Anda di halaman 1dari 2

Naskah akademik memiliki dua pengertian yaitu :

1. Naskah akademik adalah rancangan atau draft undang-undang, yaitu rancangan yang
bersifat akademis atau biasa disebut sebagai naskah akademik(academic draft). Dalam
pengertian ini naskah akademi dfk sama dengan rancangan undang-undang.
2. Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan undang-undang. Dalam
pengertian ini naskah akademik tidak sama dengan rancangan undang-undang.

Hal ini di tegaskan dalam : (a) pasal 43 ayat (3) UU nomor 12 tahun 2011. (b) Lampiran I UU
Nomor 12 tahun 2011 mengenai teknik penyusunan naskah akademik rancangan undang-
undang, rancangan peraturan daerah provinsi, dan rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota, menentukan bahwa rancangan peraturan perundang-undangan hanya
sebagai lampiran dari naskah akademik.

Pada awalnya, keberadaan naskah akademik belum menjadi suatu keharusan dalam penyusunan
rancangan. Hal ini tertuang didalam keputusan presiden nomor 188 tahun 1998 tentang cara
mempersiapkan rancangan undag-undang tersebut yang dirumuskan dalam pasal 3 dan 4 keputusan
presiden nomor 188 tahun 1998 . menurut Maria Indrati Soeprapto keberadaan suatu naskah
akademik dalam pembentukan rancangan undang-undang (dan peraturan perundang-undangan
lainnya) belum merupakan suatu keajaiban. Kewajiban membentuk suatu rancangan akademik
masih bersifat tidak mengikat (alternatif), oleh karena dalam pasal 3 ayat (1) hanya dirumuskan
dengan kata “dapat pula erlebih dahulu menyusun rancangan akademik” dan tidak dirumskan
dengan kata “wajib terlebih dahulu menyusun rancangan akademik”. Selain itu, dalam peraturan
tata tertib DPR RI No.15/DPR RI/2004-2005 keberadaan suatu naskah akademik perlu menjadi
pertimbangan. Hal ini disebabkan dalam pasal 119 ayat (5) dirumuskan sebagai berikut : “rancangan
undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diajukan beserta
penjelasan,keterangan,dan/atau naskah akademik.” Dari rumusan dalam pasal 119 ayat (5)
peraturan tata tertib DPR RI tersebut terlihat bahwa kewajiban untuk menyusun naskah akademik
dalam pembentukan rancangan undang-undang masih bersifat suatu alternatif. Dengan demikian,
suatu rancangan undang-undang boleh diajukan dengan naskah akademik atau tidak beserta naskah
akademik, asal rancangan undang-undang tersebut disertai penjelasan dan keterangan.

Sejak tahun 2011, naskah akademik tidak bersifat alternatif lagi, akan tetapi merupakan sebuah
keharusan. Hal ini sesuai dengan pasal 43 ayat (3) UU No. 12 tahun 2011 yang menentukan bahwa
“Rancangan Undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai naskah
akademik.”

Adapun fungsi dari naskah akademik ini adalah :

1. Bahan awal yang memuat gagasan tentang urgensi,pendekatan,luas lingkup dan materi
muatan suatu peraturan perundang-undangan
2. Bahan pertimbangan yang digunakan dalam permohonan izin prakarsa penyusunan
RUU/RPP kepada presiden
3. Bahan dasar bagi penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai