Oleh :
Muhammad Aziz
Muhammad Ulil Absor
Pengampu :
Ust. Ahmad Hamim Jazuli
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Naskah Akademik ?
2. Apa fungsi Naskah Akademik ?
PEMBAHASAN
1. Latar belakang
Sehubungan dengan seringnya pembatalan terhadap perundang-undangan dan
peraturan daerah, dijelaskan bahwa penggunaan Naskah Akademik dalam proses
pembentukan peraturan daerah dapat meminimalisir terjadinya pembatalan peraturan
daerah baik pada saat pemberlakuan peraturan daerah atau pada saat proses
pembentukan peraturan daerah. Tingginya pembatalan peraturan perundang-undangan
baik terhadap undang-undang maupun peraturan daerah salah satunya disebabkan
tidak adanya perencanaan dengan baik pada rancangan peraturan perundang-
undangan berdasarkan kebutuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
bukan sekedar karena motif politik atau kepentingan lain yang sempit dan jangka
pendek semata
Pemikiran tentang pentingnya Naskah Akademik ini setidaknya
dilatarbelakangi oleh dua alasan, yaitu alasan substantif dan alasan teknis.
Alasansubstantif dimaksudkan untuk memperoleh rancangan peraturan yang baik,
aplikatifdan futuristik. Selain itu, ketika suatu rancangan peraturan sudah didukung
olehNaskah Akademik yang memadai,makaperdebatan dalam pembahasan
rancanganperaturan di lembaga legislatif dapat lebih efisien. Karena seringkali
perdebatanterjadi terhadap masalah yang seharusnya telah dijawab dalam Naskah
Akademik.Sedangkan alasan teknisnya dimaksudkan untuk membatasi daftar prioritas
yang terlalu banyak namun tidak didukung dokumen yang memadai
2. Urgensi
Naskah Akademik memberikan pertimbangan dalam rangka pengambilan
keputusan bagi pihak eksekutif dan legislatif mengenai pembentukan peraturan daerah
tentang permasalahan yang dibahas dalam Naskah Akademik. Sebuah Naskah
Akademik juga memberikan saran-saran apakah semua materi yang dibahas dalam
Naskah Akademik sebaiknya diatur dalam satu bentuk peraturan daerah atau ada
sebagian yang sebaiknya dituangkan dalam peraturan pelaksana atau peraturan
lainnya.
Saat ini ada kecenderungan pandangan dari masyarakat yang menempatkan
peraturan perundang-undangan sebagai suatu produk yang berpihak pada kepentingan
pemerintah (politik) semata sehingga dalam implementasinya masyarakat tidak terlalu
merasa memiliki dan menjiwai perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu Naskah
Akademik diharapkan bisa digunakan sebagai instrumen penyaring, menjembatani
dan upaya meminimalisir unsur-unsur kepentingan politik dari pihak pembentuk
peraturan daerah, maksudnya adalah bahwa melalui Naskah Akademik yang proses
pembuatannya dengan cara meneliti, menampung dan mengakomodasi secara ilmiah
kebutuhan serta harapan masyarakat, maka mayarakat merasa memiliki dan menjiwai
perundang-undangan tersebut.
Dalam proses pembuatan undang-undang baik yang melibatkan pihak
legislatif maupun eksekutif ada juga hak yang dimiliki akademisi untuk membut suatu
naskah akademik. Menurut Harry Alexander, yang dimaksud dengan naskah
akademik adalah naskah awal yang memuat gagasan-gagasan peraturan dan materi
muatan perundang-undangan bidang tertentu. Bentuk dan isi naskah akademik
memuat gagasan peraturan suatu materi hukumbidang tertentu yag telah ditinjau
secara holistik-futuristik dan dari berbagai aspek ilmu,dilengkapi dengan refensi
memuat urgensi, konsepsi, landasan, alas hukum, prinsip-prinsip yang digunakan
serta pemikiran-pemikiran tentang norma-norma yang telah dituangkan ke dalam
bentuk pasal-pasal dengan mengajukan beberapa alternatif, yang disajikan dalam
bentuk uraian yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmu hukum
dan sesuai dengan politik hukum yang telah digariskan.
3. Pengertian
Untuk pertamakali pengertian naskah akademik dikemukakan oleh Mochtar
Kusumaatmadja (1976) dengan istilah “Konsep Naskah RUU”. Kemudian Badan
Pembinaan Hukum Nasional pada 1979 secara resmi menggunakan istilah Naskah
Akademik sebagai ganti dari istilah Naskah Rancangan Undang-undang (1976), dan
Naskah Ilmiah Rancangan Undangundang (1977/1978). Secara bahasa, Naskah berarti
“rancangan” atau “tulisan yang masih dasar”, dan Akademik memiliki arti yang
bersifat ilmu pengetahuan”. Apabila dirangkai maka Naskah Akademik memiliki
pengertian rancangan berupa tulisan yang masih dasar yang bersifat akademis atau
ilmu pengetahuan.
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum terhadap
suatu masalah tertentu yang digunakan sebagai syarat dalam membentuk Peraturan
Perundangan (Undang-Undang dan Peraturan Daerah). Naskah Akademik memuat
hasil penelitian mengenai materi muatan yang diusulkan untuk diatur pada undang-
undang atau peraturan daerah. Setiap materi muatan harus memiliki kajian ilmiah
yang terukur, sistematis, berdasarkan metode tertentu, dan memenuhi kaidah-kaidah
penelitian guna mendapat hasil penelitian yang mencerminkan realita fakta di
lapangan.
Naskah akademik perlu disusun oleh orang yang ahli di bidangnya, Kementerian
Hukum dan HAM membina dan memiliki Pejabat Fungsional Perancang Peraturan
Perundang-Undangan yang ahli dalam pembentukan produk hukum. Metode
penelitian yang digunakan tidak terbatas pada metode yuridis normatif, tapi dapat juga
menggunakan metode yuridis empiris atau dikenal juga dengan penelitian sosiolegal.
Naskah akademik harus fokus memberikan data dan fakta ilmiah atas realitas masalah
dan kebutuhan hukum masyarakat. Dengan kata lain, naskah akademik harus mampu
menjawab permasalahan atau kebutuhan hukum yang terjadi di masyarakat.
Selanjutnya, perlu diuraikan pula alasan mengapa diperlukan penyusunan undang-
undang atau peraturan daerah dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Sedangkan menurut istilah, Jimly Asshiddiqqie membedakan antara Naskah
Akademik, Naskah Politis dan Naskah Hukum.
Pertama, Naskah Akademik. Berbeda dengan bentuk atau format rancangan
Undang undang yang sudah resmi. Naskah rancangan akademis disusun sebagai hasil
kegiatan yang bersifat akademis sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang
rasional, kritis, obyektif dan impersonal.
Kedua, Naskah Politis. Setelah naskah akademik rancangan Undang undang
(academic draft) diputuskan oleh pemegang otoritas politik menjadi rancangan
Undang undang yang resmi, maka sejak itu berubahlah status rancangan Undang
undang itu menjadi naskah politik (political draft).
Ketiga, Naskah Hukum. Setelah rancangan Undang undang disetujui bersama oleh
DPR dan Pemerintah maka selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari harus
ditandatangani Presiden dan bila tidak ditandatangani dinyatakan sah berdasarkan
ketentuan Pasal 20 ayat (5) UUD RI Tahun 1945. Sejak saat itu Naskah Politis
berubah menjadi Naskah Hukum. Bedanya dengan PERDA : Pada dasrnya
perancangan perda sama dengan proses perancangan undang-udang di tingkat pusat
yakni Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Pengundangan, Sosialisasi. Namun
bedanya adalah dalam rancangan perda sebelum diundangkan terlebih dahulu perda
melewati proses evaluasi dan kalrifikasi yang dilakukan oleh kementrian dalam
negeri.
