Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEUANGAN NEGARA

Dosen Pengampu:
SYAHRIAL ARDIANSYAH S.H.I, M.H

Disusun Oleh:
1. Isa Karima : 2021022290415
2. Nahdah Fadhilah Hidayat : 2021022290421
3. Citra Erly Amanda Putri : 2021022290410
4. Muhammad Saiful Bahri : 2021022290419
5. Achmad Daffa : 2019125290389

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DENPASAR BALI
2023M/1444H
Jln.Angsoka Cargo Permai 1 No.12,Kota Denpasar,Bali
YAYASAN AL – MA’RUF
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kita bermacam-macam nikmat, terutama nikmat iman dan
nikmat islam yang tidak semua manusia mendapatkannya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu, segenap keluarganya, para sahahabatnya dan seluruh umatnya yang mengikuti
sunnahnya sampai hari pembalasan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Hadits Ekonomi.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun
materil. Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan dari berbagai
segi, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
dan memberi informasi serta menambah pengetahuaan dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin ya rabbal alamin.

Denpasar, 20 Juni 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan Negara ........................................................ 3


B. Dasar Hukum Keuangan Negara ................................................... 4
C. Baitul Maal sebagai Konsep Keuangan Negara ............................ 5
D. Peran Zakat dalam Pendapatan Keuangan Negara ....................... 8
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kestauan Republik Indonesia menyelenggarakan pembangunan
nasional dan pemerintahan negara yang sesuai dengan Undang-undang dasar 1945
dan berdasarkan kepada Pancasila agar mewujudkan kesejahteraan sosial, adil
makmur dan sejahtera.

Terjadinya perubahan dalam suatu negara dapat dilihat dari seberapa efisien
pembangunan yang dilakukan oleh negara tersebut.

Pemerintah dengan giat melakukan program dalam pengembangan


kesejahteraan rakyat seperti pembangunan nasional yang merata dan pendidikan
yang terjamin kepada rakyat. Hal inilah yang menjadikan suatu negara dapat
tumbuh dan berkembang menjadi negara yang lebih baik dan maju dalam
infrastrukturnya. Keuangan negara merupakan bagian terpenting dalam rancangan
perataan pembangunan nasional yang diimplementasikan kedalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Di dalam
penyelenggaraannya, pengelolaan keuangan negara perlu dilakukan secara
profesional, terbuka dan penuh tanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang
berlaku.

Pengawasan dan pengelolaan diperlukan untuk menghindari adanya


penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara baik dalam bentuk
pemborosan, ketidakefisienan serta adanya tindakan korupsi yang mungkin terjadi
di dalam penyelenggaraannya. Hal-hal tersebut apabila terjadi akan mengakibatkan
kerugian pada keuangan negara yang jumlahnya sangat besar dan perlunya
pemulihan terhadap keuangan negara dengan cara pengembalian kerugian
keuangan negara.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Keuangan Negara?
2. Apa dasar hukum Keuangan Negara?
3. Apa Kegunaan Baitul Maal?
4. Apa peranan Zakat dalam pendapatan Keuangan Negara?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Keuangan Negara
2. Menyebutkan dan menjelaskan dasar hukum Keuangan Negara
3. Menyebutkan dan menjelaskan kegunaan Baitul Maal
4. Menyebutkan dan menjelaskan Zakat sebagai pendapatan Keuangan Negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan Negara


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

Keuangan negara merupakan aspek terpenting dalam proses


penyelenggaraan negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan lancar apabila
keuangan negara terganggu atau tidak stabil. Wujud pengelolaan keuangan negara
tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pengelolaan keuangan negara memiliki tujuan untuk menjaga dan


menjamin eksistensi negara dan membiayai pengelolaan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan. Semua negara dikelola secara tertib, sesuai dan taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan akuntabel

Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, diperlukan pengelolaan


keuangan yang baik. Masalah yang berhubungan dengan uang hanya akan bisa
diselesaikan oleh uang. Dengan pengelolaan yang baik, keuangan negara bisa
dialokasikan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.

Seperti yang tertera dalam Surah Ar-Ra’du ayat 11

‫إِ َّن هللاَ ال يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

3
Ini membuktikan bahwa apabila suatu negeri/negara ingin membuat sebuah
perubahan, maka hal tersebut harus dimulai dari pemerintahan negara tersebut.1

Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat


pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang
meliputi;

1. Perencanaan keuangan negara


2. Pelaksanaan keuangan negara
3. Pengawasan keuangan negara
4. Pertanggungjawaban keuangan negara.
Praktek pengawasan pengelolaan keuangan negara secara internal
dilakukan oleh Inspektorat dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing.

B. Dasar Hukum Keuangan Negara

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara


menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
Pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana diatur dalam Bab VIII UUD
1945.

