Anda di halaman 1dari 22

KEUANGAN NEGARA DALAM PRAKTIK (APBN)

DISUSUN OLEH:

TUWO ASRIANI (210222077)

IRWANA (210222078)

SAHRINA (210222101)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karna rahmat dan ridho-Nya-
lah kami dapat menyelesaikan tugas ini, dengan judul ” Keuangan Negara Dalam Praktik
APBN dengan tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna , maka dari itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan agar kami bisa lebih baik ke depannya. Akhir
kata, kami berharap agar apa yang kami paparkan dan jelaskan dari makalah ini dapat
berguna dan dapat di ambil manfaatnya bagi orang yang membacanya. Terima kasih.

Sinjai,18 November 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................................3
C. Tujuan ................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

A. Pengertian keuangan negara............................................................................4


B. Fungsi keuangan negara/APBN........................................................................6
C. Struktur APBN...................................................................................................8
D. Siklus APBN.......................................................................................................11
E. Prinsip pengelolaan keuangan negara.............................................................13
F. Asas – asas pengelolaan keuangan negara.......................................................14

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara merupakan suatu organisasi yang memiliki oteritas yang bersifat
memaksa, walaupun demikian pengurus, pengelolaan atau penyelenggaraan
jalannya negara tidak luput dari mekanisme pertanggung jawaban oleh para
pengurus, pengelola dan penyelenggara negara. Untuk melaksanakan tugas
sebagai suatu organisasi yang memiliki harta kekayaan yang bersumber dari
penerimaan negara yang dipergunakan untuk membiayai segala proses
pengurusan, pengelolaan dan penyelenggaraan. Di Indonesia hal-hal yang
berhubungan dengan proses penerimaan dan pengeluaran negara diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya.
Pada pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 disebutkan bahwa bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal ini mengandung
arti bahwa pemerintah sebagai pengelola negara diberikan mandat untuk
mengelola aset-aset negara. Pendapatan negara ini yang kemudian digunakan
untuk membiayai kegitan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan-
kebijakannya untuk mensejahterakan masyarakat. Penerimaan dan pengeluaran
yang berkaitan dengan keuangan negara harus di atur dalam undang-undang dan
dianggarkan setiap tahunnya serta dipertegas dengan peraturan pemerintah dalam
pelaksanaannya. Keuangan negara merupakan lembaga yang sangat penting
dalam suatu negara, karena lembaga ini berkaitan erat dengan negara dan
bagaimana kas negara yang diisi dari uang rakyat itu dikelola untuk memutar
roda pemerintahan dan pembangunan. Apabila keuangan negara tidak dikelola
dengan baik maka konsekuensinya tujuan negara tidakakan tercapai dan
kemakmuran masyarakat tidakan terpenuhui. Setiap penggunaan disahkan,
dipertanggungjawabkan dan diawasi oleh lembaga pengawas yang diatur oleh
undang-undang.

Pembahasan keuangan negara maka kita harus membahas juga fungsi negara,
tujuan pemerintah negara yangakan dilihat dari sudut hukum administrasi negara.
Hubungan antara fungsi negara dengan keuangan negara bukanlah hal yang baru,
tetepi telah dikembangkan oleh peletak dasar keuangan negara dan juga peletak

1
dasar ekonomi libralisme, yakni serjana besar Inggris Adam Smith dalam
bukunya Wealth Of Nations menurut beliau bahwa pengeluaran negara
didasarkan pada analisis fungsi negara itu sendiri. Pemerintah sebagai lembaga
negara yang mengelola keuangan negara, menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi
pemerintah untuk mencapai tujuan bernegara.

