PENDAHULUAN
APA YANG BARU di INFRASTRUKTUR PL-PBK
(1) Pembatasan nilai total biaya setiap kegiatan lingkungan terbuka sesuai dengan
kebutuhan pembangunan dilapangan tanpa dibatasi dengan nilai tertentu bagi setiap
KSM/Panitia;
(2) Beberapa kegiatan tahap perencanaan teknis yang selama ini menjadi
tugas/tanggungjawab Panitia/KSM/Pakem pada PNPM-MP dan Paket, disini menjadi
tugas/tanggungjawab UPL/TPP, untuk selanjutnya hasil-hasil kegiatan tersebut menjadi
acuan/standar untuk dipergunakan oleh KSM/Panitia. Kegiatan dimaksud, yaitu :
a. Penyediaan Lahan & Perijinan pembangunan yang diperlukan;
b. Penyusunan Desain/Gambar & Spesifikasi Teknik Bangunan;
c. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial;
d. Survey Teknis, Harga Satuan, berikut kesepakatan Harga Satuan.
e. Rencana Anggaran Biaya dilakukan perhitungan secara teknik sejak awal untuk
selanjutnya menjadi acuan/pembanding nilai biaya proposal pelaksanaan kegiatan
yang disusun oleh setiap KSM/Panitia;
f. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan secara garis besarnya (Jadwal Induk);
Dalam menjalankan tugas/tanggungjawab tersebut, UPL/TPP difasilitasi oleh
Fasilitator/Tim Teknis Pemda. Dan pelaksanaan kegiatannya tetap dilaksanakan secara
partisipatif (melibatkan masyarakat/warga calon pengguna prasarana, termasuk tokohtokoh masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan setempat).
(3) BKM (UPL/TPP) menyusun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) penyediaan
Pelaksana Pekerjaan (KSM/Panitia) untuk menjadi acuan bersama;
(4) Pembentukan/pengembangan lembaga Pengelola O&P prasarana yang akan dibangun,
disepakati bersama oleh warga pemanfaat sejak awal dan menjadi tugas/tanggungjawab
BKM (UPL/TPP). Secara Individu maupun secara kelembagaan, Pengelola O&P ini
dapat ditunjuk oleh BKM menjadi pelaksana pembangunan prasarana yang akan
dikelolanya.
2. RUANG LINGKUP
Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan
infrastruktur, Uraian kegiatan infrastruktur, langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur.
(9) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah atau program lain;
(10) Untuk prasarana yang bersifat jaringan, harus terintegrasi dengan
sistem/jaringan pelayanan yang sudah ada (seperti prasarana jalan, jembatan,
drainase, irigasi, persampahan).
(11) Untuk usulan prasarana yang memerlukan dukungan (prasarana atau tenaga
bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau
dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti
antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan
tersebut.
a). Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur/Lingkungan :
(1) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat
sesuai kualifikasi yang diperlukan;
(2) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar
teknis/spesifikasi teknis;
(3) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana
harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap
bencana);
(4) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang;
(5) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi
teknis terkait, seperti PU sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan
(Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal
serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
(sosial);
(6) Dicari karya yang bermutu dan dapat memberikan nilai tambah estetikaarsitektural sehingga dapat memberikan pandangan yang sesuai dan harmonis
dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;
BAB 2
URAIAN KEGIATAN LINGKUNGAN
1. Manfaat Yang Diperoleh Dari Pembangunan Infrastruktur
Sesuai dengan konsepsi kegiatan PL-PBK, maka manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh melalui pembangunan infrastruktur adalah :
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap lingkungan hunian yang sehat, tertib,
aman dan lestari;
2. Masyarakat puas dengan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;
3. Infrastruktur yang dibangun 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun
melalui pola yang tidak berbasis komunitas/masyarakat;
4. Terlaksananya aturan-aturan yang disepakati bersama masyarakat dan pemerintah
daerah, khususnya terkait aturan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;
2. Hasil Yang Ingin Dicapai Dari Pembangunan Infrastruktur
Sejalan dengan manfaaat yang diharapkan tersebut diatas, maka dalam konsepsi
kegiatan PL-PBK, diharapkan dapat dicapai hasil melalui pembangunan infrastruktur
adalah :
1. UPL terlatih dan berfungsi efektif melaksanakan pengembangan permukiman dan
peningkatan pelayanan publik;
2. Alokasi Dana BLM/APBN untuk Pelaksanaan Fisik dapat dicairkan/disalurkan kepada
kelurahan/desa;
3. Kegiatan Infrastruktur
diselesaikan;
yang
dilaksanakan
dengan
dana
BLM/APBN
dapat
Meter
Meter
Unit
Tanah
Rabat Beton
Sirtu/Kerikil
Makadam
Telford
Aspal
Paving Blok
Tembok
Penhan Beton
Turap Kayu
Tembok Ps
Bata/Batu
Bronjong
Sal. Ps. Bata/
Batu
Saluran
Tanah
Saluran Beton
Gorong2
Beton/Plat
Prasarana
MCK
Unit
Mandi,
Cuci Kakus
Jamban/
Kakus
Prasarana
Persampaha
Unit
Drainase
Permukiman
Meter
Unit
Kayu
Baja/pipa besi
Beton
Pelimpas
Gantung
Unit
Meter/
Km
Sal. Pas.
Bata/Batu
Sal.
Tanah
Sal.
Beton
Sumur
Resapan
Prasarana
Jembatan
Meter
TPS
Gerobak
Sampah
Prasarana
Air Bersih
Unit
Prasarana
Kesehatan
Unit
Poskesdes
Posyandu
Polindes
Sumur Gali
Sumur P.
Tangan
Penampung
Air Hujan
Hidran
Umum
Air Bersih
Perpipaan
Penangkap
Mata Air
Instalasi
Pengolah
Air
Sederhana
(SPL/SKNT)
Sumur Bor
Kran Umum
Penerangan
Umum
Unit
Bangunan
Air/
Penerangan
Umum
(Kabel +Tiang
+ Lampu)
Pemb. Listrik
(Genset/PLTM
+Jaringan +
Rmh Genset)
Unit
Unit
Prasarana
Pendidikan
Unit
Tambatan
Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana
Meter
Meter
Prasarana T. Perahu
Unit
Unit
PAUD/
TK
Rehab.
SD
Rehab.
SMP
Box
Pengambil
Bebas
Sal.
Pembawa &
Box Bagi
Sal.
Pembuang
Bend.
Cerucuk
Bend.
Bronjong
Pintu Air
Embung/
Waduk
Prasarana
Perdagangan
Unit
Pasar/Kios
Tempat
Pelelangan
Ikan (TPI)
Prasarana
Perumahan
Unit
Prasarana
Lain-Lain
Unit
Balai
Pertemuan
Warga
.
Rehab
Rumah
Warga
Miskin
c) Musyawarah Pengadaan Bahan dan Alat (bila ada), khusus untuk kegiatan
yang dilaksanakan oleh masyarakat
d) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan yang diselenggarakan oleh
Tim Fasilitator dan UPL bagi KSM/Panitia, termasuk pihak Kontraktor untuk
Pola KSO;
e) Pelaksanaan pembangunan fisik;
f) Supervisi kegiatan Konstruksi;
g) Membuat Administrasi/Laporan Harian, Mingguan dan Kemajuan
Pekerjaan;
h) Membuat Dokumentasi (Photo-photo) kondisi 50%, 100%;
i) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%;
j) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Mingguan Lapangan;
k) Pelaksanaan
Pemeriksaan/Sertifikasi
&
Membuat
Berita
Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAP2) dan SP3;
l) Pembuatan Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan
kepada BKM/UPL;
m) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O&P;
3) Tahap Pasca Konstruksi, yaitu pelaksanaan Operasi/Pemanfaatan & Pemeliharaan
sarana & prasarana yang telah dibangun.
Secara lebih rinci keseluruhan tahapan tersebut dapat dilihat pada diagram -1 & 2.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan lingkungan berikut :
DIAGRAM 1. : TAHAP PERENCANAAN TEKNIS ( & PENYIAPAN PELAKSANA ) PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA PROGRAM PLPBK
PERSIAPAN
PEMBENTUKAN
TPP
COACHING /
KONSOLIDASI
TPP
Pengorganisa
sian & Teknis
Kegiatan
Desain/
Gambar &
Spesifikasi
Teknis,
Pedoman
O&P
Teknis
Sarana &
Prasarana
Harga Satuan
Upah/Bahan/
Alat
Penyediaan
Lahan
(Safeguards)
Rembug
Kesepakatan
Harga
Pengamanan
Dampak
Lingkungan
(Safeguards)
Rencana
Anggaran
Biaya
Pekerjaan
Rencana
Jadwal
Penyusunan Contoh
Bentuk Proposal
Pelaksanaan
Pekerjaan
Pengembangan/
Pembentukan
Organisasi
Pengelola O&P
L KM/TPP
KSM/PANITIA
COACHING
KSM/Panitia
PENGEMBANGAN
/ PEMBENTUKAN
KSM/PANITIA
Pengorganisasi
an & Teknis
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Proposal &
Penyampaian
ke BKM/TPP
CATATAN :
Untuk Kegiatan Pembangunan Infrastruktur yang sumberdananya bukan dari sumber BLM/APBN Program PLPBK maka Pola
Pelaksanaan dapat dsesuaikan dengan kesepakatan masyarakat dengan penyandang dana/donor.
DIAGRAM 2. : TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA (POLA SWAKELOLA MASYARAKAT)
PERSIAPAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK
Rembug
Pengadaan
Musy.
Persiapan
Pelaks.
Konstruksi
PENANDA
TANGANAN
KONTRAK /
SPPDL
(MP2K)
Coaching
Pelaksana
(Teknis,
Admin,
Keuangan)
Supervisi Pelaksanaan
Konstruksi &
Rapat2 Evaluasi
L KM/TPP
KSM/PANITIA
Penjaman
Rencana
Kerja KSM
Mobilisasi
(T. Kerja,
Bahan,
Alat)
Pelaksanaan Konstruksi,
Pencairan Dana,
Pengamanan Dampak,
Laporan Kemajuan,
Administrasi/Pembukuan
Photo (50%, 100%)
OPERASI &
PEMELIHARAAN
BAB 3
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN KEGIATAN
Perencanaan kegiatan yang dimaksudkan disini adalah perencanaan detail/rinci atas
proyek/sub-proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan
RPLP/RT-PLP. Secara garis besarnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan
sebagai berikut.
A. Ditingkat BKM/LKM
1. Persiapan
(a). Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan (TPP)
BKM/LKM bersama Lurah/Kades memfasilitasi pembentukan TPP melalui
musyawarah warga. TPP dapat dipilih dari warga, kelompok peduli dan unsur
pemerintah kelurahan/desa, termasuk dari instansi teknis pemda.
Peran utama TPP adalah membantu UPL, meliputi :
a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi kelurahan, atas dasar kelayakan
kegiatan (teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan) dan memberikan dampak
sosial-ekonomi yang paling optimal bagi warmis, serta integrasi antara kebutuhan
lokal dengan upaya pengembangan kawasan kelurahan/desa yang lebih luas;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan meminta verifikasi
kelayakannya pada SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat;
d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan & pelaksanaan kegiatan
dengan berbagai pihak terkait;
e). Menyusun Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (bila ada) dan memfasilitasi
Panitia Pengadaan dalam proses pengadaan (bila ada);
f). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O&P (termasuk penyusunan
Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
g). Memfasilitasi
pembentukan/pengembangan
KSM/Panitia
pelaksana
pembangunan infrastruktur;
h). Memfasilitasi
Coaching
penyusunan
proposal
&
pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia;
i). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia;
j). Memeriksa kelengkapan dokumen SPPD-L berikut lampirannya dan memfasilitasi
penandatanganannya antara BKM/LKM dengan KSM/Panitia;
k). Memfasilitasi Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi
semua KSM/Panitia kegiatan lingkungan;
l). Memfasilitasi kegiatan Coaching/On The Job Training (OJT) Teknis/Administrasi
proyek kepada KSM/Panitia;
m). Memfasilitasi pengadaan bahan, alat dan tenaga terampil/ahli/jasa konstruksi (bila
ada) yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
n). Memverifasi dan merekomendasikan pencairan dana kepada KSM/Panitia;
o). Mengkoordinasikan untuk sinkronisasi dan keterpaduan pelaksanaan seluruh
pembangunan infrastruktur yang dilaksanakana oleh KSM/Panitia;
p). Melakukan pengendalian/pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik yang
dilakukan KSM/Panitia :
Memastikan KSM/Panitia mempelajari dan memeriksa semua dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi;
10
2. Penyediaan Lahan
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah
(termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai
lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan
keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan
membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam
hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya)
maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum
yang berlaku.
Oleh karena itu, program P2KP menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi
pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal
penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.
Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah :
Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung
tercapainya mutu/manfaat bangunan);
Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli
disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami
sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;
Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratanpersyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila
ada);
11
Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses
musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan
lahan dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan
Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan
Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),
12
13
14
15
16
17
(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar
teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti
Departemen Pekerjaan Umum; dan
(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui
prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan
infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
dan Daftar Periksa Kegiatan Terlarang.
Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan
identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana
bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan
kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama
atau termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah
tercantum dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom
yang disediakan.
Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak
dapat didanai.
Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar
identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan
penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan
melakukan pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi
sumber dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang
sesuai. Hasil identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya
dituangkan dalam formulir tersebut.
Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa
Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang
akan dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada
potensi sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah
dicantumkan dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak).
Apabila Ada, maka pilih tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia
pada kolom alternatif penanganan dampak).
Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah
dibuat, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial ini juga harus
diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui
oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat.
Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan buku Buku
Pedoman Pelaksanaan Program dan buku Suplemen, Petunjuk Teknis Pengamanan
Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards).
18
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis
pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti
komposisi
campurannya,
dimensi,
persyaratan
material/peralatan,
ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh
untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :
No
Item Pekerjaan
Satuan
1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan
M2
2. Penimbunan Badan Jalan
M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)
M3
4. Galian Tanah Parit
M3
5. Pekerjaan Beton
M2
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali
M3
Catatan :
Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar
dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup
aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan
kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan
Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan,
memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja,
melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar,
membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut
maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan
tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah
diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi
tumpang tindih pembiayaan).
Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam P2KP, banyak
dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar
kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap
identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara
lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan
pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotongroyong.
Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan
pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi
keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara
khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan
sumberdaya dimasyarakat setempat).
(2). Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan
Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan
yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang
diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana
(untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :
Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata
lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai
cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:
- Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi
(m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan;
Berbeda dengan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
19
- Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =
panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang
direncanakan (sesuai ukuran pada gambar).
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta
dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
1. Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuranukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);
2. Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan
pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan
dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut :
No
Uraian Pekerjaan
Satuan
1.
M3
Volume
100
L= 2,5m
P (panjang)= 200m
Vol. = P x L x T
= 200 x 2,5 x 0,2
= 100
Dst.
20
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi
lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan
cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya
dari dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan
berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume
pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang
tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya
pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana
masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan,
karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan.
Sehingga hal ini diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume
kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya
metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan
jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai referensi koefisien perhitungan
volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat
(seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan
Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan
analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan seperti SNI
atau BOW.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program P2KP maka
diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja
masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian
kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang
meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas
yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau tenaga
terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan gelagar
besi jembatan, dll.
(4). Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat
berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah
selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja
yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :
1)
2)
3)
4)
5)
Pembersihan Lapangan
Pemasangan Bouwplank
Urugan Pasir dasar saluran
Galian Tanah
Urugan kembali bekas galian
Kegiatan Terurut
1)
2)
3)
4)
5)
Pembersihan Lapangan
Pemasangan Bouwplank
Galian Tanah
Urugan Pasir dasar saluran
Pasangan Batu Kali
21
6)
7)
8)
Kegiatan Terurut
Contoh : Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan
Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai Kegiatan Memasang Pasir Urug
didasar saluran dan selanjutnya diikuti oleh Kegiatan Urugan/Timbunan kembali
tanah bekas galian, Dst.
22
6. Gambarkan waktu pelaksanaan dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok
pada skala waktu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan jadwal :
(1). Urut-Urutan Kegiatan
Dalam penyusunan Jadwal Pekerjaan, cara penulisan urutan kegiatan lazimnya
disusun/ditulis dari atas kebawah, sehingga secara sederhana susunan tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa suatu kegiatan dilaksanakan setelah selesai
kegiatan sebelumnya (kegiatan nomor diatasnya) kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan berikutnya (kegiatan nomor dibawahnya).
Secara detail penjelasan bagaimana menentukan urut-urutan pekerjaan konstruksi
dapat dilihat pada penjelasan menentukan lingkup pekerjaan yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya.
(2). Waktu Pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan (Durasi) adalah jumlah waktu (satuannya boleh hari,
minggu dan seterusnya) yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
Untuk menentukan waktu pelaksanaan dari suatu jenis kegiatan maka pertama kita
harus ketahui lebih dahulu volume kegiatan yang akan dibuat (volume rencana),
kemudian kita tentukan metode kerja apa yang akan kita pakai.
Peranan Metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi durasi pekerjaan.
Kemampuan kerja (produktivitas) antara tenaga manusia (metode padat karya)
dengan peralatan (metode mekanis) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan
digunakan, ini sangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan (seperti
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan), apakah memungkinkan bila menggunakan
peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja atau peralatan atau kombinasi antara
keduanya (t. kerja dan peralatan).
Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya adalah kegiatan
yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat
dilakukan dengan cara perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang
mempunyai pengalaman seperti tukang atau mandor bangunan agar taksiran
waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan (lebih realistis).
Untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap jenis kegiatan
(durasi), dengan cara perkiraan maka dapat dilakukan dengan memperkirakan
langsung durasi setiap item pekerjaan. Atau dapat dilakukan dengan langkahlangkah pendekatan perhitungan sederhana sebagai berikut :
1) Perlu di ketahui volume dari tiap jenis kegiatan, volume kegiatan yang besar tentu
akan memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama dibandingkan dengan
volume yang lebih sedikit (dalam kondisi jumlah tenaga kerja/alat yang
tetap/sama);
2) Perlu ditentukan metode kerja yang akan digunakan, apakah dengan tenaga kerja
atau peralatan. Dari Metode kerja yang dipilih, selanjutnya perlu diketahui
produktivitas/kemampuan kerja dari setiap tenaga kerja atau peralatan yang akan
digunakan. Kemampuan Kerja disini dapat diartikan sebagai jumlah volume
pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seorang tenaga kerja atau satu unit
peralatan persatuan waktu tertentu. Satuan waktu tertentu ini bisa dipakai satuan
hari atau jam kerja. Sebagai contoh, misalnya kemampuan seorang tenaga kerja
untuk menggali tanah adalah 3 meterkubik per hari (6 jam kerja) atau kemampuan
alat excavator untuk menggali adalah 3 meterkubik perjam (18 M3 perhari).
Informasi untuk memperoleh nilai produktivitas tenaga kerja tiap jenis pekerjaan
dapat langsung ditanyakan pada masyarakat (tukang/mandor) setempat,
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
23
Skala Waktu adalah semua kolom-kolom satuan waktu yang ada pada kolom
jadwal pelaksanaan. Setiap kolom mewakili satu satuan waktu. Sedangkan
Jumlah kolom ini dibuat sesuai jumlah satuan waktu yang diperlukan untuk
24
Durasi atau lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tiap jenis kegiatan,
digambarkan sebagai panjang balok yang dibuat.
Waktu Memulai setiap jenis kegiatan atau kapan suatu jenis kegiatan dapat
dimulai pelaksanaannya adalah merupakan titik awal membuat bagan balok
kegiatan tersebut;
o Berdasarkan urut-urutan kegiatan yang telah dibuat sebelumnya, maka waktu
memulai suatu kegiatan pada dasarnya adalah sama dengan waktu
berakhirnya kegiatan sebelumnya atau memulai suatu penggambaran balok
suatu kegiatan adalah sejajar akhir/ujung balok kegiatan sebelumnya (lihat
contoh 1, Pekerjaan Pasangan Bouwplank dengan pekerjaan Galian Tanah),
atau
o Oleh karena suatu proyek terdiri dari banyak jenis kegiatan, sedangkan waktu
pelaksanaan proyek sangat terbatas atau ada percepatan penyelesaian,
maka kadang-kadang waktu memulai suatu kegiatan tidak harus menunggu
selesainya seluruh kegiatan sebelumnya (biasa disebut pelaksanaan
bertahap), tetapi dapat dimulai menjelang berakhirnya kegiatan sebelumnya.
Apabila kondisi seperti ini dipilih maka penggambaran baloknya akan terlihat
seperti berlapis (lihat contoh 1, Pekerjaan Galian dengan Urugan Pasir).
Waktu Selesai suatu kegiatan atau kapan berakhirnya pelaksanaan suatu jenis
kegiatan adalah merupakan ujung akhir dari bagan balok kegiatan tersebut;
Contoh 1.
25
B iaya S atu an
T ran sp o rtas i
B ah an /Alat sam p ai
d ilo kasi
Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga
satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga
diketahui jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang
ditemui. Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah,
selain informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber
informasi yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum
Regional (UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus
untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.
Contoh bentuk formulir survey dan pencatatan hasil survey harga dapat mengacu
pada contoh formulir survey harga pada Bagian 1. Persiapan & Perencanaan Teknis
untuk BKM/LKM, PNPM-MP Tahun 2008..
26
27
28
29
30
yang telah ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TPP) bersama dengan
pemerintah Desa/Kelurahan.
Adapun tugas pokok Pengelola selaku penggerak utama kegiatan atau
Penanggungjawab O&P, adalah :
1) Menyusun rencana pemanfaatan prasarana;
2) Menyusun rencana penerimaan dan belanja Pengelola
3) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan
pembangunan prasarana;
4) Mengorganisasikan kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan
pembangunan prasarana;
5) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana & Prasarana
yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam pembentukan/pengembangan Organisasi Pengelola O&P prasarana, selain
menyepakati bentuk Organisasi Pengelola (Struktur Organisasi) termasuk penentuan
orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, juga menyepakati
Rencana Kerja serta Pembiayaan O&P oleh masyarakat (seperti iuran, retribusi, dll).
Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan ini dapat dilihat pada
Buku 3 Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana yang telah diteribtkan untuk
BKM dan Fasilitator PNPM-MP/P2KP.
12.
Pembentukan/Pengembangan KSM/Panitia
31
kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang
dibentuk karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek
P2KP.
Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian
rembug KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan
adalah Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama
& Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.
Secara kelembagaan, untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur KSM/Panitia
harus memenuhi persyaratan, sekurang-kurangnya :
Memiliki struktur organisasi, pengurus, anggota dan aturan main organisasinya serta
alamat domisili yang jelas;
Anggota KSM/Panitia, sekurang-kurangnya 30% adalah perempuan;
Mendaftarkan diri pada BKM setempat dan diverifikasi layak;
Memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi/swadaya masyarakat, seperti
gotong-royong, hibah tanah/tanaman, swadaya bahan/alat, dll.
Tugas/tanggungjawab KSM/Panitia adalah :
a). Memperoleh amanat masyarakat untuk mengelola kegiatan infrastruktur yang
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
b). Mendorong partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya, termasuk swadaya dalam
pelaksanaan kegiatan;
c). Melakukan
rembug-rembug
bersama
warga
dalam
rangka
pembentukan/pengembangan KSM/Panitia;
d). Mengikuti coaching/pelatihan dan OJT yang dilaksanakan UPL/TPP;
e). Mempelajari dan memahami dokumen perencanaan teknis yang menjadi persyaratan
pekerjaan yang telah ditetapkan oleh BKM (UPL/TPP);
f). Menyusun Proposal Pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan;
g). Menandatangani Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) bersama
BKM;
h). Mengikuti Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
yang diselenggarakan oleh UPL/TPP;
i). Membuat Papan Nama Proyek dan memasangnya dilokasi proyek sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat umum;
j). Mencairkan dana pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dan mengelolanya
secara bersama-sama, transparan dan penuh tanggungjawab;
k). Melaksanakan seluruh pekerjaan pembangunan infrastruktur sesuai standar teknis
bangunan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam SPPD-L beserta
lampirannya;
l). Melaksanakan semua kegiatan pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial atas
kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan;
m). Melaksanakan pengadaan Bahan/Alat/, (termasuk Tenaga terampil/Jasa Kontraktor
bila ada) sesuai kebutuhan & kualitas pekerjaannya dengan tetap berpedoman pada
ketentuan yang telah ditetapkan dalam proyek ini;
n). Melaksanakan pengendalian/pengawasan (internal) atas pengadaan, penggunaan,
pelaksanaan pekerjaan, pengamanan keselamatan kerja selama pelaksanaan
pembangunan fisik proyek/sub-proyek yang menjadi tanggungjawabnya;
o). Membuat administrasi, photo-photo, laporan-laporan pertanggungjawaban kegiatan
dan mengarsipkannya;
p). Melakukan penggantian atau perbaikan prasarana yang diperintahkan oleh
konsultan/UPL selama proses konstruksi berlangsung;
q). Pro-Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang muncul akibat pelaksanaan
kegiatannya;
r). Pro-aktif melaksanakan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
32
33
34
35
apa saja bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh
masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan infrastruktur.
Jenis dan nilai dari swadaya yang dikontribusikan oleh masyarakat pada dasarnya
tidak dibatasi, namun demikian sesuai dengan kebijakan dan mekanisme program
maka komponen keswadayaan masyarakat yang dapat diperhitungkan untuk
kegiatan pembangunan prasarana KSM/Panitia disini, hanyalah difokuskan pada
bentuk/komponen, yaitu : Tenaga Kerja, Bahan/Material Bangunan, Peralatan Kerja,
Administrasi proyek, Dana Tunai, Konsumsi dan Lahan lokasi proyek.
Waktu pelaksanaan survey swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan
survey calon tenaga kerja dan survey harga satuan upah/bahan/alat.
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah nama, alamat, jenis kelamin warga yang
berswadaya, bentuk dan jumlah swadaya yang akan diberikan. Seluruh informasi
hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug
kesepakatan swadaya masyarakat nantinya.
Tatacara pelaksanaan Survey swadaya, berikut contoh formulir pencatatan hasil
survey ini secara rinci dapat dilihat pada penjelasan Survey swadaya, Buku
Suplemen Teknis, Bagian 1. Persiapan & Perencanaan Teknis untuk BKM/LKM,
PNPM-MP Tahun 2008.
Catatan :
Bila ada sumbangan uang tunai sebaiknya langsung diarahkan dalam bentuk
bahan/alat/administrasi sehingga nantinya tidak menyulitkan pertanggungjawaban
keuangannya dan memudahkan proses perhitungan dalam integrasi sumbersumber dana dalam RAB nanti.
untuk swadaya tenaga kerja agar bentuk swadayanya langsung diidentifikasi
apakah sebagai tukang atau pekerja dan dinyatakan dalam bentuk jumlah hari
berkerja bukan dengan cara mengurangi harga upahnya sehingga dalam
perhitungan anggaran pekerjaan akan lebih mudah dengan menggunakan
standar harga yang sama dengan upah yang dibayarkan;
Lahan (Tanah,Tanaman Produktif dan asset lain yang terkena lokasi kegiatan),
disini tidak perlu disurvey lagi karena hal ini dapat langsung diperoleh dari hasil
perencanaan teknis (kegiatan penyediaan lahan);
(4) Rembug Kesepakatan Swadaya Masyarakat
Hasil Survey & Investigasi Swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan
sebelumnya, selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui
Forum Rembug atau Musyawarah warga. Hasil kesepakatan ini pada dasarnya
merupakan komitmen awal masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan
wilayahnya, namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses
pelaksanaan pembangunan infrastruktur, swadaya masyarakat ini dapat bertambah
dari yang disepakati ini.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana/target swadaya masyarakat
yang akan dikontribusikan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Selanjutnya
hasil Kesepakatan swadaya masyarakat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan
Swadaya Masyarakat.
Rembug Kesepakatan Swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan rembug
Kesepakatan
harga
satuan
hasil
survey
KSM/Panitia
dengan
mengundang/melibatkan BKM, TPP, Tim Teknis Pemda, pemerintah kelurahan/desa
setempat, tokoh masyarakat bersama-sama dengan seluruh warga anggota
KSM/Panitia.
Dalam proses pelaksanaan rembug, Tim Survey KSM/Panitia menyampaikan hasil
survey swadaya yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan pembahasan dan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
36
37
38
39
Volume T.Kerja
Koefisien T.Kerja
Volume Pekerjaan
Volume Bahan
Koefisien Bahan
Volume Pekerjaan
Volume Alat
Koefisien Alat
Volume Pekerjaan
2. Buat Rekapitulasi Kebutuhan total Tenaga kerja, bahan dan alat yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan proyek.
Dasar perhitungan rekapitulasi ini adalah hasil perhitungan volume kebutuhan
tiap pekerjaan (lihat langkah 1 diatas). Prinsip perhitungannya adalah Jumlah
masing-masing kebutuhan tiap jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan
Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh
jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan proses perhitungan maka
dapat dibuat tabel bantu seperti tabel berikut :
40
41
42
Hasil akhir dari perhitungan RAB ini adalah diperolehnya gambaran besarnya nilai
rencana swadaya masyarakat dan BLM/APBN (termasuk sumberdana lainnya
yang telah diperoleh) yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
prasarana, meliputi :
1. Volume/kuantitas kebutuhan komponen biaya dari Swadaya Masyarakat
maupun sumberdana BLM (termasuk sumberdana lainnya);
2. Besarnya nilai/biaya dari sumber Swadaya Masyarakat dan sumber
BLM/APBN (termasuk APBD/pihak ketiga lainnya);
Sebagai prinsip dasar perhitungan RAB adalah diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya (RAB) dari setiap komponen yang diperlukan. Sedangkan
Besarnya biaya setiap komponen sama dengan Volume setiap komponen dikali
harga satuannya. Dasar perhitungan RAB, secara sederhana dapat digunakan
rumus berikut :
RAB
VOLUME
HARGA SATUAN
Adapun Penjelasan Cara Perhitungan tiap komponen biaya dalam RAB Proposal
Pelaksanaan kegiatan, baik Swadaya Masyarakat maupun BLM (termasuk
sumberdana lainnya) sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :
No
Jenis Komponen
Satuan
Volume
1.
Tenaga Kerja
(Mandor/K.Klp,
Tukang,Pekerja, dlll)
HOK/OH
Sesuai jumlah
volume kebutuhan
tiap jenis Tenaga
Kerja.
2.
Bahan Bangunan
(Pasir, Batu,
Semen,dll)
Sesuai jumlah
volume kebutuhan
Tiap jenis bahan
3.
Alat/Peralatan Kerja
(pacul, pengaduk
semen, ember beton,
dll)
Administrasi :
Papan
Nama
Proyek;
Administrasi
Harian/Mingguan
Laporan Kegiatan
(Kemajuan DwiMingguan
dan
Akhir);
Photo copy
Pengadaan ATK
Photo-photo
kegiatan
(0%,
50%, 100%);
Materai;
Pengujian Kualitas
Dana Tunai
(Swadaya)
Sesuai satuan
jenis bahan
(m2,m3,zak,
dll)
Sesuai satuan
jenis Alat (bh,
zak, dll)
Sesuai satuan
kebutuhan tiap
komponen
atau
digunakan
satuan Ls
(Lumpsum)
untuk masingmasing
komponen
Dihitung sesuai
kebutuhan tiap
komponen untuk
keseluruhan
kegiatan/proyek
(atau gunakan
volume = 1 bila
satuannya adalah
Ls (Lumpsum)
4.
5.
Sesuai volume
kebutuhan Tiap
jenis Alat
Harga Satuan
(Rp)
Nilai/Biaya
(Rp.)
Jum. HOK x
Upah perhari
Jumlah
Volume x
Harga Satuan
Bahan
Jumlah
Volume x
Harga Satuan
Alat
Jumlah
Volume x
Harga Satuan
tiap komponen
43
No
Jenis Komponen
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Nilai/Biaya
(Rp.)
7.
Batang/
Pohon
Konsumsi :
(dapat dirinci sesuai
jenis konsumsi dan
harganya)
Ls/paket
Jumlah
Volume x HS
Tanah
Jumlah
Volume x HS
Tanah
Total Nilai
semua jenis
Konsumsi
44
Judul Kolom
Baris : Alokasi
Sumberdana Konstruksi
Kolom 8-Swadaya) : Diisi dengan nilai total biaya semua komponen Swadaya.
Caranya Jumlahkan Nilai pada Subjumlah Tenaga Kerja (subtotal 1) + subtotal
Bahan (subtotal 2) + subtotal Alat (subtotal 3) + subtotal Dana Tunai (subtotal 5)
+ subtotal Tanah/Tanaman (subtotal 6) + subtotal Konsumsi (subtotal 7) yang
ada
45
Diisi dengan nilai hasil total biaya semua komponen Swadaya sesuai kegiatan
masing-masing. Caranya, Salin Nilai Sub-Jumlah pada Kolom Swadaya (kolom 8)
Formulir RAB sesuai masing-masing komponen biaya.
Sama seperti Kolom (3) tetapi untuk Komponen sumberdana BLM/Lainnya
Diisi dengan nilai total penjumlahan biaya masing-masing komponen Swadaya
Masyarakat, BLM. Caranya Nilai Swadaya (kolom 3) ditambah dengan nilai
BLM/Lainnya (kolom 4) untuk masing-masing jenis uraian yang ada.
Diisi dengan jumlah nilai Biaya Tenaga kerja, Bahan, Alat, Administrasi, Tanah,
Tanaman dari Swadaya Masyarakat, BLM. Caranya jumlahkan nilai Biaya-biaya
tersebut untuk masing-masing kolom (3), (4), (5).
Diisi dengan nilai total HOK tenaga Kerja. Caranya Salin nilai jumlah HOK dari
masing-masing sumberdana pada Formulir RAB-4 (Baris Subjumlah Tenaga Kerja).
Perhatikan, Nilai HOK ini bukan nilai uangnya/bentuk rupiah tetapi volumenya
(satuannya HOK).
Diisi dengan jumlah nilai Biaya Tenaga kerja, Bahan, Alat, Administrasi (nilai baris A
s/d D) pada masing-masing sumber dana (kolom 3, 4, 5).
Salin sesuai dengan yang tertera pada Formulir RAB-4
Catatan :
(a). Khusus untuk pembiayaan kegiatan administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat
didorong untuk dipenuhi dari dana Swadaya masyarakat atau dukungan pihak
ketiga/swasta lainnya. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan
sumber dana dari BLM sepanjang dapat dipastikan penggunaannya oleh
konsultan (tidak disalah gunakan) dan ini tidak menutup kemungkinan adanya
swadaya. Stimulan dana administrasi kegiatan (tidak harus dihabiskan) pada
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
46
47
Sekretaris
Tim PENGENDALIAN
KUALITAS / KUANTITAS
Bendahara
PELAKSANA
LAPANGAN
Tim PENGADAAN /
LOGISTIK
Apabila diperlukan dilapangan maka struktur ini dapat saja disesuaikan kembali.
48
49
50
51
52
BAB 4
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan
memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.
1. Sasaran
Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan
sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan)
dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat
bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
o Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang
berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin
keselamatan
(keamanan/kenyamanan
dan
kesehatan
masyarakat
yang
menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat
dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu);
o Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang
ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
o Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan
(Tepat Biaya);
o Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib
Administrasi & Keuangan proyek);
2. Langkah-langkah kegiatan
A. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
(1) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan
KSM/Panitia dalam rangka pemanfaatan dana BLM untuk pembangunan sarana &
prasarana sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada Contoh Bentuk SPPD-L yang ditetapkan oleh
UPL/TPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.
Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik
BKM/UPL/TPP maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.
(2) Penajaman Rencana Kerja KSM/Panitia
Suatu rencana kerja hendaklah dibuat serinci mungkin agar lebih mudah untuk
dipahami dan dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut tidak cukup mudah,
apalagi ada keterbatasan kemampuan teknis personil dalam menyusun
perencanaan dan keterbatasan waktu yang tersedia untuk merencankan kegiatan.
Untuk mengantisipasi adanya kelemahan-kelemahan dalam perencanaan tersebut
maka perlu dilakukan evaluasi atau penajaman kembali rencana kerja sebelum
pelaksanaan dimulai.
Penajaman rencana kerja disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh KSM
selaku pelaksana kegiatan pembangunan, khususnya oleh Tim Pelaksana yang
telah dibentuk, dengan tujuan untuk memperoleh suatu rencana pelaksanaan
pembangunan yang lebih rinci dari rencana kerja awal (sudah diajukan dalam
proposal/SPPD-L) sehingga lebih siap dijalankan dilapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan sebagai langkah antisipasi adanya perubahan-perubahan dalam
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
53
rencana kerja awal baik yang disebabkan oleh adanya pemahaman baru yang lebih
mendalam tentang pelaksanaan kegiatan, perubahan kondisi lapangan dilokasi
prasarana, ketersediaan tenaga kerja, bahan, peralatan ataupun kondisi Tim
Pelaksana kegiatan sendiri, dan lain-lain yang akan mempengaruhi metode kerja
pelaksanaan untuk mencapai target-target yang sudah ditentukan dalam
pelaksanaan konstruksi.
Penajaman rencana kerja KSM/Panitia yang dicakup disini antara lain adalah
rencana jadwal pelaksanaan, rencana pengadaan/mobilisasi tenaga kerja/
bahan/alat, rencana tim pelaksana lapangan, rencana Tenaga Kerja yang akan
dimobilisasi.
Pelaksanaan hal tersebut dilakukan dengan cara mengevaluasi atau memeriksa
kembali dari setiap rencana yang telah ada, apakah semua hal-hal yang diuraikan
pada rencana semula (SPPD-L/Proposal) masih dapat diterapkan dilapangan. Jika
ada rencana yang perlu disesuaikan kembali maka dapat langsung diperbaiki. Hasil
perbaikan/perubahan inilah yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Tim
Pelaksana Lapangan sebagai acuan dalam pelaksanaan, disamping juga sebagai
alat monitoring suatu pekerjaan dilapangan nanti.
Keseluruhan hasil penajaman rencana kerja ini akan menjadi masukan dalam
penyelenggaraan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi yang
diselenggarakan oleh UPL/TPP.
(3) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini
diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan
sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara
kegiatan MP2K ini adalah UPL/TPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia
yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapanpersiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasanpenjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi
dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga
pihak KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami
baik teknis maupun administrasi kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
Adanya Rencana & Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap
dilaksanakan;
Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;
Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia
yang siap melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;
Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
Meningkatnya pemahaman KSM untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara
tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan PNPM;
(4) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia
Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL/TPP tentang teknikteknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau
pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia
selama pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
54
55
(3)
(4)
56
On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaanpekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama
pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut
membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL,
Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan
ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka.
Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan
contoh diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter),
kualitas dinilai oleh Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik
maka harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.
Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan.
Misalnya trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial
jalan didaerah sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk
bagian yang sangat kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan
MCK maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan
pemadatan beton dilapangan, dll.
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Pelaksanaan
Konstruksi
adalah
serangkaian
pelaksanaan
pekerjaan
pembangunan/fisik untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk
juga kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat
konstruksi yang telah direncanakan.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:
Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan
jenis-jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan
volume setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
57
Langkah-langkah pelaksanaan :
Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada
tahap perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah
menetapkan : Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasanbatasannya seperti volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya,
Rencana Biaya pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula
ditetapkan
struktur
organisasi
pelaksana,
orang-orang
yang
akan
bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih dan dilatih/dibimbing sehingga
memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing, maka tahap selanjutnya
adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari bangunan yang ingin
diwujudkan (Gambar).
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.
Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka
setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang
dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis
dari setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi :
Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,
penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;
Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan
masyarakat disekitar lokasi pekerjaan;
Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas
yang dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan
volume pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari
setiap jenis pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis,
spesifikasi teknis atau petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana &
prasarana.
Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan
mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat
(Mampu dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta
terkendali sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat
dicapai sebaik-baiknya. Dalam hal ini maka peranan manajemen yang dilakukan
adalah Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan
(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan
fungsi/tugas-tugas :
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur
58
59
60
Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap
sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;
yang
melaksanakan
61
Bentuk-bentuk
formulir
administrasi
dan
pelaporan
untuk
tahap
konstruksi/pembangunan sarana & prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia,
sekurang-kurangnya mencakup :
1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya dan BLM, merupakan
formulir harian (dibuat setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja
yang ikut melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)
dilapangan
b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat dari Swadaya & BLM, merupakan
formulir untuk mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui
swadaya masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.
c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan
per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup :
a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir
Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya
(Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir
Harian TK Swadaya & BLM yang telah dibuat sebelumnya.
b. Daftar Hadir Mingguan & Pembayaran Upah Tenaga Kerja dari BLM,
merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja
untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang
diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber
datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang
telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan
besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja
dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya
dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos
tenaga kerja.
c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat dari Swadaya & BLM,
merupakan formulir Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian
bahan/alat yang diberikan melalui swadaya masyarakat dan yang dari
pemasok/toko.
d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir
pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan
yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh
Pelaksana pada setiap akhir minggu
3). Laporan Kegiatan yang mencakup :
a. Laporan Kemajuan Kegiatan
Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan
kegiatan yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk
jangka waktu tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode
pelaporan sesuai dengan yang telah ditetapkan).
Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar
Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka
sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari
rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.
b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan
62
63
dapat
64
kembali
oleh
Tim
Sertifikasi,
dan
setelah
hasil
perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan
dengan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3).
(iii). Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak
Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak
dapat dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar
penyempurnaan), maka dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian
maka tindaklanjutnya perlu dilakukan kesepakatan bersama masyarakat
dan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti BKM, pemerintah
kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari solusi agar bangunan dapat
dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
d. Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan minimal oleh UPL/TPP dan Korkot.
Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur
Permintaan Sertifikasi
(Oleh KSM/Panitia)
Pemeriksaan
Oleh
TIM SERTIFIKASI
Penyusunan
B A P 2
Selesai
Layak
SP3
Belum Selesai/
Layak dgn Penyempurnaan
Keterangan :
- BAP2 : Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
- SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
65
SP3 ini merupakan tindak lanjut dari hasil Pembuatan BAP2, termasuk telah
dilakukan penyempurnaan pekerjaan (bila ada) atau yang dinyatakan telah
layak/Selesai.
(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O&P
Untuk prasarana komunal yang dibangun oleh KSM pemanfaat maka tidak perlu
dilakukan serah terima karena pada dasarnya KSM tersebut langsung menjadi
Pengelola Operasi dan Pemeliharaan prasarana yang dibangunnya. Namun
untuk prasarana publik yang dibangun oleh Panitia/Pihak ketiga lainnya, maka
setelah seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur dinyatakan selesai (SP3
dibuat), perlu dilakukan serahterima prasarana tersebut kepada warga
pemanfaat/masyarakat melalui Organisasi Pengelolanya.
Proses penyerahan untuk pengelolaan O&P ini hendaknya dilakukan bersama
oleh Pemerintah Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.
Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi
warga untuk melaksanakan pemeliharaan dan bagi pemerintah/BKM untuk
secara terus-menerus memberikan dukungan dan pembinaan secara
berkesinambungan sehingga prasarana dapat bermanfaat secara terusmenerus bagi masyarakat;
66
BAB 5
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
1. Pengertian
Penggunaan Istilah Pengendalian sering diartikan sama dengan pengawasan/supervisi
tetapi juga sering diartikan berbeda. Dalam istilah yang berbeda, pengawasan berhenti
sampai
pada
proses
adanya
temuan/penyimpangan
pelaksanaan
dari
rencana/standarnya, termasuk rekomendasi/tindaklanjutnya sedangkan pengendalian
sampai pada dilakukannya tindakan perbaikan atas penyimpangan tersebut. Pengawas
hanya sampai pada memberikan saran tindaklanjut/perbaikan atas temuan sedangkan
tindaklanjutnya dilakukan oleh pengendali.
Jadi Pengendalian lebih luas dari
pengawasan/supervisi.
Selanjutnya penjelasan dalam bagian ini menggunakan istilah supervisi/pengawasan
yang mempunyai arti yang sama dengan pengendalian dalam diarti sebagai tindakan
yang dilakukan untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau sampai dilakukakannya tindakan
perbaikan/penyelesaiaan atas penyimpangan yang ditemukan.
Selama proses pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur maka harus dilakukan
Pengendalian kegiatan, untuk menjaga agar sumberdaya yang dipergunakan dan proses
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan berjalan secara efektif dan efisien dan
terarah/terkendali menuju pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian maka pengendalian juga merupakan proses untuk mencapai tujuan.
Sedangkan tujuan pengendalian pada dasarnya juga merupakan tujuan dari pelaksanaan
pembangunan infrastruktur itu sendiri, yaitu Terwujudnya bangunan/infrastruktur secara
tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Biaya dan Tertib Administrasi;
2. Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai :
Jumlah Kuantitas dan Kualitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi standar
yang dipersyaratkan/direncanakan (Tepat Kualitas);
Jumlah Waktu dan jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
jadwal (Tepat Waktu) dan Biaya (Tepat Biaya) yang telah direncanakan.
Jumlah Instrumen/Administrasi pemeriksaan & pengukuran hasil pekerjaan yang
dibuat sesuai dengan standar administrasi yang telah ditetapkan/direncanakan.
Jumlah laporan yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai instrumen dan
periode pelaporan yang telah direncanakan;
Jumlah temuan/permasalahan/penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
termasuk konflik yang terjadi;
Jumlah bukti fisik/administrasi tindakan perbaikan atau penyelesaiaan permasalahan
atas temuan/penyimpangan negatif/kesalahan atau kekurangan dari pekerjaan yang
dilaksanakan;
67
68
69
Dengan pelaksanaan yang sesuai mekanisme dan substansi sasaran setiap kegiatan
pada tahap ini, kemudian dilakukan pengawasan/pengendalian selama pelaksanaan
tersebut maka melalui proses ini sangat diharapkan bahwa prasarana yang telah
dibangun berkualitas baik sesuai dengan yang telah dipersyaratkan/direncanakan, tepat
waktu, tepat biaya, tertib administrasi dan siap dikelola pemanfaatan/operasi &
pemeliharaannya secara bersama-sama oleh masyarakat.
Seperti telah diuraikan pada rencana pengendalian diatas, Pengendalian/Pengawasan
pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dengan menetapkan prioritas pengawasan, maka dapat
difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan, seperti diuraikan pada
tabel Aspek pengendalian berikut.
Aspek Pengendalian Mutu Pelaksanaan Infrastruktur
No
Aspek
Indikator - indikator
1.
Lingkup
Kegiatan
Pelaksanaan
Pembangunan
Infrastruktur
9 Jenis-jenis
2.
Mutu/Kualitas
Pekerjaan
a. Lingkup
Pekerjaan
Konstruksi,
termasuk
pekerjaan
konstruksi
untuk
pengamanan
dampak lingkungan dan
kelengkapan bangunan
untuk
menjamin
keamanan/keselamatan
pengguna;
9 Jenis-jenis
b. Spesifikasi
Teknis
Pekerjaan Konstruksi
9 Kondisi
kegiatan
untuk
tahap
pembangunan
infrastruktur
yang
dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan/ditetapkan dalam Program.
9 Urutan pelaksanaan kegiatan tahap
pembangunan infrastruktur yang dilakukan
dilapangan
sesuai
urutan/mekanisme
pelaksanaan yang telah direncanakan/
ditetapkan dalam Program;
9 Sasaran/keluaran yang ingin dicapai dari
setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam
program;
pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
standar/
direncanakan,
termasuk
pekerjaan
konstruksi untuk pengamanan dampak
lingkungan dan kelengkapan bangunan
untuk menjamin keamanan/keselamatan
pengguna;
9 Urutan pelaksanaan pekerjaan dilapangan
dilakukan sesuai urutan logis pelaksanaan
konstruksi dilapangan;
9 Diusulkan perubahan/pekerjaan tambahan
yang diperlukan untuk menjamin kualitas
Bangunan agar sesuai persyaratan teknis,
kriteria konstruksi yang dipersyaratkan
dalam standar bangunan termasuk dampak
lingkungan;
memudahkan
akses
penggunaan prasarana secara aman,
kenyamanan penggunaan.
lokasi pekerjaan konstruksi sesuai
dengan
persyaratan
konstruksi
yang
direncanakan
(kondisi
tanah
sesuai
desain/spesifikasi/gambar)
yang
telah
ditetapkan;
9 Semua lingkup aktivitas dari pekerjaan untuk
menghasilkan volume pekerjaan yang
berkualitas dilakukan, termasuk penentuan
70
No
Aspek
Indikator - indikator
elevasi/bouwplank;
9 Ada tindakan pengamanan keselamatan bagi
tenaga kerja proyek atau warga sekitar atau
warga yang menggunakan bangunan selama
kegiatan konstruksi (seperti pekerjaan
galian, timbunan yang dapat mengakibatkan
longsor, dll);
9 Waktu pelaksanaan setiap aktivitas dalam
pekerjaan tersebut sesuai persyaratan
spesifikasinya, Perhatian khusus pada
pekerjaan beton struktur atau yang
menggunakan mortar/campuran.
9 Komposisi campuran dilaksanakan sesuai
persyaratan dalam spesifikasi/Gambar yang
telah direncanakan.
9 Persyaratan
bahan/alat,
termasuk
sumbernya, kuantitas, ukurannyanya yang
dipergunakan memenuhi persyaratan dalam
spesifiksi teknis pekerjaannya;
9 Metode/cara kerja yang dilaksanakan sesuai
persyaratan teknis yang tercantum dalam
spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan.
9 Dimensi/ukuran konstruksi yang dibuat
sesuai dengan yang direncanakan/Gambar;
9 Dilakukan pengujian laboratorium dan hasil
pengujian kualitas pekerjaan yang dilakukan
memenuhi yang dipersyaratkan dalam
spesifikasi teknisnya, khususnya Air Bersih
yang sumber airnya bukan dari Air
PDAM/Sejenis, Air Hujan, dan Beton Struktur
yang telah ditentukan;
c. Volume
konstruksi
pekerjaan
d. Bangunan
dapat
berfungsi/ bermanfaat;
Pengamanan
Dampak
Lingkungan & Sosial
9 Semua
71
No
Aspek
Indikator - indikator
9 Keseluruhan
Waktu
Koordinasi
pelaksanaan/
perijinan yang diperlukan
dengan pihak terkait :
9 Diketahui
9 Waktu
72
No
Aspek
Indikator - indikator
menghentikan pekerjaan/pemutusan kontrak
(bila perlu).
Biaya Proyek
a. Kesesuaian
pengeluaran
Bahan,
Administrasi)
Rencana;
jenis
(Upah,
Alat,
dengan
b. Penyelewengan dana;
c. Administrasi
transaksi
selalu disertai dengan
bukti-bukti tertulis;
d. Apakah
dilaksanakan
pembukuan
Keuangan
dengan baik;
e. Apakah
swadaya
dipenuhi.
Administrasi
Proyek
kontribusi
masyarakat
a. Tertib Administrasi
b. Transparansi
akuntabilitas
dan Dana
dan
kegiatan
9 Diketahui
9 Jenis
administrasi/laporan harian/mingguan/
bulanan yang dibuat sesuai dengan jenis
administrasi/laporan yang telah ditetapkan/
direncanakan;
9 Pencatatan administrasi dilakukan secara
benar, lengkap dan sesuai kondisi riil
dilapangan;
9 Jenis-jenis administrasi/laporan dibuat/
disampaikan secara tepat waktu;
9 Dibuat arsip dokumen administrasi/laporan,
tersimpan dengan baik pada satu tempat
dan mudah dilihat setiap saat oleh siapa saja
yang berkepentingan;
73
74
75
76