebut adalah 1) Meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan keahlian marancang Peraturan Daerah (2). Meningkatkan kemampuan
teknik menyusunan Rancangan Peraturan Daerah. (3). Mencamtumkan Naskah
Akademik

3) Norma hukum merupakan aturan yang diperuntukan ketertiban kehidupan masyarakat


yang biasanya dibuat oleh otoritas pemerintah setempat di suatu negara. Setiap warga
negara yang hidup berdampingan dengan warga negara lainnya wajib mengikuti
norma hukum yang telah dibuat, dimana dalam prosesnya terdapat aparatur seperti
kejaksaan, kepolisian, hakim, yang menegakkan aturan dan norma hukum di suatu
negara. Norma hukum biasanya bersifat mengikat untuk setiap penduduk yang berada
dalam naungan satu negara dengan menganut norma hukum tertentu. Dimana artinya
mengikat adalah bersifat harus ditaati dan jika melanggar akan dikenai sanksi.
Adapun sanksi tersebut ditetapkan juga dalam draft normal hukum yang berlaku.
- Terdapat dua jenis norma hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat,
kita mengenal norma hukum tertulis dan norma hukum tidak tertulis. Dimana
keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Baik norma hukum tertulis dan tidak
tertulis memiliki kedukan untuk menegakkan aturan di masyarakat, namun berbeda
dalam segi penyampaian. Dimana hukum tertulis biasanya dibuat dalam lembaran
yang sah dan diakui oleh negara, sedangkan norma hukum tidak tertulis banyak
ditemukan dalam kehidupan adat masyarakat. Lebih detail mengenai keduanya dapat
dilihat pada penjelasan berikut:
Hukum Tertulis
Hukum tertulis merupakan norma-norma aturan yang dibuat oleh lembaga yang
berwenang dalam bentuk tertulis. Lembaran-lembaran seperti undang-undang,
peraturan pemerintah, merupakan aturan hukum tertulis, dimana aturan tersebut
dibuat oleh lembaga negara sehingga lembaran hukum tertulis kekuatan untuk
digunakan dalam kehidupan masyarakat secara luas. Di Indonesia terdapat lembaga
negara yang berhak membuat aturan tersebut seperti Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) atau Pemerintahan Eksekutif.
Hukum Pidana
Hukum perdata bertujuan untuk menegakkan ketertiban hukum dan melindungi setiap
warga negara. Kepentingan dan hubungan masyarakat di antara mereka ditentukan
dan dilindungi oleh norma Hukum. Bangsa yang baik adalah berhasil
mempertahankan tatanan sosial dengan aturan hukum.
Hukum pidana adalah peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa saja yang
dilarang dan tergolong sebagai tindak pidana. Hukum ini juga mengatur apa saja
hukuman yang akan diberikan kepada pelanggar-pelanggar tindak pidana
tersebut.Setiap orang yang melanggar dan menyebabkan kerugian baik material
maupun nonmaterial dapat dikenai sanksi. Kerugian tersebut dapat menimpa orang
lain atau bahkan merugikan masyarakat luas.
Hukum Perdata
Hukum perdata merupakan bagian dari norma hukum tertulis yang berisi tentang
aturan untuk kepentingan seseorang (individu) di lingkungan kelompok sosial
(masyarakat). Dimana didalamnya diatur juga hak-hak dan kewajiban yang harus
ditaati.Perbedaan dengan hukum pidana adalah jangkauan kerugiannya, biasanya
hukum perdata persoalan personal yang tidak merugikan banyak pihak (masyarakat
luas). bahwa Pengertian Hukum Perdata merupakan hukum untuk permasalahan
antara dua orang dalam masyarakat yang bersumber pada kepentingan perseorangan
(pribadi). Istilah ini juga sering disebut dengan hukum sipil atau privat, meskipun
demikian hukum perdata akan berlaku dalam jenis tulisan maupun tidak tertulis.

Hukum Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis biasanya ditemukan dalam kehidupan masyarakat adat, dimana
mereka mengatur kehidupan dan aktivitas masyarakatnya dengan hukum-hukum yang
tidak diatur dalam lembaran hukum tertulis. Seperti halnya masyarakat Baduy yang
memiliki aturan-aturan hukum yang disepakati secara bersama baik Ketua adat
maupun masyarakat adat. Mereka yang menggunakan hukum adat tidak tertulis
umumnya menitik beratkan pada kepercayaan yang secara turun temurun diwariskan
kepada pengguna hukum lainnya. Hanya saja hukum ini tidak berlaku untuk seluruh
masyarakat, dimana cakupannya lebih sempit. Karena sifatnya tidak tertulis terkadang
hukum ini berubah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

4) Mengetahui subtansi dari suatu perundang-undangan maksudnya mengetahui dasar-


dasar penyusunan peraturan perundang-undangan yaitu asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan, kewenangan pembentuk peraturan perundang-
undangan, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, serta materi muatan
peraturan perundang-undangan. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang perlu diketahui meliputi kejelasan tujuan; kelembagaan; kesesuaian
antara jenis, hierarki, dan materi muatan; dapat dilaksanakan; efektivitas dan
efisiensi; kejelasan rumusan; dan keterbukaan.

5) Pancasila sebagai Landasan Negara Hukum IndonesiaKonsep tersebut kemudian


diadopsi oleh Indonesia yang memiliki karaktersitik khusus. Kekhususan itu karena
negara hukum Indonesia berjalan di atas asas Pancasila yang menjadi dasar filosofis-
ideologis negara. Pancasila adalah falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara)
yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun
sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.
Sesungguhnya Pancasila merupakan norma dasar negara Indonesia dan juga
merupakan cita hukum negara Indonesia sebagai kerangka keyakinan yang bersifat
normatif dan konstitutif. Bersifat normatif karena berfungsi sebagai pangkal dan
prasyarat ideal yang mendasari setiap hukum positif. Hal ini terlihat dalam ketentuan
Pasal 2 UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Sedangkan bersifat konstitutif karena Pancasila mengarahkan hukum
pada tujuan yang hendak dicapai.

6) Pembuatan Undang-Undang
 DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
 Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.
 Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi.
 Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diajukan oleh Presiden.
 Rancangan undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan oleh DPD, dalam hal berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan dan
disertai dengan naskah akademis, kecuali rancangan undang-undang
mengenai:
o APBN;
o penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi
undang-undang; atau
o pencabutan undang-undang atau pencabutan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang.

 Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2)


disusun berdasarkan Prolegnas.
 Dalam keadaan tertentu, hanya DPR dan Presiden yang dapat mengajukan
rancangan undang-undang di luar Prolegnas.
 Rancangan undang-undang yang sudah disetujui bersama antara DPR dan
Presiden paling lambat 7 (tujuh) Hari disampaikan oleh pimpinan DPR kepada
Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.
 Dalam hal rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
7) Mengetahui Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan yaitu meliputi tahapan
pembentukan peraturan perundang-undangan yang meliputi perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan, dan pengundangan. Untuk menyusun
peraturan perundang-undangan yang baik, selain hal-hal tersebut di atas perlu juga
diketahui hal-hal khusus, seperti tata cara pendelegasian wewenang, pengaturan
penyidikan, pencabutan, dan perubahan peraturan perundang-undangan. Hal-hal
umum yang perlu diketahui dalam rangka penyusunan peraturan perundang-undangan
adalah naskah akademik, penyebarluasan, serta sumber bahan dan informasi
peraturan perundang-undangan.

8) Berkaitan dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan, dijelaskan


dalam pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011., asas-asas tersebut adalah:
a. Kejelasan tujuan. Asas ini menyatakan setiap pembentukan peraturan perundang-
undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Asas ini menyatakan bahwa
setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum jika dibuat
oleh lembaga yang tidak berwewenang.
c. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan. Asas tersebut menjelaskan
bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan
materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan. Hirarki penting untuk dipahami agar menghindari peraturan perundang-
undangan yang disusun bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi tingkatannya. Sementara itu, materi muatan dalam peraturan perundang-
undangan harus sesuai dengan jenis, fungsi, dan hirarki peraturan perundang-
undangan.
d. Dapat dilaksanakan. Asas ini menyatakan untuk setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, atau yuridis.
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap
peraturan-undangan dibuat karena benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Kejelasan rumusan. Asas ini menggarisbawahi bahwa setiap peraturan perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
g. Keterbukaan. Asas keterbukaan menjelaskan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan
atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian,
seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam pembentukan.

9) Makna Penting Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan yaitu u perencanaan pembentukan peraturan perundang-undanganmelalui
penyusunan Naskah Akademikdalam rangka pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik dan berkelanjutan. Menurut Yuliandri, suatu undang-undang
dapat dikatakan berkualitasbaik dan memiliki karakteristik berkelanjutan, bisa dinilai
dari sudut pandang keberhasilan mencapai tujuan, pelaksanaan, dan penegakan
hukumnya. i samping itu, keberadaan naskah akademik juga merupakan penerapan
dari asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, sebab dalam penyusunan naskah akademik harus benarbenar
memperhatikan secara tepat materi muatan yang akan diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang akan dibentuk. Selanjutnya, naskah akademik juga
menjadi rujukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam naskah
akademik perlu diuraikan tentang rujukan terkait dengan RUU yang akan dibuat. Ada
tiga rujukan yang dapat digunakan:
a. Mengambil undang-undang dari luar negeri yang mirip dengan RUU yang akan
dibuat;
b. Dengan merujuk pada model law yang kerap dibuat oleh organisasi internasional;
c. Pelbagai perjanjian internasional yang belum diikuti oleh Indonesia.

10) Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah provinsi
maupun Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah pelaksanaan
penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan eksekusi
pemerintah daerah . Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan
otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada dasarnya peraturan
daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari masing-masing daerah.Kemandirian dalam
berotonomi tidak berarti daerah dapat membuat peraturan perundang-undangan atau
keputusan yang terlepas dari sistem perundang-undangan secara nasional. Peraturan
perundang-undangan tingkat daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan
sistem perundang-undangan secara nasional. Karena itu tidak boleh ada peraturan
perundang-undangan tingkat daerah yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatnya atau kepentingan umum .

Anda mungkin juga menyukai