4. Landasan Hukum
1. UU no. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam
pasal 18 ayat (3) dinyatakan, bahw “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
mepersiapkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Presiden.”
2. Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara PPenyusunan
dan pengelolaan Program Legislasi Nasional sebagai pelaksanaan UU No. 10 Tahun
2004, pasal 13 menyebutkan bahwa , “Dalam hal menteri lain atau pemimpin lembaga
pemerintah non Departemen telah menyusun naskah akademik rancangan
undangundang, maka naskah akademik tersebut wajib disertakan dalam penyampaian
perencanaan pembentukan rancangan undang-undang.
3. Perpres No. 68 Tahun 2005 tentang tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
4. Pasal 1 angka (11) UU No. 12 Tahun 2011 dijelaskan bahwa Naskah Akademik
adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota,
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
5. Fungsi
Naskah akademik masih bersifatfakultatif, terbatas pada beberapaperaturan
perundang-undang sajapadahal melihat dari pada subtansinaskah akademik itu sendiri
seharusnyadalam setiap pembentukan peraturan perundang-undagan harus dibuat
naskah akademiknya. Hal ini sesuaidengan kesimpulan oleh Maria FaridaIndriani,
tetang Naskah Akademik yaitu:
a. Bahwa keberadaan naskah akademik dalam penyusunanrancangan peraturan
perundang-undanganbelum mempunyaikekuatan mengikat yang tegas, olehkarena
kegunaan naskah akademikdalam penyusunan suatu rancanganperundang-
undangan tidakmerupakan suatu keharusan bagidepartemen atau lembaga-
lembagapemerintahan yang menjadipemrakarsa penyusunan rancanganperaturan
perundang-undangan,demikian pula di lingkunganDewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Daerah.
b. Bahwa selama ini suatu naskahakademik disusun berdasarkansuatu kebiasaan
yang berlaku, olehkarena belum ada pedoman yangbaku, hal ini dapat dimengerti
olehkarena naskah akademik bukanlahmerupakan suatu produk hukum.
c. Bahwa oleh karena secara definisi ditetapkan bahwa, naskah akademik adalah
suatu naskah yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi
yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan
dan lingkup,jangkauan, objek, atau arah pengaturan rancangan undang-
undangnya, penelitian, makanaskah akademik disusun sebelum rancangan
undang-undang terbentuk. Hal ini disampaikan,oleh karena selama ini sering kali
seseorang dimintakan untuk membuat suatu naskah akademik setelah rancangan
undang-undangnyadirumuskan.
d. Bahwa untuk mengawasi apakah pembentukan peraturan perundang-undangan
tersebut sesuai dengan yang direncanakan dan terumuskan dalam suatu naskah
akademik, diperlukan pembentukan risalah pembahasan yang dilakukan selama
proses pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut berlangsung.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
terhadap suatu masalah tertentu yang digunakan sebagai syarat dalam membentuk
Peraturan Perundangan yaitu Undang-Undang dan Peraturan Daerah yang memuat
hasil penelitian mengenai materi muatan yang diusulkan untuk diatur pada undang-
undang atau peraturan daerah. Naskah akdemik berfungsi sebagai naskah ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan,
sasaran yang ingin diwujudkan,sehingga penting dan mendesak untuk disusun suatu
peraturan perundang-undangan. Naskah Akademik juga memberikan pertimbangan
dalam rangka pengambilan keputusan bagi pihak eksekutif dan legislatif
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang permasalahan yang akan
dibahas dalam naskah akademik.
2. Referensi
Pusat Perancangan Undang-Undangbadan Keahlian Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, Pedoman Penyusunan Naskah Akademik
rancangan Undang-Undang, Jakarta 2017
Muhsin, Fungsi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, Jurnal Das Sollen, Volume 5, Nomor 1, Juni 2021
Muhammad Ishom, Naskah Akademik Peraturan Perundang-Undangan, al
Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik, Vol. 10 No.1 Januari-Juni 2019