Pasal 23C Bab VIII UUD 1945 mengamanatkan hal-hal lain mengenai
keuangan negara diatur dengan undang-undang. Atas dasar pertimbangan
sebagaimana tersebut, perlu dibentuk Undang-undang tentang Keuangan Negara.

Dasar hukum undang-undang ini adalah Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11
ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22D,
Pasal 23, Pasal 23A, Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, dan Pasal 33 ayat

1
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/53391

4
(2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah
dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945.

C. Baitul Maal sebagai Konsep Keuangan Negara pada masa


Khulafaur Rasyidin.
Menurut Wikipedia, Baitul Maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti
rumah dan maal yang berarti harta. Dam dapat disimpulkan bahwa, baitul maal
merupakan sebuah lembaga yang mempunyai tugas khusus untuk menangani dan
mengelola harta umat baik dalam pendapatan kas negara maupun pengeluaran kas
negara.

Menurut Ensiklopedia hukum Islam, baitul mal adalah lembaga keuangan


negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara
sesuai dengan aturan syariat. Sedangkan menurut Harun Nasution, baitul mal bisa
diartikan sebagai pembendaharan (umum atau negara).

Secara harfiah, baitul maal berarti rumah dana. Baitul mal ini sudah ada
sejak pada zaman rasulullah, berkembang pesat pada abad pertengahan. Baitul
mal berfungsi sebagai pengumpulan dan men-tasyaruf-kan untuk kepentingan
sosial.

Seperti yang telah diketahui, pada masa Rasulullah saw hingga


kepemimpinan Abu Bakar, pengumpulan dan pendistribusian dana zakat serta
pungutan-pungutan lainnya dilakukan secara serentak. Artinya pendistribusian
dana tersebut langsung dilakukan setelah pengumpulan, sehingga para petugas
Baitul Mal selesai melaksanakan tugasnya tidak membawa sisa dana untuk di
simpan. Sedangkan pada masa Umar Bin Khattab, pengumpulan dana ternyata
begitu besar sehingga di ambil keputusan menyimpan untuk keperluan darurat.
Dengan keputusan tersebut, maka Baitul Mal secara resmi dilembagakan, dengan
maksud awal untuk pengelolaan dana tersebut (Sakti, 2007).

➢ Fungsi Baitul Maal dari masa Rasulullah hingga keempat Khalifah


1. Masa Rasulullah Saw

5
Harta rampasan perang (ghanimah) dikumpulkan dan dikelola oleh
baitul maal karena pada masa tersebut, kaum muslimin belum memiliki
tempat penyimpanan harta yang mereka punya.
2. Masa Khalifah Abu Bakar
Baitul maal tetap berfungsi seperti sebelumnya dan harta yang didapat
akan dikumpulkan di masjid Nabawi kemudian dibagikan kepada yang
membutuhkan.
3. Masa Khalifah Umar Bin Khattab
Di masa ini, baitul maal tetap dijaga oleh Khalifah Umar dan beliau
memastikan bahwa semua harta yang masuk bersifat terjaga dan halal
sesuai syariat Islam dan tetap dibagikan kepada siapapun yang berhak
menerima
4. Masa Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa ini, baitul maal tetap berjalan seperti masa Khalifah
sebelumnya, namun karena banyaknya pengaruh dari keluarga yang
menjadi pengelola baitu maal, banyak umat yang protes terhadap
pengelolaan ini dan Ia juga menggunakan harta dan meminjamnya dari
baitulmal sambil berkata, "Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak
mereka dari baitulmal, sedangkan aku telah mengambilnya dan
membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku".
5. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kondisi baitulmal
ditempatkan kembali pada posisi yang sebelumnya. Ali, yang juga
mendapat santunan dari Baitul Mal, seperti disebutkan oleh lbnu Kasir,
mendapatkan jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai
separuh kakinya, dan sering bajunya itu penuh dengan tambalan. Ketika
berkobar peperangan antara Ali bin Abi Talib dan Mu’awiyah bin Abu
Sufyan (khalifah pertama Bani Umayyah), orang-orang yang dekat di
sekitar Ali menyarankan Ali agar mengambil dana dari baitulmal
sebagai hadiah bagi orang-orang yang membantunya. Tujuannya untuk
mempertahankan diri Ali sendiri dan kaum muslimin.

6
➢ Sumber-sumber pendapatan yang masuk ke Baitul Maal
a. Fa’i
Fa’i adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada pemeluk agama-
Nya yang berasal dari harta-harta orang yang berbeda agama tanpa
peperangan.
Seperti tertera pada Qs. Al-Hasyr ayat 7
‫هللاُ ع هَلى َرسُوْ لِ ٖه ِم ْن اَ ْه ِل ا ْلقُ هرى فَلِ هلٰ ِه َولِل َّرسُوْ ِل َولِ ِذى ا ْلقُرْ هبى َوا ْليَ هتمه ى َوا ْل َم هس ِك ْي ِن‬ ٰ ‫َمآ اَفَ ۤا َء ه‬
‫ال ْغنِيَ ۤا ِء ِم ْن ُك ْۗ ْم َو َمآ ها هتى ُك ُم ال َّرسُوْ ُل َف ُخ ُذوْ هُ َو َما نَ ههى ُك ْم‬
َ ْ ‫َي َال يَ ُكوْ نَ ُدوْ لَةً ۢ بَيْنَ ا‬ ْ ‫سبِ ْي ِۙ ِل ك‬ َّ ‫َوا ْب ِن ال‬
ٰ ‫هللاَ ْۗاِ َّن ه‬
ِ ‫هللاَ َش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ ٰ ‫َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ۚا َواتَّقُوا ه‬

Artinya: “Harta rampasan (fai’) dari mereka yang diberikan Allah


kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri,
adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar
harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-
Nya”
b. Ghanimah
Ghanimah adalah harta yang diperoleh dari musuh Islam dalam
peperangan
c. Kharaj
Kharaj adalah cukai hasil tanah yang dikenakan ke atas orang bukan
Islam. Dalam undang-undang syariah, Kharaj adalah cukai untuk
tanah pertanian. Kharaj tidak disebut dalam Quran atau Hadits tetapi
lebih ke ijma’ atau konsensus ulama Islam dan bagian dari tradisi
islam atau urf
d. Jizyah
Jizyah adalah sejumlah harta yang dibebankan pada orang yang berada
di bawah tanggungan kaum Muslimin dan melakukan perjanjian
dengan mereka (muslimin) dari Ahlul Kitāb. Jizyah adalah hak yang

7
diberikan Allah kepada kaum Muslimin dari orang-orang kafir sebagai
tanda tunduknya mereka kepada Islam.
e. Ushur/Usyr
Usyr merupakan pungutan sepersepuluh dari harta yang
diperdagangkan ketika seseorang melintasi perbatasan suatu negara.
f. Khumus
Khums atau Khumus dalam islam adalah kewajiban agama yang
diperlukan setiap Muslim untuk membayar seperlima dari kekayaan
yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu untuk tujuan tertentu2

Adapun di Indonesia, sebuah lembaga keuangan Syariah yaiu Baitul Maal


At Tamwil yang merupakan sebuah organisasi usaha mandiri yang bergerak di
bidang perekonomian dan memiliki kegiatan untuk mengemban potensi dari
berbagai kegiatan usaha yang berfungsi untuk mendorong, mendukung serta
menaikkan kualitas dari usaha yang telah dijalankan oleh masyarakat Indonesia
yang memiliki usaha kecil guna membantu dalam perputaran pemasukan keuangan
negara. Selain kegiatan tersebut BMT juga dapat menerima dana-dana untuk
keperluan zakat, infak dan sedekah dan lalu menyalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukannya sesuai aturan yang ada.

Sebagai satu Lembaga keuangan syariah BMT merupakan Lembaga


keuangan syariah yang memiliki sifat yang lebih informal. Dan berbeda dengan
entitas syariah lainnya yang lebih formal, seperti bank syariah dan juga entitas pasar
modal syariah. BMT sendiri sebenarnya merupakan Lembaga keuangan syariah
yang memiliki sejarah yang cukup Panjang. Berdiri pada masa Rasulullah Shallahu
Alaihi Wassalam dan para Khulafaur Rasyidin.

D. Peran Zakat dalam pendapatan Keuangan Negara

Zakat diipandang sebagai amal ibadah yang tidak dapat diabaikan oleh
setiap orang Islam. Bahkan, zakat merupakan salah satu dari rukun Islam.

2
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/02/02/sumber-pendapatan-negara

8
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat Islam dalam hal ini. Dengan
demikian, seorang muslim yang melalaikannya dianggap tidak sempurna
keimanannya. Kekuatan perintah zakat adalah sama kuatnya dengan perintah
sholat, puasa, dan haji. Dengan demikian, maraknya umat Islam dalam berzakat
seharusnya sama dengan maraknya umat Islam menunaikan ibadah sholat dan haji.

Di dalam Surah Al-Hasyr ayat 7 dijelaskan:

‫َي َال يَ ُكوْ نَ ُدوْ لَةً ۢ بَيْنَ ْاالَ ْغنِيَ ۤا ِء ِم ْن ُك ْۗ ْم‬


ْ ‫…ك‬.

Artinya: “….agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu..”

Pada ayat tersebut diterangkan bahwa tujuan zakat dalam Islam adalah
untuk membersihkan harta orang kaya, membantu kaum fakir miskin dan dhuafa
yang membutuhkan serta menjauhkan muzakki (orang yang berzakat) dari sifat
pelit, kikir dan sombong dan mengajarkan untuk saling berbagi kepada sesama.
Zakat juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial, mendorong persatuan
dan kesatuan, serta menjaga kestabilan sosial.

Dalam prinsip keuangan, pengawasan bagi lembaga pengelola keuangan


memang mutlak diperlukan untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas. Selain
itu, alasan lainnya yang kerap muncul adalah kurangnya sosialisasi dan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang zakat itu sendiri, mulai dari arti pentingnya,
syarat-syaratnya, sampai dengan tata cara dalam menunaikannya.

‫ض َي‬ ِ ‫س ْفيَانَ ع َْن ِع ْك ِر َمةَ ْب ِن خَالِ ٍد ع َْن اب ِْن ُع َم َر َر‬ ُ ‫ظ َلةُ بْنُ أَ ِبي‬ َ ‫هللا بْنُ ُمو َسى َقا َل أَ ْخبَ َرنَا َح ْن‬
ِ َّ ‫َح َّد َثنَا ُعبَ ْي ُد‬
‫هللاُ َوأَ َّن‬
َّ ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن َال ِإ َلهَ ِإ َّال‬ ِ ْ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بُ ِن َي‬
ٍ ‫اْلس ََْل ُم َع َلى َخ ْم‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫هللا‬ ِ َّ ‫هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬ َّ
َ‫ضان‬ َ ‫هللا َو ِإقَ ِام الص َََّل ِة َو ِإيتَا ِء ال َّزكَا ِة َوا ْل َحجِّ َو‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬ ِ َّ ‫ُم َح َّمدًا َرسُو ُل‬

Artinya :“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari ‘Ikrimah bin Khalid dari
Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam
dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji
dan puasa Ramadlan” (HR. Bukhori)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara Kestauan Republik Indonesia menyelenggarakan pembangunan
nasional dan pemerintahan negara yang sesuai dengan Undang-undang dasar 1945
dan berdasarkan kepada Pancasila agar mewujudkan kesejahteraan sosial, adil
makmur dan sejahtera.

Terjadinya perubahan dalam suatu negara dapat dilihat dari seberapa efisien
pembangunan yang dilakukan oleh negara tersebut.

Pengawasan dan pengelolaan diperlukan untuk menghindari adanya


penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara baik dalam bentuk
pemborosan, ketidakefisienan serta adanya tindakan korupsi yang mungkin terjadi
di dalam penyelenggaraannya. Hal-hal tersebut apabila terjadi akan mengakibatkan
kerugian pada keuangan negara yang jumlahnya sangat besar dan perlunya
pemulihan terhadap keuangan negara dengan cara pengembalian kerugian
keuangan negara.

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara


menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
Pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana diatur dalam Bab VIII UUD
1945.

Baitul mal ini sudah ada sejak pada zaman rasulullah, berkembang pesat
pada abad pertengahan. Baitul mal berfungsi sebagai pengumpulan dan men-
tasyaruf-kan untuk kepentingan sosial.

Seperti yang telah diketahui, pada masa Rasulullah saw hingga


kepemimpinan Abu Bakar, pengumpulan dan pendistribusian dana zakat serta
pungutan-pungutan lainnya dilakukan secara serentak. Artinya pendistribusian
dana tersebut langsung dilakukan setelah pengumpulan, sehingga para petugas
Baitul Mal selesai melaksanakan tugasnya tidak membawa sisa dana untuk di

10
simpan. Sedangkan pada masa Umar Bin Khattab, pengumpulan dana ternyata
begitu besar sehingga di ambil keputusan menyimpan untuk keperluan darurat.
Dengan keputusan tersebut, maka Baitul Mal secara resmi dilembagakan, dengan
maksud awal untuk pengelolaan dana tersebut

11
DAFTAR PUSTAKA

.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/17tahun2003uu.htm#:~:text=Keuangan
%20Negara%20adalah%20semua%20hak,pelaksanaan%20hak%20dan%20kewaji
ban%20tersebut.

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/02/02/sumber-pendapatan-negara

https://repository.unair.ac.id/81183/#:~:text=Secara%20sosial%2C%20zakat%20b
erfungsi%20mensucikan,harta%20dari%20kotoran%20dan%20syubhat.
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/download/768/679#:~
:text=Baitul%20Maal%20wat%20Tamwil%20adalah,tamwil%20dalam%20satu%
20kegiatan%20lembaga.

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/53391

BUKU DALIL HUKUM.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai