Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN BUKU

DINAMIKA POLITIK HUKUM DI INDONESIA


Bab 10 :
Judul : Politik Hukum Judicial Review di Indonesia
Penulis : Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum

Buku ini pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia di Jakarta Timur pada bulan Mei
tahun 2018. Penerbit : Prenamedia Grup Divisi Kencana, Jakarta Timur

Cover : Sampul depan putih, kombinasi gambar tugu monas, gambar kegiatan perusahaan dan
gambar orang bekerja, huruf berwarna hitam dan merah pada judul, sampul belakang
berwarna dasar merah dan synopsis politik hukum yang termuat dalam buku.

Harga : Rp. 148.000,00

Tentang Penulis

Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum adalah lulusan Fakultas IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Hukum UMY (1991), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UT
Jakarta (1994), Magister Ilmu Hukum Pascasarjana UMJ (1996), Doktor Ilmu Hukum PPs-
USU Medan, yang lulus dengan predikat cumlaude (2004), Guru Besar Fakultas Hukum
UMSU Medan (2007) dan memiliki pendidikan non-degree lainnya dari Kairo, Mesir,
Australia, Inggris dan Jepang. Penulis juga pernah menjabat sebagai Hakim pada Pengadilan
Agama Pemalang (1976), Wakil Ketua Pengadilan Agama Pemalang (1981), Ketua
Pengadilan Agama Pemalang (1990), Ketua Pengadilan Agama Pekalongan dan beberapa
Pengadilan lainnya serta aktif mengajar sebagai dosen pada beberapa Perguruan Tinggi
seperti Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin,
Bengkulu, STAIN Bengkulu, Fakultas Syari’ah IAIN Raden Patah, Palembang. Penulis juga
menjadi penngajar tetap pada pendidikan Calon Hakim Pengadilan Agama yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Agung. Dosen Pascasarjana UMSU Medan, Dosen
Pascasarjana IAIN Sumatera Utara, Dosen Pascasarjana UMJ Jakarta, Dosen Pascasarjana
UNS Solo, Dosen Pascasarjana Universitas Panca Budi Medan, Dosen Pascasarjana UIR
Pekanbaru, Dosen Pascasarjana Universitas Jayabaya Jakarta.

1
Beliau juga banyak menulis permasalahan-permasalahan hukum dalam bentuk jurnal-jurnal
ilmiah yang dipublikasikan dan penulisan buku-buku yang diterbitkan secara rutin.

Pra Ringkasan

Judicial Review diambil dari kata bahasa Inggris. Yudicial artinya pengadilan dan
review artinya tinjauan, atau meninjau. Sehingga dapat diartikan Judicial Review adalah
materielle tortsingrecht dalam bahasa Indonesia disebut Pengujian Materiil atau Uji Materiil.
Apa-apa saja yang pantas untuk diuji dan siapa yang berhak menguji, siapa yang mengajukan
pengujian. Menjadi pokok utama pembahasan khususnya dalam ringkasan Buku Dinamika
Politik Hukum Indonesia terutama membahas Bab 10 yaitu Politik Hukum Judicial Review
Indonesia.

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum, yang berlandaskan prinsip hukum
dalam menjalankan pemerintahannya dan kehidupan bernegara. Hukum ada untuk ditaati dan
bukan untuk ditakuti, segala aspek yang dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku untuk
mengatur tingkah laku dan aktivitas masyarakat dan pemerintah.

Saat membahas tentang Judicial Review tentulah disini menyangkut atas peraturan
dan per undang-undangan yang ada. Yang di uji adalah peraturan dan per undang-undangan
yang sudah ada dan berlaku untuk mengatur tatanan hidup masyarakat maupun pejabat dalam
pemerintahan, dan yang melakukan pengujian adalah Lembaga Hukum yakni Mahkamah
Konstitusi dan yang berhak mengajukan uji matriil atas peraturan dan perundang-undangan
yang ada tersebut adalah semua orang, siapa saja yang merasa hak-haknya dilanggar oleh
karena adanya aturan dan perundang-undangan tersebut.

Dengan demikian Mahkamah Konstitusi dibentuk untuk menegakkan dan


menjalankan penyelenggaraan kehidupan bernegara dalam segala aspek seperti sosial,
ekonomi dan politik. Bahwa dalam ringkasan ini, penulis tertarik untuk merangkum dan
meringkas tentang Politik Hukum Judicial Review di Indonesia dalam buku Dinamika Politik
Hukum Di Indonesia Bab 10 halaman 211 sampai dengan halaman 234 buku tersebut.

2
RINGKASAN BUKU

Pendahuluan

Di awal pendahuluan penulis mengantar kita tentang tujuan penulisan buku ini dalam
bab 10 yang judul bab yaitu Politik Hukum Judicial Review dengan menegaskan tentang
fungsi hukum dan pembentukan Lembaga Mahkamah Konstitusi setelah Orde Baru. Penulis
juga menjelaskan maksud dan tujuan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang menjalankan
dan menegakkan prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan social, ekonomi, politik di
suatu Negara. Bahwa menurut penulis Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada dibawah
naungannya. Harapan penulis adalah pembaca (terutama mahasiswa yang sedang
mempelajari ilmu hukum) dapat memahami tujuan dibentuknya lembaga Mahkamah
Konstitusi di Indonesia.

Selanjutnya penulis menjelaskan bahwa dalam buku tersebut pada bab 10 yang
berjudul Politik Hukum Judicial Review terdapat arah politik hukum nasional dalam
pembentukan dan perubahan hukum oleh lembaga Mahkamah Konstitusi baik itu perubahan
atau pembaharuan dalam Undang-Undang serta peraturan menteri dan lembaga tinggi Negara
lainnya termasuk lembaga-lembaga di daerah. Penulis juga menjelaskan dalam setiap sub bab
tentang tugas dan wewenang lembaga Mahkamah Konstitusi dengan mengutip dari buku
Mahfud MD dan landasan dasar dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945.
Penulis juga menjelaskan bahwa presiden dan DPR dapat menjadikan putusan Mahkamah
Konstitusi sebagai dasar hukum Presiden, DPR dan MPR dalam membuat suatu keputusan.

Kemudian selanjutnya penulis juga memaparkan dengan jelas tentang wewenang


Judicial Review oleh Mahkamah Konstitusi serta perkembangan judicial review di Indonesia
yang selanjutnya penulis juga memberi penjelasan wewenang Mahkamah Agung yang
terdapat dalam Undang-Undang serta tata cara pengajuan judicial review terhadap suatu
peraturan dan per undang-undangan yang dengannya kita (pembaca) dapat memahami betul
faktor-faktor terbentuknya Mahkamah Konstitusi dan wewenangnya dalam judicial review
peraturan dan perundang-undangan yang ada di Negara Indonesia.

3
Bab 10 :
POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW DI INDONESIA

Sub. B
Arah Politik Hukum dalam Judicial Review

Bagian ini dideskripsikan oleh penulis secara jelas tentang arah politik hukum
nasional di Indonesia. Tujuan utama pembentukan dan perubahan hukum yang ada yang
meliputi 4 (empat) yaitu : pertama dalam politik dan pemerintahan; kedua, ekonomi atau
dunia usaha; ketiga, kesejahteraan sosial dan budaya; keempat, penataan system dan aparatur;
adalah arah politik hukum yang dimaksud penulis. Tidak hanya pembaruan pada Undang-
Undang saja melainkan pembaruan terhadap peraturan yang dikeluarkan pemerintah,
presiden, menteri dan lembaga tinggi Negara lainnya seperti Mahkamah Agung, Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Komisi Pemilihan Umum. Bahwa menurut penulis
Judicial review hanya berlaku terhadap norma hukum yang bersifat umum dan sudah
diundangkan oleh pembentuk undang-undang.

Sub C :
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi

Penulis menjabarkan tentang kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam Undang-


Undang Dasar 1945. Dengan jelas penulis mengutip isi dalam Pasal 24 ayat (2) dan BAB II
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang masuk
dalam Kekuasaan Kehakiman. Bahwa Mahkamah Konstitusi adalah lembaga yang mandiri di
bidang yudisial dalam penyelenggaraan peradilan terhadap perkara-perkara ketatanegaraan
dan Mahkamah Konstitusi memiliki kedudukan yang sejajar dengan Mahkamah Agung.
Adapun wewenang Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap UUD
atau sering disebut Judicial Review. Yang menjadi objek Judicial Review adalah peraturan,
penetapan dan keputusan. Munculnya Mahkamah Konstitusi karena kekosongan pengujian
terhadap undang-undang yang menguntungkan kekuasaan yang dibuat penguasa tanpa bias
digugat pada masa orde baru terdahulu karena kekuatan politik yang paling dominanlah yang
pada akhirnya menafsir aturan tersebut sehingga menimbulkan persoalan-persoalan bangsa

4
dan Negara sehingga politik hukum yang mendasari pembentukan Mahkamah Konstitusi
adalah untuk melakukan control berbagai kebijakan dan produk hukum pemerintah berupa
perundang-undangan agar tidak bertentangan dengan prinsip yang tertuang dalama UUD
1945. Kebebasan untuk berpartisipasi dan berperan dalam menata system ketatanegaraan
diperbolehkan kepada siapapun yang keberatan akan aturan, keputusan dan penetapan yang
dikumandangkan untuk pemberdayaan ketatanegaraan yang demokratis terhadap rakyat
Indonesia.

