1. Sistem hukum yang saya ketahui, adalah suatu kesatuan yang terdiri dari anasir-anasir yang
mempunyai interelasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut atau juga
dapat diartikan sebagai suatu kesatuan sistem yang tersusun atas integralitas berbagai komponen
sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan
hubungan yang saling terkait, bergantung, memengaruhi, bergerak dalam kesatuan proses, yaitu
proses sistem hukum, untuk mewujudkan tujuan hukum
2. ● Pengertiannya ialah, Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri
dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan
secara erat.
● macam macam sistem hukum:
- Sistem Hukum Eropa Kontinental
- Sistem Hukum Anglo Saxis (Anglo Amerika)
- Sistem hukum adat/kebiasaan
- Sistem Hukum Agama (Islam).
4. Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental itu ialah “hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk
undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”.
Prinsip dasar itu dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
“kepastian hukum”. Dan kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan
hukum manusia di dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang
tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, maka hakim tidak
dapat leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim
hanya berfungsi “menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas
wewenangnya”. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang
berperkara saja
5. Beberapa perbedaan antara sistem hukum eropa kontinental dengan sistem anglo saxon
sebagai berikut :
1. Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedang sistem
hukum anglo saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis perkara.
2. Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang dilakukan oleh
perguruan tinggi sedangkan sistem hukum anglo saxon dikembangkan melalui praktek
prosedur hukum.
3. Hukum menurut sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sollen bulan sein sedang
menurut sistem hukum anglo saxon adalah kenyataan yang berlaku dan ditaati oleh
masyarakat.
4. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian
sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum eropa kontinental
sedang penemuan kaidah secara kongkrit langsung digunakan untuk penyelesaian perkara
menurut sistem hukum anglo saxon.
5. Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi kaidah
sedang pada sistem hukum anglo saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk mengoreksi,
yaitu lembaga equaty. Lembaga ibi memberi kemungkinan untuk melakukan elaborasi
terhadap kaidah-kaidah yang ada guna mengurangi ketegaran.
7. Bila diperhatikan berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai ulama tentang kriteria
penetapan sesuatu sebagai hukum syar’i, maka dapat dikatakan:
1. Menurut ulama ushul fiqh, bahwa nash/teks dari pembuat syara’ (Allah dan RasulNya)
itulah yang dikatakan hukum syar’i. Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 10, واقيم>>وا الص>>الة
(Dirikanlah sholat). Jadi perkataa aqiimussholah itulah yang menjadu hukum syar’i.
2. Sedangkan menurut ulama Fiqh, bukan nash itu yang dimaksud dengan hukum syar’i,
malainkan efek dari kandungan perkataan aqiimusshlolah itulah yang mengakibatkan
terjadinya hukum syar’i.
3. Jadi ulama ushul fiqh mengatakan bahwa firman (perintah wajib sholat) itulah yang
dikatakan hukum syar’i, berbeda dengan ahli fiqh yang mengatakan bahwa wajib
sholatlah yang yang dikatakan hukum syar’i.
4. Hukum syar’i/syara’ yang di Indonesia lebih sering dipakai istilah hukum Islam adalah
kata yang tidak dikenal dalam ajaran Islam sendiri, tetapi istilah yang dipakai adalah
hukum syar’i, hukum syara’, hukum syari’at, hukum syari’ah, syari’at Islam, atau fiqh
(Islam).
10. “. Ilmu tersebut merupakan ilmu yang interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu politik
dan sosiologi yang secara garis besar menjadi dua bagian,yaitu :
1. Teori perundang-undangan yang disebut “Gesetzgebungs”, yaitu teori yang berorientasi
untuk mencari kejelasan dan kejernihan pengertian-pengertian yang bersifat kognitif.
2. Ilmu perundang-undangan yang disebut “Gesetzgebungslehre”, yaitu teori yang
berorientasi untuk melakukan pembentukan peraturan perundang-undangan yang
bersifat normatif.
Ilmu perundang-undangan dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Gesetzgebungs verfahren (proses perundang-undangan);
b. Gesetzgebungs methode (metode perundang-undangan);
Gesetzgebungs technik (teknik perundang-undangan).
11. istilah dan pengertian peraturan peruuan menurut beberapa ahli antara lain:
12. ilmu pengetahuan perundang undangan dapat dikembangkan melalui Pendidikan karena ada 2
alasan, yaitu alasan teoritis dan alasan praktis.
Mengetahui dan memenuhi kebutuhan pendidikan hukum pada fakultas hukum seluruh
Indonesia, terutama untuk latihan keterampilan bagi mahasiswa di bidang ilmu perundang-
undangan, pendidikan klinis hukum, legal drafting.
Mengetahui dan memenuhi kebutuhan tata cara perancangan dan pemebntukan peraturan
perundang-undangan ditingkat pusat ataupun tingkat daerah.
terwujudnya negara hukum yang adil dan demokratis melalui pembangunan sistem hukum nasional
dengan membentuk peraturan perundang-undangan yang aspiratif, berintikan keadilan dan kebenaran
yang mengabdi pada kepentingan rakyat dan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa,serta tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
15. untuk mencapai visi tersebut, prolegnas disusun dengan misi sebagai berikut:
Mewujudkan materi hukum segala bidang dalam rangka penggantian terhadap peraturan
perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang masih tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang mengandung kepastian, keadilan, dan kebenaran dengan
memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.
Mewujudkan budaya hukum dan masyarakat yang sadar hukum.
Mewujudkan aparatur hukum yang berkualitas, profesional, bermoral, dan berintegritas tinggi.
Mewujudkan lembaga hukum yang kuat, terintegrasi, dan berwibawa.
3.Mempercepat proses penyelesaian rancangan undang-undang yang sedang dalam proses pembahasan
dan membentuk undang-undang yang diperintahkan oleh Undang-Undang Dasar.
6.Membentuk peraturan perundang-undangan baru sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan
zaman.
7.Memberikan landasan yuridis bagi penegakan hukum secara tegas, professional, dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan gender.
17.bagir manan yg menguntip pendapat P.J.P. tak tentang wet in materiele zin,melukiskan pengertian
perundang undangan dalam arti material yg esensinya sbg berikut:
18.beberapa pengertian norma atau kaidah, menurut para ahli antara lain sbg berikut:
Jimly Asshidiqie mengemukakan bahwa “norma atau kaidah merupakan pelembagaan nilai-nilai
baik dan buruk dalam bentuk tata aturan yang berisi kebolehan, anjuran, atau perintah”.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa pada umumnya norma hukum
berisikan : suruhan, larangan,kebolehan.
Maria Farida Indrati Soeprapto, mengatakan bahwa : “norma adalah suatu ukuran yang harus
dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan
lingkungannya”.
Sudukno Mertokusumo, mengatakan bahwa : “kaidah pada hakikatnya merupakan perumusan
suatu pandangan obyektif mengenai penilaian atau sikap yang seyogyanya dilakukan atau tidak
dilakukan, yang dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan”.
I Gde Pantja Astawa dan Surin Na’a, mengemukakan : “norma atau kaidah dapat diartikan
sebagai patokan atau standar yang dibutuhkan dan harus dipatuhi oleh manusia sebagai individu
dalam kehidupan bermasyarakat berdasarkan nilai-nilai tertentu yang berisikan perintah atau
larangan”.
19.dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat bermacam- macam norma yg diakui keberadaannya dlm
mengatur perilaku kehidupan Bersama, yaitu:
20. fungsi dan norma hukum mencakup 3 hal, perbedaan norma hukum dan norma lainnya?
adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi pelanggarnya (biasanya berupa
sanksi fisik yang dapat dipaksakan oleh alat negara);
bersifat umum,yaitu berlaku bagi siapa saja.
21. norma atau kaidah hukum dapat dibedakan atas beberapa kelompok norma atau kaidah, yaitu :
23. di bawah ini kami kemukakan 6 (enam) macam – macam norma menurut daya pengikat
. Norma cara atau usage, Norma cara atau usage adalah satu dari 6 norma yang memiliki daya
pengikat yang sangat lemah dikarenakan bersifat individualis dan sanksi yang diberikan bagi
anggota masyarakat yang melanggar norma cara terbilang cukup ringan yaitu hanya cemohan
dan celaan atau ejekan. Contoh dari norma cara adalah cara seorang dalam masyarakat dalam
menulis, umumnya ada yang menggunakan tangan kanan dan ada juga yang menggunakan
tangan kiri.
b. Norma Adat Istiadat (Custom), Pengertian norma adat istiadat atau custom adalah tata
kelakukan yang kekal dan terintegrasi kuat dengan pola pola perilaku masyarakat. Sanksi
yang diberikan bagi pelanggaran terhadap norma adat istiadat bervariasi mulai dari
pengucilan, membayar denda, dan banyak sanksi lain yang ditentukan oleh aturan aturan adat
istiadat yang dimiliki suatu masyarakat.
c. Norma Kebiasaan (Folkways), Pengertian norma kebiasaan adalah pedoman tentang cara
cara berbuat yang diperoleh dari perbuatan yang diulang ulang dalam bentuk sama oleh
banyak orang dan menyukai perbuatan tersebut. Sanksi yang ada bagi pelanggar norma
kebiasaan adalah celaan dan hukuman ringan.
d. Norma Hukum (Laws), Pengertian norma hukum adalah pedoman atau ketentuan hukum
yang mengatur individu dalam masyarakat yang tertulis ataupun tidak tertulis yang dicirikan
oleh adanya penegak hukum dan adanya sanksi yang bersifat menertibkan dan menyadarkan
pelaku pelanggar norma hukum. Contoh norma hukum seperti Undang Undang tentang Pers
(baca pengertian pers).
e. Norma tata kelakukan atau norma moresPengertian norma tata kelakuan adalah pedoman
untuk anggota masyarakat yang ada karena adanya ajaran ajaran agama, akhlak, filsafat
ataupun kebudayaan yang mengatur. Sanksi tata kelakuan juga terbilang ringan yaitu dengan
membayar denda ataupun hanya bersanksi perasaan berdosa.
f. Norma mode atau norma fashion, Pengertian norma fashion adalah norma yang ada karena
hadirnya cara dan gaya anggota dalam masyarakat yang cenderung berubah, bersifat baru dan
cenderung diikuti masyarakat. Norma fashion ini berhubungan erat dengan sandang pangan
yang berlaku saat itu seperti pakaian, potongan rambut, mobil dan lainnya yang menghias
anggota masyarakat.
24. norma yang mengatur masyarakat secara garis besar ada dua macam yaitu norma formal dan norma
nonformal.
a. Norma Formal
adalah aturan dan ketentuan dalam kehidupan bermasyarakat yang ada ataupun dibuat oleh
lembaga lembaga dan institusi yang bersifat formal atau resmi. Dengan kata lain, norma
formal memiliki kepercayaan lebih tinggi tentang kemampuannya dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat karena dibuat oleh lembaga lembaga formal. Norma formal contohnya
konstitusi, surat keputusan, peraturan pemerintah, perintah presiden.
b. Norma Non formal
adalah aturan dan ketentuan ketentuan dalam hidup bermasyarakat yang tidak diketahui
bagaimana dan siapa yang menerangkan norma tersebut. Ciri norma non formal tersebut
adalah tidak tertulis atau bilapun tertulis hanya sebagai karya sastra, bukan dalam bentuk
aturan baku yang disertakan dengan pembuat aturan tersebut. Selain itu, norma non-formal
memiliki jumlah yang lebih banyak dikarenakan banyaknya variabel yang ada dalam norma
non-formal.
25. teori nawinsky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtstordnung. Susunan norma
menurut teori tersebut adalah
27. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-
Undang. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI
yaitu :
1) UUD1945;
2) TapMPR;
3) UU;
4) PeraturanpemerintahpenggantiUU;
5) PP;
6) Keppres;
7) PeraturanDaerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
28. Jenis peraturan perundang-undangan selain tersebut di atas mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh:
Majelis Permusyawaratan Rakyat;
DPR;
DPD;
Mahkamah Agung;
Mahkamah Konstitusi;
Badan Pemeriksa Keuangan;
Komisi Yudisial;
Bank Indonesia;
Menteri;
Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan undang-undang atau
pemerintah atas perintah undang-undang;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
Gubernur;
Bupati/Walikota;
Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Perundang-undangan sebagaimana di atas diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
30. Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam:
a. Undang-Undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
d. Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
e. Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman
pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada huruf d sesuai dengan
yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya.
31. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Rancangan
undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. Rancangan
undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi.
33. teori tata urutan (hirarki) peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan oleh Hans
Kelsen, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip tata urutan, yaitu bahwa :
a. Perundang-undangan yang rendah derajatnya tidak dapat mengubah atau
mengenyampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih
tinggi,tetapi yang sebaliknya dapat.
b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut,diubah,atau ditambah oleh atau dengan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya.
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak
mempunyai tingkatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya tetap berlaku dan mempunyai
kekuatan hukum serta mengikat, walaupun diubah, ditambah, diganti, atau dicabut
oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
d. Materi yang seharusnya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah. Tetapi
hal yang sebaliknya dapat.
34. menurut I.C. van der Vlies dalam bukunya yang berjudul Handboek Wetgeving dibagi dalam
dua kelompok yaitu:
Asas-asas formil:
1) Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling), yakni setiap pembentukan
peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas untuk apa
dibuat;
2) Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan), yakni setiap jenis peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga atau organ pembentuk peraturan
perundagundagan yang berwenang; peraturan perundangundangan tersebut dapat
dibatalkan (vernietegbaar) atau batal demi hukum(vanrechtswege nieteg), bila dibuat oleh
lembaga atau organ yang tidak berwenang;
3) Asas kedesakan pembuatan pengaturan (het noodzakelijkheidsbeginsel);
4) Asas kedapatlaksanaan (dapat dilaksanakan) (het beginsel van uitvoerbaarheid), yakni setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan harus didasarkan pada perhitungan bahwa
peraturan perundang-undangan yang dibentuk nantinya dapat berlaku secara efektif di
masyarakat karena telah mendapat dukungan baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis
sejak tahap penyusunannya;
5) Asas konsensus (het beginsel van de consensus).
Asas-asas materiil:
1) Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van duidelijke terminologie en
duidelijke systematiek);
2) Asas dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid);
3) Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechtsgelijkheidsbeginsel);
4) Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel);
5) Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van de individuele
rechtsbedeling).
40. Secara teori terdapat tiga cara untuk memperoleh kewenangan yakni atribusi (atributie), delegasi
(delegatie) dan mandat (mandaat). Atribusi (atributie) adalah wewenang pemerintahan yang diperoleh
dari peraturan perundang-undangan, artinya wewenang pemerintah dimaksud telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, wewenang ini kemudian disebut sebagai asas legalitas
(legalitiebeginsel), wewenang ini dapat didelegasikan. Delegasi (delegatie) adalah wewenang yang
diperoleh atas dasar pelimpahan wewenang dari badan/organ pemerintahan yang lain. Sifat wewenang
delegasi adalah pelimpahan yang bersumber dari wewenang atribusi (atributie) akibat hukum ketika
wewenang dijalankan menjadi tanggung jawab penerima delegasi (delegataris). Mandat (mandaat)
adalah pelimpahan wewenang yang pada umumnya dalam hubungan rutin antara atasan dengan
bawahan, kecuali dilarang secara tegas oleh peraturan perundang-undangan. Ditinjau dari segi tanggung
jawabnya maka pada wewenang mandat (mandaat) tanggung jawab dan tanggunggugat tetap berada
pada pemberi mandat (mandans), penerima mandat (mandataris) tidak dibebani tanggung jawab dan
tanggunggugat atas wewenang yang dijalankan.
d.Landasan Politis, Landasan politis ialah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar
selanjutnya bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan pegarahan ketatalaksanaan pemerintahan
negara. Hal ini dapat diungkapkan pada garis politik seperti pada masa Orde Baru yang
tertuang dalam GBHN atau pada masa Reformasi tertuang dalam Prolegnas dan Prolegda.