APBN harus dikelola secara tertib dan bertanggungjawab sesuai kaidah


umum praktek penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Sesuai dengan
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, setelah APBN
ditetap-kan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut
dengan keputusan Presiden. APBN adalah undang-undang, sehingga merupakan
kesepakatan antara Pemerintah dan DPR, sebagaimana disebutkan dalam pasal 23
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksnaka secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disebut APBN adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Pemerintah sebagai pengelola anggaran negara dalam menjalankan
fungsinya perlu ada kebijakan-kebijakan yakni melalui kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan
merupkana kebijakan utama pemerintah yang diimplementasikan melalui APBN.
Kebijakan ini memiliki peran yang penting dan sangat strategis dalam
mempengaruhi perekonomian, terutama dalam upaya mencapai target-target
pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan
ekonomi.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dijelaskan bahwa fungsi alokasi mengandung arti anggaran negara harus di-
arahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian, fungsi distribusi
mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan dan fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran

2
pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental dalam ekonomi. Fungsi alokasi berkaitan dengan intervensi
pemerinatah terhadap perekonomian dalam mengalokasikan sumber daya
ekonomi agar lebih efisien sedangkan fungsi distribusi berkaitan dengan
pendistribusian barang-barang yang diproduksi oleh masyarakat. Peran penting
dalam distribusi dan alokasi anggaran pemerintah antara lain adalah
penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam
konteks ini, kebijakan fiskal dipergunakan untuk mempe- ngaruhi sektor-sektor
ekonomi atau kegiatan tertentu untuk menyeimbangkan pertumbuhan pendapatan
antar sektok ekonomi, antar daerah dan antar golongan pendapatan. Peran
kebijakan fiskal juga penting dalam menanggulangi dampak yang ditimbulkan
oleh bencana alam, wabah penyakit dan konflik sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Keuangan Negara?
2. Apa Saja Fungsi Keuangan Negara/APBN?
3. Apa Saja Struktur APBN?
4. Bagaimana Siklus APBN?
5. Apa Saja Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara?
6. Apa Saja Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Keuangan Negara!
2. Untuk Mengetahui Fungsi Keuangan Negara/APBN!
3. Untuk Mengetahui Struktur APBN!
4. Untuk Mengetahui Siklus APBN!
5. Untuk Mengetahui Prinsip Peneglolaan Keuangan Negara!
6. Untuk Mengetahui Asas- Asas Pengelolaan Keuangsan Negara!

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
Keuangan publik atau keuangan negara adalah cabang ilmu ekonomi
yang membahas kegiatan keuangan negara pada tingkat nasional maupun
daerah. Keuangan negara dapat diartikan sebagai bentuk kekayaan yang
dikelola oleh pemerintah sebuah negara, di mana kekayaan tersebut dapat
berupa uang dan barang; kertas berharga yang memiliki nilai setara uang
bentuk hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana
pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan/atau yang
dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan- badan
usaha,

yayasan, maupun institusi lainnya (Anggara, 2016: 11). Definisi lain dari
Dalton (2003), keuangan negara adalah kegiatan pengelolaan pendapatan
dan pengeluaran otoritas publik, di mana kegiatan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan proses peningkatan dan pencairan dana, pengumpulan
pendapatan dan pengeluaran untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah.
Pengelolaan keuangan negara dilakukan untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi, pertumbuhan, stabilitas, keadilan dan efisiensi.
Pengelolaan keuangan negara dilakukan melalui manajemen keuangan
publik, yakni seperangkat hukum, aturan, sistem dan proses yang
digunakan oleh pemerintah untuk memobilisasi pendapatan,
mengalokasikan dana publik, dan menjalankan publik pengeluaran,
memperhitungkan dana dan hasil audit Lawson (2015).

Ruang lingkup keuangan negara ada empat. Pertama adalah


pendapatan publik, yaitu berkaitan dengan pengelolaan berbagai sumber
pendapatan pemerintah, dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk
meningkatkan pendapatan tersebut. Contohnya, pengaturan perpajakan
untuk meningkatkan pendapatan negara. Kedua, pengelolaan belanja
publik yang mengatur pedoman dan prinsip belanja publik (aturan belanja

4
publik). Ketiga adalah pengelolaan utang publik, dimana negara melakukan
pengelolaan hutang publik. Keempat adalah administrasi keuangan negara,
meliputi penyusunan, pelaksanaan anggaran, anggaran kebijakan dan
dampak sosio-ekonomi, hubungan keuangan antarpemerintah, manajemen
fiskal dan tanggung jawab fiskal (Dalton, 2003). Prinsip Penguang ilmu
ekonomi nasional maupun untuk kekayaan yang ada tersebut dapat nilai
setara uang-uang; dana-dars dimiliki dan/atau daerah, badas gara, 2016:
111adalah kegiatan publik, di mana oses peningkatan pengeluaran untuk
keuangan negara, pertumbuhan, negara dilakukan hukum, aturat untuk
memobilisa pendapatan, mengalokasikan dana public, dan menjalankan
publik pengeluaran, memperhitungkan dana dan hasil audit Lawson (2015).

Dasar hukum tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Undang-


undang Dasar 1945, pasal 23. Merujuk pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945

(Amandemen ke-4), BAB VIII perihal keuangan, tertulis bahwa, "Anggaran


pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat". Selanjutnya, penjabaran pengelolaan keuangan
negara diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (UUKN). Di dalam Undang-undang ini, definisi keuangan negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut (Pasal 1). Berdasarkan Pasal 1, undang-undang ini, keuangan negara
meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;

5
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/ perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan
Keuangan.
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.

B. FUNGSI KEUANGAN NEGARA/APBN


Negara dilakukan untuk memenuhi berbagai tujuan dan fungsi dengan
keuangan fungsi var Fungsi stabilisajuan utama yaitu: (a) Fungsi alokdengan
Distribusi dan (c)
1. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi adalah bentuk penyediaan barang publik atau proses
amalia total penggunaan sumber daya dibagi antara barang pribadi dan sarang
publik yang ditentukan Ketentuan ini dapat disebut fungsi alokasi lebjakan
anggaran Fungsi ini muncul dari proposisi bahwa barang artentu (yang
disebut di sini sebagai barang publik, atau publik, yang berbeda dari barang
pribadi tidak dapat disediakan melalui sistem pasar allu melalui transaksi
antara konsumen individu dan produsen Dalam beberapa kondisi, terjadi
kegagalan pasar, sehingga alokasi barang dan asa tidak efisien Alasan dasar
kegagalan pasar dalam penyediaan barang barang publik bukan karena
kebutuhan akan barang barang tersebut dirasakan secara kolektif sedangkan
untuk barang-barang pribadi dirasakan secara individual Sebaliknya,
perbedaan muncul karena manfaat vang ditimbulkan oleh barang publik tidak
terbatas pada satu konsumen tertentu yang membeli barang tersebut, seperti
halnya barang pribadi, tetapi juga tersedia untuk orang lain (Musgrave &
Musgrave 1989) Manfaat dari barang publik tidak terbatas pada hak milik
individu tertentu Dengan manfaat yang tersedia untuk semua, konsumen
tidak akan secara sukarela menawarkan pembayaran kepada pemasok barang

6
tersebut Hubungan antara produsen dan konsumen terputus dan pemerintah
harus turun tangan untuk menyediakan barang-barang Tersebut. Masalahnya
adalah bagaimana pemerintah harus menentukan berapa banyak barang
publik yang akan disediakan Kesulitannya terletak pada menentukan jenis
dan kualitas barang publik yang harus dipasok dan harga vang harus dibayar
oleh konsumen tertentu berkepentingan untuk memilih sedemikian rupa
sehingga hasilnya akan lebih mendekati preferensi bisa mereka sendiri
Walaupun hasil pemungutan suara tidak akan memuaskan Meskipun barang
publik akan hasilnya suara ekati solusi yang efisien. Meskipun barang
bersedia sama ba mereka yang berkepentingan, manfaatnya mungkin terbatas
secara spava Dengan demikian, manfaat dari pertahanan nasional bertambah
setara nasional sedangkan manfaat dari lampu jalan hanya menjadi perhatian
penduduk setempat. Ini menunjukkan bahwa sifat barang-barang publik
memiliki kaitan yang menarik dengan isu federalisme fiskal-sentralisas atau
desentralisasi (Musgrave & Musgrave, 1989).
2. Fungsi Distribusi
Penyesuaian distribusi pendapatan dan kekayaan untuk memastikan
kesesuaian dengan apa yang dianggap masyarakat sebagai status distribusi
yang "adil" yang di sini disebut sebagai fungsi distribusi. Ekonomi
membantu untuk menentukan apa yang merupakan penggunaan sumber daya
yang efisien berdasarkan pola distribusi tertentu dan permintaan efektif
Tetapi ada pertanyaan lebih lanjut tentang apa yang merupakan kondisi
distribusi yang adil. Jawaban atas pertanyaan tentang distribusi yang adil
melibatkan pertimbangan filosofi sosial dan pertimbangan nilai yang ada di
masyarakat. Filosofer-filosofer telah membuat berbagai kriteria terkait
dengan pembagian sumber daya yang adil, namun memilih di antara kriteria
ini tidak sederhana dan juga tidak mudah untuk menerjemahkan satu kriteria
sebagai pola distribusi yang paling benar
Ada dua masalah utama yang terlibat dalam memahami aturan keadilan
menjadi kondisi distribusi pendapatan yang sebenarnya. Pertama, sulit atau
tidak mungkin untuk membandingkan tingkat utilitas yang diperoleh berbagai
individu dari pendapatan mereka. Tidak ada cara sederhana untuk
menjumlahkan utilitas, sehingga kriteria yang didasarkan pada perbandingan
tersebut tidak dapat berfungsi. Kesulitan lain muncul dari kondisi bahwa

7
jumlah dari sumber daya dalam ekonomi yang tersedia didistr didistribusikan
terkait dengan bagaimana sumber daya itu akan dafistribusikan.
3. Fungsi Stabilisasi
Penggunaan kebijakan anggaran sebagai alat untuk mempertahankan
lapangan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas harga yang wajar, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang sesuai, dengan tunjangan untuk efek pada
perdagangan dan neraca pembayaran. Semua tujuan ini disebut sebagai
fungsi stabilisasi. Penyusunan anggaran perlu mempertimbangkan kaitannya
dengan kinerja makro ekonomi, yaitu pada target seperti lapangan kerja yang
tinggi, tingkat stabilitas harga yang wajar, rekening luar negeri yang sehat,
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat diterima. Pencapaian target
tersebut tidak terjadi secara otomatis tetapi membutuhkan arahan kebijakan.

C. STRUKTUR APBN
Struktur dan format APBN dibagi ke dalam penerimaan dan belanja Sejak
APBN tahun 2000, struktur APBN adalah menjadi berbentuk Account, dengan
format ini, defisit anggaran tercermin secara eksplisit (Kementrian Keuangan,
2014-3, Anggara, 2016). Format l-Account memberikan tiga keunggulan.
Pertama, melalui format I-Account transparansi dalam penyusunan, pelaksanaan,
dan perhitungan anggaran negara lebih terjaga serta proses pertanggungjawaban
terhadap pelaksanaan dan pengelolaan APBN lebih mudah. Kedua, analisis
terhadap strategi kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah dan cara
pembiayaannya lebih mudah dilakukan. Ketiga, analisis perbandingan antara
perkembangan operasi fiskal pemerintah Indonesia dengan operası fiskal negara-
negara lainnya lebih mudah dilakukan (Kementrian Keuangan, 2014:6).
Struktur APBN dikelompokkan dalam lima bagian utama, yaitu (1)
pendapatan negara dan hibah. (2) belanja negara, (3) keseimbangan primer dan
keseimbangan umum; (4) surplus/defisit anggaran, dan (3) pembiayaan (Anggara,
2016; Kementrian Keuangan, 2014).
1. Pendapatan Negara dan Hibah
Setelah menggunakan I-Account sejak tahun 2001, pengelompokan
penerimaan negara dibagi terdiri dari pendapatan negara dan hibah
Penerimaan ini dirinci menjadi penerimaan dalam negeri dan penerimaan
hibah. Penerimaan dalam negeri dikelompokkan dalam perierimaan dari

8
perpajakan dan penerimaan bukarı pajak (PNBP) Penerimaan darı perpajakan
merupakan seluruh penerimaan negara yang bersumber pendapatan pajak
dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional Penerimaan
perpajakan terdiri atas penerimaan pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), cukai, dan pajak
lainnya. Di sisi lain, penerimaan pajak perdagangan internasional terdiri atas
bea masuk dan bea keluar Sementara itu, PNBP merupakan seluruh
penerimaan pemerintah pusat yang bersumber dari penerimaan dari sumber
daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP lainnya, serta pendapatan
badan layanan umum (BLU) (Kementrian Keuangan, 2014).
2. Penerimaan Dalam Negeri: Penerimaan Perpajakan
Regulasi lebih rinci mengenai sumber penerimaan negara dari
perpajakan diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan, bea masuk adalah pungutan negara, dan Undang-undang Nomor
42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah. Mengacu pada Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008, Pasal 2, subjek pajak penghasilan (PPh) terdiri dari orang
pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak, badan, dan bentuk usaha tetap. Sementara itu, subjek pajak
penghasilan terdiri atas subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
3. Penerimaan Dalam Negeri: Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
PNBP sumber daya alam dibedakan menjadi sumber penerimaan migas
dan penerimaan nonmigas Penerimaan migas ini terdin das pendapatan
minyak bumi dan pendapatan gas bumi. Sumber penerima nonmigas berasal
dari (a) pendapatan pertambangan minerba; pendapatan kehutanan dan (c)
pendapatan panas bumi. Sumber Pl berikut adalah dari, pendapatan bagian
laba BUMN baik BUMN perbankan maupun non perbankan dan sumber
PNBP Lainnya
4. Penerimaan Hibah

9
Kategori penerimaan berikutnya adalah penerimaan hibah. Hibah
merupakan bentuk penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang
dirupiahkan, rupiah, barang, jasa, dan/atau surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, baik hibah yang bersumber
dari dalam negeri maupun luar negeri Sesuai dengan penamaan penerimaan
ini, hibah merupakan penerimaan yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan
pemerintah karena hibah adalah pemberian dari donor yang sifatnya sukarela
tanpa paksaan dan tanpa konsekuensi Penerimaan hibah dialokasikan untuk
untuk mendukung program pembangunan nasional dan/atau mendukung
penanggulangan bencana alam dan bantuan kemanusiaan Besarnya
penerimaan hibah dipengaruhi oleh jumlah nota kesepahaman (MoU) antara
Pemerintah dengan donor.
5. Belanja Negara
Belanja negara dapat didefinisikan sebagai pengeluaran untuk
membiayai program-program yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan (Anggara, 2016). Mengacu pada Kementrian
Keuangan (2014: 16), "belanja negara adalah seluruh kewajiban Pemerintah
Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih" Belanja negara
ini terbagi menjadi dua kelompok: (1) belanja pemerintah pusat dan (2)
transfer ke daerah Pemerintah pusat menggunakan belanja sebagai bentuk
instrumen kebijakan fiskal untuk menjalan tiga fungsi pemerintah yakni
fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Melalui ketiga fungsi tersebut, maka
pemerintah pusat dapat mencapai sasaran sasaran pokok pembangunan
nasional. Belanja negara pada kelompok transfer ke daerah bertujuan untuk
mendorong percepatan pembangunan daerah dan peningkatan kualitas
pelayanan publik di daerah dan untuk mengurangi ketimpangan pelayanan
publik di daerah (Kementrian Keuangan, 2014 :16)
 Belanja Negara Belanja Pemerintah Pusat
Penjelasan lebih rinci mengenai belanja pemerintah pusat
diatur pada pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Dalam UU in dijelaskan bahwa belanja pemerintah pusat
dikelompokkan menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja Belanja
pemerintah pusat tersebut diklasifikasikan sesuai dengan susunan
organisasi Kementerian Negara/ Lembaga (K/L) pada tingkat

10
pemerintah pusat Belanja pemerintah pusat juga dialokasikan melalui
organisasi Bendahara Umum Negara (BUN) Pada kategori ini,
belanja pemerintah pusat, terdiri dari pembayaran bunga utang,
subsidi, belanja hibah, dan belanja lain-lain (Kementrian Keuangan
2014. 17-18).
 Belanja Negara. Transfer ke Daerah
Sejak tahun 2015, belanja pemerintah berbentuk dana desa
dianggarkan di dalam APBN dan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang dialokasikan untuk
pendanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, serta
pembangunan desa Tujuan dana desa adalah "untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat desa, penguatan demokrasi, serta
menjawab tantangan dan persoalan di tingkat desa dan mendorong
pertumbuhan langsung dari desa (Kementrian Keuangan, 2014: 17)
Sejak tahun 2015, komponen transfer ke desa mengalami
penambahan subbagian dana desa Subbagian transfer ke daerah
dikelompokkan menjadi komponen dana perimbangan, dana otonomi
khusus (otsus), dana keistimewaan DIY, dan dana transfer lainnya.
6. Keseimbangan Primer
Salah satu tantangan dalam pengelolaan keuangan negara adalah
pengelolaan kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal (fiscal capacity) merupakan
kemampuan pemerintah untuk mengoptimalkan tingkat pendapatan baik
bersumber dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak (Eisen &
Palacios, 2020 1). Sementara itu, kebutuhan fiskal (fiscal needs) adalah
keseluruhan kebutuhan pendanaan untuk belanja negara termasuk
"pembayaran bunga dan pokok utang serta melaksanakan fungsi
pemerintahan, kebijakan, dan kewajiban Pemerintah seperti penyediaan
layanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, pembayaran bunga dan cicilan
pokok utang, serta subsidi" (Kementrian Keuangan, 2014 28).

D. SIKLUS APBN
Siklus APBN menunjukkan tahapan dalam proses penganggaran yang
dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai denga perhitungan
anggaran disahkan dengan undang-undang (Kementras Keuangan 2013 29)

11
Siklus APBN terdiri dari lima tahapan ya perencanaan dan penganggaran,
pembahasan, penetapan, pelaksanaa pelaporan dan pencatatan, serta pemeriksaan
dan pertanggungjawaban APBN (Kementrian Keuangan, 2013.29)
 Tahap 1 Perencanaan dan Penganggaran Tahapan pertama ini
dilakukan pada periode Januari hingga Juli. Pada tahap ini
pemerintah, Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
mempersiapkan konsep dasar kebijakan fiskal dan ekonomi yang
dibutuhkan dalam penyusunan APBN Konsep dasar yang
dimaksudkan adalah asumsi pokok terkait ekonomi makro yang akan
digunakan sebagai acuan penyusunan fiskal oleh pemerintah
 Tahap 2 Penetapan APBN
Tahap selanjutnya pada siklus APBN adalah penetapan APBN yang
dilakukan pada akhir Oktober Di tahap ini, masing masing fraksi di
DPR akan mempelajari Nota Keuangan serta RUU APBN yang telah
disampaikan oleh Presiden dan memberikan pemandangan umum
terkait dua hal Tersebut. Pemandangan umum fraksi fraksi ini akan
disampaikan dalam rapat paripurna yang diadakan pada minggu
keempat Agustus dan terdin dari pendapat dan tanggapan masing-
masing Fraksi atas asumsi dasar ekonomi makro, target pendapatan
serta rencana kebijakannya, alokas belanja termasuk belanja subsidi
dan anggaran pendidikan sena pembiayaan serta rencana
kebijakannya.
 Tahap 3: Pelaksanaan APBN
Pelaksanaan APBN merupakan tahapan selanjutnya dalam siklus in
dan dilakukan pada bulan Januari. Kegiatan ini diawali dengan
pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh
Menteri Keuangan Dokumen anggaran yang telah disahkan oleh
Menteri Keuangan kemudian disampaikan pada menteri/pimpinan
lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur
Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa
Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait dan Kuasa Pengguna
Anggaran.
 Tahap 4. Pelaporan dan Pencatatan APBN

12
Tahapan pelaporan dan pencatatan APBN dilakukan sepanjang tahun
anggaran APBN yang bersangkutan. Kementerian/Lembaga dan
Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan pencatatan
bersamaan dengan berjalannya pelaksanaan APBN. Pencatatan ini
harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sementara
laporan yang perlu dihasilkan terdiri dari Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) vang terdiri atas Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK) Laporan Keuangan kementerian
negara/lembaga yang disusun oleh menteri/pimpinan lembaga
disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat lambatnya dua
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
 Tahap 5: Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban
Tahapan terakhir ini tidak termasuk ke dalam siklus APBN namu
merupakan poin tambahan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
APBN Pemeriksaan dan pertanggungjawaban APBN dilakukan
dalam periode enam bulanan (semester) dan tahunan Pada kegiatan
ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan atas
LKPP. Kemudian, LKPP yang telah diaudit oleh BPK tersebut
disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam bentuk rancangan
undang-undang pertanggung jawaban pelaksanaan APBN untuk
dibahas dan disetujui.

E. PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Berdasarkan Penjelasan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara terdapat prinsip prinsip dari pengelolaan keuangan negara yang
merupakan asas asas baru yang mencerminkan best practice atau penerapan
kaidah kaidah baik dalam melakukan pengelolaan keuangan negara Prinsip-
prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut
Akuntabilitas Sebagaimana tertulis pada Pasal 3 angka 7 Undang Undang No.
28 Tahun 1999, prinsip akuntabilitas mengacu pada segala jenis pelaksanaan
kegiatan negara, termasuk dalam hal ini pengelolaan keuangan negara, harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada keasyarakat yang memegang kedaulata

13
undangandang vandan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang
yang berlaku Untuk mengupayakan prinsip akuntabilitas ini, digunakan
instrumen berupa anggaran yang digunakan untuk mencapai menciptakan
stabilitas dan mewujudkan tujuan bernegara Penganggaran di sektor publik
dilakukan dengan sistem anggaran berbasis prestasi kerja Sistem tersebu
membutuhkan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi yang terintegras antar
tingkat dan lembaga, maka diperlukan adanya satu sistem akuntabilitas kinerja
dalam sistem penganggaran yang mencakup penyusunan rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga perangkat daerah.
Profesionalitas. Pada Pasal 3 angka 6 Undang-Undang No 28 Tahun 1999,
prinsip profesionalitas bermakna bahwa pengelolaan keuangan negara harus
dilakukan dengan mengutamakan keahlian dan berlandaskan kode etik dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pengelolaan keuangan
negara, prinsip profesionalitas dibutuhkan untu mencapai efisiensi dan efektivitas
dalam penggunaan keuangan negara Prinsip ini perlu tercermin dalam
kemampuan kementerian/lembaga/ pimpinan daerah dalam melakukan fungsi
pemerintahan yang sesull dengan target kinerja yang telah ditentukan dalam
penyusunan anggaran.
Proporsionalitas Prinsip proporsionalitas, seperti dijelaskan dalam Pasal 3 angka
S UU No 28 Tahun 1999, mengacu pada pentingny keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara Dalam konteks keuangan negara, prinsip
proporsionalitas mengimplikasikan bahwa segala tahapan dari keuangan negara,
dari perencanaan hing pelaporan, harus menjamin adanya keseimbangan antara
kebutuha anggaran dengan sistem pembiayaan yang dibutuhkan Selain itu, perlu
juga dilakukan pengelompokan kegiatan pemerintah yang sesuai dengan
klasifikasi yang digunakan secara internasional agar terjaganya konsistens yang
objectif dari kegiatan pemerintah tersebut.
Transparansi. Untuk menunjang dijalankannya prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan negara yang sebelumnya, dibutuhkan adanya prinsip transparansi atau
keterbukaan. Prinsip ini menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi golongan dan rahasia
negara. Dalam konteks keuangan negara, prinsip ini menjadikan adanya akses
bagi publik dan pemangku jabatan yang berkepentingan atas proses pengelolaan

14
keuangan negara. Transparansi atau keterbukaan ini diperlukan untuk menjamin
berjalannya proses pengawasan dari masyarakat terhadap pengelolaan keuangan
negara.

F. ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Sebagai tambahan dari asas asas baru, terdapat pula asas asas klasik dari
pengelolaan keuangan negara yang sudah banyak dikenal sebelumnya
Sebagaimana tertera dalam Penjelasan Atas Undang-Undang No. 17 Yahun 2003
Tentang Keuangan Negara, asas asas tersebut dibahas sebagai berikut. Asas
pertama adalah asas tahunan Asas ini membatasi masa berlaku dari anggaran
keuangan negara yaitu dalam periode satu tahun Sebagaimana dijabarkan pada
Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, "APBN merupakan wujud
pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang
Asas ini ditekankan kembali dalam Pasal 4 Undang-Undang No 17 Tahun 2003
vang menjelaskan bahwa Tahun Anggaran memiliki durasi satu tahun yang
dimulai pada 1 Januari hingga 31 Desember Berikutnya adalah akas universalitas
Asas universalitas mewajibkan agar seluruh transaksi keuangan dapat
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran Undangan negara diem
lanjutnya, asas ini diperjelas dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 1hahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara.
Pada pasal tersebut. Menteri/pimpinan lembaga memiliki kewajiban untuk
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara lembaga
yang dipimpinnya dengan menguraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran
tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan
yang diperkirakan Pada dokumen pelaksanaan anggaran tersebut, perlu juga
dilampirkan rencana kerja da anggaran Badan Layanan Umum dalam lingkungan
kementerian/lembaga negara yang bersangkutan. Ketiga adalah asas kesatuan.
Asas kesatuan in mengharuskan agar segala pencatatan anggaran dan belanja
negara serta daerah dapat disajikan dalam satu dokumen yang padu. Terakhir,
adalah asas spesialitas asas ini merupakan asas terakhir dari asas asas umum
pengelolaan keuangan negara, yaitu asas spesialitas, mewajibkan aga kredit
anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya Asas ini diperlukan

15
untuk menjamin bahwa pembuat undang-undang memberikan kuasanya untuk
tiap golongan jenis pengeluaran.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keuangan negara dapat diartikan sebagai bentuk kekayaan yang dikelola oleh
pemerintah suatu negara. Kekayaan ini dapat terwujud dan berbagai macam
bentuk seperti uang dan barang kertas berharga yang memiliki nilai setara uang
bentuk hak dan kewajiban yang dapat dinila dengan uang, serta dana dana pihak
ketiga yang dimiliki atau dijamin oleh pemerintah maupun instansi negara
lainnya. setiap periode pengelolaannya, keuangan negara atau APBN melewati
sebuah siklus dengan lima tahapan Tahap pertama adalah perencanaan dan
penganggaran di mana APBN periode tersebut disusun Tahap kedua adalah
penetapan APBN yang dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Tahap berikutnya
adalah pelaporan dan pencatatan APBN Terakhir, terdapat tahap pemeriksaan dan
pertanggungjawaban yang sesungguhnya tidak termasuk ke dalam siklus APBN
namun periu dilakukan dalam pelaksanaan APBN. Dalam pengelolaan keuangan
negara, terdapat empat prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip akuntabilitas
menyatakan bahwa segala jenis pelaksanaan kegiatan negara, termasuk dalam hal
ini pengelolaan keuangan negara, harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat yang memegang kedaulatan tertinggi negara dan juga dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan undang undang yang berlaku Prinsip profesionalitas
bermakna bahwa pengelolaan keuangan negara harus dilakukan dengan

16
mengutamakan keahlian dan berlandaskan kode etik dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku Kemudian, prinsip proporsionalitas mengacu pada
pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
Terakhir, prinsip transparansi menjamin hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan dan rahasia negara.

B. SARAN
Pemerintah diharapkan agar Keuangan Negara bisa dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.Dan
diharapkan agar APBN dapat mengalami perubahan , dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN yang dilkasanakan setiap tahun ditetapkan dengan undang-
undang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, A. P. (2005). Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum Teor


Praktik, dan Kritik Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.

Kementerian Keuangan (2013). Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN


Indonesia Jakarta Diambil Kembali cam http://www.kopertis 12
or.id/wp-content/uploads/2013/08/buku

dasar-penyusunan-APBN.pdf Kementerian Keuangan (2014) Postur APBN


Indonesia Jakarta Diambil Kembali
danhttps://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20postur
Gapbn.pdf

Kementerian Keuangan. (2021). Informasi APBN 2021. Jakarta Diambil


kembali dari https://www.kemenkeu goid/media/16835/informas apbn-
2021.pdf

18
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Ri No.47, Tambahan Lembaran Negara Ri No. 4286)

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

19

Anda mungkin juga menyukai