Anda di halaman 1dari 4

Nama: Amin Fauzi

NIM: B021201058

Teori Perancangan Perundang-Undangan A

1. Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan ilmu perundangundangan!


Robert C. Dick, Q. C.1 menyatakan: “drafting is really an art and not a science”
(yang artinya Perancangan Perundangundangan merupakan seni dan bukan ilmu). Seni
yang dimaksud dalam konteks ini adalah dibutuhkan kemampuan tertentu menuangkan
norma-norma dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan pada aspek
pembahasaannya. Hal ini dapat diketahui sebagaimana Dick, lebih lanjut, mengatakan:
“drafting is considered a mere literary exercise...”.

Hal tersebut termuat dalam buku Robert C. Dick, Q. C. Pada tahun 1972 di Toronto
Amerika Serikat, dimana Perancangan Perundang-undangan dipandang adalah sebuah
seni belum sebagai ilmu. Selanjutnya Menurut Michael Zander bahwa perancang
peraturan perundang - undangan di negara-negara yang menganut common law sistem
bersifat general dan kurang menekankan aspek filosofi. Sejak 1973 terdapat komisi
bersama di Inggris pada House-nya yang berfungsi untuk menilai apakah dalam
peraturan perundang-undangan tersebut yang hendak atau yang sedang dirancangnya
memenuhi 9 instrument dasar: 1. That it imposes a tax or a charge; 2. That it is made
under primary legislation which expressly excludes the instrument from challenge in the
courts; 3. That it purporst to have retrospective effect where the enabling Act does not
expressly provide for such effect; 4. That there appears to have been unjustifiable delay
in the publication of the instrument or in laying it; 5. That the instrument has come into
operation before being laid and there apreassto have been unjustifiable delay in sending
notification of this as required by the statutory instruments Act 1946,s. 4 (1); 6. That it
appears doubtful whether the instrument is intra vires the enabling statute, or the
instrument appears to make some unusual or unexpected use of the powers in the
enabling legislation; 7. That for any special reason the form or purport of the instrument
calls for elucidation; 8. That the drafting of the legislation appears to be defective; or 9.
Any other ground which does not impinge on the merits of the instrument or on the
policy behind it. Sembilan kriteria tersebut kelihatannya sangat teknis. misalnya soal
apakah peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk membebankan pajak atau
pembayaran; apakah ia dibentuk oleh lembaga legislasi utama dan disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di pengadilan supaya tidak mendapat tantangan. Selanjutnya,
apakah ia mempunyai efek yang dapat menjangkau kondisi pada masa datang. Secara
historis, masalah perancangan perundang-undangan adalah masalah yang mendunia.
Contoh, Di Inggris terdapat usaha serius untuk mengkritisi aspek kualitas perancangan
peraturan perundang-undangannya pada abad pasca modernism ini. Misalnya laporan
komisi renton 1975 yang mengajukan kritik terhadap kualitas perancangan peraturan
perundang-undangan pada negara-negara yang menganut common law sistem.

Ilmu Pengetahuan perundang-undangan, yang merupakan terjemahan dari


Gesetzgebungswissenschaft, adalah suatu cabang ilmu baru, yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat, terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman. Tokoh-
tokoh utama yang mencetuskan bidang ilmu ini, antara lain, adalah Robert C. Dick, Q.
C (1972, Toronto) di Jerman Peter Noll (1973), Jurgen Rodig(1975), Burkhardt
Krems(1979), dan Werner Maihofer(1981), S.O van Poelje (1980, Belanda), Reed
Dickerson(1986, Toronto), dan W.G. van der Velden(1988, Belanda), A. Hamid S.
Attamimi (1992, Indonesia) Robert B. Seidman (2000, San Francisco), B.R. Atre (2001,
New Delhi), Michael Zander (2004, New York) translasi dari
gesetzgebungswissenschaft mempunyai dua cabang yaitu, teori perundang - undangan
sebagai translasi dari gesetzgebungtheorie dan ilmu perundang - undangan dalam
pengertian sempit sebagai translasi dari gesetzgebunglehre. Terma yang disebut terakhir
memiliki tiga cabang, yaitu proses perundang - undangan (gesetzgebungsverfahren),
metode perundang - undangan (gesetzgebungsmethode), dan teknik perundang -
undangan (gesetzgebungstechnik). Ilmu perundang - undangan dalam pengertian sempit
dibahas tersendiri pada pembahasan berikutnya. Selanjutnya akan dibahas aspek-aspek
hukum yang berkaitan dengan teori peundang-undangan, yaitu aspek fungsi perundang-
undangan, dasar kewenangan pembentukan perundang-undangan, organ pembentuk
perundang-undangan, berlakunya hukum sebagai kaidah, karakter hukum, sistem
hukum, peranan partai politik, teori perubahan sosial yang mempengaruhi perubahan
hukum, partisipasi masyarakat, dan kultur hukum. Menurut Burkhardt Krems, ilmu
pengetauhan perundangundangan adalah ilmu pengetauhan tentang pembentukan
peraturan Negara, yang merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner. Selain itu, ilmu
peraturan perundang-undangan juga berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi,
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Teori perundang-undangan yaitu berorientasi pada mencari kejelasan dan


kejernihan makna atau pengertian-pengertian dan bersifat kognitif,

2. Ilmu perundang-undangan yaitu berorientasi pada melakukan perbuatan dalam


hal pembentukan peraturan perundangundangan dan bersifat normatif. Burkhardt
Krems membagi lagi bagian kedua tersebut ke dalam tiga sub bagian yaitu: 1.
Proses perundang-undangan (gesetzebungverfahren), 2. Metode perundang-
undangan (gesetzebungsmethode), dan 3. Teknik perundang-undangan
(gesetzebungstechnic) Apabila Krems membagi ilmu perundang-undangan
dalam arti sempit ke dalam 3 bagian, maka menurut Achmad Ruslan perlu
ditambahkan 1 bagian yakni Politik Perundang-undangan, sehingga dalam arti
sempit terdiri atas 4 bagian8. Hal ini untuk menghindari adanya tumpang tindih
untuk memproses suatu peraturan yang akan dibentuk(Judul Peraturan yang
sama), menghindari biaya dan waktu. Dengan demikian, dengan adanya politik
perundang-undangan(perencanaan) sebelum proses perundang-undangan sebagai
bagian awal menurut Bukhartdt Krems, dapat dilaksanakan secara lebih jelas
karena telah direncanakan terlebih dahulu dalam bentuk Prolegnas dan Prolegda,
hal tersebut merupakan salah satu konkretisasi dari Politik Perundang-
Undangan. Legal Policy/Politik Hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara
negara dalam bidang hukum berdasarkan nilainilai yang ada dalam masyarakat
untuk mencapai cita-cita negara. Kebijakan dasar tersebut termuat dalam
konstitusi / UUD NRI Tahun 1945 dan UU, yang dijabarkan lebih lanjut dalam
peraturan perundang-undangan dibawahnya guna mengaplikasikan politik
perundang - undangan tersebut.

Politik perundang-undangan dalam hubungannya dengan pembentukan


perundang-undangan adalah semua aspek yang berkaitan dengan law making
process khususnya di bidang perundang-undangan, yang meliputi aspek teknis
dan non-teknis yang menekankan pada arah, bentuk, dan isi pengaturan yang
ditempuh sebagai pilihan untuk mencapai cita-cita negara. Oleh sebab itu, maka
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, tahap yang dilakukan
perancang sebelum memasuki tahap proses perundang-undangan sebagai suatu
bagian dari ilmu perundang-undangan dalam arti sempit, terlebih dahulu
meneliti untuk memahami politik perundang-undangan dari bidang/urusan yang
akan dirancang peraturan perundangundangannya. Hal itu didukung oleh fakta
secara teknis pembentukan peraturan perundang-undangan di awali dengan
perencanaan dalam hal ini pembuatan Prolegnas dan Prolegda. Jadi, politik
perundang-undangan adalah sub-sistem politik hukum.

Seperti diketahui lahirnya negara kesejahteraan modern(welfare state) yaitu


fungsi pemerintah/negara tidak hanya menjamin ketertiban, tetapi juga
mengusahakan kesejahteraan para warganya. Hal tersebut membawa
konsekuensi, yaitu negara turut campur dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Sementara dalam negara hukum berlaku suatu asas yaitu Asas
Legatitas, yaitu bahwa wewenang pemerintah harus berdasar pada UU/Peraturan
perundangundangan, dalam hal ini kehendak rakyat melalui Parlemen, sehingga
setiap campur tangan pemerintah dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat
harus ada undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang menjadi acuan
bagi pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan setiap tindakannya dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat tersebut. Berdasakan hal itu, maka setiap
kali ada campur tangan pemerintah/negara terhadap suatu bidang kehidupan,
maka tiap kali pula terlebih dahulu harus dibuatkan UU/Peraturannya, maka
terjadilah banjir peraturan. Banjir peraturan tersebut tidak selalu baik/benar,
akan tetapi seringkali peraturan tersebut bermasalah, seperti antara lain tumpang
tindih, bertentangan satu sama lain, kabur, dan bermakna ganda. Untuk
mengatasi masalah tersebut, yang dapat dilakukan adalah menertibkan dan
memperbaiki perancangan UU/peraturan tersebut, sehingga kualitas
UU/Peraturan yang dibentuk tersebut, benar-benar dapat menjadi instrument
yuridis yang ampuh dan tersedia digunakan dalam penyelenggaraan kehidupan
negara/masyarakat, untuk mewujudkan fungsi negara hukum
kesejahteraan(welfare state), maka dalam hal demikian inilah, ilmu perundang-
undangan diperlukan/dibutuhkan kehadirannya.

2. Perbedaan Istilah Undang-Undang dan Perundang-undangan


Pengertian dari peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 1
angka 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan.
Sedangkan, pengertian undang-undang adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan
persetujuan bersama Presiden (Pasal 1 angka 3 UU 12/2011).
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa undang-undang
(“UU”) adalah termasuk salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Selain
UU, menurut ketentuan UU 12/2011, Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah Provinsi (Perda
Provinsi), dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota juga termasuk kategori
peraturan perundang-undangan.
Kemudian hierarki dari peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 7 UU
12/2011:

Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Sedangkan, dari sisi ilmu perundang-undangan, menurut Bagir
Manan sebagaimana dikutip oleh Maria Farida Indrati Soeprapto dalam
buku Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi Materi dan Muatan (hal. 10-
11), pengertian peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1) Setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat atau lingkungan jabatan yang
berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat umum
2) Merupakan aturan-aturan tingkah laku yang berisi ketentuan-ketentuan
mengenai hak, kewajiban, fungsi, dan status atau suatu tatanan
3) Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum-abstrak atau abstrak-
umum, artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada obyek, peristiwa atau
gejala konkret tertentu.
4) Dengan mengambil pemahaman dalam kepustakaan Belanda, peraturan
perundang-undangan lazim disebut dengan wet in materiёle zin atau sering juga
disebut dengan algemeen verbindende voorschrift.
Jadi, peraturan perundang-undangan merupakan peraturan bersifat umum-
abstrak, tertulis, mengikat umum, dibentuk oleh oleh lembaga atau pejabat yang
berwenang dan bersifat mengatur.
Dari uraian tersebut, kiranya dapat disimpulkan bahwa peraturan
perundangan-undangan adalah semua peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
telah ditetapkan. Sedangkan, undang-undang merupakan salah satu jenis
dari peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai