DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
DOSEN PENGAMPU :
HUSNUL MUTTAQIN, M.Ak
KESIMPULAN ................................................................................................ 20
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala, Pencipta Alam
Semesta, Penguasa seluruh yang ada di langit dan di bumi, Tempat memohon para
makhluk, Sumber segala Ilmu, yang telah memberikan Karunia, Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami, sehingga makalah tentang “Penyelesaian Kerugian Keuangan
Daerah” ini dapat selesai. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Husnul
Muttaqin, M. Ak selaku Dosen Mata Kuliah ini.
Sebagaimana halnya manusia biasa yang masih dalam tahapan proses belajar,
maka tidak menutup kemungkinan setiap aktifitas kita akan selalu ada kekurangan dan
kelalaian, begitu pula dengan makalah yang kami tulis ini. Oleh karena itu kami selalu
mengharapkan tegur sapa dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah
berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian kerugian daerah?
2. Apa saja kedudukan hukum kerugian negara/daerah?
3. Bagaimana kedudukan kerugian negara/daerah dalam sistem perbendaharaan
negara?
4. Apa saja tujuan penyelesaian kerugian daerah dan apa saja jenis kerugian
negara/daerah?
5. Bagaimana mekanisme penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap
bendahara berdasarkan Peraturan BPK No. 3 Tahun 2007?
6. Bagaimana tata cara penyelesaian kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh
pihak ketiga dan tata cara pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah oleh
BPK?
7. Bagaimana mekanisme penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap
pegawai negeri sipil bukan bendahara atau pejabat lainnya berdasarkan PP No. 38
Tahun 2016?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kerugian daerah.
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum kerugian negara/daerah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan kerugian negara/daerah dalam sistem
perbendaharaan negara.
1
4. Unutk mengetahui tujuan penyelesaian kerugian daerah dan jenis kerugian
negara/daerah.
5. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
terhadap perbendaharaan berdasarkan Peraturan BPK No. 3 Tahun 2007.
6. Untuk mengetahui tata cara penyelesaian kerugian negara/daerah yang disebabkan
oleh pihak ketiga dan tata cara pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah
oleh BPK.
7. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
terhadap pegawai negeri sispil bukan bendahara atau pejabat lainnya berdasarkan
PP No. 38 Tahun 2016.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
ketentuan umum terkait pengelolaan penyelesaian kerugian daerah adalah sebagai
berikut:
5
- Pengawasan/pemberitahuan atasan langsung bendahara atau
kepala kantor/satuan kerja
- Perhitungan ex officio
6
hari sejak diterima dari TPKN dengan dilengkapi dokumen-dokumen
yang telah diverifikasi.
8
4. Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu (SKPBW)
Badan Pemeriksa Keuangan mengeluarkan SKPBW apabila:
- BPK tidak menerima Laporan Hasil Verifikasi Kerugian Negara
dari pimpinan instansi padahal sebelumnya BPK telah menerima
laporan adanya kerugian negara
- Berdasarkan pemberitahuan pimpinan instansi tentang
pelaksanaan SKTJM, ternyata bendahara tidak mau
menandatangani SKTJM
9
Apabila bendahara memiliki mas pensiun, maka dalam SKPP
dicantumkan bahwa yang bersangkutan masih mempunyai utang kepada
negara dan taspen yang menjadi hak bendahara dapat diperhitungkan
untuk mengganti kerugian negara.
10
dapat ditinjau dari berbagai, ditinjau dari pelaku yaitu oleh
pihak ketiga meliputi perbuatan antara lain:
1. Tidak menempati janji/kontrak (wanprestasi)
2. Pengiriman barang yang mengalami kerusakan karena
kesalahannya
3. Penipuan, penggelapan dan perbuatan lainnya yang
secara langsung atau tidak langsung menimbulkan
kerugian bagi daerah
b. Tata cara penyelesaian yang dapat dilakukan apabila terjadi
perbuatan yang merugikan daerah adalah:
1. Melalui Upaya Damai
Penyelesaian kerugian Daerah melalui upaya damai
yaitu apabila penggantian kerugian daerah dilakukan
secara tunai sekaligus dan angsuran dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 2 (dua) tahun dengan
menandatangani Surat Keterangan Tanggung Jawab
Mutlak (SKTJM).
2. Melalui cara lain
Apabila pelaku kerugian daerah ternyata ingkar janji
(wanprestasi) maka daerah dapat melakukan dengan
cara tagihan secara paksa melalui Badan/Instansi
penagih yang berwenang setelah diputuskan Kepala
Daerah bahwa tagihan akan/telah menjadi macet.
12
7. Mekanisme Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah Terhadap Pegawai
Negeri Bukan Bendahara Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2016
Pegawai Negeri bukan bendahara adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara,
Anggota Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang bekerja/diserahi tugas selain tugas bendahara. Pejabat lain adalah pejabat negara,
tidak termasuk bendahara dan Pegawai Negeri Bukan Bendahara.
Mekanisme penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai
negeri bukan bendahara atau pejabat lain adalah suatu proses yang dilakukan serta
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota dalam hal
penetapan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada pegawai negeri yang tugas
dan tanggung jawabnya tidak sebagai bendahara, sebagaimana diatur pada ketentuan
Pasal 35 Ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 dan Pasal 59 Ayat (2) UU No. 1 Tahun
2004.
Sesuai dengan amanat undang-undang, pengenaan ganti kerugian
negara/daerah terhadap pegawai negeri Bukan Bendahara merupakan kewenangan
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota dan tata cara pengenaan tuntutan
ganti kerugian tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016
tentang Tata Cara Tututan Ganti Kerugian Negara /Daerah Terhadap Pegawai Negeri
Bukan Bendahara atau Pejabat Lain.
Adapun alur penyelesaian kerugian negara melalui tuntutan ganti kerugian
negara terhadap pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penanganan Informasi Awal
a. Adanya Informasi Kerugian Negara/Daerah
Informasi mengenai terjadinya Kerugian Negara/Daerah bersumber
dari:
- Hasil pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
- Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
- Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
- Laporan tertulis dari masyarakat secara bertanggungjawab
- Perhitungan ex-offico
- Pelaporan secara tertulis
14
- Menginventarisasi harta kekayaan milik Pegawai Negeri Bukan
Bendahara atau Pejabat Lain yang dapat dijadikan sebagai
jaminan penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
- Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pejabat yang
membentuknya
16
2. Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh Hak/Ahli
Waris dinyatakan wanprestasi atas penyelesaian Kerugian
Negara/Daerah secara damai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 PP No.38/2016
3. Penerimaan atau keberatan Pihak Yang
Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh Hak/Ahli Waris atas
penerbitan SKP2KS sebagaimanaa dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(1) PP No. 38/2016
17
dinyatakan wanprestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016
- Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah yang telah diterbitkan
SKP2KS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016Penyelesaian Kerugian
Negara/Daerah yang telah diterbitkan SKP2KS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2016
Penentuan nilai didasarkan atas nilai wajar barang yang sejenis. Dalam
hal nilai buku maupun nilai wajar dapat ditentukan, maka nilai barang yang
digunakan adalah nilai yang tertinggi diantara kedua nilai tersebut.
18
Surat Keterangan tanda lunas disampaikan kepada:
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Undang-Undang Perbendaharaan, penyelesaian ganti kerugian
negara/daerah terdiri atas penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap
bendahara, dan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri
bukan bendahara atau pejabat lain. Penetapan ganti kerugian yang dilakukan oleh
bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan ketentuan Pasal
62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004. Sehingga lebih lanjut tata cara
penyelesaian ganti kerugian terhadap bendahara ini, diatur secara tersendiri dalam
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara. Adapun alur penyelesaian
kerugian negara melalui tuntutan ganti kerugian negara terhadap bendahara adalah
dimulai dari penanganan informasi awal, yakni bermula dari adanya informasi
kerugian negara/daerah kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Tim Penyelesaian
Kerugian Negara (TPKN); selanjutnya Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
Penyelesaian melalui Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM);
Penyelesaian melalui Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu (SKPBW); serta
Penyelesaian melalui Surat Keputusan Pembebanan (SKP).
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/48979176/MAKALAH_BAB_14_PENYELESAIAN_KE
RUGIAN_NEGARA_DAERAH diakses pada tanggal 20 November 2022
21