Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

PENDAHULUAN
APA YANG BARU di INFRASTRUKTUR PL-PBK
(1) Pembatasan nilai total biaya setiap kegiatan lingkungan terbuka sesuai dengan
kebutuhan pembangunan dilapangan tanpa dibatasi dengan nilai tertentu bagi setiap
KSM/Panitia;
(2) Beberapa kegiatan tahap perencanaan teknis yang selama ini menjadi
tugas/tanggungjawab Panitia/KSM/Pakem pada PNPM-MP dan Paket, disini menjadi
tugas/tanggungjawab UPL/TPP, untuk selanjutnya hasil-hasil kegiatan tersebut menjadi
acuan/standar untuk dipergunakan oleh KSM/Panitia. Kegiatan dimaksud, yaitu :
a. Penyediaan Lahan & Perijinan pembangunan yang diperlukan;
b. Penyusunan Desain/Gambar & Spesifikasi Teknik Bangunan;
c. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial;
d. Survey Teknis, Harga Satuan, berikut kesepakatan Harga Satuan.
e. Rencana Anggaran Biaya dilakukan perhitungan secara teknik sejak awal untuk
selanjutnya menjadi acuan/pembanding nilai biaya proposal pelaksanaan kegiatan
yang disusun oleh setiap KSM/Panitia;
f. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan secara garis besarnya (Jadwal Induk);
Dalam menjalankan tugas/tanggungjawab tersebut, UPL/TPP difasilitasi oleh
Fasilitator/Tim Teknis Pemda. Dan pelaksanaan kegiatannya tetap dilaksanakan secara
partisipatif (melibatkan masyarakat/warga calon pengguna prasarana, termasuk tokohtokoh masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan setempat).
(3) BKM (UPL/TPP) menyusun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) penyediaan
Pelaksana Pekerjaan (KSM/Panitia) untuk menjadi acuan bersama;
(4) Pembentukan/pengembangan lembaga Pengelola O&P prasarana yang akan dibangun,
disepakati bersama oleh warga pemanfaat sejak awal dan menjadi tugas/tanggungjawab
BKM (UPL/TPP). Secara Individu maupun secara kelembagaan, Pengelola O&P ini
dapat ditunjuk oleh BKM menjadi pelaksana pembangunan prasarana yang akan
dikelolanya.

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana & prasarana guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan
lingkungan program Pembangunan Lingkungan Permukiman Berbasis Komuntas (PLPBK).
Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana & prasarana guna agar memenuhi ketentuan teknis dan
administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan lingkungan yang telah
ditetapkan program PL-PBK.

2. RUANG LINGKUP
Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan
infrastruktur, Uraian kegiatan infrastruktur, langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur.

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana

3. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR PROYEK PL-PBK


a). Umum
(1) Kegiatan pembangunan infrastruktur PL-PBK secara substansi bermakna sebagai
media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses
bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan lingkungan permukiman,
khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana & prasarana
(fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan yang
aman, tertib, sehat, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;
(2) Seluruh kegiatan infrastruktur yang dibangun dalam proyek ini harus dapat
memberikan manfaat secara langsung dan sebesar-besarnya bagi warga miskin,
khususnya pemanfaatan dana BLM;
(3) Untuk proyek/sub-proyek yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat
dapat mengorganisasi diri dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan
bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Untuk sub-proyek yang berskala publik,
maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana
kegiatan yang dalam lingkup kerjanya akan dikoordinasikan oleh unit pengelola
kegiatan lingkungan (UPL)
(4) Seluruh kegiatan sarana & prasarana yang dibangun melalui program ini harus
memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan & peraturan yang
berlaku;
(5) Jenis kegiatan infrastruktur dapat memilki sifat kemanfaatan : Publik/Umum,
Komunal/Kelompok dan Individu/Pribadi (Individu hanya boleh untuk KK miskin);
(6) Petunjuk Teknis disediakan sebagai pedoman yang diharapkan bermanfaat bagi
perencana dan pengawas (fasilitator bersama masyarakat), dan jarang terdapat
sesuatu hal yang dilarang secara mutlak karena setiap prasarana mempunyai
keadaan yang unik. Sehingga masukan teknis dapat diterima dari banyak sumber,
termasuk Konsultan ditingkat Kab/Kota, Provinsi/Wilayah, SNVT/Satker/PPK atau
SKPD/Dinas Pekerjaan Umum/Instansi Teknis terkait setempat.
b). Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur/Lingkungan
(1) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang
dibangun;
(2) Memberikan prioritas untuk memenuhi kebutuhan Infrastruktur bagi masyarakat
miskin yang diusulkan dan disepakati bersama oleh warga setempat
sebagaimana tertuang dalam Dokumen PJM-Nangkis Kelurahan/Desa atau
perubahannya;
(3) Mempunyai dampak sosial-ekonomi yang paling optimal terhadap kegiatan
masyarakat, terutama warga miskin;
(4) Memberikan prioritas kegiatan infrastruktur yang merupakan integrasi antara
kebutuhan lokal dengan upaya pengembangan wilayah/kawasan kelurahan/desa
yang lebih luas;
(5) Lahan untuk pembangunan telah tersedia atau dapat disediakan sendiri oleh
masyarakat/pemda tanpa menggunakan dana BLM program;
(6) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan
teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat
dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan
dari luar wilayah setempat;
(7) Tidak bertentangan dengan Kegiatan yang Dilarang oleh program, tidak
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
(8) Tidak mempunyai masalah teknis yang sangat berat dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat dalam kurun waktu singkat sesuai ketentuan program;
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

(9) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah atau program lain;
(10) Untuk prasarana yang bersifat jaringan, harus terintegrasi dengan
sistem/jaringan pelayanan yang sudah ada (seperti prasarana jalan, jembatan,
drainase, irigasi, persampahan).
(11) Untuk usulan prasarana yang memerlukan dukungan (prasarana atau tenaga
bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau
dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti
antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan
tersebut.
a). Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur/Lingkungan :
(1) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat
sesuai kualifikasi yang diperlukan;
(2) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar
teknis/spesifikasi teknis;
(3) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana
harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap
bencana);
(4) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang;
(5) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi
teknis terkait, seperti PU sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan
(Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal
serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
(sosial);
(6) Dicari karya yang bermutu dan dapat memberikan nilai tambah estetikaarsitektural sehingga dapat memberikan pandangan yang sesuai dan harmonis
dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

BAB 2
URAIAN KEGIATAN LINGKUNGAN
1. Manfaat Yang Diperoleh Dari Pembangunan Infrastruktur
Sesuai dengan konsepsi kegiatan PL-PBK, maka manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh melalui pembangunan infrastruktur adalah :
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap lingkungan hunian yang sehat, tertib,
aman dan lestari;
2. Masyarakat puas dengan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;
3. Infrastruktur yang dibangun 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun
melalui pola yang tidak berbasis komunitas/masyarakat;
4. Terlaksananya aturan-aturan yang disepakati bersama masyarakat dan pemerintah
daerah, khususnya terkait aturan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;
2. Hasil Yang Ingin Dicapai Dari Pembangunan Infrastruktur
Sejalan dengan manfaaat yang diharapkan tersebut diatas, maka dalam konsepsi
kegiatan PL-PBK, diharapkan dapat dicapai hasil melalui pembangunan infrastruktur
adalah :
1. UPL terlatih dan berfungsi efektif melaksanakan pengembangan permukiman dan
peningkatan pelayanan publik;
2. Alokasi Dana BLM/APBN untuk Pelaksanaan Fisik dapat dicairkan/disalurkan kepada
kelurahan/desa;
3. Kegiatan Infrastruktur
diselesaikan;

yang

dilaksanakan

dengan

dana

BLM/APBN

dapat

4. Kegiatan Infrastruktur yang dibangun memiliki kualitas baik;


5. Kegiatan Infrastruktur yang dibangun memiliki system O&P yang baik;
6. Adanya Kontribusi Masyarakat, Pemda/Kelurahan/Desa, Swasta dan pihak lainnya,
minimum 40% dari total dana BLM pembangunan Infrastruktur;
3. Jenis-jenis Kegiatan Infrastruktur
Kegiatan lingkungan atau infrastruktur yang dibangun melalui P2KP/PNPM Mandiri
Perkotaan pada dasarnya bersifat sangat luwes (flexible) sesuai usulan/kebutuhan
masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin.
Secara umum jenis jenis sarana/prasarana yang dibangun melalui program ini
sebagaimana diuraikan dalam diagram berikut.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

DIAGRAM : RINCIAN JENIS SARANA & PRASARANA BESERTA SATUAN PENGUKURANNYA


Prasarana Jalan &
Pelengkapnya

Meter

Meter

Unit

Tanah
Rabat Beton
Sirtu/Kerikil
Makadam
Telford
Aspal
Paving Blok
Tembok
Penhan Beton
Turap Kayu
Tembok Ps
Bata/Batu
Bronjong
Sal. Ps. Bata/
Batu
Saluran
Tanah
Saluran Beton
Gorong2
Beton/Plat

Prasarana
MCK
Unit

Mandi,
Cuci Kakus
Jamban/
Kakus

Prasarana
Persampaha
Unit

Drainase
Permukiman

Meter

Unit

Kayu
Baja/pipa besi
Beton
Pelimpas
Gantung

Unit

Meter/
Km

Sal. Pas.
Bata/Batu
Sal.
Tanah
Sal.
Beton
Sumur
Resapan

Prasarana
Jembatan

Meter

TPS
Gerobak
Sampah

Prasarana
Air Bersih

Unit

Prasarana
Kesehatan
Unit

Poskesdes
Posyandu
Polindes

Sumur Gali
Sumur P.
Tangan
Penampung
Air Hujan
Hidran
Umum
Air Bersih
Perpipaan
Penangkap
Mata Air
Instalasi
Pengolah
Air
Sederhana
(SPL/SKNT)
Sumur Bor
Kran Umum

Penerangan
Umum

Unit

Bangunan
Air/

Penerangan
Umum
(Kabel +Tiang
+ Lampu)
Pemb. Listrik
(Genset/PLTM
+Jaringan +
Rmh Genset)

Unit
Unit

Prasarana
Pendidikan

Unit

Tambatan
Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana

Meter

Meter

Prasarana T. Perahu
Unit

Unit

PAUD/
TK
Rehab.
SD
Rehab.
SMP

Box
Pengambil
Bebas
Sal.
Pembawa &
Box Bagi
Sal.
Pembuang
Bend.
Cerucuk
Bend.
Bronjong
Pintu Air
Embung/
Waduk

Prasarana
Perdagangan
Unit

Pasar/Kios
Tempat
Pelelangan
Ikan (TPI)

Prasarana
Perumahan
Unit

Prasarana
Lain-Lain
Unit

Balai
Pertemuan
Warga
.

Rehab
Rumah
Warga
Miskin

4. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


Secara umum mekanisme pelaksanaan Kegiatan Pembangunan sarana & prasarana,
mencakup 3 tahapan yaitu a). Tahap Perencanaan Teknis, b). Tahap Pelaksanaan
Pembangunan (Konstruksi/Fisik) dan c). Tahap Pasca Konstruksi (Operasi/Pemanfaatan
& Pemeliharaan). Masing-masing tahapan mencakup lingkup kegiatan sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan Teknis
A. Persiapan, mencakup kegiatan Pengembangan/Pembentukan Organisasi dan
Coaching/Konsolidasi Penguatan Tim inti Pelaksana Pembangunan (TPP);
B. Pelaksanaan Perencanaan Teknis Usulan Kegiatan yang dibagi atas 2 sub
kegiatan utama, yaitu :
1) Tahap Perencanaan Teknis, yang dilakukan oleh TPP, mencakup :
a). Penyediaan Lahan dan perijinan yang dibutuhkan;
b). Survey dan Identifikasi (Teknik Infrastruktur, Swadaya Masyarakat dan
Harga Satuan Upah/Bahan/Alat, termasuk dokumentasi (Photo-photo)
Infrastruktur kondisi awal (0%);
c). Pembuatan Desain/gambar-gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis dan
Pedoman Operasi & Pemeliharaan;
d). Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial;
e). Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB);
f). Pembuatan Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan;
g). Pembuatan dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan;
h). Kesepakatan Pelaksanaan (Pola dan Pemaketan Pelaksanaan Kegiatan);
i). Penyusunan Dokumen Pengadaan Pelaksana Pekerjaan atau RKS (untuk
pekerjaan yang akan dipihak ketigakan);
j). Pembentukan/Pengembangan Organisasi Pengelola O&P (termasuk
rencana kerja dan aturan mainnya);
2) Tahap Penyiapan Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur :
a).
b).
c).
d).

Pembentukan/Pengembangan Organisasi KSM/Panitia;


Coaching/Pelatihan KSM/Panitia;
Penyusunan Dokumen Proposal Pelaksanaan Kegiatan;
Verifikasi Kelayakan Proposal Usulan Pelaksanaan Kegiatan;

Catatan : Bila ada kegiatan yang dilaksanakan dengan sumberdana dari


APBD/Swasta/pihak ketiga lainnya yang menginginkan tidak dengan pola
swakelola masyarakat maka pola pelaksanaan dapat dikembangkan sesuai
kesepakatan dengan pihak penyandang dana tersebut.
2) Tahap Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur (Tahap Konstruksi)
a. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan :
a) Penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama/Surat Perjanjian Pemanfaatan
Dana-Lingkungan (SPPD-L);
b) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK);
c) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia;
d) Pembuatan & Pemasangan Papan Nama Kegiatan dilokasi proyek;
b. Pelaksanaan Konstruksi :
Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur dan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatankegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
a) Pencairan Dana;
b) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat;
Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana

c) Musyawarah Pengadaan Bahan dan Alat (bila ada), khusus untuk kegiatan
yang dilaksanakan oleh masyarakat
d) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan yang diselenggarakan oleh
Tim Fasilitator dan UPL bagi KSM/Panitia, termasuk pihak Kontraktor untuk
Pola KSO;
e) Pelaksanaan pembangunan fisik;
f) Supervisi kegiatan Konstruksi;
g) Membuat Administrasi/Laporan Harian, Mingguan dan Kemajuan
Pekerjaan;
h) Membuat Dokumentasi (Photo-photo) kondisi 50%, 100%;
i) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%;
j) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Mingguan Lapangan;
k) Pelaksanaan
Pemeriksaan/Sertifikasi
&
Membuat
Berita
Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAP2) dan SP3;
l) Pembuatan Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan
kepada BKM/UPL;
m) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O&P;
3) Tahap Pasca Konstruksi, yaitu pelaksanaan Operasi/Pemanfaatan & Pemeliharaan
sarana & prasarana yang telah dibangun.
Secara lebih rinci keseluruhan tahapan tersebut dapat dilihat pada diagram -1 & 2.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan lingkungan berikut :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

DIAGRAM 1. : TAHAP PERENCANAAN TEKNIS ( & PENYIAPAN PELAKSANA ) PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA PROGRAM PLPBK
PERSIAPAN

SURVEY & INVESTIGASI

PEMBENTUKAN
TPP

COACHING /
KONSOLIDASI
TPP
Pengorganisa
sian & Teknis
Kegiatan

PENYIAPAN PELAKSANA KEGIATAN

PERENCANAAN TEKNIS /PENYUSUNAN DTPL

Desain/
Gambar &
Spesifikasi
Teknis,
Pedoman
O&P

Teknis
Sarana &
Prasarana

Harga Satuan
Upah/Bahan/
Alat

Penyediaan
Lahan
(Safeguards)

Rembug
Kesepakatan
Harga

Pengamanan
Dampak
Lingkungan
(Safeguards)

Rencana
Anggaran
Biaya
Pekerjaan
Rencana
Jadwal

Penyusunan Contoh
Bentuk Proposal
Pelaksanaan
Pekerjaan

(Teknis & Biaya)

Pengembangan/
Pembentukan
Organisasi
Pengelola O&P

L KM/TPP
KSM/PANITIA
COACHING
KSM/Panitia
PENGEMBANGAN
/ PEMBENTUKAN
KSM/PANITIA

Pengorganisasi
an & Teknis
Penyusunan
Proposal

Penyusunan
Proposal &
Penyampaian
ke BKM/TPP

CATATAN :
Untuk Kegiatan Pembangunan Infrastruktur yang sumberdananya bukan dari sumber BLM/APBN Program PLPBK maka Pola
Pelaksanaan dapat dsesuaikan dengan kesepakatan masyarakat dengan penyandang dana/donor.

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana

DIAGRAM 2. : TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA (POLA SWAKELOLA MASYARAKAT)
PERSIAPAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI

PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK

Rembug
Pengadaan
Musy.
Persiapan
Pelaks.
Konstruksi

PENANDA
TANGANAN
KONTRAK /
SPPDL

(MP2K)

Coaching
Pelaksana
(Teknis,
Admin,
Keuangan)

Supervisi Pelaksanaan
Konstruksi &
Rapat2 Evaluasi

L KM/TPP
KSM/PANITIA
Penjaman
Rencana
Kerja KSM

Mobilisasi
(T. Kerja,
Bahan,
Alat)

Praktek Kerja Lapangan


(OJT)

Pelaksanaan Konstruksi,
Pencairan Dana,
Pengamanan Dampak,
Laporan Kemajuan,
Administrasi/Pembukuan
Photo (50%, 100%)

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

OPERASI &
PEMELIHARAAN

BAB 3
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN KEGIATAN
Perencanaan kegiatan yang dimaksudkan disini adalah perencanaan detail/rinci atas
proyek/sub-proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan
RPLP/RT-PLP. Secara garis besarnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan
sebagai berikut.
A. Ditingkat BKM/LKM

1. Persiapan
(a). Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan (TPP)
BKM/LKM bersama Lurah/Kades memfasilitasi pembentukan TPP melalui
musyawarah warga. TPP dapat dipilih dari warga, kelompok peduli dan unsur
pemerintah kelurahan/desa, termasuk dari instansi teknis pemda.
Peran utama TPP adalah membantu UPL, meliputi :
a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi kelurahan, atas dasar kelayakan
kegiatan (teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan) dan memberikan dampak
sosial-ekonomi yang paling optimal bagi warmis, serta integrasi antara kebutuhan
lokal dengan upaya pengembangan kawasan kelurahan/desa yang lebih luas;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan meminta verifikasi
kelayakannya pada SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat;
d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan & pelaksanaan kegiatan
dengan berbagai pihak terkait;
e). Menyusun Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (bila ada) dan memfasilitasi
Panitia Pengadaan dalam proses pengadaan (bila ada);
f). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O&P (termasuk penyusunan
Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
g). Memfasilitasi
pembentukan/pengembangan
KSM/Panitia
pelaksana
pembangunan infrastruktur;
h). Memfasilitasi
Coaching
penyusunan
proposal
&
pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia;
i). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia;
j). Memeriksa kelengkapan dokumen SPPD-L berikut lampirannya dan memfasilitasi
penandatanganannya antara BKM/LKM dengan KSM/Panitia;
k). Memfasilitasi Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi
semua KSM/Panitia kegiatan lingkungan;
l). Memfasilitasi kegiatan Coaching/On The Job Training (OJT) Teknis/Administrasi
proyek kepada KSM/Panitia;
m). Memfasilitasi pengadaan bahan, alat dan tenaga terampil/ahli/jasa konstruksi (bila
ada) yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
n). Memverifasi dan merekomendasikan pencairan dana kepada KSM/Panitia;
o). Mengkoordinasikan untuk sinkronisasi dan keterpaduan pelaksanaan seluruh
pembangunan infrastruktur yang dilaksanakana oleh KSM/Panitia;
p). Melakukan pengendalian/pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik yang
dilakukan KSM/Panitia :
Memastikan KSM/Panitia mempelajari dan memeriksa semua dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

10

Mengawasi pemakaian bahan/peralatan (kuantitas, kualitas, ukuran) dan


metode pelaksanaan serta mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan;
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi ukuran, kualitas,
kuantitas dan laju pencapaian volume;
Mengendalikan pelaksanaan program pengamanan dampak lingkungan &
sosial dan program keselamatan kerja pekerjaan konstruksi;
Memfasilitasi rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk
mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya
percepatan atau penyelesaiaan permasalahan dilapangan;
Memverifikasi laporan-laporan (Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk
photo2 dokumentasi) yang dibuat KSM/Panitia;
Menyusun Berita Acara perubahan (amandemen) kontrak/SPPD-L akibat
adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada), termasuk penyesuaian
spesifikasi dan gambar-gambar;
Menyusunan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan konstruksi yang
dikelola BKM berdasarkan hasil-hasil pengawasan dan laporan KSM/Panitia;
Melakukan Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur;
Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang muncul ditingkat kelurahan,
termasuk
merekomendasikan
sanksi/peringatan
atas
pelanggaran
pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam
SPPD-L;
(b). Coaching/Konsolidasi TPP
BKM/UPL memfasilitasi dan menyelenggarakan coaching/konsolidasi bagi anggotaanggota
TPP,
terutama
untuk
pengorganisasian
dan
peningkatan
pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
tanggungjawabnya. Untuk menjalankan tugas-tugasnya, TPP dapat mengorganisasi
warga (pokja-pokja) untuk berpartisipasi sebanyak-banyaknya, misalnya untuk
pelaksanaan survey teknis atau monitoring partisipatif oleh warga;

2. Penyediaan Lahan
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah
(termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai
lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan
keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan
membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam
hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya)
maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum
yang berlaku.
Oleh karena itu, program P2KP menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi
pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal
penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.
Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah :
Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung
tercapainya mutu/manfaat bangunan);
Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli
disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami
sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;
Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratanpersyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila
ada);

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

11

Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses
musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan
lahan dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan
Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan
Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),

Indikator keluaran kegiatan, adalah :


Luas lahan yang tersedia sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan
mendukung tercapainya mutu/manfaat bangunan);
Jumlah kontribusi penyediaan lahan (tanah/bangunan/aset berharga lainnya yang
terkena lokasi kegiatan) dari masyarakat diketahui.
Jumlah pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli
disekitarnya diketahui;
Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang terlibat dalam pertemuan-pertemuan
penyediaan lahan diketahui;
Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang puas atas terselesaikannya persyaratanpersyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila
ada);
Jumlah dan kelengkapan bukti-bukti administratif proses musyawarah (Daftar Hadir,
Notulen, BA) dan Hasil Kesepakatan persetujuan lahan dari pemilik/yang terkena
dampak (Surat Pernyataan Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat
Permohonan Pelepasan Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada)),
Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :
Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat,
termasuk bagi penduduk asli setempat;
Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat
mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau
akibat-akibatnya,
Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya)
dalam proses/forum pengambilan keputusannya;
Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara
benar sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil
kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi.
Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui :
1) Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari
pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);
2) Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari
pemiliknya kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;
3) Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik
masih tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak
kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air
bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih
diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai
tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.
4) Kompensasi atau gantirugi tunai, penyediaan lahan yang diberikan oleh pihak
pemilik dengan persyaratan ada ganti rugi tunai.
Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman
produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan,
tetapi dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus
untuk proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak
memerlukan lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

12

cukup dibuat Surat Pernyataan Penggunaan Lahan dari Pemerintah Kelurahan/Desa


setempat;
Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif dengan langkah-langkah
kegiatan adalah sebagaimana pada diagram proses penyediaan lahan. Khusus untuk
penyediaan lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari
Pejabat Pembuat Akta Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan
waktu yang cukup panjang maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan
memulai pelaksanaan pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan
dapat rampung sebelum pemanfaatan prasarana.

3. Penyusunan Desain/Gambar, Spesifikasi Teknis dan Panduan O&P


(a). Survey Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan Desain bangunan maka terlebih dahulu harus
dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan datadata/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang
sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur
yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi),

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

13

kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian


penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll.
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan
desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh
karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu
dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :
Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;
Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan
digunakan;
Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti :
patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;
Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya
relawan/masyarakat dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat
berlangsung lebih efektif.
Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus
dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan
pihak Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan
rintangan.
Pada kegiatan survey teknis ini, juga sekaligus membuat dokumentasi/photo awal
(0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan
dibangun, misalnya untuk Jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat
diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain
yang dianggap penting) sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air
bersih non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil
dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang). Penting untuk
diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya
akan menjadi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi
50% dan 100%.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga
kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang
akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal
yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga
kerja setempat.
Beberapa prosedur yang umum dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan survei
prasarana dapat dilihat pada penjelasan Survey Teknis Prasarana, buku Suplemen
Teknis, Perencanaan Teknis, Jilid 2 (buku untuk Fasilitator PNPM-MP) atau buku 1
Persiapan dan Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana (buku untuk
BKM/Masyarakat).
(b). Pembuatan Desain, Gambar-gambar, Spesifikasi Teknis
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya
mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu
siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan
seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut.
Membuat Desain, Spesifikasi & Gambar-gambar perencanaan teknik, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan
yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

14

(keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat


penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan
tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya
diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar & Spesifikasi Teknis,
kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan
volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L/SPPB. Kemudian pada
tahap pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan.
Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih
merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka
dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir
proyek, sebagai media komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang
berkepentingan, khususnya bagi semua orang yang membutuhkan bangunan
tersebut dan yang akan melaksanakan pembangunanannya sehingga memperoleh
pemahaman yang sama tentang wujud tujuan itu (tidak hanya ada dalam bayangan
sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan saja).
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan
persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :
Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang
menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan
kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);
Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis
bangunan tersebut;
Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu),
termasuk bila kondisi tanah dasar jelek;
Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat
sesuai kebutuhan;
Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti
tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai
jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan
bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,
lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap
sesuai persyaratan teknis
bangunan (bila ada);
Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan
belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran
campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton
bertulang campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm
: 5psr dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai
kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.
a) Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan
dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka
dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam
pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak
lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan
yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

15

perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi


guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan
dalam Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.
Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu
pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan
Umum atau instansi teknis terkait lainnya.
b) Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai
persyaratan-persyaratan
teknis
dan
ketentuan-ketentuan
pelaksanaan
pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis
merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis
besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan),
komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait
yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).
c) Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi
teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambargambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu
prasarana tersebut.
Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu :
1) Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan
dibangun;
2) Gambar Situasi, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan
akhir pekerjaan atau menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan
dibuat.
3) Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok
(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).
4) Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana
yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
5) Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran
tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga
dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran
yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap
genteng beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur
yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari
gambar potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan
balok/kolom, detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.
6) Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau
sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan
Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat. Hasil Verifikasi ini
sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat
bermanfaat bagi warga miskin, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis
(bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan &
keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif
atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah & aman diakses oleh
warga pengguna bangunan).
(c). Penyusunan Panduan Operasi & Pemeliharaan (O&P) Prasarana
Penyusunan panduan teknis Operasi & Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk
memberikan panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O&P yang
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

16

dibentuk untuk melaksanakan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana yang


dibangun.
Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan prasarana
secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana.
Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan
setiap jenis prasarana dapat mengacu pada buku Pedoman Teknis Sederhana
Pembangunan Prasarana yang diterbitkan oleh Departemen PU (dicetak dan
distribusikan kepada KMW/Korkot/Tim Fasilitator P2KP/PNPM MP Tahun 2007).

4. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)


Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang
menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya
perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.
Sasaran kegiatan adalah : untuk mewujudkan bangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif sosial dan lingkungan. Adapun Indikator keluaran kegiatan adalah :
Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak
termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah ditetapkan;
Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan & Sosial akibat dari
pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan;
Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial dan
lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan proyek ini;
Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :
1). Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain
lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah
ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan
tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan
3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi
dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi
dampak negatifnya.
Setiap proposal kegiatan infrastruktur(proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan
prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada subproyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada
pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap
alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut layak
atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut :
9 Usulan Kegiatan yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara
menyeluruh tidak akan didanai oleh program;
9 Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik
lokasi sub-proyek hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study
UKL/UPLnya sesuai kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan
tidak ada proposal yang masuk kategori ini.
9 Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard
operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan
lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini.
Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak
memerlukan study AMDAL atau UKL-UPL, akan dilakukan melalui :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

17

(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar
teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti
Departemen Pekerjaan Umum; dan
(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui
prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan
infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
dan Daftar Periksa Kegiatan Terlarang.
Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan
identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana
bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan
kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama
atau termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah
tercantum dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom
yang disediakan.
Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak
dapat didanai.
Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar
identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan
penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan
melakukan pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi
sumber dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang
sesuai. Hasil identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya
dituangkan dalam formulir tersebut.
Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa
Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang
akan dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada
potensi sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah
dicantumkan dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak).
Apabila Ada, maka pilih tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia
pada kolom alternatif penanganan dampak).
Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah
dibuat, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial ini juga harus
diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui
oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat.
Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan buku Buku
Pedoman Pelaksanaan Program dan buku Suplemen, Petunjuk Teknis Pengamanan
Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards).

5. Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi
yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan
tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaannya dan Urutan
pelaksanaannya.
(1). Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi
Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
pembangunan infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan
infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan
dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar
tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk
membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

18

Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis
pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti
komposisi
campurannya,
dimensi,
persyaratan
material/peralatan,
ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh
untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :
No
Item Pekerjaan
Satuan
1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan
M2
2. Penimbunan Badan Jalan
M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)
M3
4. Galian Tanah Parit
M3
5. Pekerjaan Beton
M2
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali
M3
Catatan :
Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar
dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup
aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan
kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan
Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan,
memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja,
melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar,
membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut
maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan
tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah
diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi
tumpang tindih pembiayaan).
Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam P2KP, banyak
dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar
kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap
identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara
lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan
pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotongroyong.
Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan
pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi
keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara
khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan
sumberdaya dimasyarakat setempat).
(2). Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan
Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan
yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang
diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana
(untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :
Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata
lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai
cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:
- Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi
(m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan;
Berbeda dengan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

19

- Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =
panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang
direncanakan (sesuai ukuran pada gambar).
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta
dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
1. Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuranukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);
2. Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan
pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan
dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut :
No

Uraian Pekerjaan

Satuan

1.

Lapis Pondasi Bawah


Kelas C (Sirtu)

M3

Sketsa dan Perhitungan


T= 20cm

Volume

100

L= 2,5m

P (panjang)= 200m

Vol. = P x L x T
= 200 x 2,5 x 0,2
= 100
Dst.

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada


perhitungan biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan
volumenya harus cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
3. Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.
Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung
volumenya (langkah 2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel
yang menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara
keseluruhan kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat
dibuat seperti tabel / formulir berikut.

