NIM: B021201041
Teori Perancangan Perundang-Undangan A
Robert C. Dick, Q. C.1 menyatakan: “drafting is really an art and not a science”
(yang artinya Perancangan Perundangundangan merupakan seni dan bukan ilmu). Seni
yang dimaksud dalam konteks ini adalah dibutuhkan kemampuan tertentu menuangkan
norma-norma dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan pada aspek
pembahasaannya. Hal ini dapat diketahui sebagaimana Dick, lebih lanjut, mengatakan:
“drafting is considered a mere literary exercise...”.
Hal tersebut termuat dalam buku Robert C. Dick, Q. C. Pada tahun 1972 di Toronto
Amerika Serikat, dimana Perancangan Perundang-undangan dipandang adalah sebuah
seni belum sebagai ilmu. Selanjutnya Menurut Michael Zander bahwa perancang
peraturan perundang - undangan di negara-negara yang menganut common law sistem
bersifat general dan kurang menekankan aspek filosofi. Sejak 1973 terdapat komisi
bersama di Inggris pada House-nya yang berfungsi untuk menilai apakah dalam
peraturan perundang-undangan tersebut yang hendak atau yang sedang dirancangnya
memenuhi 9 instrument dasar: 1. That it imposes a tax or a charge; 2. That it is made
under primary legislation which expressly excludes the instrument from challenge in the
courts; 3. That it purporst to have retrospective effect where the enabling Act does not
expressly provide for such effect; 4. That there appears to have been unjustifiable delay
in the publication of the instrument or in laying it; 5. That the instrument has come into
operation before being laid and there apreassto have been unjustifiable delay in sending
notification of this as required by the statutory instruments Act 1946,s. 4 (1); 6. That it
appears doubtful whether the instrument is intra vires the enabling statute, or the
instrument appears to make some unusual or unexpected use of the powers in the
enabling legislation; 7. That for any special reason the form or purport of the instrument
calls for elucidation; 8. That the drafting of the legislation appears to be defective; or 9.
Any other ground which does not impinge on the merits of the instrument or on the
policy behind it. Sembilan kriteria tersebut kelihatannya sangat teknis. misalnya soal
apakah peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk membebankan pajak atau
pembayaran; apakah ia dibentuk oleh lembaga legislasi utama dan disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di pengadilan supaya tidak mendapat tantangan. Selanjutnya,
apakah ia mempunyai efek yang dapat menjangkau kondisi pada masa datang. Secara
historis, masalah perancangan perundang-undangan adalah masalah yang mendunia.
Contoh, Di Inggris terdapat usaha serius untuk mengkritisi aspek kualitas perancangan
peraturan perundang-undangannya pada abad pasca modernism ini. Misalnya laporan
komisi renton 1975 yang mengajukan kritik terhadap kualitas perancangan peraturan
perundang-undangan pada negara-negara yang menganut common law sistem.
Ilmu Pengetahuan perundang-undangan, yang merupakan terjemahan dari
Gesetzgebungswissenschaft, adalah suatu cabang ilmu baru, yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat, terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman. Tokoh-
tokoh utama yang mencetuskan bidang ilmu ini, antara lain, adalah Robert C. Dick, Q.
C (1972, Toronto) di Jerman Peter Noll (1973), Jurgen Rodig(1975), Burkhardt
Krems(1979), dan Werner Maihofer(1981), S.O van Poelje (1980, Belanda), Reed
Dickerson(1986, Toronto), dan W.G. van der Velden(1988, Belanda), A. Hamid S.
Attamimi (1992, Indonesia) Robert B. Seidman (2000, San Francisco), B.R. Atre (2001,
New Delhi), Michael Zander (2004, New York) translasi dari
gesetzgebungswissenschaft mempunyai dua cabang yaitu, teori perundang - undangan
sebagai translasi dari gesetzgebungtheorie dan ilmu perundang - undangan dalam
pengertian sempit sebagai translasi dari gesetzgebunglehre. Terma yang disebut terakhir
memiliki tiga cabang, yaitu proses perundang - undangan (gesetzgebungsverfahren),
metode perundang - undangan (gesetzgebungsmethode), dan teknik perundang -
undangan (gesetzgebungstechnik). Ilmu perundang - undangan dalam pengertian sempit
dibahas tersendiri pada pembahasan berikutnya. Selanjutnya akan dibahas aspek-aspek
hukum yang berkaitan dengan teori peundang-undangan, yaitu aspek fungsi perundang-
undangan, dasar kewenangan pembentukan perundang-undangan, organ pembentuk
perundang-undangan, berlakunya hukum sebagai kaidah, karakter hukum, sistem
hukum, peranan partai politik, teori perubahan sosial yang mempengaruhi perubahan
hukum, partisipasi masyarakat, dan kultur hukum. Menurut Burkhardt Krems, ilmu
pengetauhan perundangundangan adalah ilmu pengetauhan tentang pembentukan
peraturan Negara, yang merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner. Selain itu, ilmu
peraturan perundang-undangan juga berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi,
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: