Anda di halaman 1dari 4

Anton Hidayat

030078264
Ilmu Perundang-undangan

Soal No 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah membantah tudingan yang menyebutkan


pembahasan Rancangan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dilakukan dengan tidak transparan
dan diam-diam. Pembahasan payung hukum Omnibus Law telah melalui proses panjang.

Selain itu, aturan ini juga telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden (Perpres) 87/2014
tentang peraturan pelaksanaan UU 12/2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan.

Penyusunan awal RUU Cipta Kerja dilakukan dengan pembahasan substansi. Ini dilakukan
dengan melibatkan berbagai stakeholder yang pelaksanaannya sudah dilakukan sejak jauh
hari sebelum RUU Cipta Kerja disampaikan kepada Presiden.

Pembahasan tidak hanya dilakukan di kalangan pemerintah (kementerian/ lembaga), namun


juga bersama kalangan akademisi dan serikat kerja maupun pengusaha dalam bentuk
tripartite pembahasan, mengingat substansi dari RUU tersebut terkait dengan
ketenagakerjaan.

Menko Perekonomian sebagai pemrakarsa pembentukan UU Cipta Kerja, telah membentuk


kelompok kerja yang terdiri dari pengusaha maupun serikat kerja. Sehingga substansi UU ini
sudah melibatkan berbagai macam stakeholder.

Pertanyaan:

Berikan analisis anda peran pemrakarsa dalam pembentukan suatu undang-undang

Jawaban :

Pembentukan peraturan perundang-undangan diawali dengan tahap penyusunan di tingkat


internal pemrakarsa. Pada tahap penyusunan di tingkat internal pemrakarsa, sesuai dengan
Peraturan Peresiden No. 68 Tahun 2995 tentang Tata Cara Mempersiapkan RUU, Rperpu,
RPP, dan Rperpres ditentukan bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
pemrakarsa membentuk panitia antardepartemen. Kepala biro hukum atau kepala satuan kerja

This study source was downloaded by 100000867697156 from CourseHero.com on 05-26-2023 06:52:44 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/120269666/Anton-Hidayat-Tugas-3-Ilmu-perundang-undangandocx/
yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan pada pemrakarsa,
secara fungsional bertindak sebagai sekretaris panitia antardepartemen.

Penunjukan kepala biro hukum atau kepala satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di
bidang peraturan perundang-undangan pada pemrakarsa dimaksudkan agar proses
pengharmonisasian sudah bisa dilakukan sejak awal. Oleh karena itu, peran biro hukum atau
satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan sangat
besar, yaitu melakukan penyiapan, pengolahan, dan perumusan rancangan peraturan
perundang-undangan dan sekaligus melakukan fungsi pengharmonisaisan.

Peran seperti di atas belum secara optimal dilaksanakan oleh biro hukum atau satuan kerja
yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan. Ada beberapa hal
mengapa peran biro hukum atau satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang
peraturan perundang-undangan belum optimal, antara lain:

a. Instansi pemrakarsa tidak/belum sepenuhnya memberdayakan biro hukum atau satuan


kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan;

b. Struktur biro hukum atau satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan
perundang-undangan tidak fokus pada masalah hukum (peraturan perundang-undangan) dan
biasanya masalah hukum (peraturan perundang-undangan) hanya ditempelkan saja pada unit
yang menyelenggarakan fungsi lain

c. Pola struktur organisasi biro hukum atau satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di
bidang peraturan perundang-undangan sangat bervariatif, belum ada pola yang baku;

d. SDM yang tidak/kurang memadai atau malah SDM yang ada di biro hukum atau satuan
kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan sering
merupakan penempatan (“buangan”) dari SDM unit lain yang bermasalah.

Untuk mengatasi masalah di atas perlu dilakukan upaya penguatan biro hukum atau satuan
kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan. Penguatan
tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberdayakan biro hukum atau satuan kerja
yang menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan pada masing-
masing instansi, penataan terhadap struktur organisasi di masing-masing instansi agar tercipta
organisasi baku yang fokus pada masalah hukum (peraturan perundang-undangan), penguatan
SDM bidang hukum (peraturan perundang-undangan) melalui diklat, dan perlu diadakan

This study source was downloaded by 100000867697156 from CourseHero.com on 05-26-2023 06:52:44 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/120269666/Anton-Hidayat-Tugas-3-Ilmu-perundang-undangandocx/
forum koordinasi antarbiro hukum atau satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang
peraturan perundang-undangan.

Soal No 2

Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Advokasi untuk Demokrasi mengungkapkan bahwa naskah
akademik dan draf Rancangan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker)
dibuat secara simultan atau bersamaan. Padahal idealnya, naskah RUU dibuat setelah ada
naskah akademik. Mereka mengatakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan
Kemenkumham sudah melakukan asesmen untuk Omnibus Law Ciptaker sejak bulan
September 2019. Dengan kata lain sebelum Presiden Joko Widodo berpidato mengenai
rencana pembuatan aturan baru tersebut.

Pertanyaan:

Berdasarkan kasus di atas, berikan analisis pentingnya naskah akademik dalam suatu
rancangan undang-undang.

Jawaban :

Didalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.12 tahun 2011 tentang pembentukan


Peraturan Perudang-Undangan menyebutkan bahwa Naskah Akademik adalah naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah sebagai
solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. Keberadaan naskah
akademik memiliki nilai yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan karena naskah akademik harus disertakan dalam proses penyusunan
suatu rancangan perundang-undangan. Disamping itu penyusunan naskah akademik diawali
dengan riset nilai-nilai yang ada di masyarakat, sehingga besar kemungkinan peraturan
perundang-undangan yang dibuat berdasarkan naskah akademik bersifat responsive akan
mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu jika naskah akademik dan draf Rancangan
Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker) dibuat secara simultan atau
bersamaan terlebih lagi bahwa draf dan Naskah Akademik RUU Cipta Kerja tidak pernah
diberikan dalam pertemuan-pertemuan dengan buruh sebelum Surpres diterbitkan untuk
menghindari kegaduhan publik, hal ini dinilai bahwa pembentukan RUU Omnibuslaw telah
mengesampingkan peran penting dari naskah akademik dimana nilai akademis dari naskah

This study source was downloaded by 100000867697156 from CourseHero.com on 05-26-2023 06:52:44 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/120269666/Anton-Hidayat-Tugas-3-Ilmu-perundang-undangandocx/
akademik ini dapat menjadikan isi dari RUU merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
masyarakat.

Sumber :

 Pentingnya Penyusunan Naskah Ilmiah, diakses dalam Kemenkumham.go.id


 Artikel Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan, diakses dalam
ditjenpp.kemenkumham.go.id

This study source was downloaded by 100000867697156 from CourseHero.com on 05-26-2023 06:52:44 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/120269666/Anton-Hidayat-Tugas-3-Ilmu-perundang-undangandocx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai