NIM : B021201057
Tugas Akhir
Judicial Review (Kelas B)
Soal:
Jawaban:
a. Identitas pemohon
Pemohon I
Pemohon II
Nama: H. BUSTAMIR
Alamat : Jalan Raya Kuntu RT/RW 002/001 DesaKuntu Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
Pemohon III
b. Duduk Perkara
Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan permohonan dengan surat
permohonan bertanggal 19 Maret 2012, yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
(selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 26 Maret 2012, berdasarkan
Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 100/PAN.MK/2012 dan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal 2 April 2012 dengan Nomor 35/PUU-X/2012 dan
telah diperbaiki dan diterima dalam persidangan pada tanggal 4 Mei 2012,Bahwa para
Pemohon sebagai bagian dari masyarakat Indonesia berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum;
Dalam rangka menjalankan mandat konstitusi tersebut maka pada sektor kehutanan sebagai
salah satu kekayaan sumber daya alam yang ada, pemerintah menyusun Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (untuk selanjutnya disebut UU Kehutanan). Pasal
3 UU Kehutanan menyebutkan bahwa “Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan;
c. Simpulan (Penutup)
1. Bahwa para Pemohon juga berhak untuk mengembangkan dirinya, dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasarnya, demi meningkatkan kualitas hidupnya, dan
kesejahteraan umat manusia;
2. Bahwa berdasarkan uraian di atas, jelas para Pemohon telah memenuhi kualitas
maupun kapasitas sebagai Pemohon “Kesatuan Masyarakat Hukum Adat” dan
Pemohon “Badan Hukum Privat” dalam pengujian Undang- undang terhadap UUD
1945, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 51 huruf (c) UU MK karena para
Pemohon memiliki hak dan kepentingan hukum serta mewakili kepentingan publik
untuk mengajukan permohonan pengujian Pasal 1 angka 6 sepanjang kata “negara”,
Pasal 4 ayat (3) sepanjang frasa “dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional”, juncto Pasal 5 ayat (1), ayat (2), ayat (3) sepanjang
frasa “dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya
masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya”,
dan ayat (4) , serta Pasal 67 ayat (1) sepanjang frasa “sepanjang menurut kenyatannya
masih ada dan diakui keberadaanya”, ayat (2), dan ayat (3) sepanjang frasa “dan ayat
2”, UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap UUD 1945;
3. Bahwa ketentuan-ketentuan dalam UU Kehutanan tersebut, melanggar jaminan bagi
para korban untuk tidak mengalami diskriminasi, jaminan bagi para korban untuk
mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya, jaminan bagi para korban untuk
mendapatkan perlindungan dari undang-undang, jaminan bahwa undang-undang yang
berkaitan dengan hak asasi manusia tersebut memenuhi prinsip-prinsip hukum yang
berlaku secara universal dan diakui oleh negara-negara yang beradab. Oleh karena itu,
kepentingan-kepentingan para Pemohon yang dirugikan oleh pasal-pasal dalam UU
Kehutanan, sebagaimana disebutkan dan diuraikan selanjutnya dalam alasan-alasan
permohonan, merupakan kerugian para Pemohon baik sebagai lembaga yang
mewakili kepentingan hukum korban sebagai individu, maupun sebagai kelompok
kesatuan masyarakat hukum adat yang menjadi subjek korban dari undang-undang
tersebut;
d. Petitum
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami memohon kepada Majelis Hakim pada
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa dan memutus permohonan uji
materiil yang menyangkut Pasal 1 angka 6, Pasal 4 ayat (3), Pasal 5 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), Pasal 67 ayat (1), ayat (2), ayat (3) UU Kehutanan untuk memutus sebagai
berikut:
Jawaban:
a. Pemohon
1. Ir. Abdon Nababan, sebagai Pemohon I
2. H. BUSTAMIR, sebagai pemohon II
3. H. MOCH. OKRI alias H. OKRI
b. Pemberi keterangan
Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad
Sodiki, Ahmad Fadlil Sumadi, Harjono, M. Akil Mochtar Muhammad Alim, Hamdan Zoelva,
Maria Farida Indrati, dan Anwar Usman, masing-masing sebagai Anggota.
c. Pihak terkait
sembilan Hakim Konstitusi yaitu M. Akil Mochtar, selaku Ketua merangkap Anggota,
Achmad Sodiki, Ahmad Fadlil Sumadi, Harjono, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Maria
Farida Indrati, Anwar Usman, dan Arief Hidayat, masing- masing sebagai Anggota, dengan
didampingi oleh Dewi Nurul Savitri sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh para
Pemohon dan/atau kuasanya, Pemerintah atau yang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat
atau yang mewakili.
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
Putusan hakim MK No. 35/PUU/X/2012 adalah putusan final yang tidak bisa
diupayakan banding, karena putusan MK adalah Pengujian secara materiil terhadap
ketentuan-ketentuan dalam UU Kehutanan yang mengatur tentang status dan penetapan hutan
adat sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 6 sepanjang kata “negara”, Pasal 5 ayat (1) dan
ayat (2), yang para Pemohon nilai bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3),
Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 33 ayat (3) UUD 1945;
Putusan ini adalah Hak untuk tidak didiskriminasi berhubungan dengan persamaan
hak di hadapan hukum, yang juga merupakan salah satu prinsip dari Negara Hukum.
Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa "hutan adat sebagai hutan negara" tidak dimaknai
sebagai upaya penghormatan dan perlindungan terhadap hutan adat oleh negara, karena hutan
adat tetap termarjinalkan, dibiarkan bersaing dengan para pemegang ijin dan pengelola hutan
dengan tanpa mendapat kepastian hukum. Dengan demikian, lemahnya penghormatan dan
perlindungan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan hutan adat bukan sekedar
implikasi pada tataran operasional melainkan emboded dalam norma, pemaknaan dan
landasan berfikir dalam pengelolaan hutan.