Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ARNIZA

NIM : B021201094

HUKUM KEUANGAN NEGARA


“KONSEP KERUGIAN KEUANGAN NEGARA”

A. PENDAHULUAN
Tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat tercermin dari seberapa efektif dan efisiennya
uang negara yang digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Jika uang negara benar-benar
digunakan sepenuhnya untuk kepentingan negara dan rakyatnya maka akan makin tinggi tingkat
kesejahteraan bangsa tersebut, sebaliknya jika uang negara tersebut banyak disalahgunakan,
diraup untuk kepentingan dan keuntungan pribadi maupun suatu golongan maka tujuan Negara
meningkatkan kesejahteraan bangsa tidak akan tercapai. Uang negara yang disalahgunakan
tersebut akan membuat Negara menanggung kerugian. Tingginya angka kerugian negara akan
dapat membawa dampak buruk terhadap perekonomian nasional, untuk itu upaya pemulihan atas
kerugian negara sangat diperlukan dalam menyelamatkan perekonomian Negara.
Keuangan negara mencakup seluruh kekayaan negara termasuk uang dan sesuatu yang
berharga.Dalam hubungannya dengan tindak pidana korupsi, yang harus dibuktikan adalah
adanya kerugian keuangan negara yang mempunyai hubungan kausal dengan perbuatan
terdakwa. Dalam praktik peradilan, kerugian keuangan negara dipahami dengan arti
berkurangnya kekayaan negara atau bertambahnya kewajiban negara tanpa diimbangi prestasi
yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum.

Oleh karena itu, untuk mengetahui suatu perbuatan, baik berbuat maupun tidak berbuat,
sebagai sebuah tindak pidana atau bukan tindak pidana, didasarkan atas ketentuan menurut
undang-undang yang dikenal dengan asas legalitas (nullum crimen sine lege dan nulla poena sine
lege). Perbuatan pidana menunjuk kepada sifat perbuatan yang dilarang Dengan ancaman pidana
atas pelanggaran yang dilakukan.
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dibentuk pemerintahan negara yang
menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan
negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang
perlu dikelola dalam suatu system pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam konstitusional tersebut perlu dilaksanakan secara profesional,
terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
“Menurut UU No. 31 tahun 1999 bahwa kerugian keuangan Negara adalah berkurangnya
kekayaan Negara yang disebabkan suatu tindakan melawan hukum, penyalahgunaanwewenang /
kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukan, kelalaian
seseorang dan atau disebabkan oleh keadaan di luar kemampuan manusia (force majure).
B.PEMBAHASAN
Konsepsi kerugian negara dipahami sebagai actus rea atau perbuatan melawan hukum
yang terjadi karena lalai. Kerugian negara merupakan bagian risiko dalam setiap tindakan
perbendaharaan keuangan negara. Meskipun demikian kesalahan tetap dikenakan sanksi. Selama
kesalahan yang terjadi tidak dilambari oleh kesengajaan (mens rea) maka sejauh-jauhnya sanksi
adalah berupa penggantian Keuangan Negara. UU 15/2004 pasal 23 ayat 1 harus diselesaikan
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya kerugian negara/daerah
dimaksud. Setelah Kerugian Negara diganjar dengan penggantian Keuangan Negara maka
kerugian negara hanya sebagai kerugian negara saja tidak bernilai Kerugian Keuangan Negara.

• Kerugian Keuangan Negara dapat berbentuk :

(1) Pengeluaran suatu sumber/kekayaannegara/daerah (dapat berupa uang, barang) yang


seharusnya tidak dikeluarkan;

(2) Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/ daerah lebih besar dari yang seharusnya
menurut kriteria yang berlaku;

(3) Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima (termasuk


diantaranya penerimaan dengan uang palsu, barang fiktif);

(4) Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari yang


seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak sesuai);

(5) Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusya tidak ada;

(6) Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya;

(7) Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima menurut aturan
yang berlaku;

(8) Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya diterima.”

• Hubungan Kausalitas antara Tindakan Melawan Hukum dan Kerugian Negara

Secara etimologi, Kausalitas atau causalitied berasal dari kata causa yang berarti sebab.
Kata Kausa dalam Kamus Hukum diartikan dengan alasan atau dasar hukum; suatu sebab yang
dapat menimbulkan suatu kejadian. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kausalitas merupakan suatu yang menyatakan tentang hubungan sebab dan akibat.
Hubungan kausalitas merupakan faktor yang menguatkan bahwa kerugian negara berupa
kekurangan uang, barang dan surat berharga yang terjadi benar- benar merupakan akibat
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penanggung jawab kerugian negara/daeah.
Artinya hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian negara merupakan
salah satu dasar untuk menentukan ada tidaknya perbuatan melawan hukum dalam penilaian
terhadap terjadinya suatu kerugian negara.

Kausalitas tersebut akan membuktikan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh
bendahara, pegawai negeri Bukan Bendahara, atau pejabat lain yang mengakibatkan terjadinya
kerugian. Jika terdapat kesalahan yang dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan sehingga
mengakibatkan terjadinya kerugian, maka dapat ditetapkan pembebanan atas kerugian Negara
kepada yang bertanggung jawab. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa kerugian
negara dikatakan telah terjadi jika telah terpenuhinya unsur-unsur kerugian negara.

Kerugian Negara telah terjadi jika adanya pelaku/penanggung jawab kerugian yaitu
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara/pejabat lain yang telah melakukan tindakan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang mengakibatkan terjadinya kekurangan uang,
surat berharga, dan barang yang jumlahnya nyata dan pasti serta memiliki hubungan kausalitas
antara tindakan melawan hukum yang dilakukannya tersebut dengan kerugian yang terjadi. Jika
pada suatu perkara telah terpenuhi unsur-unsur tersebut maka telah dapat dikatakan telah
terjadinya kerugian negara, yang perlu segera dilakukan prosedur penyelesaian ganti kerugian.

Perpres 54/2010 tidak sedikitpun menyebutkan kerugian keuangan negara. Sebaliknya


ada 6 kalimat kerugian negara yang tertuang dalam beberapa pasal, dimana sebagian besar
dilekatkan dengan kata “menghindari”
kerugian keuangan negara yang lebih besar. Ini menandakan bahwa pengadaan barang/jasa
adalah sebuah prosedur yang disusun untuk menghindari kerugian negara yang dapat berdampak
pada kerugian keuangan negara.

Pasal 90 huruf c. mengurai tentang keadaan tertentu dikaitkan dengan pilihan kebijakan
melakukan penunjukan langsung menyebutkan bahwa penanganan darurat yang dananya berasal
dari dana penanggulangan bencana alam adalah:

1. penanganan darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang
paling singkat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau untuk
menghindari kerugian negara atau masyarakat yang lebih besar;

2. konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang
paling singkat, untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau menghindari
kerugian negara/masyarakat yang lebih besar;

3. penggunaan konstruksi permanen, jika penyerahan pekerjaan permanen masih dalam


kurun waktu tanggap darurat atau penanganan darurat hanya dapat diatasi dengan
konstruksi permanen untuk menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebihbesar.
Pasal 117 ayat (5) Instansi yang berwenang dapat menindaklanjuti pengaduan setelah
Kontrak ditandatangani dan terdapat indikasi adanya kerugian negara. Pasal 121 Konsultan
perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian negara, dikenakan sanksi berupa
keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan yang
bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi.Dari runtutan pasal-pasal yang didalamnya
mengandung klausula “kerugian negara” mestinya dapat dipahami apa sebenarnya konsepsi pikir
tentang “kerugian negara” sebagai peristiwa yang tidak bisa dihindarkan. Pasal 90 jelas-jelas
menyebutkan upaya menghindari kerugian negara yang lebih besar, ini berarti kebijakan
penunjukan langsung bukan sebagai upaya menghindari kerugian negara tetapi untuk
menghindari kerugian negara yang lebih besar dari yang ada saat itu.

Pasal 117 ayat (5) menempatkan pengaduan adalah sebagai salah satu alat pengendalian
kerugian Negara Pasal 121 bahkan tegas bahwa jika terjadi kerugian negara, bukan lagi indikasi
atau akan terjadi, maka pelaku (dalam hal ini konsultan perencana) dikenakan sanksi berupa
mengganti dokumen perencanaan dan/atau upaya penuntutan ganti rugi. Bahkan ketika terjadi
kerugian negara, sanksi pidana tidak serta merta disuarakan dalam Perpres 54/2010. Norma
hukum pidana sebagai ultimum remedium benar-benar dijunjung tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa Perpres 54/2010 benar-benar menjaga dirinya, termasuk para
pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dalam batasan norma hukum
administrasi paling jauh norma hukum perdata. Perpres 54/2010 benar-benar menerapkan norma
hukum pidana sebagai ultimum remedium. Pemutusan kontrak sebagaimana Perpres 54/2010
pasal 93 misalnya. Sejatinya pemutusan kontrak adalah kerugian bagi negara karena pemerintah
tidak mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan paling tidak disisi waktu. Agar kerugian negara
akibat pemutusan kontrak tidak semakin besar bahkan berdampak pada kerugian keuangan
negara, maka pada ayat 2 dilakukanlah tindakan penyelamatan uang negara melalui pencairan
jaminan pelaksanaan, pencairan denda, pelunasan uang muka dan penyedia dikenakan sanksi
daftar hitam.

Hadirnya jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan bahkan jaminan penawaran jelas
adalah upaya Perpres 54/2010 untuk menghindari terjadinya kerugian keuangan negara bukan
untuk menghilangkan risiko kerugian negara. Jika risiko kerugian negara pada pengadaan
barang/jasa yang berdampak pada kerugian keuangan negara telah berupaya dihindari melalui
tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan perundangan, maka terjadinya kerugian negara harus
diselesaikan dengan penggantian keuangan negara. Inilah yang diatur dalam UU 15/2004 pasal
23 ayat 1. Sebagaimana pula diungkapkan dalam penjelasan awal UU 17/2003 bahwa Kewajiban
untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud
merupakan unsur pengendalian intern yang andal.

Unsur berikutnya adalah “Keuangan Negara”.Keuangan Negara mempunyai pengertian


yang berbeda beda di dalam setiap pasal perundang-undangan yang mengatur tentangnya.
Keuangan Negara menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
secara umum dicantumkan dalam bab 1 (Ketentuan Umum), Pasal 1 angka 1 :
“Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan
uang,serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Sementara pasal 2
menjabarkan isi pasal 1 angka 1 yang berbunyi : Keuangan Negara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 angka 1,meliputi :
a) Hak Negara untuk memungut pajak,mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan
pinjaman;
b) Kewajiban Negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah Negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c) Penerimaan Negara;
d) Pengeluaran Negara;
e) Penerimaan Daerah;
f) Pengeluaran Daerah;
g) Kekayaan Negara/Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang,surat berharga,piutang,barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang,termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah;
h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintah dan/atau kepentingan umum;
i) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Di dalam penjelasan Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang Undang Nomor 20
Tahun 2001 juga terdapat tentang apa itu yang dimaksudkan dengan “Keuangan Negara” yaitu :
“Seluruh kekayaan Negara dalam bentuk apapun,yang dipisahkan atau tidak dipisahkan,
termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan Negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul
karena :
a) Berada dalam penguasaan,pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga Negara, baik
di tingkat pusat maupun di daerah
b) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik
Negara/Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal Negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan perekonomian Negara adalah kehidupan


perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun
usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik ditingkat
pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan
rakyat.”

Anda mungkin juga menyukai