Anda di halaman 1dari 7

Nama: Arkadius Naga

NIM: 20211110030

A. LANDASAN FILOSOFI
Filosisf adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filosofi adalah cara
berpikir tentang subjek tertentu seperti etika, pemikiran, keberadaan, waktu,
makna dan nilai. Cara berpikir filosofi melibatkan 4 Rs: responsiveness (daya
tanggap), reflection (refleksi), reason (alasan), dan re-evaluation (re-
evaluasi).Arti filosofi adalah teori yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan. Arti filosofi adalah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika,
dan epistemologi. KBBI mendefinisikan arti filosofi sama dengan filsafat.
Filosofi adalah kata yang diserap dari bahasa Belanda, filosofie. 1Sementara
filsafat berasal dari serapan bahasa Arab, falsafa. Kata ini berakar dari bahasa
Yunani, philosophia. Beikut ini beberapa defenisi filosofi dari para ahli:
 Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya).
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan, yaitu:
Apa yang dapat kita ketahui? (metafisika). Apa yang seharusnya
dilakukan (etika), sampai dimana pemikiran kita (agama), apa hakekat
manusia (antropologi).
 Plato (427-347 SM),

1
Ahsanul Anam, Pengantar Filsafat, Academi Publication, Lamongan, 2022, 11.
Menurut Plato filosofi adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ilmu
filsafat adalah upaya untuk mencapai pengetahuan dan mengetahui
tentang kebenaran yang sebenarnya.
 Aristoteles (384-322 SM)
Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran
yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
 Bertrand Russel
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan.

Sebagai cabang ilmu pengetahuan, filsafat tentu memiliki objeknya tersendiri,


yaitu:
1. Objek Materia:
segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang
dimasalahkan oleh atau dalam filsafat; yakni segala yang meliputi hakikat
Tuhan, alam dan manusia.
2. Objek Forma:
mencari keterangan yang sedalam-dalamnya (radikal) tentang objek
materia filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Maka dari itu defenisi dari landasan filosofis dapat diartikan sebagai berikut,
landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara. Landasan Filosofis (Filosofische grondslag), Filsafat
atau pandangan hidup sesuatu bangsa yang berisi nilai-nilai moral atau etika
dari bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya adalah nilai-nilai yang baik
dan yang tidak baik. Nilai yang baik adalah pandangan dan cita-cita dijunjung
tinggi yang mengandung nilai kebenaran, keadilan, kesusilaan, dan berbagai
nilai lainnya yang dianggap baik. Pengertian baik, benar, adil, dan susila
tersebut menurut takaran yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Hukum
yang baik harus berdasarkan kepada semua itu. Hukum yang dibentuk tanpa
memperhatikan moral bangsa akan sis-sia diterapkannya, tidak akan ditaati atau
dipatuhi. 2Bagir Manan menyatakan agar dalam pembentukan undang-undang
dapat menghasilkan suatu undang-undang yang tangguh dan berkualitas,
undang-undang tersebut harus berlandaskan pada pertama landasan yuridis
(juridische gelding); kedua landasan sosiologis (sociologische gelding); ketiga
landasan filosofis (philosophical gelding). 3
Indonesia adalah negara
berdasarkan atas hukum. Menurut Soedjono Dirdjosisworo yang mengutip
Theory of Legislation Jeremy Bentham menekankan bahwa hukum harus
bermanfaat. Dalam menghadirkan hukum yang berkualitas tersebut perlu
dipahami politik hukum nasional yang mempengaruhi sistem hukum nasional
seperti yang diisyaratkan Philippe Nonet dan Philip Selznick dalam bukunya
‘Law and Society in Transition : Toward Responsive Law’, politik hukum
nasional bertujuan menciptakan sebuah sistem hukum nasional yang rasional,
transparan, demokratis, otonom, dan responsif terhadap perkembangan aspirasi
dan ekspektasi masyarakat, bukan sebuah sistem hukum yang bersifat
menindas, ortodoks, dan reduksionistik. 4Pembentukan peraturan perundang-
undangan, haruslah mengacu pada landasan pembentukan peraturan
perundang-undangan atau ilmu perundang-undangan (gesetzgebungslehre),
yang diantaranya landasan yuridis. Setiap produk hukum, haruslah mempunyai
dasar berlaku secara yuridis (juridische gelding). Dasar yuridis ini sangat

2
Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional, Fakultas Hukum
Universitas Andalas, Padang, 1994,13-21.
3
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada, Jakarta 2009, 13.
4
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & Merancang Peraturan
Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Empiris,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, 23.
penting dalam pembuatan peraturan perundang-undangan khususnya Peraturan
Daerah. landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang menjadi sumber
hukum/dasar hukum untuk pembentukan suatu peraturan perundang-undangan,
demikian juga Peraturan Daerah. Seperti landasan yuridis dibuatnya Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Pasal 18
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
menjadi landasan yuridis dibentuknya Peraturan Daerah yang menjabarkan
undang-undang tersebut.

B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya
menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara. .5Landasan sosiologis, adalah landasan yang berkaitan
dengan kondisi atau kenyataan empiris yang hidup dalam masyarakat, dapat
berupa kebutuhan atau tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat,
kecenderungan, dan harapan masyarakat. Dasar sosiologis artinya
mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Dalam suatu
masyarakat, hukum harus sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
masyarakat. Dengan dasar sosiologis ini diharapkan peraturan perundang-
undang yang dibuat akan akan diterima secara wajar akan mempunyai daya
berlaku secara efektif dan tidak hanya mngerahkan institusional untuk
melaksanakannya. Tetapi yang harus diingat bahwa kenyataan yang harus
termasuk pula kecendrungan-kecendrungan dan harapan masyarakat. Tanpa
memasukkan kecendrungankecendrungan dan harapan masyarakat maka
peraturan perundang-undangan hanya merekam keadaan seketika, keadaan
5
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, 2021, vol 5.
inilah yang menyebabkan kelumpuhan sehingga hukum ditinggalkan oleh
dinamika masyarakat sehingga peraturan perundang-undangan menjadi
konservatif karena mengukuhkan kenyataan yang ada dan bertentangan dengan
tujuan peraturan perundang-undangan yang diharapakan mengarahkan
perkembangan masyarakat. 6Landasan sosiologis yaitu bahwa setiap norma
hukum yang dituangkan dalam undang-undang haruslah mencerminkan
tuntutan kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan
realitas kesadaran hukum masyarakat. Pembentukan sebuah aturan yang baik
harus dilandaskan pada aspek sosiologis, salahsatunya. Hal ini dikarenakan
sebuah aturan harus relevan dengan kehidupan masyarakat. Aturan dibuat
berdasarkan kehidupan masyarakat, hal ini mendukung aturan agar mempunyai
eksistensi yang bagus dalam kehidupan masyarakat. Peraturan perundang-
undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila sesuai dengan
keyakinan umum, kesadaran hukum masyarakat, tata nilai, dan hukum yang
hidup di masyarakat agar peraturan yang dibuat dapat dijalankan.

C. LANDASAN YURIDIS
landasan yuridis (yuridische grondslag) yaitu pertimbangan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
7
Landasan yurudis dalam perumusan setiap undang-undang haruslah
ditempatkan pada bagian konsideran. Landasan yuridis merupakan
pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk merupakan aturan untuk mengatasi suatu masalah hukum ataupun

6
Lembaga Kajian Konstitusi Indonesia, Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Syariah, PETITA, 2018, vol 3.
7
Ibid.
mengisi kekosongan hukum dengan pertimbangan aturan yang telah ada ada
atau yang akan diubah atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan juga rasa keadilan masyarakat landasan yuridis menyangkut
masalah hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur
sehingga dengan demikian perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang
baru beberapa itu antara lain apakah sudah berjalan zaman atau sudah tidak
harmonis atau terbang tinggi atau aturan yang lebih rendah dari undang-undang
sehingga menjadi lemah atau bisa saja peraturan yang sudah ada tetapi tidak
memadai atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Landasan filosofis, landasan sosiologis, dan landasan yuridis mempunyai


peranan penting dalam pembentukan suatu peraturan. Ketiga landasan ini
saling mengisi dan saling mempengaruhi, dengan kata lain ketiga landasan ini
adalah komponen yang mempunyai kaitan yang erat dalam pembentukan suatu
aturan. Aturan dibuat berdasarkan kajian-kajian dari ketiga landasan tersebut
akan membentuk suatu aturan yang relevan dan berguna bagi masyarakat.
D. DAFTAR PUSTAKA
a. Sumber Buku

1. Ahsanul Anam, 2022, Pengantar Filsafat, Academi Publication,


Lamongan.
2. Bagir Manan, 1994 Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-
undangan Nasional, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang.
3. Soedjono Dirdjosisworo, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo
Persada, Jakarta.
4. Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, 2010, Cara Praktis
Menyusun & Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis &
Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Empiris,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

b. Sumber Jurnal

5. Ahmad Redi, 2021, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan.
6. Lembaga Kajian Konstitusi Indonesia, , 2018, Jurnal Kajian Ilmu Hukum
dan Syariah, PETITA.

Anda mungkin juga menyukai