OLEH:
B011171586
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan tugas makalah mengenai Kerugian Keuangan, selain itu juga
untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai materi, dan sebagai tugas
tambahan.
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
A. Pengertian........................................................................................
B. Timbulnya Kerugian Keuangan Negara..........................................
C. Kewenangan Menetapkan Kerugian Keuangan Negara..................
D. Kerugian Keuangan Negara Unsur Delik Korupsi..........................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerugian keuangan negara bersumber dari Undang-Undang
Keuangan Negara, Undang-Undang Perbendaharaan Negara, Undang-
Undang Mata Uang, Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan serta Undang-Undang Badan Pemeriksaan
Negara. Kerugian keuangan adalah berkurangnya uang, atau barang milik
negara yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan yang
tidak bersesuaian dengan hukum karena dilakukan dengan sengaja atau
kelalaian. Salah satu penyebab timbulnya kerugian keuangan negara
adalah pejabat negara, bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
pejabat lain, yang melakukan perbuatan yang tidak bersesuaian dengan
hukum atau yang melalaikan kewajiban hukum.
Dan yang berwenang dalam menetapkan terjadinya kerugian
keuangan negara juga memerlukan penguraian seacara keilmuan dalam
bidang hukum keuangan negara. Korupsi adalah salah satu penyebab
kerugian keuangan hukum yang dipandang sebagai unsur delik korupsi,
Korupsi telah menjadi wabah yang berkembang dengan sangat subur dan
tentunya berdampak pada kerugian keuangan negara. Tindakan korupsi
yang menimbulkan kerugian keuangan negara merupakan salah satu
tindak pidana yang memiliki hukuman yang paling berat di antara jenis
tindakan korupsi yang lain, hal ini tentunya sejalan dengan fungsi dari
keuangan negara adalah untuk membiayai kegiatan negara yang
tujuannya adalah untuk mensejahterahkan rakyat, selain itu salah satu
sumber keuangan negara adalah dari kontribusi pajak dari rakyat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertiankerugian negara?
2. Siapa yang berwenang dalam menetapkan kerugian keuangan negara?
3. Bagaimana kerugian negara dalam unsur delik korupsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hal ini bergantung pada ketaatan hukum yang dimiliki oleh para
pihak tersebut, apabila ketaatan hukum masih rendah berarti peluang lebih
besar untuk menimbulkan kerugian keuangan negara pada saat meneglola
keuangan negara. Sebaliknya, jika ketaatan hukum cukup tinggi berarti
peluang menimbulkan kerugian keuangan negara sangat kecil pada saat
meneglola keuangan negara.
1. Jalur Perdata
Pendekatan melalui jalur perdata ini dapat dilihat dalam ketentuan-
ketentuan pada Pasal 32 ayat (1) menetapkan bahwa dalam hal
penyidik menemukan dan berpendapat satu atau lebih unsur tindak
pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata
telah ada kerugia keuangan negara, maka penyidik segera
menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara untuk diajukan gugatan perdata atau diserahkan
kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.
2. Jalur Pidana
Disamping itu dalam hal penyitaan, diatur dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, yaitu dalam pasal 38 yang mengatur tentang penyitaan hanya
dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua
Pengadilan Negeri setempat sebagaimana ditentukan dalam ayat (1),
dengan pengecualian sebagaimana ditetapkan dalam ayat (2) tanpa
mengurangi ketentuan ayat (1); Pasal 39 tentang benda-benda yang
dapat dikenakan penyitaan; Pasal 42 tentang kewenangan penyidik
untuk memerintahkan orang yang mengusai benda yang dapat disita,
menyerahkan benda tersebut untuk kepentingan pemeriksaan; dan
pasal 273 ayat (3) yang mengatur jika putusan pengadilan juga
menetapkan bahwa barang bukti yang dirampas untuk negara, selain
pengecualian sebagaimana diatur dalam pasal 46, Jaksa
mengusahakan benda tersebut kepada kantor lelang negara
dalam waktu tiga bulan untuk dijual lelang, kemudian hasilnya
dimasukkan ke kas Negara untuk dan atas nama Jaksa.
3. Jalur perampasan
Dalam hal perampasan akibat pelaku tindak pidana korupsi
ketentuannya diatur dalam pasal 38 ayat (5) yang menetapkan bahwa
dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan
dan terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah
melakukan tindak pidana korupsi, hukum atas tuntutan penuntut
umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah disita.
Pasal 38 ayat (6) yang menetapkan bahwa penetapan perampasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat dimohonkan
upaya banding, sedangkan pasal 38B ayat (2) yang menetapkan
bahwa dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta
benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh bukan karena
tindak pidana korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh juga
dari tindak pidana korupsi dan hakim berwenang memutuskan
seluruh atau sebagian harta benda tersebut dirampas untuk negara.
1. pengumpulan Bukti
2. pengujian Bukti,
3. observasi,
4. pengujian fisik,
5. wawancara,
6. konfirmasi,
7. analisis data,
8. menyusun hipotesa,
9. menguji hipotesa,
10. menyempurnakan hipotesa,
11. penyusunan laporan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
pengertian dari kerugian keuangan negara, yang pada intinya mengacu
pada pengertian yaitu kerugian keuangan negara adalah berkurangnya
uang atau barang milik negara yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai dari
perbuatan yang tidak bersesuaian dengan hukum karena dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaian. Terdapat beberapa unsur dalam kerugian
keuangn negara yaitu a) Kerugian negara merupakan berkurangnya
keungan negara berupa uang berharga, barang milik negara dari
jumlahnya/nilai yang seharusnya, b) Kekurangan dalam keuangan negara
tersebut harus pasti dan nyata dari jumlahnya atau kerugian tersebut harus
benar-benar telah terjadi dengan jumlah kerugian yang secara pasti dapat
ditentukan besarnya. c) Kerugian tersbut merupakan akibat tindakan
melawan hukum, baik sengaja maupun lalai, serta unsur melawan hukum
harus dapat dipastikan secara cermat dan tepat.
Berdasarkan kaidah hukum tersebut, maka timbulnya kerugian
keuangan negara, disebabkan oleh Pejabat negara, bendahara, pegawai
negeri bukan bendahara, atau pejabat lain; Perbuatan yang tidak
bersesuaian dengan hukum; atau Perbuatan melalaikan kewajiban hukum
yang dibebankan. Lembaga atau badan yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni Badan Pemeriksa
Keuangan. Pengaturan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan terdapat
pada Pasal 23E, Pasal 23F, dan Pasal 23G UU Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Keberadaan kerugian negara sebagai unsur delik korupsi
diatur dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan
Korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Emerson Yuntho, Illian Deta, Arta Sari, Jeremiah Limbong, Ridwan Bakar,,
Firdaus Ilyas, Penerapan Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik
Tindak Pidana Korupsi, 2014
Prof. Dr. Muhammad Djafar Saidi,S.H., M.H., Eka Merdeka Djafar, S.H., M.H.,
Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktik - Edisi Ketiga, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2013
Theodorus M. Tuanakotta, Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam
Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Penerbit Salemba Empat, 2009