Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3

ILMU PERUNDANG – UNDANGAN


1. Bacalah terlebih dahulu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah membantah tudingan yang menyebutkan


pembahasan Rancangan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dilakukan dengan tidak transparan
dan diam-diam. Pembahasan payung hukum Omnibus Law telah melalui proses panjang.

Selain itu, aturan ini juga telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden (Perpres) 87/2014
tentang peraturan pelaksanaan UU 12/2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan.

Penyusunan awal RUU Cipta Kerja dilakukan dengan pembahasan substansi. Ini dilakukan
dengan melibatkan berbagai stakeholder yang pelaksanaannya sudah dilakukan sejak jauh hari
sebelum RUU Cipta Kerja disampaikan kepada Presiden.

Pembahasan tidak hanya dilakukan di kalangan pemerintah (kementerian/ lembaga), namun


juga bersama kalangan akademisi dan serikat kerja maupun pengusaha dalam bentuk tripartite
pembahasan, mengingat substansi dari RUU tersebut terkait dengan ketenagakerjaan.

Menko Perekonomian sebagai pemrakarsa pembentukan UU Cipta Kerja, telah membentuk


kelompok kerja yang terdiri dari pengusaha maupun serikat kerja. Sehingga substansi UU ini
sudah melibatkan berbagai macam stakeholder.

Pertanyaan:

Berikan analisis anda peran pemrakarsa dalam pembentukan suatu undang-

undang. Jawaban :
Peran Pemrakarsa dalam pembentukan suatu Undang-Undang yaitu sebagai menteri atau
pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang mengajukan usul penyusunan Rancangan
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang, Rancangan
Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden. Pemrakarsa menyampaikan
permohonan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-
Undang yang telah mendapatkan paraf persetujuan anggota panitia. Pemrakarsa dalam
menyusun Rancangan Undang-Undang dapat terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik
mengenai materi yang akan diatur dalam Rancangan Undang-Undang.
Pada tahap penyempurnaan Rancangan Undang – undang. Pemrakarsa menyampaikan
rancangan undang – undang kepada presiden. Pemrakarsa mengajukan rancangan undang –
undang kepada presiden guna penyampaiannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Bacalah terlebih dahulu.
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Advokasi untuk Demokrasi mengungkapkan bahwa naskah
akademik dan draf Rancangan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker) dibuat
secara simultan atau bersamaan. Padahal idealnya, naskah RUU dibuat setelah ada naskah
akademik. Mereka mengatakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan
Kemenkumham sudah melakukan asesmen untuk Omnibus Law Ciptaker sejak bulan
September 2019. Dengan kata lain sebelum Presiden Joko Widodo berpidato mengenai rencana
pembuatan aturan baru tersebut.
Pertanyaan:
Berdasarkan kasus di atas, berikan analisis pentingnya naskah akademik dalam suatu
rancangan undang-undang.
Jawaban :
Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011, naskah akademik merupakan naskah hasil penelitian
atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu, yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
Naskah Akademik merupakan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, termasuk Peraturan Daerah. Dengan dukungan naskah akademik yang
memadai diharapkan dapat dibentuk peraturan perundang-undangan yang baik, dalam arti
aplikatif dan futuristic.
Naskah Akademik yang didalamnya dimuat inventarisasi berbagai peraturan perundang-
undangan yang terkait sangat mem bantu pembentukan peraturan per- undang-undangan yang
baik. Terlebih lagi dalam penyusunan peraturan daerah yang merupakan jenis peraturan
perundang-undangan yang hierarkinya paling bawah.
Naskah Akademik memiliki makna penting dalam suatu rancangan
peraturan perundangundangan yaitu antara lain:
a. Naskah awal sebagai potret yang memberikan gambaran atau penjelasan tentang berbagai
hal yang terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang hendak dibentuk, yaitu meliputi:
- Latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan
kegunaan, serta metode penelitian;
- Kajian teoretis dan praktik empiris;
- Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait;
- Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis; Dan
- Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup Materi muatan undang-undang,
peraturan daerah provinsi, atau peraturan daerah kabupaten/kota;

b. Sebagai sarana untuk melembagakan atau memformalkan apa yang telah ada dan berjalan di
masyarakat ke dalam Peraturan Perundang-undangan dengan mengindentifikasi dan
menyelasaikan permasalahan hukum yang sedang terjadi dalam masyarakat serta
menganitisipasi permasalahan yang akan terjadi pada masa yang akan datang;
c. Merupakan media nyata bagi peran serta masyarakat dalam proses pembentukan atau
penyusunan peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan hukum aspiratif dan responsif
sehingga manghasilkan produk peraturan perundang-undangan yang dapat ditegakkan dan
diterima oleh masyarakat.
Sumber :
BMP HKUM4403 ILMU PERUNDANG UNDANGAN MODUL 8
http://bpkn.go.id › uploads › document

Anda mungkin juga menyukai