Anda di halaman 1dari 11

URGENSI NASKAH AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Widya Dwi Novitasari, Putri Deygita Aisyah Ramadhani, Masyudi Bahtiar, Siti
Wardatul Aini, Nurradian, Moh. Thantowi Jauhari
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Widichann12@gmail.com, deygitaramadhani12@gmail.com,
yudibahtiar87@gmail.com, wahdani2002@gmail.com, nurradian98@gmail.com,
thantowiowen@gmail.com.

Abstrak:

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau kajian hukum dan hasil
penelitian lain atas suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam Rancangan Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota sebagai pemecahan masalah. dan kebutuhan hukum masyarakat
Peraturan perundang-undangan. Untuk mewujudkan peraturan perundang-
undangan yang baik diperlukan naskah akademik yang baik dan tidak lepas dari
peran serta masyarakat. Untuk itu, penelitian ini akan membahas tentang latar
belakang perlunya naskah akademik dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan, serta fungsi teks akademik dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan. Berdasarkan hasil latar belakang penelitian, kebutuhan naskah
akademik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan adalah demi
tercapainya cita-cita hukum, demi terwujudnya asas-asas pembentuk peraturan
perundang-undangan yang baik. Fungsi naskah akademik adalah sebagai karya
tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan yang memuat latar belakang,
tujuan penyusunan, tujuan yang ingin diwujudkan, memberikan gambaran tentang
substansi, materi dan ruang lingkup peraturan perundang-undangan yang akan
dibuat, serta memberikan pertimbangan dalam penyusunannya. kerangka
pengambilan keputusan bagi eksekutif dan legislatif partai. Naskah Akademik
memberikan gambaran tentang substansi, materi, dan ruang lingkup peraturan
perundang-undangan yang akan dibuat, serta memberikan pertimbangan dalam
rangka pengambilan keputusan bagi pihak eksekutif dan legislatif.
Kata Kunci: Naskah Akademik; Pembentukan; Perundangan-undangan.

Pendahuluan

Indonesia disebut sebagai negara hukum karena memiliki undang-undang yang


mengatur masyarakatnya. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945), Pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa
"Negara Indonesia adalah negara hukum", yang berarti bahwa Negara Indonesia
memerlukan peraturan perundangan-undangan untuk menjalankan kehidupan bernegara
dan menjalankan fungsi pemerintahan.Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan hukum untuk membatalkan undang-undang yang bertentangan
dengan UUD 1945.1
Tidak diragukan lagi, pembentukan peraturan perundang-undangan
membutuhkan konsep sebagai dasar untuk membentuk peraturan perundang-undangan
yang baik. Konsep inilah yang nantinya akan mengarahkan peraturan perundang-
undangan yang telah dibuat menjadi peraturan perundang-undangan yang adil, jelas, dan
menguntungkan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI)
adalah negara hukum yang membutuhkan konsep untuk membentuk hukum. Jika
hukum yang berlaku dibuat dengan konsep yang baik dan direncanakan dengan baik,
maka hukum yang dibuat oleh NKRI akan menjadi hukum yang baik yang
mencerminkan keadilan. oleh karena itu, konsep pembentukan peraturan sangat penting
untuk pembentukan peraturan yang baik.2
Peraturan perundang-undangan, sebagai produk hukum, dibuat untuk diikuti
oleh masyarakat, atau untuk berfungsi dengan baik. Menurut Soerjono Soekanto, tiga
(tiga) persyaratan harus dipenuhi sebelum perundang-undangan dapat menjalankan
fungsinya diantaranya:
1. Bila hukum hanya berlaku secara yuridis maka kemungkinan besar
kaidahnya hanya merupakan kaidah yang mati (dode regel).
2. Jika hukum hanya berlaku secara sosiologis maka mungkin hukum
berlaku sebagai hanya sebagai aturan pemaksa.

1
Eko Supriyanto, “Kedudukan Naskah Akademik Dalam Penafsiran Ketentuan-ketentuan Dalam
Undang-undang”, YURIDIKSI: Jurnal Hukum, vol. 31, No. 3, September 2016, hal 385.
2
Ferry Irawan Febriansyah, “Konsep Pemebentukan Peraturan Perundang-undangan Di Indonesia”,
PERSPEKTIF: Jurnal Perspektif, vol. 21, No, 3, September 2016, hal 221.
3. Jika hukum hanya berlaku secara filosofis maka mungkin hukum itu
hanya akan menjadi hukum yang dicita-citakan.
Menurut Burkhardt Krems, apabila dikaitkan dengan pembentukan peraturan
perundang-undangan negara, istilah peraturan perundang-undangan (wettelijke regeling)
adalah untuk menentukan isi peraturan (inhalt der Legelung), bentuk dan susunan
peraturan (form der Legelung), metode pembentukan peraturan (methode der
Ausarbeitung der Legelung), prosedur dan proses pembentukan peraturan (verfahren
der Ausarbeitung der Legelung), dan bentuk dan susunan peraturan (form der
Legelung).3
Maria Farida Indrati Soeprapto mengatakan bahwa memiliki rencana akademik
tidak perlu untuk membuat rancangan undang-undang, berdasarkan rumusan yang
ditemukan dalam Pasal 3 dan 4 Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1998.
Selanjutnya, Peraturan Tata Tertib DPR RI Nomor 15/DPR RI/ 2004-2005 menyatakan
bahwa keberadaan naskah akademik harus dipertimbangkan. Rancangan undang-undang
dapat diajukan dengan naskah akademik atau tanpanya, dengan asal rancangan undang-
undang dan penjelasan dan keterangan.4 untuk memberikan gambaran tentang temuan
penelitian ilmiah yang mendasari usulan rancangan setiap peraturan yang akan diajukan
di masa depan dan sekaligus memperlihatkan bahwa rancangan peraturan yang
diusulkan tidak didasarkan pada kepentingan sesaat, kebutuhan yang mendadak, atau
pemikiran yang tidak mendalam, tetapi harus memiliki tujuan dan tujuan yang jelas.
Namun demikian, para perancang peraturan perundang-undangan (legal drafter)
sangat membutuhkan naskah akademik, terutama untuk merumuskan materi yang akan
dimasukkan ke dalam rancangan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat.
Kebutuhan akan naskah akademik sangat besar karena para perancang peraturan
perundang-undangan, yang pada umumnya adalah para ahli hukum, tidak mengetahui
semua aspek materi yang akan dimasukkan ke dalam rancangan peraturan perundang-
undangan.5

3
Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik, (Jakarta, : PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), Hal 37
4
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, Proses dan Teknik Pembentukannya, buku 2,
(Yogyakarta :, kanisius, 2007), Hal. 240-255
5
Rachmat Trijono, Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan, ( Jakarta :, Papas Sinar Sinanti,
2013), Hal. 192
Sehubungan dengan penjelasan singkat latar belakang di atas, peneliti
mengangkat judul Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan sebagai penelitian dalam bantuk jurnal.
Bagian latar belakang mengurai mengenai hal-hal yang menjadi alasan-alasan
sehingga dipandang penting sehingga dilakukannya penelitian, analisis/tinjauan putusan
lembaga peradilan, kajian teori, studi kepustakaan atau gagasan kritis konseptual yang
akan disajikan di dalam jurnal ini.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum
Normatif, yaitu suatu penelitian yang mengkaji Peraturan Perundang-undangan yang
ada kaitannya dengan Naskah Akademik dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan perundang-
undangan dan pendekatan Konsep.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah


penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 6 Jenis
bahan hukum dalam penelitian ini yaitu terdiri dari Bahan Hukum Primer berupa
peraturan perundang-undangan, Bahan Hukum Sekunder yang meliputi buku-buku
literatur, dan Bahan hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang berupa kamus hukum dan
kamus umum bahasa Indonesia.

Adapun sumber bahan hukum dalam penelitian ini bersumber atau diperoleh
dari kepustakaan. Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi
kepustakaan di berbagai perpustakaan, internet, majalah, jurnal, maupun surat kabar.
Bahan hukum yang diperoleh dari studi Kepustakaan dianalisis secara Deskriptif
Kualitatif, dan selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan cara induktif, yaitu suatu
cara menarik kesimpulan dari hal yang khusus ke hal yang umum.

A. Urgensi naskah akademik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

6
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, p. 2009), 10
Rangkaian kata "pembentukan undang-undang" menggambarkan proses
pembuatan undang-undang, yang dimulai dengan perencanaan, persiapan, metode
penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebaran.
Selain itu, istilah "pembentukan peraturan perundang-undangan" dapat diartikan sebagai
proses, metode, atau pembuatan pembentukan. Perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan adalah semua bagian dari pembentukan
undang-undang..7
Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa skrip akademik harus sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yaitu rasional, kritis, objektif, dan impersonal, karena
itu skrip akademik. Akibatnya, asumsi-asumsi yang mendasari harus terdiri dari gagasan
normatif yang mengandung kebenaran ilmiah dan diharapkan terbebas dari kepentingan
politik individu atau kelompok, golongan, atau partai. Naskah akademik menunjukkan
bahwa setiap rancangan undang-undang tidak dibuat karena kepentingan sesaat,
kebutuhan yang mendadak, atau pemikiran yang tidak mendalam. Praktiknya,
kebutuhan seperti ini menyebabkan perubahan undang-undang yang lebih cepat.8
Urgensi tambahan dari Draft Akademik dalam proses pembuatan peraturan Draft
Akademik adalah bahwa Draft Akademik membantu eksekutif dan legislatif membuat
keputusan tentang pembentukan peraturan daerah tentang masalah yang dibahas dalam
Draft Akademik. Draft Akademik juga menyarankan apakah semua materi yang dibahas
dalam Draft Akademik harus diatur dalam satu bentuk peraturan daerah atau hanya
sebagian dari materi yang dibahas dalam Draft Akademik.9
Sangat penting bahwa naskah akademik ada dalam proses pembentukan
peraturan daerah karena salah satu sumbernya berfungsi sebagai media nyata untuk
peran masyarakat dan proses harmonisasi hukum selama proses tersebut. Ini berlaku
bahkan jika inisiatif untuk menyusun atau membuat naskah akademik berasal dari
pihak-pihak atau stake holder di daerah otonom yang bersangkutan.
Oleh karena itu, elemen ideologis, politis, budaya, sosial, ekonomi, pertahanan,
dan keamanan harus diperhatikan. Naskah akademik akan memaparkan alasan, fakta,
atau latar belakang masalah atau urusan yang mendorong penyusunannya. Ini
7
Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
8
Jimly Asshidiqie, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI, Jakarta, 2006. hal. 320.
9
Deus Levolt Sihombing, dkk. PERAN NASKAH AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN, jurnal Locus: jurnal konsep Ilmu Hukum, Volume 2, Nomor 1 Accepted: 01-04-2022 January - April
2022. Hal. 237.
menunjukkan bahwa naskah akademik juga berfungsi sebagai alat untuk terlibatnya
masyarakat secara aktif dalam pembentukan peraturan daerah atau terlibatnya para
stakholder,10 tetapi juga hasil penelitian dan kajian hasil penelitian lainnya terhadap
suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai
solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (sebagai undang-undang pengganti Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004), Pasal 56 ayat (2) menetapkan bahwa "Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau
keterangan dan/atau Naskah Akademik". Tidak adanya klausul "dan/atau"
mengakibatkan tidak adanya ketentuan yang ditetapkan dalam Undang- Ini sangat
menyedihkan, karena Draft Akademik seharusnya dianggap sangat penting, bukan
hanya sebagian dari raperda. Draft Akademik seharusnya memberikan dasar yuridis,
filosofis, dan sosiologis yang kuat untuk raperda..11
Semua prinsip filosofis, sosiologis, dan yuridis harus didasarkan pada hukum,
karena Republik Indonesia adalah negara hukum. Konsep "negara hukum" berarti
bahwa semua aspek kehidupan bangsa, negara, dan masyarakat diatur oleh peraturan
perundang-undangan, baik yang tertulis maupun tidak. Terbitnya UU Nomor 12 Tahun
2011 dilandasi oleh semangat negara hukum yang menghendaki pelaksanaan
pembangunan hukum nasional yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem
hukum nasional.
Salah satu bagian terpenting pelaksanaan pembangunan hukum nasional yang
terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional adalah perlunya
suatu rancangan peraturan perundang-undangan yang disertai dengan naskah akademik
yang sesuai dengan persyaratan hukum. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa
10
Ann Seidman, Robert B. Seidman, dan Nalin Abeyeskere, 2001 (terjemahan), Penyusunanan Rancangan
Undang-udang
dalam Perubahan Masyarakat yang Demokratis : sebuah Panduan untuk Pembuat rancangan Undang-undang,
terjemahan,
Edisi kedua, Proyek Elips II, Jakarta: Departemen kehakiman dan HAM Republik Indonesia 2014 , halaman.
233.
11
Pandangan hal tersebut diterangkan Hasbullah Fudail Kepala Bidang Hukum Kementerian Hukum dan HAM selaku
narasumber dalam acara sosialisasi Evaluasi Program Legislasi Daerah 2011 dan Inventarisasi Program Legislasi
Daerah 2012 ,Pemerintah Kota Bandung, yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 September 2011 di Hotel
Royal Corner Bandung.
naskah akademik hanya bersifat opsional dan dapat dilengkapi dengan penjelasan atau
penjelasan, sehingga belum terlalu kuat untuk membentuk Peraturan Daerah.
Untuk membuat peraturan perundang-undangan yang memenuhi kehendak
rakyat dan bukan hanya kehendak penguasa, diperlukan ruang publik yang terbuka yang
memungkinkan suara rakyat tertampung dalam penyusunan subtansi peraturan
perundang-undangan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memasukkan
naskah akademik ke dalam peraturan perundang-undangan, memungkinkan ruang
publik terbuka seminimal mungkin, dan memungkinkan masyarakat bebas
mengeluarkan.12
Pada dasarnya, naskah akademik sangat penting dalam proses pembentukan
undang-undang, sehingga sangat penting dalam proses tersebut. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pentingnya naskah akademik dalam proses pembentukan
undang-undang antara lain:13
1. Naskah akademik berfungsi sebagai sarana nyata untuk peran dan partisipasi
masyarakat dalam proses pembentukan atau penyusunan peraturan perundang-
undangan, bahkan jika inisiatif untuk melakukannya berasal dari masyarakat;
2. Naskah akademik akan menjelaskan alasan, fakta, atau latar belakang masalah
atau urusan yang mendorong penciptaan peraturan perundang-undangan;
3. Naskah akademik akan menjelaskan alasan yang mendorong penciptaan
peraturan perundang-undangan untuk masalah atau urusan tersebut. Faktor-
faktor yang perlu diperhatikan adalah ideologis, politis, budaya, sosial, ekonomi,
pertahanan, dan keamanan. Manfaatnya adalah dapat mengetahui alasan
mengapa peraturan perundang-undangan perlu dibuat dan apakah peraturan
perundang-undangan tersebut memang diperlukan oleh masyarakat.
4. Naskah akademik menjelaskan tinjauan peraturan perundang-undangan dari
perspektif filosofis (cita-cita hukum), sosiologis (nilai-nilai moral), dan budaya.
5. Naskah akademik memberikan gambaran tentang substansi, materi, dan ruang
lingkup dari peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. Ini menjelaskan
konsepsi, metode, dan asas-asas dari materi hukum yang akan diatur, serta
pemikiran normatifnya;
12
Jazim Hamidi dan Kemilau Mutik, Legislatif Drafting, Yogyakarta : Total Media, 2011, hal-1.
13
Mayhendra Putra Kunia, , Emi lda Kuspraningrum, Ivan Zairani Lisi, Pedoman Naskah Akademik PERDA
Partisiptif (Urgensi, Strategi, dan Proses bagi Pembentukan Perda yang Baik) , Kreasi Total Media
(KTM), Yogyakarta, Cetakan Pertama, Juni 2007, hal. 32
Naskah akademik memberikan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan bagi
eksekutif dan legislatif mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan tentang masalah
yang akan diatur;

Selain itu, Naskah Akademik memberikan ruang bagi pihak berwenang yang
bertanggung jawab untuk menetapkan peraturan daerah (baik pemerintah daerah maupun
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) untuk mempertimbangkan apakah materi atau suabtsnasi
yang terkandung dalam Naskah Akademik layak untuk diatur dalam bentuk peraturan daerah
atau apakah hanya perlu satu peraturan atau mungkin lebih dari satu (misalnya, peraturan
sederajat atau peraturan pelaksanaan).

Saat ini, orang sering berpikir bahwa peraturan perundang-undangan, termasuk


peraturan daerah, adalah hasil dari kepentingan politik pemerintah semata-mata. Akibatnya,
orang tidak terlalu merasa memiliki atau menjiwai peraturan perundang-undangan terkait saat
mereka diterapkan. Oleh karena itu, Naskah Akademik diharapkan dapat berfungsi sebagai alat
untuk mengontrol, menjembatani, dan mengurangi elemen-elemen kepentingan politik yang
mendasari pembentukan peraturan perundang-undangan (peraturan daerah). Naskah akademik
menjelaskan bahwa tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah adil karena
didasarkan pada hasil kajian dan/atau penelitian, memenuhi keinginan dan aspirasi masyarakat,
dan didukung oleh kebijakan.14

Fungsi atau Peran Naskah Akademik Perundang-undangan

Fungsi naskah akademik adalah menjadi tolak ukur ilmiah, yaitu naskah-naskah
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang memuat latar
belakang, tujuan penyusunan, tujuan yang ingin diwujudkan dan ruang lingkup, ruang
lingkup, objek atau arah pengaturan rancangan peraturan. Naskah Akademik akan
memberikan arahan kepada drafter. Pemangku kepentingan, khususnya yang menduduki
posisi sebagai pembuat kebijakan akan memperoleh informasi yang memadai dalam
pengambilan keputusan. Kemudian, Naskah Akademik tersebut akan menjadi acuan
bagi para desainer untuk dapat menentukan apa yang akan diatur dan diterjemahkan ke
dalam kalimat-kalimat hukum dengan bahasa pengaturan yang jelas, tegas, dan tidak
multitafsir.

14
Muhsin , FUNGSI NASKAH AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN. Jurnal Das Sollen, Volume 5, Nomor 1, Juni 2021. Hal. 15.
Adanya naskah akademik juga merupakan penerapan asas kesesuaian antara
jenis dan materi muatan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, karena
dalam penyusunan naskah akademik harus benar-benar memperhatikan dengan tepat
materi muatan yang akan diatur. dengan peraturan perundang-undangan yang akan
dibentuk. Kemudian, teks akademik juga harus menggambarkan prinsip-prinsip yang
dapat diterapkan. Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut dalam masyarakat,
baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.15

Peraturan perundang-undangan tentu dibuat karena memang sangat dibutuhkan


dan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Maka dengan hal-hal yang telah dikemukakan, pentingnya
naskah akademik dalam proses pembentukan atau penyusunan peraturan perundang-
undangan, yaitu naskah akademik merupakan media nyata partisipasi masyarakat dalam
proses pembentukan atau penyusunan peraturan perundang-undangan bahkan prakarsa.
untuk menyusun atau membentuk teks akademik dapat berasal dari masyarakat.

Maka dengan demikian Naskah Akademik akan menjelaskan alasan, fakta atau
latar belakang masalah dan urusan sehingga hal-hal yang mendorong dirumuskannya
suatu masalah dan urusan yang sangat penting dan mendesak diatur dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Aspek yang perlu mendapat perhatian adalah aspek
ideologi, politik, budaya, sosial, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Karena
manfaatnya adalah dapat mengetahui secara pasti mengapa perlu dibuat suatu undang-
undang dan apakah undang-undang tersebut memang dibutuhkan oleh masyarakat.
Naskah Akademik juga memberikan gambaran tentang substansi, materi dan ruang
lingkup suatu peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. Dalam hal ini
dijelaskan tentang konsepsi, pendekatan dan asas bahan hukum yang perlu diatur, serta
pemikiran yang wajar.16

Kesimpulan

15
Deus Levolt Sihombing, dkk, Peran Naskah Akademik dalam Pembuatan Peraturan Perundang-
undangan, (Lokus: Jurnal Konsep Hukum, 2022), 9.
16
Abdul Bashir, Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
untuk Mewujudkan Hukum yang Aspiratif dan Responsif, (IUS Journal of Law and Justice Studies2, no. 5,
2014), 291.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya urgensi naskah
akademik sangat penting bahwa ada dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan dan peraturan daerah karena salah satu sumbernya berfungsi sebagai media
nyata untuk peran masyarakat dan proses harmonisasi hukum selama proses tersebut. Ini
berlaku bahkan jika inisiatif untuk menyusun atau membuat naskah akademik berasal
dari pihak-pihak atau stake holder di daerah otonom yang bersangkutan. Hal ini
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (sebagai undang-undang pengganti Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004), Pasal 56 ayat (2) menetapkan bahwa "Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau
keterangan dan/atau Naskah Akademik".

Urgensi serta peran naskah akademik yang mencolok sekali dapat dilihat dari
perannya sebagai sarana untuk partisipasi masyarakat dalam pembentukkan peraturan
perundang-undangan. Hal lainnya yakni berfungsi sebagai alasan yang mendorong
pembentukkan peraturan perundang-undangan serta memberikan gambaran secara
substansi, materi , dan ruang lingkup dari peraturan perundang-undangan yang
dibentuk.

Fungsi naskah akademik pada intinya ialah menjadi tolak ukur ilmiah, yaitu
naskah-naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi
yang memuat latar belakang, tujuan penyusunan, tujuan yang ingin diwujudkan dan
ruang lingkup, ruang lingkup, objek atau arah pengaturan rancangan peraturan. Adanya
naskah akademik juga merupakan penerapan asas kesesuaian antara jenis dan materi
muatan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, karena dalam penyusunan
naskah akademik harus benar-benar memperhatikan dengan tepat materi muatan yang
akan diatur.

Daftar Pustaka

Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan.
Asshidiqie, Jimly. Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta, 2006.
Bashir, Abdul. Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan untuk Mewujudkan Hukum yang Aspiratif dan Responsif.
IUS Journal of Law and Justice Studies2, no. 5, 2014.
Febriansyah, Ferry Irawan. “Konsep Pemebentukan Peraturan Perundang-undangan Di
Indonesia”, PERSPEKTIF: Jurnal Perspektif, vol. 21, No, 3, (September 2016)
Indrati S, Maria Farida. Ilmu Perundang-Undangan, Proses dan Teknik
Pembentukannya, buku 2. Yogyakarta :, kanisius, 2007.
Kunia, Mayhendra Putra Emi. lda Kuspraningrum, Ivan Zairani Lisi, Pedoman Naskah
Akademik PERDA Partisiptif (Urgensi, Strategi, dan Proses bagi Pembentukan
Perda yang Baik) , Kreasi Total Media (KTM), Yogyakarta, Cetakan Pertama,
(Juni 2007).
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, p.
2009.
Muhsin. Fungsi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. Jurnal Das Sollen, Volume 5, Nomor 1, (Juni 2021).
Seidman, Ann. Robert B. Seidman, dan Nalin Abeyeskere, 2001 (terjemahan),
Penyusunanan Rancangan Undang-udang dalam Perubahan Masyarakat yang
Demokratis : sebuah Panduan untuk Pembuat rancangan Undang-undang,
terjemahan, Edisi kedua, Proyek Elips II, Jakarta: Departemen kehakiman dan
HAM Republik Indonesia 2014.
Sihombing, Deus Levolt. dkk. Peran Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, jurnal Locus: jurnal konsep Ilmu Hukum, Volume 2,
Nomor 1 (01- April -2022).
Supriyanto, Eko. “Kedudukan Naskah Akademik Dalam Penafsiran Ketentuan-
ketentuan Dalam Undang-undang”, YURIDIKSI: Jurnal Hukum, vol. 31, No. 3,
(September 2016).
Trijono, Rachmat. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan. Jakarta :,
Papas Sinar Sinanti, 2013.
Yuliandri. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik,
Jakarta, : PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Anda mungkin juga menyukai