PERUNDANG-UNDANGAN
Oleh:
A.
1.
Pendahuluan
Istilah atau terminologi Naskah Akademik bukan merupakan hal
terlebih
dahulu
menyusun
rancangan
akademik
mengenai
sebagaimana
pemrakarsa
dimaksud
bersama-sama
pada
dengan
ayat
(1)
Departemen
dilakukan
yang
tugas
oleh
dan
semakin
berkembang
dan
berubahnya
pola
kehidupan
Naskah
Akademik
dalam
proses
penyusunan
peraturan
perundang-undangan,
undangan
yang
dihasilkan
diharapkan
tidak
peraturan
menghadapi
perundang-
masalah
(misalnya
Rancangan
Akademik
(sebagaimana
dipakai
dalam
Rancangan
Undang-undang
dan
Draft Akademik
c.
d.
Naskah Akademis
e.
No.
68
Tahun
2005
tentang
Tata
Cara
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang,
penyusunan,
sasaran
yang
ingin
diwujudkan
dan
lingkup,
jangkauan,
objek,
atau
arah
pengaturan
Rancangan
Peraturan
Perundang-undangan.
3.
Akademik
memuat
gagasan
konkrit
dan
aplikatif
perlunya
disusun
suatu
rancangan
peraturan
c.
d.
e.
5.
18
Undang-undang
No.10
Tahun
2004
tentang
(2)
(3)
18 ayat
(3)
2)
4)
Cara
Mempersiapkan
Rancangan
Undang-undang
dan
rancangan
akademik
mengenai
Rancangan
Penyusunan
Naskah
No.188
Tahun
1998
tentang
Tata
cara
Mempersiapkan
Akademik
Peraturan
Perundang-undangan
Bersama-sama dengan Direktorat jenderal Peraturan Perundangundangan merancang Peraturan Menteri Hukum dan HAM
tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik.
c.
perbedaannya
penelitian/pengkajian
research.
Naskah
dan
dengan
kegiatan
Akademik
lainnya
sedikitnya
format
hasil
yang
bersifat
sudah
dapat
B.
1.
Diharapkan dari
2.
pada
pemikiran
logis
berdasarkan
fakta
di
masyarakat;
3.
dan
yang
dapat
secara
jelas
2.
3.
Disamping
kelemahan
dari
sisi
perancang,
permasalahan-
10
1.
2.
Tidak/belum
dilibatkannya
secara
maksimal
peranserta
Padahal menurut
2004
masyarakat
tentang
Pemerintahan
diperbolehkan
dalam
Daerah,
proses
peranserta
pembentukan
peraturan daerah;
3.
11
masyarakat
setempat),
aspek
yuridis
(keterkaitan
dan
peraturan yang secara efektif berlaku dalam masyarakat. Untuk itu, perlu
dikaji sejauhmana masyarakat secara realita membutuhkan peraturan
tentang masalah terkait, dan sejauhmana keberadaan nilai-nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat mendukung keberadaan dan
implementasi dari peraturan yang akan dibuat.
Umumnya, teori-teori perundang-undangan hanya menyebutkan
tiga
aspek
kajian
untuk
mengukur
baik-tidaknya
suatu
peraturan
12
pembentukannya.
Aspek politis
sesungguhnya
kemauan
politik
dari
pemerintah,
dan
menyempurnakan
substansi
peraturan
perundang-undangan
regulatory
impact
assessment
(RIA),
yang
berguna
untuk
13
yang
berwenang
untuk
membahas
dan
menetapkan
dari
pembentuk
peraturan
perundang-undangan
(peraturan
dengan
peraturan-peraturan
seringnya
daerah
Akademik
diharapkan
demikian,
karena
yang
dapat
terjadi
dianggap
meminimalisir
didasarkan
pembatalan
atas
hasil
terhadap
bermasalah,
terjadinya
Naskah
pembatalan
kajian/penelitian
yang
komprehensif.
Pada kenyataannya, meskipun bukan merupakan suatu keharusan,
keberadaan
Naskah
Akademik
sangat
diperlukan
dalam
proses
14
menyusun
Naskah
Akademik
dalam
proses
pembentukan
mulai
dari
perencanaan,
pembahasan,
sampai
pada
Apalagi jika
penyusunan
Naskah
Akademik,
dan
penyerahan
Naskah
pokok
persoalan
yang
akan
dibuat
peraturan
daerahnya.
15
menyangkut aspek teknis Tim serta pengumpulan data dan informasi yang
relevan dengan pokok persoalan.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan draft Naskah Akademik
sesuai dengan pola dan sistematika standar yang biasa dipakai dalam
penyusunan Naskah Akademik.
Penarikan kaedah/norma
16
C.
memuat hasil kajian materi RUU yang akan diusulkan; dan (2) bagian
yang memuat Naskah Awal RUU yang diusulkan.
1.
b.
Kata
Pengantar,
yang
berisi
pengantar
proses
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Memuat pemikiran tentang konstatering fakta-fakta
yang merupakan alasan-alasan pentingnya materi
hukum yang bersangkutan harus segera diatur.
B.
pemikiran
tentang
dasar
perlunya
RUU
pembentukan
RUU
tersebut
(misalnya
Metode Pendekatan
E.
17
terkait
perundang-undangan
yang
atau
peraturan
memiliki
ketentuan-
juga
diperhatikan
dan
dipertimbangkan
dalam
masyarakat,
serta
ketentuan-
internasional
(multilateral-global,
2.
yaitu
asas:
(a)
pengayoman;
(b)
dan/atau
dan
(j)
keseimbangan,
18
Materi
Memuat materi muatan yang perlu diatur secara
sistematik serta pemikiran-pemikiran mengenai rumusan
normatif yang disarankan, sedapat mungkin dengan
mengemukakan beberapa alternatif rumusan norma.
Bab III
A.
Penutup
Kesimpulan
1.
2.
3.
B.
Saran Rekomendasi
1.
Apakah
semua
materi
Naskah
Akademik
sebaiknya diatuir dalam satu bentuk undangundang atau ada sebagian yang sebaiknya
dituangkan dalam peraturan pelaksanaan atau
peraturan yang lain.
2.
Usulan
mengenai
penyusunan
penetapan
Naskah
skala
Akademik
prioritas
Peraturan
19
Daftar Pustaka
Memuat referensi literatur dan/atau dokumen peraturan
perundang-undangan yang digunakan dalam penyusunan
Naskah Akademik.
Lampiran
Lampiran-lampiran dapat berupa:
2.
a.
b.
c.
bagian
kedua
Naskah
Akademik
dimuat
D.
PENUTUP
Demikian beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Naskah
Akademik dalam kaitan dengan pembentukan peraturan daerah.
Semoga ada manfaatnya
20
LAMPIRAN
RANCANGAN
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: .............................................
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRAKARSA PEMERINTAH DALAM RANGKA
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
Mengingat:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
21
1.
2.
3.
4.
Pasal 1
Penyusunan Naskah Akademik adalah pembuatan Naskah Akademik yang
dilakukan melalui suatu proses penelitian hukum secara cermat, komprehensif
dan sistematis.
Naskah akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan
penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, obyek,
atau arah pengaturan rancangan undang-undang.
Paparan Naskah Akademik adalah pemaparan hasil penyusunan Naskah
Akademik oleh pemrakarsa yang dikoordinasikan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional, dengan melibatkan para ahli, wakil instansi terkait, unsur
perguruan tinggi dan unsur masyarakat.
Badan Pembinaan Hukum Nasional adalah unit Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia yang tugas dan fungsinya antara lain di bidang perencanaan
pembangunan Hukum Nasional.
BAB II
MATERI MUATAN DAN PENYUSUNAN
NASKAH AKADEMIK
Pasal 2
(1) Naskah Akademik secara umum memuat dasar filosofis, yuridis, dan sosiologis,
pokok dan lingkup materi yang akan diatur, dan draft awal Rancangan
Undang Undang.
(2) Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(3) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku mutatis mutandis
untuk penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah dan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah.
Pasal 3
Pemrakarsa Rancangan Undang Undang dan Naskah Akademik adalah Menteri
atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mengajukan usul
penyusunan Rancangan Undang-Undang.
Pasal 4
Pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dapat diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga lainnya
yang mempunyai keahlian untuk itu.
BAB III
KEDUDUKAN NASKAH AKADEMIK
Pasal 5
22
(1) Naskah Akademik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usul
pengajuan Rancangan Undang-Undang dalam Daftar Prioritas Program
Legislasi Nasional.
(2) Naskah Akademik yang dapat diajukan dalam rapat koordinasi Program
Legislasi Nasional adalah Naskah Akademik dari Rancangan Undang-Undang
yang telah disetujui dalam Rapat Pembahasan Tahunan Program Legislasi
Nasional Pemerintah sebagai prioritas.
(3) Rapat Pembahasan Tahunan Program Legislasi Nasional Pemerintah
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam rangka
penyusunan prioritas Program Legislasi Nasional Pemerintah.
BAB IV
PAPARAN NASKAH AKADEMIK
Pasal 6
(1) Paparan Naskah Akademik dilakukan oleh Pemrakarsa di Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
(2) Badan Pembinaan Hukum Nasional mengkoordinasikan pelaksanaan paparan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pelaksanaan paparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
melibatkan para ahli, wakil instansi terkait, unsur perguruan tinggi dan unsur
masyarakat.
(4) Dalam hal Naskah Akademik tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 harus disempurnakan oleh Pemrakarsa
Pasal 7
Paparan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan
sebelum rapat koordinasi penyusunan Program Legislasi Nasional antara DPR
dengan Pemerintah.
Pasal 8
Naskah Akademik yang telah dipaparkan dan telah memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diajukan dalam rapat koordinasi Program
Legislasi Nasional dengan Badan Legislasi DPR RI.
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 9
Pembiayaan
untuk
keperluan
paparan
Naskah
Akademik
penyempurnaannya dibebankan kepada instansi pemrakarsa.
dan
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
23
Pasal 10
Naskah Akademik yang ada, dan telah menjadi salah satu persyaratan
pengajuan RUU Prioritas sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan
tetap berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Pedoman penyusunan Naskah Akademik sebagaimana tercantum dalam
lampiran merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal
:
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Andi Mattalatta
24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
LATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI MASALAH
MAKSUD DAN TUJUAN
METODE PENELITIAN
BAB II
BAB III
BAB IV
PENUTUP
RUU,
DAN
25
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran mengenai alasan-alasan filosofis, sosiologis,
yuridis, yang mendasari pentingnya materi hukum yang
bersangkutan segera diatur dengan peraturan perundangundangan.
B. Identifikasi Masalah
Pointer permasalahan yang akan dituangkan dalam ruang
lingkup naskah akademik
C. Maksud dan Tujuan
Uraian tentang maksud dan tujuan penyusunan naskah
akademik.
Maksud penyusunan naskah akademik adalah sebagai
landasan ilmiah bagi penyusunan rancangan undangundang. Tujuan penyusunan naskah akademik adalah
untuk memberikan arah, dan menetapkan ruang lingkup
pengaturan.
D. Metode Penelitian
Uraian tentang metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan
penelitian
sebagai
bahan
penunjang
penyusunan naskah akademik. Metode ini terdiri dari
metode pendekatan dan metode analisis data.
BAB II
26
27
a. Saran
tentang
penunjukan
lembaga/instansi
atau
alat
perlengkapan Negara yang terkait dan karena itu perlu
diikutsertakan dalam penyusunan dan pelaksanaan Rancangan
Undang Undang / Rancangan Peraturan Pemerintah;
b. Saran tentang pemberian nama singkat RUU/RPP yang
bersangkutan;
c. Saran tentang saat mulai berlakunya Undang-Undang setelah
diundangkan;
d. Pendapat tentang pengaruh Undang-Undang yang baru
terhadap Undang-Undang yang lain; baik yang sudah ada
sebelumnya dan Undang-Undang yang masih harus dibuat.
28