Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

TUGAS MATA KULIAH ANGGARAN NEGARA

Penyerapan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Di Indonesia

Dosen Pengampu:

Triyanto Suharsono, S.H.

Oleh:

Nama: Evin Septa Haryanto Kamil

NIM: 10/299839/HK/18508

YOGYAKARTA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak para pengamat ekonomi menyoroti masalah rendahnya tingkat penyerapan
anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan birokrasi. Kegagalan target penyerapan
anggaran akan berakibat hilangnya manfaat belanja. Dana yang telah dialokasikan dalam
belanja negara ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan, ini berarti terjadi iddle money.
Bisa dibayangkan seandainya uang yang tersimpan tersebut bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan yang lebih besar. Tentu pencapaian tujuan nasional kita akan mudah untuk
dilakukan. Penyerapan anggaran belanja yang rendah dikhawatirkan tidak mendukung target
pertumbuhan.
Kalau kita lihat data tentang penyerapan anggaran di setiap tahun, rata rata penyerapan
anggaran sangat rendah di awal tahun dan bahkan ketika melewati triwulan kedua, realisasi
belanja negara masih rendah. Sayangnya, banyak instansi pemerintah yang terlalu berhati-hati
ketika melakukan pengeluaran anggarannya. Sehingga terkesan lambat dan tidak optimal
dalam memanfaatkan waktu. Tahun anggaran yang dua belas bulan seakan akan hanya efektif
selama 5 - 6 bulan. Banyak satuan kerja yang baru bekerja pada triwulan kedua.
Hingga akhir Oktober 2013, penyerapan belanja negara pada APBN Perubahan 2013
telah mencapai Rp1.166,2 triliun atau 67,6 persen dari pagu sebesar Rp1.726,2 triliun dengan
realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp763,5 triliun atau 63,8 persen atau Rp1.196,8
triliun.
Oleh karena itu penulis perlu rasanya untuk membuat suatu makalah tentang penyerapan
anggaran di Indonesia terutama Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Hal ini diperlukan
untuk menambah pemahaman atau wawasan pembaca dan penulis sendiri tentang
penganggaran dan pemanfaatannya dalam aktivitas pemerintahan.

2.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar berlakang diatas, maka terdapat beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Pengertian dan fungsi anggaran pemerintah?
2. Bagaimana penyerapan anggaran yang terjadi di Indonesia?
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan angaran di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut Ibnu Syamsi, anggaran negara adalah hasil dari suatu perencanaan yang berupa
daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya
maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu.
Negara Indonesia menetapkan anggaran negaranya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang setelah mendapatkan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk mempengaruhi arah dan
percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai anggaran yang akan digunakan
tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi. Dalam keadaan ekonomi yang normal
dipergunakan anggaran negara yang seimbang, kemudian dalam keadaan ekonomi yang
deflasi biasanya dipergunakan anggaran negara yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan
ekonomi yang inflasi dipergunakan anggaran negara yang surplus.

Umumnya anggaran negara dapat diklasifikasikan atas 2 kategori:

1. Anggaran Berimbang (Balanced Budgeting)

Anggaran berimbang disusun sedemikian rupa sehingga setiap pengeluaran


pemerintah dapat dibiayai oleh penerimaan dari sektor pajak atau sejenisnya, yaitu
suatu kondisi dimana penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah.

2. Anggaran Tidak Seimbang (Unbalanced Budgeting)

Anggaran tidak seimbang terdiri dari anggaran surplus dan anggaran defisit.
Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan sedangkan anggaran
defisit yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan. Anggaran belanja yang tidak
seimbang biasanya akan mempunyai pengaruh yang berlipat ganda terhadap
pendapatan nasional.

Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara penyusunan
APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945
disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran
rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 disebutkan
apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan
APBN tahun lalu.

Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih


lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya
tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN,
Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran
berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.

2.2 Fungsi
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dan
belanja pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara proses
perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran.
Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut
dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi-
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,
memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan
terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan political tool
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pembuatan anggaran publik
membutuhkan political will, coalition building, keahlian berorganisasi, dan
pemahaman prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran
publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit
kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
6. Anggaran adalah alat penilaian kinerja
Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa yang
berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi masyarakat manajemen agar bekerja
secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga
jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.
Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir
akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan


stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
Berikut penjelasan keenam fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dalam rangka membentuk struktur perekonomian negara:
1. Fungsi Otoritas
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada tahun yang bersangkutan, dengan
demikian pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2. Fungsi Perencanaan

Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat menjadi pedoman
bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila pembelanjaan
telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk
mendukung pembelanjaan tersebut. Misalnya telah direncanakan atau dianggarkan
akan membangun proyek pembangunan jalan, maka pemerintah dapat mengambil
tindakan untuk persiapan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Bahwa suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus diarahkan
untuk mengurangi penggangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi

Bahwa kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus


memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilitas
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama


kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-keputusan
investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN secara umum
menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi
pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi
permintaan dan penawaran faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan
demikian strategi dan pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam
perekonomian suatu negara.

2.3 Penyerapan anggaran di Indonesia


Sering kita baca di media cetak maupun elektronik, para pengamat ekonomi menyoroti
masalah rendahnya tingkat penyerapan anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan
birokrasi. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran
bukan merupakan target alokasi anggaran. Perfomance Based Budget lebih menitikberatkan
pada kinerja ketimbang penyerapan itu sendiri. Hanya saja, kondisi perekonomian kita saat
ini variabel dominan pendorong pertumbuhannya adalah faktor konsumsi, sehingga belanja
pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan
tersebut.

Kegagalan target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat


belanja. Karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan
yang berarti terjadi iddle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka
keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan
strategis. Dalam konsep dasar ilmu ekonomi, basic problem yang dihadapi oleh manusia
adalah keterbatasan sumber dana sebagai alat pemenuhan kebutuhan dihadapkan pada
kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas. Basic problem ini juga dihadapi oleh suatu negara
termasuk Indonesia. Sumber-sumber penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan pada
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, mengharuskan Pemerintah menyusun prioritas
kegiatan dan pengalokasian anggaran yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika
penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah terjadi infesiensi dan inefektivitas
pengalokasian anggaran. Hal inilah yang sedang terjadi di Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan langkah dengan membuat kebijakan untuk percepatan


penyerapan anggaran yaitu memberikan fleksibilitas/kewenangan yang lebih luas kepada
kuasa pengguna anggaran (KPA) dalam melakukan revisi anggaran. Juga meningkatkan
sosialisasi agar tidak terjadi pemblokiran, menyusun Pedoman dalam Pengajuan Ijin Kontrak
Tahun Jamak oleh Menteri Keuangan kepada kementerian/lembaga, dan melakukan
revisi/penyempurnaan terhadap Peraturan yang berpotensi menghambat pencairan anggaran.

Pada akhir tahun 2013, pemerintah melalui Kementrian Keuangan telah melaporkan
realisasi penyerapan anggaran selama Semester I pada APBNP tahun 2013. Terdapat 10
Kementrian dengan daya serap anggaran kurang dari 20%. Secara umum, penyerapan
anggaran masih rendah dengan rata-rata penyerapan anggaran kurang dari 50%. Rendahnya
penyerapan anggaran disebabkan pada dasarnya karena keterlambatan pencairan dana,
keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut terjadi
hampir di setiap satuan kerja (Satker), baik pusat maupun daerah.

2.4 Faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran


Secara garis besar penyerapan belanja kementerian/lembaga dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal kementerian/lembaga, seperti antara lain :
a. Keterlambatan penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pengelola kegiatan
di hampir semua Satker Pusat dan daerah,
b. Reorganisasi,
c. Penyempurnaan business process, dan
d. Faktor kehati-hatian kementerian/lembaga.
Selain itu mekanisme pengadaan barang dan jasa, seperti antara lain :
a. Banyaknya sanggahan dalam proses lelang,
b. Banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan
c. Masalah pengadaan lahan/tanah.
Faktor lain seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan
anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, faktor geografis dan iklim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Secara sederhana, struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai Penerimaan Dalam
Negeri.
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal,
alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, alat untuk
menciptakan ruang publik
Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran bukan
merupakan target alokasi anggaran. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka
keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan
strategis.
Secara garis besar penyerapan anggaran di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal pada kementerian/lembaga yang ada, seperti antara lain :
a. Keterlambatan penetapan kuasa pengguna anggaran (KPA) dan pengelola
kegiatan di hampir di semua Satuan Kerja Pusat maupun daerah,
b. Reorganisasi,
c. Penyempurnaan proses bisnis, dan
d. Faktor kehati-hatian kementerian/lembaga.
e. Banyaknya sanggahan dalam proses lelang,
f. Banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan
g. Masalah pengadaan lahan/tanah.

Faktor lain seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan


anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, dan faktor geografis dan iklim.

Secara umum, penyerapan anggaran pada tahun 2013 masih rendah dengan rata-rata
penyerapan anggaran kurang dari 50%. Rendahnya penyerapan anggaran disebabkan pada
dasarnya karena keterlambatan pencairan dana, keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat
Pengelola Kegiatan. Keterlambatan tersebut terjadi hampir di setiap satuan kerja (Satker),
baik pusat maupun daerah.
3.2 Saran

Dalam pemanafaatan anggaran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan ketercapaian


target dari program-program pemerintah secara efektif dan efisien. Anggaran yang sudah
dianggarkan seharusnya digunakan secara tepat sasaran, dan dapat diserap oleh seluruh
kementrian atau lembaga baik di pusat maupun daerah secara baik dan tepat waktu.
Diharapkan kendala-kendala yang menyebabkan lambatnya penyerapan anggaran dapat
diminimalisir dari berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA

Perundang-undangan:

 Undang-Undang Dasar 1945, pasal 23 ayat (1) (2) (3)


 Undang-Undang tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 LN Nomor 5 Tahun 2004 TLN Nomor 4355
 Peraturan Menteri Keuangan No.165/PMK.07/2013
 Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota , PP Nomor
38 Tahun 2007
 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Semester I tahun 2013.
Internet:
 http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=233
 http://www.tribunnews.com/bisnis/2010/10/22/inilah-penyebab-rendahnya-penyerapan-
anggaran-belanja
Buku:
 Dian Puji Simatupang, Kebijakan Anggaran Negara sebagai Perwujudan Kedaulatan
Rakyat , Bab dalam Hukum Anggaran Negara

Anda mungkin juga menyukai