Sub D :
Kewenangan Judicial Review Oleh Mahkamah Konstitusi

Pada bagian ini akan ditemui pembahasan tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi.
Penulis menyatakan bahwa tugas Mahkamah Konstitusi adalah : pertama, sebagai pengawal
konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan di kehidupan masyarakat; kedua, sebagai
jaminan agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan semua komponen Negara secara
konsisten dan bertanggungjawab, ketiga, sebagai penafsir agar semangat konstitusi dalam
bernegara. Penulis menyatakan bahwa visi Mahkamah Konstitusi adalah tegaknya konstitusi
dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara hukum dan demokrasi demi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraaan yang bermartabat. Penulis juga merincikan pengujian yang
dilakukan Mahkamah Konstitusi berdasarkan UU Nomor 24 24 tahun 2003 tercakup empat
arti, yang pertama apakah bentuk perundang-undangan tersebut telah tepat atau belum;
kedua, apakah prosedur pembentukannya secara tepat atau belum; ketiga, apakah lembaga
pembentuk UU telah tepat atau belum; keempat, apakah format peraturan perundang-
undangan tersebut telah tepat atau tidak. Berdasarkan hal itu ada dua pengujian UU oleh
Mahkamah Konstitusi yaitu : pengujian materiil dan pengujian formil undang-undang.
Adapun pengujian atas peraturan lain dibawah undang-undang seperti peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan daerah, peraturan perundang-undangan yang lainnya diuji di
Mahkamah Agung berpedoman pada Perma No. 1 tahun 1999 tentang Gugatan Uji Materiil.
Menurut penulis tugas pokok Mahkamah Konstitusi dalam kaitannya dengan judicial review
adalah menjaga agar UU merupakan produk politik tidak melanggar konstitusi dan
merupakan perwujudan check and balances dalam rangka menjaga keseimbangan antara
produk politik DPR dan presiden dalam wujud UU yang harus melindungi hak konstitusional
warga Negara.

5
Bahwa menurut penulis pula sangat ungkin suatu Undang-Undang bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar karena Undang-Undang merupakan produk politik yang
mungkin saja isinya jauh dari garis nilai-nilai Pancasila dan penjaabaran dalam Undang-
Undang Dasar 1945.

Sub E :
Perkembangan Judicial Review di Indonesia

Pada sub bab ini penulis mengupas secara lugas dan tajam tentang bagaimana lahirnya
Mahkamah Konstitusi akibat kelemahan Undang-Undang Dasar yang dianggap tidak
mencukupi dan tidak memadai untuk menyelesaikan persoalan yang muncul dalam praktek
kenegaraan terutama masalah yang menyangkut undang-undang dan keputusan yang sudah
diundangkan di Indonesia sekaligus mengawal pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Karena banyaknya keputusan yang menuai kontroversi sehingga keberadaan
Mahkamah Konstitusi dalam sistem kenegaraan mampu memberi penguatan hak-hak warga
Negara dalam upaya memberi perlindungan dan jaminan hak-hak konstitusional.

Sub F :
Politik Hukum Judicial Review Indonesia

Pada Sub bab ini penulis membahas tentang teori Kelsen dalam ilmu hukum yang
melahirkan asas hukum lex superior derogate legis inferiori yaitu semua peraturan yang
bertentangan dengan konstitusi harus dinyatakan tidak berlaku sebagai substansial pengujian
konstitusional (judicial review). Bahwa menurut penulis terdapat berbagai peraturan dibawah
undang-undang yang belum diatur undang-undang atau peraturan lain diatasnya sehingga
menimbulkan persoalan yang dianggap membatasi hak asasi pencari keadilan. Padahal jika
dilihat dari Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum yang
terhadap segenap bangsa Indonesia tertuju pada perlindungan hak asasi termasuk
perlindungan kepastian hukum. Berdasarkan hal itu maka pembentukan Mahkamah
Konstitusi dalam pengujian peraturan dibawah undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar dapat dilakukan sebagai penafsir konstitusi yang sifatnya final. Sehinggga wewenang

6
itu menempatkan Mahkamah Konstitusi menjadi lembaga Negara yang berhak untuk
menafsirkan konstitusi dalam pengujian seluruh peraturan yang telah diundangkan.

Terkait politik hukum judicial review oleh Mahkamah Konstitusi pembentukan dasar
hukum yang tuntas tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi harus berpijak pada asumsi
bahwa hukum harus diletakkan pada kepentingan hak asasi warga Negara dalam mengakses
hukum seluas-luasnya.

Sub G :
Kewenangan Mahkamah Agung

Pembahasan dalam sub ini dimulai penulis dengan perumusan kewenangan


Mahkamah Agung dalam pasal 24A ayat (1) UUD 1945 dan menurut UU No. 4 Tahun 2004.

Sub H :
Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Terkait dalam sub ini penulis menjelaskan secara menyeluruh kewenangan


Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan
menjelaskan susunan Anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh presiden terdiri dari
sembilan orang yang diajukan oleh Mahkamah Agung adalah 3 (tiga) orang, 3 (tiga) orang
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan 3 (tiga) orang oleh Presiden beserta susunannya. Dimana
Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan kekuasan kehakiman tidak memiliki cabang
kekuasaan kehakiman dan hanya ada satu yang berkedudukan di ibu kota Negara Indonesia.

Sub I
Cara Pengajuan Judicial Review
1. Mahkamah Agung

Selanjutnya penulis menyajikan dengan gambling tentang kewenangan Mahkamah


Agung terkait dengan judicial review yang terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5
tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 4 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

7
Permohonan judicial review diatur lebih rinci dalam Perma No. 1 tahun 2004 Tentang Hak
Uji Materiil dalam terminologi Permohonan Keberatan yang diajukan langsung ke
Mahkamah Agung.

2. Mahkamah Konstitusi

Pada bagian sub bab ini dideskripsikan oleh Penulis secara jelas tentang kewenangan
Mahkamah Konstitusi yaitu tentang menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945 yang
Pemohon judicial review adalah pihak yang menganggap hak dan kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang. Yang permohonan tersebut
diajukan pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia yang memuat identitas pemohon,
uraian dasar permohonan dan hal-hal yang dimohonkan dalam permohonan pengujian formil
yang terdapat dalam Pasal 29 Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi beserta alat
bukti dan tata cara yang dimohonkan oleh pemohon sesuai Pasal 31 ayat 2 jo. Pasal 36
Undang-Undang Tentang Mahkamah Konstitusi.

8
Pandangan atau Komentar dari Buku
Dinamika Politik Hukum di Indonesia
Penulis : Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum

dalam Bab 10 : dengan judul


Politik Hukum Judicial Review di Indonesia

Setelah membaca secara keseluruhan Buku Dinamika Politik Hukum di Indonesia dalam
Bab 10 dengan judul Politik Hukum Judicial Review di Indonesia beserta sub judul
dan penulisannya yang terdapat dalam halaman 211 sampai dengan halaman 234, bab ini
ditulis dengan sangat sistematika yang runtut sehingga sangat mudah dipahami. Terutama
mengenai awal lahirnya Mahkamah Konstitusi, kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam hal
judicial review Undang-Undang dalam naungan Undang-Undang Dasar 1945. Penulis
memberi gambaran secara jelas dan ringan , sehingga sangat mudah dipahami oleh
pembacanya. Tidak membosankan karena isinya tidak bertele-tele membawa pembaca untuk
lebih mudah memahami fungsi dan tugas Mahkamah Konstitusi di Indonesia. Ditambah ada
bonus kertas pembatas buku yang mengutip kalimat Adnan Buyung Nasution, sangat
menyenangkan membaca buku ini karena menambah oengetahuan saya dalam hal politik
hukum judicial review di Indonesia oleh Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.

Bahasa yang digunakan dalam buku ini yang saya ambil ringkasannya dari memilih Bab 10
tentang Politik Hukum Judicial Review di Indonesia mengingatkan saya akan beberapa
putusan Mahkamah Konstitusi yang pernah saya baca dan saya jadikan dasar dalam
pembuatan sebuah permohonan pra peradilan di Pengadilan Negeri, dan akhirnya saya
mengerti bagaimana putusan Mahkamah Konstitusi yang saya jadikan acuan permohonan
saya tersebut dahulu dimohonkan karena penulis menarik minat saya mempelajarinya mulai
dari tata cara permohonan judicial reviewnya secara detail. Buku ini dalam bab 10
memberikan pengertian dan runtutan yang cukup banyak dan sangat praktis untuk dimengerti
serta memupuk kembali rasa keinginan untuk membaca buku setelah sekian lama tergerus
akan zaman digital hanya membaca sebuah buku dari bentuk pdf atau dokumen saja. Terima
kasih kepada Penulis yang membangkitkan minat membaca, dan terima kasih juga kepada Dr.
Faisal Akbar Nasution, S.H.,M.Hum yang memberi tugas untuk membuat ringkasan dalam

9
buku ini, karena ini pertama kali saya membeli buku setelah wisuda menyelesaikan
pendidikan Sarjana Hukum pada tahun 2011. Saya membeli buku ini dari Toko Buku Sereza,
Medan melalui Aplikasi Tokopedia.

10

Anda mungkin juga menyukai