Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN ASET DAERAH

“PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN LINGKUP


PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH”

OLEH:
KELOMPOK 1
Sandra Jeanet Muntu A042221006
Wa Ode Helda A042221012
Alfath La Jarudin A042221005

PROGRAM STUDI MAGISTER KEUANGAN DAERAH


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah Swt, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik, serta
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Perencanaan
Kebutuhan dan Penganggaran Lingkup Pengelolaan Barang Milik Daerah” pada Mata kuliah
Manajemen Aset Daerah.

Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai sumber untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua sumber
yang telah memberikan informasi dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bobong, 01 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

1.2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………….3

1.3.TUJUAN ................................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………….....4

2.1.PENGERTIAN PERENCANAAN KEBUTUHAN

DAN PENGANGGARAN BMD ............................................................. 4

2.2.PROSEDUR PERENCANAAN KEBUTUHAN

DAN PENGANGGARAN BMD ............................................................. 5

BAB III. PENUTUP ................................................................................................... 9

3.1. KESIMPULAN………………………………………………………...9

3.2. SARAN…………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan keuangan Negara perlu dilaksanakan secara terbuka dan


bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Undang-undang nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, dalam pasal 3 menyebutkan bahwa Keuangan Negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
rasa kepatutan.

Dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban tersebut, maka Undang-


undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara.
Ruang lingkup Perbendaharaan Negara disebutkan dalam pasal 2 Undang-undang
nomor 1 tahun 2004 meliputi: pelaksanaan pendapatan dan belanja Negara,
pelaksanaan pendapatan dan belanja Daerah, pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran negara, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Daerah, pengelolaan
kas, pengelolaan piutang dan utang Negara/Daerah, pengelolaan investasi dan Barang
Milik Negara/Daerah, penyelenggaraan akuntansi dan system informasi manajemen
keuangan Negara/Daerah, penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD, penyelesaian kerugian Negara/Daerah, pengelolaan badan layanan
umum, perumusan standar, kebijakan serta system dan prosedur yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah semakin berkembang dan kompleks,


untuk itu agar optimal dalam pengelolaannya Pemerintah menetapkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

1
Negara/Daerah, sebagai ganti Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008 tentang perubahan
atas Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah. Berdasarkan pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 28 Tahun
2020 disebutkan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan
asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian
nilai.

Perencanaan kebutuhan Barang Milik Negara Lebih lanjut diatur dalam


Peraturan Menteri Keuangan nomor 150/PMK.06/2014 tentang perencanaan
kebutuhan Barang Milik Negara. Sedangkan untuk Barang Milik Daerah (BMD)
lebih lanjut diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007
tentang pedoman teknis pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah. BMD yang sudah ada pada modul pelatihan
pengelolaan barang milik daerah (2013:18) Penganggaran dalam perencanaan
kebutuhan BMD merupakan kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan
kebutuhan Barang Daerah dengan memperhatikan alokasi anggaran ataupun pagu
masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan Rencana
Kerja Perangkat Daerah (RKPD).

Untuk mendapatkan konsep kebutuhan dalam konteks perencanaan kebutuhan


barang milik daerah, hal yang paling penting untuk ditekankan adalah bagaimana
membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Kebutuhan dan keinginan adalah
2 hal yang mendorong perilaku manusia untuk melakukan aktivitas ekonomi. Dalam
prakteknya sulit untuk membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Burton dan
Merrill (1977) menjelaskan bahwa kebutuhan adalah perbedaan (discrepancy) antara
suatu kenyataan yang seharusnya ada dengan suatu kenyataan yang ada pada saat ini
(need is a discrepancy between what it is and what should be). Sedangkan Morris
(1976) menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu keadaan atau situasi yang di
dalamnya terdapat sesuatu yang perlu atau ingin di penuhi (need is a condition or
situation in which something necessary or desirable). Dari definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa konsep kebutuhan adalah sesuatu yang seharusnya ada atau
diperlukan sebagai tuntutan atas suatu tujuan yang ingin dicapai. Jadi dalam hal ini

2
apapun yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan maka itu adalah kebutuhan,
terlepas hal tersebut diinginkan atau tidak diinginkan oleh subjek yang membedakan
antara kebutuhan dan keinginan.

Permasalahan yang sering terjadi di internal organisasi yaitu pada perencanaan


kebutuhan dan penganggaran BMD seperti pada bagian pengelolaan aset sub bagian
analisa kebutuhan Sekretariat Daerah. di karenakan kurangnya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memiliki kompetensi yang cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsi
analisa kebutuhan BMD, kurangnya komunikasi/layanan interaktif diantara pejabat
pengelolaan BMD sebagai kinerja organisasi, belum tersedia System Operating
Procedure (SOP) perencanaan dan penganggaran BMD (pengadaan dan
pemeliharaan), dan belum tersedia Kertas Kerja Penilaian untuk menganalisa usulan
Rencana Kerja Barang Milik Daerah (RKBMD).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran
BMD?
2. Bagaimana Prosedur Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMD
dalam Perencanaan Pembangunan Daerah?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai didalam penulisan makalah ini adalah:


1. Mengetahui tentang Pengertian Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran
BMD.
2. Mengetahui tentang Prosedur Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran
BMD.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMD

Ketentuan perencanaan kebutuhan dan penganggaran BMD tertuang dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang Pengeloaan Barang Milik Negara/Daerah,
dan ketentuan yang lebih teknis menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD atau perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan Barang Milik Daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang


milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan
datang. Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat
RKBMD, adalah dokumen perencanaan kebutuhan barang milik daerah untuk periode
1 (satu) tahun.

Perencanaan kebutuhan BMD disusun dengan memperhatikan kebutuhan


pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada
dan dapat mencerminkan kebutuhan riil barang milik daerah pada SKPD sehingga
dapat dijadikan dasar dalam penyusunan RKBMD. Perencanaan kebutuhan BMD
juga dilaksanakan setiap tahun setelah rencana kerja (Renja) SKPD ditetapkan karena
merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk
kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan rencana

4
kerja dan anggaran dengan berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan,
dan/atau standar harga. Rencana kebutuhan BMD ini disusun dengan
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dengan mekanisme pembelian (solusi
aset), pinjam pakai, Sewa, sewa beli (solusi non aset) atau mekanisme lainnya
yang dianggap lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan Daerah. Perencanaan kebutuhan BMD mengacu pada Rencana Kerja
SKPD.

Penetapan standar kebutuhan terhadap BMD dilakukan oleh


Gubernur/Bupati/Walikota setelah berkoordinasi dengan dinas teknis terkait.
Penetapan Standar kebutuhan oleh Gubernur/ Bupati/ Walikota berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sedangkan penetapan Standar harganya
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2.2. Prosedur Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMD

Prosedur Perencanaan Kebutuhan terhadap BMD telah diatur dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014. Dalam Pasal 10 pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa :

1. Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan


oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan kantor yang
dipimpinnya.

2. Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan BMD kepada


Pengelola Barang.

3. Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usul rencana kebutuhan BMD


tersebut bersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada
Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dan menetapkannya sebagai
rencana kebutuhan BMD.

Setelah melakukan perencanaan kebutuhan BMD, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan penganggaran. Penganggaran dalam perencanaan kebutuhan BMD
merupakan kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan kebutuhan BMD

5
dengan memperhatikan alokasi anggaran ataupun pagu masing-masing SKPD sesuai
dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan penganggaran perlu terkoordinasi


dengan baik dengan memperhatikan standardisasi yang telah ditetapkan sesuai
kondisi daerah masing- masing. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran bukanlah
merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kegiatan yang tidak
terpisahkan dalam pengelolaan BMD. Proses perencanaan kebutuhan dan
penganggaran BMD ini membutuhkan pemahaman dari seluruh SKPD terhadap
tahapan kegiatan pengelolaan BMD, sehingga koordinasi dan sinkronisasi dalam
kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik.

Perencanaan kebutuhan barang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan


sebagai berikut :

1. Untuk menjalankan atau melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing


Unit/Satuan Kerja;

2. Untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing Unit/Satuan Kerja sesuai


besaran organisasi/ jumlah pegawai/ luas wilayah dalam satu organisasi;
3. Untuk mengganti barang-barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati
atau sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan
penggantian;
4. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan standar
perorangan, jika terjadi mutasi bertambah personil sehingga mempengaruhi
kebutuhan barang;
5. Untuk menjaga tingkat persediaan BMD dalam jumlah yang tepat agar
efektif dan efisien: dan
6. Pertimbangan perkembangan teknologi.
Fungsi perencanaan penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam
pemenuhan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/ketersediaan keuangan
daerah. Perencanaan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan barang harus terinci
dengan memuat banyaknya barang, nama barang, waktu, dan jumlah biaya yang
diperlukan. Perencanaan kebutuhan BMD disusun oleh masing- masing unit sesuai
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan

6
memperhatikan standardisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan
standardisasi harga yang telah ditetapkan oleh kepala daerah.

Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas


dan tanggung jawab masing-masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan kata
lain adalah fungsi pokok masing-masing SKPD sesuai dengan fungsi pelayanan
kepada masyarakat. Perencanaan ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

1. Barang apa yang dibutuhkan (jumlah, spesifikasi, dll);


2. Dimana dibutuhkan;
3. Bilamana dibutuhkan;
4. Berapa biaya;
5. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;
6. Alasan-alasan kebutuhan; dan
7. Cara pengadaan.
Standardisasi dan spesifikasi barang-barang yang dibutuhkan meliputi jenis,
macam maupun jumlah dan besarnya barang yang dibutuhkan. Standardisasi
merupakan penentuan jenis barang dengan titik berat pada keseragaman kualitas,
kapasitas, dan bentuk yang memudahkan dalam hal pengadaan dan perawatan, yang
berlaku untuk suatu jenis barang dan untuk suatu jangka waktu tertentu.

Dalam rangka penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan


Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Unit (RKPBU), maka setiap unit dalam
suatu organisasi/ SKPD hendaknya menghimpun kebutuhan tersebut dari unit
terkecil, hal ini sesuai dengan ketentuan perencanaan yang baik, dimana adanya
usulan dari bawah (bottom up). Usulan ini dibuat dalam sebuah formulir Daftar
Usulan Kebutuhan Barang (DUKB) untuk usulan kebutuhan barang dan Daftar
Usulan Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DUKP) untuk usulan pemeliharaan untuk
asset/ BMD.

Setelah memperoleh gambaran usulan dari seksi atau bagian, maka SKPD
diharapkan melakukan penilaian tingkat prioritas, karena adanya keterbatasan sumber
dana. SKPD dapat melakukan penilaian terlebih dahulu terkait tingkat kepentingan

7
akan pengadaan BMD tersebut. Fungsi dari penilaian ini adalah menentukan prioritas
pemenuhan BMD sebelum menyusun daftar pengadaan BMD yang akan dibahas
dalam RKPD.

Setelah memperoleh gambaran tingkat kepentingan BMD, maka SKPD dapat


melakukan penilaian berdasarkan tingkat penting atau tidaknya pengadaan BMD.
Berdasarkan penilaian tersebut, maka akan di peroleh gambaran nilai untuk
masing-masing BMD yang akan di ajukan dalam pembahasan anggaran. Pengajuan
usulan perencanaan kebutuhan BMD dan pemeliharaan ini dilakukan melalui formulir
Daftar Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Unit (DRKPBU). Berikut ini adalah gambaran tata prosedur
pengelolaan BMD yang meliputi perencanaan dan penganggaran:

8
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa RKBMD adalah


komponen penting dari design perencanaan pembangunan daerah yang menjadi
salah satu penentu kesuksesan program dan kegiatan pemerintah daerah dalam
aspek perencanaan kebutuhan dan penganggaran BMD untuk mewujudkan visi
dan misi pemerintah daerah.
Efektivitas RKBMD dapat terwujud apabila disusun secara seksama dengan
mempedomani arah dan kebijakan pembangunan daerah, memperhatikan standar
dan ketentuan yang berlaku, dan menggunakan teknik analisa yang relevan untuk
menentukan prioritas serta mengembangkan inovasi-inovasi yang lebih efisien.

3.2. SARAN

Selanjutnya dalam rangka mewujudkan efektifitas RKBMD pada perencanaan


kebutuhan dan anggran pengelolaan BMD, dapat direkomendasikan:

1. Kemampuan teknis penyusunan RKBMD harus dimiliki oleh seluruh pimpinan


unit/ SKPD karena berhubungan dengan penyusunan program dan kegiatan serta
anggaran SKPD.
2. Perlu dukungan semua pihak yang terlibat dalam perencanaan pembangunan
daerah untuk berkomitmen menjadikan RKBMD sebagai salah satu acuan dalam
menyusun dan membahas Rancangan APBD.
3. Peningkatan peran SKPD pengawasan dalam mengawasi dan mengontrol agar
Rencana Belanja Modal SKPD tidak menyimpang dari RKBMD yang telah
disahkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

-----------------------, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Daerah;

-----------------------, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara;

-----------------------, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

-----------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007


tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; dan

-----------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016


tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;

-----------------------, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

-----------------------, https://djpk.kemenkeu.go.id/elearning-
djpk/pluginfile.php/9313/mod_page/content/5/BMD.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai