Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Filsafat mempelajari permasalahan tertentu dengan cara yang tertentu juga.


Permasalahan tersebut meliputi persoalan yang terdalam dan terpenting yang telah ditemukan
oleh para filsuf. Di antaranya dibahas soal hakikat sejati manusia, cara kita berfikir, hakikat
realitas, serta kemampuan kita mengetahui realitas tersebut, dan sekumpulan persoalan terkait
satu sama lain. 1Ilmu dan teknologi yang semakin lama semakin berkembang yang dimiliki
manusia, telah banyak permasalahan yang mampu diselesaikan. Contohnya banyak
permasalahan di alam semesta yang sudah banyak dipecahkan melalui kemajuan ilmu
tersebut, yang pada akhirnya menghasilkan serangkaian teknologi yang fantastis. Akan tetapi
adakalanya banyak pertanyaan yang tak mampu dijawab dengan ilmu manusia. Maka untuk
itulah filsafat hadir untuk mampu menjawab hal itu. 2 Filsafat hukum adalah cabang filsafat
dengan metode sistematis dan radikal terkait hakikat dan fundamental dan marginal dari
hukum dalam segala aspeknya, yang peninjauan berpusat pada masalah masalah inti dari
hukum. Dapat kita pahami bahwa filsafat hukum adalah suatu ilmu yang mengkaji hukum
ditinjau dari segi filosofis. Hukum sebagai objek filsafat hukum akan dikaji lebih mendalam
sampai inti akar permasalahan.3Termasuklah pembentukan hukum di Indonesia akan dikaji
juga oleh filsafat hukum. Hukum dibuat dengan mempertimbangan keadilan (gerechtigkeit),
kepastian hukum (rechtssicherheit) dan kemanfaatan (zweckmassigkeit). Jika kita berbicara
tentang keadilan, kemanfaatan dan kepastian yang diberikan oleh hukum maka tidak akan
jauh dari namanya hak asasi manusia (HAM). Begitu penting untuk kiranya sebelum
membentuk atau membangun suatu hukum yang akan bersifat adil untuk mengatur
masyarakat haruslah lebih di dalam filsafat hukum itu untuk dapat terwujudnya keadilan yang
real bagi setiap golongan yang ada di Indonesia.4

Filsafat hukum merupakan konsep yang memainkan peran penting dalam pemahaman
dan pelaksanaan hukum. Pelaksanaan hukum berdasarkan filsafat hukum dapat dilihat
sebagai proses yang memanfaatkan prinsip-prinsip filsafat hukum untuk memastikan bahwa
hukum diterapkan secara benar dan adil. Filsafat hukum membantu memahami dasar-dasar
hukum dan bagaimana hal ini mempengaruhi pelaksanaan hukum secara keseluruhan.

1
Peter Gibson, Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2020).
2
Teguh Prasetyo and Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, &Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat
Yang Berkeadilan Dan Bermartabat (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017
3
Ibid
4
Bakir Bakir, “Peran Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,” AT-TURAS: Jurnal Studi
Keislaman 4, no. 1 (2017): 58–68.
Pelaksanaan hukum berdasarkan filsafat hukum menekankan pentingnya memahami dan
mempertahankan prinsip-prinsip keadilan, hak asasi manusia, dan kepastian hukum. Hal ini
membantu memastikan bahwa hukum diterapkan dengan cara yang sesuai dengan asas-asas
hukum dan tidak merugikan hak-hak individu. Pelaksanaan hukum juga mempertimbangkan
kebutuhan untuk menyesuaikan hukum dengan perkembangan masyarakat dan teknologi.
Filsafat hukum membantu memastikan bahwa hukum diterapkan secara konsisten dan
objektif, sehingga memastikan bahwa hukum tidak diskriminatif dan merugikan bagi individu
atau kelompok tertentu. Secara keseluruhan, pelaksanaan hukum berdasarkan filsafat hukum
memastikan bahwa hukum diterapkan secara benar dan adil, dan membantu memastikan
bahwa hukum memenuhi kebutuhan masyarakat dan individu. Pelaksanaan hukum yang baik
memastikan bahwa hukum memiliki legitimasi dan diterima oleh masyarakat, sehingga
memastikan stabilitas dan keamanan bagi seluruh anggota masyarakat. Namun, pelaksanaan
hukum tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan, karena masih terdapat kendala-
kendala yang mempengaruhi pelaksanaannya, seperti praktek diskriminasi, benturan
kepentingan, dan lain-lain. Banyak individu dan pelaku hukum yang tidak memahami
pentingnya filsafat hukum sebagai dasar bagi pelaksanaan hukum serta tidak memahami
bagaimana filsafat hukum mempengaruhi pemahaman dan pelaksanaan hukum.Terkadang,
terdapat kontradiksi dalam filsafat hukum yang membuat individu sulit untuk memahami
bagaimana hukum harus diterapkan. Tidak jarang, pemahaman yang salah tentang dasar-dasar
hukum dapat mengarah pada pelaksanaan hukum yang salah dan tidak adil. Maka dari itu
penting bagi hukum untuk diterapkan secara adil dan efektif untuk memastikan keamanan
dan stabilitas masyarakat. Urgensi dari filsafat hukum sebagai dasar pelaksanaan hukum
adalah untuk memperkuat dasar hukum agar pelaksanaannya sesuai dengan apa yang
diinginkan masyarakat dan memenuhi aspek-aspek keadilan. Filsafat hukum membantu
dalam memahami dan menjelaskan konsep hukum yang ada, sehingga mempermudah
penerapan hukum. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengkaji mengenai
bagaimana peran filsafat dalam hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia dan seberapa
besar peran filsafat hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian normative dengan menggunakan studi


kepustakaan. Metode Penelitian yang digunakan dalam hal ini yakni metodologi sekunder
yang diambil dari buku buku ilmiah yang terkait.
C. Hasil dan Pembahasan

1. Peran filsafat hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia

Filsafat hukum bertugas menerangkan dasar nilai hukum yang filosofis dimana
mampu mewujudkan cita-cita keadilan, ketertiban dalam bermasyarakat yang berhubungan
dengan keberadaan hukum yang ada,untuk itu filsafat hukum dapat dikatakan cocok untuk
membangun keadaan hukum yang lebih baik. Tentang fungsi Filsafat Hukum itu
sendiri,berpendapat bahwa ahli filsafat berupaya untuk mencari jawaban untuk permasalahan
tentang gagasan membuat sebuah hukum yang sempurna, kemudian menunjukan kepada
masyarakat kalau hukum yang sudah ditentukan, kekuasaannya tidak dipersoalkan lagi.
Untuk memenuhi perkembangan hukum yang diamna menjamin kelangsungan dimasa
mendatang,filsafat hukum memberikan penjelasanyang logis mengenai hukum. Mewujudkan
rasa keadilan yang sesuai dengan kaidah hukum yangabstrak dan konkrit, filsafat hukum
lebih memperhatikan dari sisi filosofis hukum yang lebih mengarah terhadap permasalahan
fungsidan filsafat hukum melakukan perubahan tata tertib penyelesaian masalah pertikaian
dan mengadakan perubah yang lebih baik. Filsafat hukum sangat berdampak positif karena
melakukan sebuah analisis yang dapat dikatakan mendalam terhadap segala persoalan-
persoalan hukum yang sering ada ditengah masyarakat atau melakukan pengkajian terhadap
perkembangan ilmu hukum itu sendiri secara teoritis, dan cakupannya berkembang luas dan
komprehensif.5

Dalam pembentukan hukum yang dibuat oleh negara, sudah pasti hukum memiliki
sebuah target atau pencapaian yang ingin dicapai dalam artian tidak ada satupun suatu
peraturanperundang undangan yang dibentuk dengan tidak adanya tujuan yang ingin digapai
oleh hukum. Pembentukan suatu sistem hukum wajib berdasarkan dari nilai nilai Pancasila
yang dimana kita tau sejatinya Pancasila merupakan dasar dari pemikiran bangsa Indonesia.
Pengetian dari Pembentukan hukum itu adalah merunutkan peraturan peraturan dasar yang
berlaku bagi masyarakat. Dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang
pembentukanperaturan perundang-undangan, telah diatur jenis hierarki pembentukan hukun
di Indonesia. Dalam pembentukan hukum dimana salah satu di antaranya membahas tentang
teori filsafat hukum.6

5
Bambang Hermoyo, “Peranan Filsafat Hukum Dalam Mewujudkan Keadilan,” Jurnal Wacana Hukum 9,
no. 2 (2010): 32
6
Muhammad Khambali, “Fungsi Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,” Supremasi Hukum
3, no. 1 (2014): 9.
Susunan hirarki peraturan perundang-undangan yang ditata kembali dianggap
memang sudah sangat tepat, karena pada masa Orde Baru yang pada awalnya berupaya
memurnikan lagi falsafah Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 dengan menyusun ulang
kembali sumber tertib hukum dan tata urut peraturan perundang undangan, yang dalam
kenyataannya selama 32 tahun belum membuahkan hasil untuk membangun tatanan
perundang-undangan yang dapat dijadikan patokan bagi upaya memutuskan hasil akhir bagi
sistem perundang-undangan di masa depan.7

Filsafat hukum nasional haruslah dikembangkan sehingga terbentuk falsafah hukum


Pancasila. Pancasila adalah dasar negara yang juga menjadi dasar falsafah hukum nasional
bersifat imperative yang menjadi pedoman penyusunan pengembangan falsafah hukum yang
selaras dan bersangkut paut dengan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Yang mana setiap nilai niali dasar yang terkandung dalam Pancasila tersebut haruslah juga
terdapat dalam sistem pembentukan hukum di Indonesia nantinya dan juga mempengaruhi
sistem perkembangan hukum di Indonesia.8

Di dalam pembentukan hukum di Indonesia filsafat hukum berperan dalam membuat


pembentukan hukum yang sangat diperlukan oleh rakyat Indonesia. Selain itu, filsafat hukum
juga mengganti beberapa tata-urutan hukum di Indonesia. Filsafat hukum menganti beberapa
peraturan perundang-undagan mulai dari Tap XX/MPRS/1966 sampai tata-urutan Peraturan
Perundang-undangan yang di dasari Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2011.
Filsafat hukum dapat membimbing dan mewujudkan kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai
dengan tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang,untuk itu sangat diperlukan untuk
lebih mengkaji lebih menda dalam lagi filsafat hukum secara lebih spesifik oleh seluruh
bangsa ini terutama kepada para pemegang kekuasaan dan kepentingan di negara ini. Dengan
begitu kedepannya lebih mampu mengerti serta mengetahui kandungan yang terdapat di
dalam filsafat hukum baik dari segi hukum itu sendiri atau dampak positif bagi kehidupan
bangsa ini.9

Filsafat disebut sebagai ilmu karena filsafat memiliki objek kajian. Objek kajian dari
ilmu hukum itu sendiri ialah norma. Mengerti hukum sebagai kaidah maka juga harus

7
Kurnia Parluhutan Hutapea, “Peranan Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah
Dunia Ilmu 2, no. 4 (2016): 11.
8
Any Ismayawati, “Pancasila Sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di Indonesia,” YUDISIA:Jurnal Pemikiran
Hukum dan Hukum Islam 8, no. 1 (2017): 56
9
Febby Lestari, “Peranan Filsafat Hukum Terhadap Hukum Di Indonesia,” Kumparan, last modified 2020,
accessed June 1, 2022, https://kumparan.com/febylestari026/peranan-filsafat-hukum-terhadap-hukum- di-
indonesia-1uqrXdrs6Er/full.
mengakui hukum itu sebagai ilmu. Jika hukum diakui sebagai norma, maka hukum harus
dipatuhi. Teori hukummengajarkan bahwasanya hukum merupakan seperangkat prinsip
ataupun aturan yang membuat masyarakat untuk mempertahankan ketertiban dan
kebebasannya10

Indonesia memiliki Pancasia sebagai dasar filosofis yang menjadi pedoman hidup
berbangsa. Pancasila dapat dikatakan sebagai filsafat hukum sebab memenuhi kualifikasi
untuk dapat disebut sebagai sistem filsafat yang mencakup beberapa hal yakni adanya nilai
kesatuan,keteraturan keterkaitan dan ketergantungan antar sila sila, adanya tujuan bersama
antara Pancasila dengan UUD 1945, dan lain sebagainnya.11 11 Pembentukan hukum ataupun
peraturan perundang-undangan di Indonesia haruslah berdasarkan ataupun harus sesuai
dengan Pancasila sebagai dasar negara. Filsafat hukum berperan sebagai arah pembentukan
hukum diIndonesia dan juga sebagai hal yang sangat dibutuhkan di Indonesia Filsafat hukum
berpengaruh juga dalam mengubah aspek pembentukan hukum dan undang undangan di
Indonesia. UU no 12 tahun 2011 tentang hierarki peraturan Perundang-undangan dijelaskan
beberapa hal segala peraturan tertulis yang berlaku di Indonesia. Dalam definisinya,
kebanyakan para ahli mendefinisikan hukum dalam ranah yang lebih luas dan banyak.
Indonesia memiliki sistem hukum yang mana berlaku pada semua warga negaranya tanpa
terkecuali. Hal ini disebabkan karena telah diamanatkan di dalam konstitusi kita yang
menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Oleh karena itu setiap orang yang
mana merupakan Warga Negara Indonesia harus tunduk pada hukum yang berlaku dan dibuat
di Indonesia Pancasila sebagai sumber dari keseluruhan sumber hukum mengandung arti dari
semua sumber hukum atau peraturan, mulai dari UUD 1945 dan seluruh pelaksanaan
lainnnya haruslah berpijak pada pada Pancasila sebagai landasan dan tidak boleh satupun
produk hukum menyimpanginya. Eksistensi Pancasila sebagai suatu filsafat hukum sangatlah
berpengaruh dan berperan besar dalam pemebentukan hukum di Indonesia. Hal ini
dikarenakan Pancasila merupakan tiang pencapaian besar dalam suatu lingkaran bagi negara
hukum seperti Indonesia. Apabila suatu hukum dibentuk tanpa berpedoman pada Pancasila
maka akan melahirkan beberapa permasalahan permasalahan hukum dan munculnya suatu
bangunan hukum yangtidak terstruktur. Tata hukum Pancasila merupakan tata hukum
Indonesia. Maka daripada itu Pancasila bukan saja dikenal sebagai Falsafah dan Ideologi
Negara akan tetapi Pancasila juga dikenal layaknya sebagai peraturan tertulis di Indonesia
yang mengandung hukum yang hidup, yang diinginkan oleh bangsa Indonesia. Hukum yang
10
Suteki Suteki, Masa Depan Hukum Progresif (Yogyakarta: Thafa Media, 2015).
11
Ali Imran, Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi (Depok: Rajawali Pers, 2017)
mengakui nilai kepercayaan terhadap Tuhan, Kemanusiaan, Persatuan, nilai Kerakyatan dan
serta nilai Keadilan untuk seluruh masyarakat Indonesia.

2. Peranan Fiksafat hukum dalam mencapai tujuan hukum

Untuk mengetahui kerangka keseluruhan filsafat perlu diketahui terlebih dahulu apa yang
dimaskuddengan filsafat itu, “Filsafat” dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan Philosophy
(Inggris),Philosphie (Perancis dan Belanda), filosofie, wijsbegeerte (belanda), Philosohia
(Latin). Kata “filsafatini diambil dari bahasa Arab, Yaitu “falsafah”. Secara etimologis filsafat
atau falsafah itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos atau filo yang artinya cinta
(dalam arti seluas-luasnya), dan sophia atau sofia yang artinya kebijaksanaan. Jadi dari sudut
asal-asul katanya, filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. 12 Satjipto
Rahardjo selanjutnya menambahkan, sebagaimana halnya dengan setiap cabang ilmu, maka
ilmu hukum ini mempunyai objeknya sendiri, yaitu hukum, betapa ilmu hukum itu mencakup
bidang yang luas sekali. Sifat ini merupakan akibat dari beban yang dipikulnya, yaitu
memaparkan di hadapan kita fenomena hukum dalam hakikatnya, sifat-sifatnya, fungsinya
dalam masyarakat sehingga oleh karena itulah bisa dimengerti, mengapa ia mengandung
pikiran dan penjelasan yang cukup beragam, baik yang falsfati, teknik maupun sosiologis
(Rahardjo, 2000). Di dalam kepustakaan hukum, ilmu hukum ini dikenal dengan nama,
jurisprudence, berasal dari kata jus, juris, yang artinya adalah hukum atau hak; prudensi
berarti melihat ke depan atau mempunyai keahlihan. Arti yang umum dari jurisprudence ini
adalah ilmu yang mempelajari hukum, Tetapi orang juga mengenal tiga yang lain. Parah
penulis Inggris memakinya dalam anatomi perbandingan sistem - sistem hukum yang sudah
maju. Para penulis Prancis mengartikanya sebagai kecenderungan dari putusan yang diambil
oleh pengadilan-pengadilan. Dibeberapa negara lain, terutama Amerika Serikat, kata itu
dipakai sinonim dari hukum itu sendiri. Dari penjelasan di atas, maka jelaslah pembedaan
pemakaian filsafat ilmu hukum maupun filsafat hukum terletak hanya pada tataran istilah
saja, tanpa maksud memilah dan membedakanya secara pokok krusial, yang sebenarnya
keduanya mempelajari filsafat yang mempunya objek hukum. Para ilmuwan dan filosof
memberikan pengertian keadilan berbeda-beda sesuai dengan pandangan dan tujuan:

Artistoteles, Keadilan adalah kebajikan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia:
keadilan legalis, distributif dan komutatif.
12
Darmodiharjo, D., & Shidarta, (2006). Pokok-pokok filsafat hukum apa dan bagaimana hukum di
indoensia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Thomas Aquinas, keadilan terbagi 2 yaitu keadilan umum (justitia generalis dan keadilan
khusus (justitis specialis) W. Friedmann, keadilan yang diformulasikan Artistoteles
merupakan kontribusi pengembangan filsafat hukum, beliau membedakan keadilan menjadi
tiga: keadilan hukum, keadilan alam dan keadilan abstrak dan kepatutan.

Notohamidjojo, membagi Keadilan menjadi 3 yaitu keadilan kreatif (iustitia creativa),


keadilan protektif (iustitia protetiva) dan keadilan sosial (iustitia socia)

Rouscoe Poud, keadilan 2 bagian: keadilan bersiat yudicial dan keadilan administratif

John Rawl, keadilan adalah keadaan keseimbangan antara kepentingan pibadi dan
kepentingan bersama

Korelasi antara filsafat, hukum dan keadilan sangat erat, karena terjadi tali temali antara
kearifan, norma dan keseimbangan hak dan kewajiban. Hukum tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat dan negara, materi hukum digali, dibuat dari nilai-nilai yang terkandung
dalam bumi pertiwi yang berupa kesadaran dan cita hukum (rechtidee), cita moral,
kemerdekaan individu dan bangsa perikemanusiaan, perdamaian, cita politik dan tujuan
negara. Hukum mencerminkan nilai hidup yang ada dalam masyarakat yang mempunyai
kekuatan berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Hukum yang hidup pada masyarakat
bersumber pada Hukum Positif, yaitu:

1. Undang-undang (Constitutional)
2. Hukum kebiasaan (Costumary of law)
3. Perjanjian Internasional (International treaty)
4. Keputusan hakim (Jurisprudence)
5. Doktrin (Doctrine)
6. Perjanjian (Treaty)
7. Kesadaran hukum (Consciousness of law) (Sudikno M, 1988: 28).

Dari pernyataan diatas, harus di akui bahwa hukum tanpa keadilan akan terjadi kesewenang-
wenangan. Sebenarnya keadilan dan kebenaran merupakan nilai kebajikan yang paling
utama, sehingga nilai-nilai ini tidak bisa di tukar dengan nilai apapun.hubungan antara
filsafat, hukum dan keadilan, dengan filsafat sebagai induk ilmu (mother of science),adalah
untuk mencari jalan keluar dari belenggu kehidupan secara rational dengan menggunakan
hukum yang berlaku untuk mencapai keadilan dalam hidupnya. Peranan filsafat tak pernah
selesai,tidak pernah berakhir karena filsafat tidak menyelidiki satu segi tetapi tidak terbatas
objeknya, namun filsafat tetap setia kepada metodenya sendiri dengan menyatakan semua di
dunia ini tidak ada yang abadi yang tetap hanya perubahan, jadi benar filsafat ilmu tanpa
batas. Filsafat memiliki objek, metode, dan sistematika yang bersifat universal. Filsafat
hukum memfokuskan pada segi filosofisnya hukum yang berorientasi pada masalah-masalah
fungsi dan filsafat hukum itu sendiri yaitu melakukan penertiban hukum, penyelesaian
pertikaian, pertahanan dan memelihara tata tertib, mengadakan perubahan, pengaturan tata
tertib demi terwujudnya rasa keadilan berdasarkan kaidah hukum abstrak dan konkrit.
Pemikiran filsafat hukum berdampak positif sebab melakukan analisis yang tidak dangkal
tetapi mendalam dari setiap persoalan hukum yang timbul dalam masyarakat atau
perkembangan ilmu hukum itu sendiri secara teoritis, cakrawalanya berkembang luas dan
komprehensive. Pemanfaatan penggabungan ilmu hukum dengan filsafat hukum adalah
politik hukum, sebab politik hukum lebih praktis, fungsional dengan cara menguraikan
pemikiran teleologis konstruktif yang dilakukan di dalam hubungannya dengan pembentukan
hukum dan penemuan hukum yang merupakan kaidah abstrak yang berlaku umum,
sedangkan penemuan hukum merupakan penentuan kaidah konkrit yang berlaku secara
khusus. Di dalam memahami adanya hubungan ilmu hukum dengan Hukum Positif,
menyangkut hukum normatif diperlukan telaah terhadap unsur-unsur hukum. Unsur hukum
mencakup unsur ideal dan rational. Unsur ideal mencakup hasrat susila dan ratio manusia
yang menghasilkan asas-asas hukum, unsur riil mencakup kebudayaan, lingkungan alam yang
menghasilkan tata hukum. Unsur ideal menghasilkan kaidah-kaidah hukum melalui filsafat
hukum. Unsur riel menghasilkan tata hukum yang dalam hal ini dipengaruhi asas-asas hukum
yang bertitik tolak dari bidang-bidang tata hukum tertentudengan cara mengadakan 35
identifikasi kaidah-kaidah hukum yang telah dirumuskan di dalam perundang undangan
tertentu, Kaedah hukum merupakan ketentuan, pedoman, perumusan pendapat, berisi
kenyataan normatif bersifat memerintah, mengharuskan untuk ditaati agar tidak terjadi
pelanggaran sehingga manusia terbebaskan dari sanksi. Hal ini yang mendasari munculnya
aliran-aliran dan pandangan filsafat

hukum misalnya:

1. Aliran Filsafat Hukum Kodrat

2. Aliran Historisme

3. Aliran Hukum Umum

4. Aliran Teori George Wilhelm Friederich Hegel


5. Aliran Teori Marx-Engels

6. Aliran Teori Jhering

7. Aliran Teori Relativisme

8. Aliran Teori Stammler (W. Friedmann, 1959: 23).

Indonesia sebagai negara hukum (Rechtsstaat) pada prinsipnya bertujuan untuk menegakkan
perlindungan hukum (iustitia protectiva). Hukum dan cita hukum (Rechtidee) sebagai
perwujudanbudaya. Perwujudan budaya dan peradaban manusia tegak berkat sistem hukum,
tujuan hukum dan cita hukum (Rechtidee) ditegakkan dalam keadilan yang menampilkan
citra moral dan kebajikan adalah fenomena budaya dan peradaban. Manusia senantiasa
berjuang menuntut dan membela kebenaran, kebaikan, kebajikan menjadi cita dan citra moral
kemanusiaan dan citra moral pribadi manusia. Keadilan senantiasa terpadu dengan asas
kepastian hukum (Rechtssicherkeit) dan kedayagunaan hukun (Zeweclcmassigkeit). Tiap
makna dan jenis keadilan merujuk nilai dan tujuan apa dan bagaimana keadilan komutatif,
distributif maupun keadilan protektif demi terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin warga
negara, yang pada hakikatnya demi harkat dan martabat manusia. Hukum dan citra hukum
(keadilan) sekaligus merupakan dunia nilai dan keseluruhannya sebagai fenomena budaya.
Peranan filsafat hukum memberikan wawasan dan makna tujuan

1. Hukum sebagai : cita hukum (rechtidee). Cita hukum adalah suatu apriori yang
bersifat normatif sekaligus suatu apriori yang bersifat normatif sekaligus konstitutif,
yang merupakan prasyarat transendental yang mendasari tiap Hukum Positif yang
bermartabat, tanpa cita hukum (rechtidee) tak akan ada hukum yang memiliki watak
normatif
2. Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan
manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara tegas dan adil. Pelaksanaan
hukum dapat berlangsung normal,damai, tertib. Hukum yang telah dilanggar harus
ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakkan hukum menghendaki kepastian
hukum, kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiable terhadap tindakan
sewenang-wenang. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum
karenadengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan hukum. Hukum
adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, kegunaan
bagi masyarakat jangan sampai hukum dilaksanakan menimbulkan keresahan di
dalam masyarakat. Masyarakat yang mendapatkan perlakuan yang baik, benar akan
mewujudkan keadaan yang tata tentram dan damai. Hukum dapat melindungi hak dan
kewajiban setiap individu dalam kenyataan yang senyatanya, dengan perlindungan
hukum yang kokoh akan terwujud tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan,
ketentraman, kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan

Memperhatikan semua pembahasan dalam tulisan ini, bahwa keadilan dalam filsafat
hukum itu tetap akan ada sepanjang usia pelaksanaan penegakan hukum dan akan di
pegang teguh karena keadilan merupakan cita dan mengimbangi unsur lainnya yaitu
kemanfaatan dan kepastian hukum. Pemahaman akan filsafat hukum benar akan dapat
memjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis dan sudah seharusnya semakin diperkuat
oleh para-parah pihak yang kompeten sehingga membangun hukum yang sebenarnya

Kesimpulan dan Saran

Filsafat ilmu Hukum memberikan prespektif bahwa keadilan diwujudkan dalam hukum.
Filsafat hukum berupaya memecahkan persoalan, menciptakan hukum yang lebih sempurna,
serta membuktikan bahwa hukum mampu memberikan penyelesaian persoalan-persoalan
yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat dengan menggunakan sistim hukum yang
berlaku suatu masa, disuatu tempat sebagai Hukum Positif.

Tugas filsafat hukum masih relevan untuk menciptakan kondisi hukum yang sebenarnya,
sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai-nilai, dasar- dasar hukum secara filosofis
serta mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang
relevan dengan kenyataan- kenyataan hukum yang berlaku, bahkan tidak menutup
kemungkinan hukum menyesuaikan, guna memenuhui kebutuhan perkembangan hukum pada
suatu masa tertenu, suatu waktu dan pada suatu tempat. Rasa keadilan harus diberlakukan
disetiap kehiduapn manusia yang terkait dengan masalah hukum, sebab hukum tertutama
filsafat hukum menghendaki tujuan hukum tercapai yaitu: Mengatur pergaulan hidup secara
damai, Mewujudkan suatu kedilan , Meciptakan kondisi masyarakat yang tertib, aman dan
damai Hukum melindungi setiap kepentingan manusia dalam bermasyarakat, dan
Meningkatkan kesejahteraan umum. Rasa keadilan yang dirumuskan hakim mengacu pada
pengertian-pengertian aturan baku yang dapat di pahami masyarakat dan berpeluang untuk
dapat dihayati, karena rasa keadilan merupakan “soko guru” dari konsep-konsep “the rule of
law”. Hakim merupakan lambang dan benteng dari hukum jika terjadi kesenjangan rasa
keadilan. Jika rasa keadilan hakim dan rasa keadilan masyarakat tidak terjadimaka semakin
besar ketidakpeduliannya terhadap hukum, karena pelaksanaan hukum menghindari anarki.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Gibson, Peter. Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Filsafat. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2020.

Imran, Ali. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Depok: Rajawali Pers, 2017.

Prasetyo, Teguh, and Abdul Halim Barkatullah. Filsafat, Teori, &Ilmu Hukum: Pemikiran
Menuju

Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat. Depok: Raja Grafindo Persada, 2017.

Suadi, Amran. Filsafat Hukum: Refleksi Filsafat Pancasila, Hak Asasi Manusia, Dan Etika.

Jakarta: Kencana, 2019.

Suteki, Suteki. Masa Depan Hukum Progresif. Yogyakarta: Thafa Media, 2015.

Anda mungkin juga menyukai