Ini memberikan pengarahan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan yang akan
dibuat oleh badan yang berwenang. Atau dapat juga tertuang dalam kebijakan nasional
sebagai arah kebijakan pemerintah yang akan ditempuh selama pemerintahannya ke depan.
Kebijakan ini tertuang dalam kebujakan Perencanaan Pembangunan Nasional (Propenas).
Semua itu dapat dikatakan sebagai pijakan atau landasan politik yang akan ditempuh oleh
negara.
48. kerangka peraturan UU: (smg kita gadpt soal ini karna jwbnnnya AAAAnjing PANJANG BGT!FAKK!!)
A. Judul
1. Judul Peraturan Perundang-undangan memuat keterangan mengenai jenis, nomor
tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang-undangan.
2. Nama Peraturan Perundang-undangan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi
Peraturan Perundang-undangan.
3. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan ditengah margin tanpa
diakhiri tanda baca. Contoh : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.
4. Pada judul Peraturan Perundang-undangan perubahan ditambahkan frase perubahan
atas depan nama Peraturan Perundang-undangan yang diubah. Contoh : UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.
5. Jika Peraturan Perundang-undangan telah diubah lebih dari satu kali, diantara kata
perubahan dan kata atas disisipkan keterangan yang menunjukkan berapa kali
perubahan tersebut telah dilakukan, tanpa memerinci perubahan sebelumnya.
Contoh : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR . . . TAHUN . . .
TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR . . .
TAHUN . . . TENTANG . . .
6. Jika Peraturan Perundang-undangan yang diubah mempunyai nama singkat, Peraturan
Perundang-undangan perubahan dapat menggunakan nama singkat Peraturan
Perundang-undangan yang diubah.Contoh : UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR . . . TAHUN . . . TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
7. Pada judul Peraturan Perundang-undangan pencabutan disisipkan kata pencabutan
didepan nama Peraturan Perundang-undangan yang dicabut.
Contoh :UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1985
TENTANG PENCABUTAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1970
TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS SABANG
8. Pada judul Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPPU) yang
ditetapkan menjadi Undang-undang, ditambahkan kata penetapan didepan nama
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan dan diakhiri dengan frase menjadi
Undang-undang. Contoh :UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002
TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME MENJADI
UNDANG-UNDANG
9. Pada judul Peraturan Perundang-undangan pengesahan perjanjian Internasional,
ditambahkan kata pengesahan didepan nama perjanjian atau persetujuan
Internasional yang disahkan.
10. Jika dalam perjanjian atau persetujuan Internasional Bahasa Indonesia digunakan
sebagai teks resmi, nama perjanjian atau persetujuan ditulis dalam bahasa Indonesia,
yang diikuti oleh teks resmi bahasa asing yang ditulis dengan huruf cetak miring dan
diletakkan diantara tanda baca kurung. Contoh :UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN
ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN
TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE
REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIAON MUTUAL LEGAL ASSISTENCE
IN CRIMINAL MATTERS)
11. Jika dalam perjanjian atau persetujuan Internasional, Bahasa Indonesia tidak
digunakan sebagai teks resmi, nama perjanjian atau persetujuan ditulis dalam Bahasa
Inggris dengan huruf cetak miring, dan diikuti oleh terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia yang diletakkan diantara tanda baca kurung. Contoh :UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1997 TENTANG
PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINTS ILLICIT TRIFFIC IN
NARCOTIC DRUGS AND PSYCHOTROPIC SUBTANCE 1998 (KONVENSI
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG PEMBERANTASAN
PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA, 1998)