Cara Pengerjaan Formulir :


9 No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
9 Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan
9 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
9 Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan
(3). Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara
bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan
teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan
dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau
kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

20

Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi
lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan
cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya
dari dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan
berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume
pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang
tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya
pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana
masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan,
karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan.
Sehingga hal ini diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume
kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya
metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan
jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai referensi koefisien perhitungan
volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat
(seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan
Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan
analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan seperti SNI
atau BOW.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program P2KP maka
diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja
masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian
kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang
meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas
yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau tenaga
terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan gelagar
besi jembatan, dll.
(4). Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat
berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah
selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja
yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :

Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?

Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?


Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut dan terurut pada
Pembuatan Saluran Drainase berikut :
Kegiatan Tidak Terurut

1)
2)
3)
4)
5)

Pembersihan Lapangan
Pemasangan Bouwplank
Urugan Pasir dasar saluran
Galian Tanah
Urugan kembali bekas galian

Kegiatan Terurut

1)
2)
3)
4)
5)

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

Pembersihan Lapangan
Pemasangan Bouwplank
Galian Tanah
Urugan Pasir dasar saluran
Pasangan Batu Kali
21

Kegiatan Tidak Terurut

6)
7)
8)

Pasangan Batu Kali


Meratakan & pemadatan urugan
Plesteran dan acian

Kegiatan Terurut

6) Urugan kembali bekas galian


7) Meratakan & pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian

Contoh : Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan
Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai Kegiatan Memasang Pasir Urug
didasar saluran dan selanjutnya diikuti oleh Kegiatan Urugan/Timbunan kembali
tanah bekas galian, Dst.

6. Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan
rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya
memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua
jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.
Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :
1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;
2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan;
3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana
dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana
yang akan dibuat;
4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan
dalam proposal pelaksanaan kegiatan;
Sasaran kegiatan ini adalah diketahuinya jangka waktu pelaksanaan proyek/keseluruhan
pekerjaan yang paling realistis dan tidak melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh
program. Indikator keluarannya adalah :
Adanya rencana waktu pelaksanaan tiap pekerjaan sesuai dengan volume pekerjaan
yang akan dilaksanakan (tidak terlampau lama atau cepat);
Adanya jadwal pelaksanaan proyek (keseluruhan pekerjaan) yang tidak melampaui
batas waktu yang ditetapkan dalam master schedule program;
Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :
1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);
4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis
kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan
prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu
kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa
berupa nilai biaya atau waktunya;
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat
sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya
kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2. Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.
3. Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);
4. Tentukan/perkirakan lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga
durasi). Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
5. Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

22

6. Gambarkan waktu pelaksanaan dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok
pada skala waktu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan jadwal :
(1). Urut-Urutan Kegiatan
Dalam penyusunan Jadwal Pekerjaan, cara penulisan urutan kegiatan lazimnya
disusun/ditulis dari atas kebawah, sehingga secara sederhana susunan tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa suatu kegiatan dilaksanakan setelah selesai
kegiatan sebelumnya (kegiatan nomor diatasnya) kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan berikutnya (kegiatan nomor dibawahnya).
Secara detail penjelasan bagaimana menentukan urut-urutan pekerjaan konstruksi
dapat dilihat pada penjelasan menentukan lingkup pekerjaan yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya.
(2). Waktu Pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan (Durasi) adalah jumlah waktu (satuannya boleh hari,
minggu dan seterusnya) yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
Untuk menentukan waktu pelaksanaan dari suatu jenis kegiatan maka pertama kita
harus ketahui lebih dahulu volume kegiatan yang akan dibuat (volume rencana),
kemudian kita tentukan metode kerja apa yang akan kita pakai.
Peranan Metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi durasi pekerjaan.
Kemampuan kerja (produktivitas) antara tenaga manusia (metode padat karya)
dengan peralatan (metode mekanis) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan
digunakan, ini sangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan (seperti
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan), apakah memungkinkan bila menggunakan
peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja atau peralatan atau kombinasi antara
keduanya (t. kerja dan peralatan).
Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya adalah kegiatan
yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat
dilakukan dengan cara perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang
mempunyai pengalaman seperti tukang atau mandor bangunan agar taksiran
waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan (lebih realistis).
Untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap jenis kegiatan
(durasi), dengan cara perkiraan maka dapat dilakukan dengan memperkirakan
langsung durasi setiap item pekerjaan. Atau dapat dilakukan dengan langkahlangkah pendekatan perhitungan sederhana sebagai berikut :
1) Perlu di ketahui volume dari tiap jenis kegiatan, volume kegiatan yang besar tentu
akan memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama dibandingkan dengan
volume yang lebih sedikit (dalam kondisi jumlah tenaga kerja/alat yang
tetap/sama);
2) Perlu ditentukan metode kerja yang akan digunakan, apakah dengan tenaga kerja
atau peralatan. Dari Metode kerja yang dipilih, selanjutnya perlu diketahui
produktivitas/kemampuan kerja dari setiap tenaga kerja atau peralatan yang akan
digunakan. Kemampuan Kerja disini dapat diartikan sebagai jumlah volume
pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seorang tenaga kerja atau satu unit
peralatan persatuan waktu tertentu. Satuan waktu tertentu ini bisa dipakai satuan
hari atau jam kerja. Sebagai contoh, misalnya kemampuan seorang tenaga kerja
untuk menggali tanah adalah 3 meterkubik per hari (6 jam kerja) atau kemampuan
alat excavator untuk menggali adalah 3 meterkubik perjam (18 M3 perhari).
Informasi untuk memperoleh nilai produktivitas tenaga kerja tiap jenis pekerjaan
dapat langsung ditanyakan pada masyarakat (tukang/mandor) setempat,
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

23

sedangkan untuk peralatan dapat diperoleh dari pemilik peralatan atau


pengalaman masyarakat atau dari instansi teknis setempat, dll.
3) Perlu ditentukan berapa jumlah tenaga kerja (tukang) atau peralatan yang akan
digunakan (tersedia). Dari jumlah tenaga kerja atau peralatan ini dapat diketahui
berapa volume pekerjaan yang akan dihasilkan secara berkelompok dalam satu
satuan waktu tertentu (produktivitas kelompok). Misalnya 4 orang tenaga kerja
melakukan pekerjaan galian, maka dalam satu hari, volume galian yang bisa
dihasilkan adalah 12 m3 (4 org x 3 M3), begitu juga dengan penggunaan
peralatan seperti excavator, dll.
4) Berdasarkan informasi ketiga hal tersebut, maka Durasi tiap pekerjaan dapat
dihitung dengan cara Volume Kegiatan di bagi jumlah produktivitas kelompok
kerja atau peralatan yang akan dipergunakan.
5) Lakukan langkah sesuai cara nomor 4) diatas untuk semua jenis kegiatan proyek;
Hal Yang perlu diperhatikan adalah : Satuan Waktu (Durasi) untuk semua jenis
kegiatan harus dibuat sama, apakah hari atau minggu.
(3). Bobot Kegiatan
Manfaat dengan diketahuinya bobot tiap kegiatan ini, kita dapat membuat prioritas
pilihan terhadap kegiatan yang bobotnya besar untuk dijadikan sebagai fokus atau
pusat perhatian pengendalian supaya pelaksanaan kegiatan nantinya tidak terlambat,
kualitas bangunan baik dan biaya yang digunakan efisien (pengendalian perjenis
kegiatan). Manfaat berikutnya adalah pada tahap pelaksanaan pembangunan
infrastruktur, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan (atau
progres) kegiatan dilapangan.
Cara menentukan bobot tiap kegiatan pada pekerjaan konstruksi/infrastruktur
lazimnya dihitung dengan mengacu pada jumlah biaya kegiatan, yaitu biaya kegiatan
dibagi jumlah total biaya, kemudian hasil tersebut dikalikan dengan 100 (angka 100
digunakan karena satuan bobot adalah prosen/per seratus). Dan Jumlah keseluruhan
bobot kegiatan (proyek) harus sama dengan 100 %.
Dalam hal penentuan bobot pekerjaan, maka bila memiliki/melakukan perhitungan
biaya per-kegiatan maka dapat menggunakannya sebagai dasar perhitungan bobot,
Namun bila tidak tersedia maka sebagai pendekatan untuk menghitung bobot
rencana kegiatan ini dapat digunakan waktu (durasi) tiap kegiatan.
Cara perhitungannya adalah bobot tiap kegiatan sama dengan jumlah biaya/waktu
kegiatan tersebut (durasi) dibagi total jumlah biaya/waktu seluruh kegiatan, kemudian
nilainya di kali dengan 100%.
Catatan : Penting untuk diperhatikan bahwa bila pendekatan waktu digunakan
sebagai acuan perhitungan bobot kegiatan maka perkiraan waktu setiap kegiatan
(durasi) agar dibuat oleh orang yang cukup paham seperti tukang/mandor sehingga
durasi lebih realistis dan dapat menghasilkan bobot yang juga realistis.
(4). Menggambarkan Bagan Balok
Menggambarkan Bagan Balok atau diagram batang pada prinsipnya adalah
menggambarkan durasi setiap kegiatan secara horizontal/mendatar pada skala waktu
untuk tiap jenis kegiatan. Langkah ini dilakukan mulai dari kegiatan pertama
kemudian diikuti oleh kegiatan berikutnya sampai kegiatan terakhir.
Untuk menggambarkan bagan balok dari setiap jenis kegiatan, maka terdapat
beberapa hal yang perlu dipahami :

Skala Waktu adalah semua kolom-kolom satuan waktu yang ada pada kolom
jadwal pelaksanaan. Setiap kolom mewakili satu satuan waktu. Sedangkan
Jumlah kolom ini dibuat sesuai jumlah satuan waktu yang diperlukan untuk

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

24

melaksanakan semua jenis kegiatan proyek . Misalnya, suatu proyek akan


dilaksanakan selama 4 minggu dengan menggunakan satuan waktu minggu
maka jumlah kolom mingguan dibuat 4 kolom, masing-masing kolom secara
berutan ke kanan mewakili Minggu I, Minggu II, Minggu III dan Minggu IV.

Durasi atau lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tiap jenis kegiatan,
digambarkan sebagai panjang balok yang dibuat.

Waktu Memulai setiap jenis kegiatan atau kapan suatu jenis kegiatan dapat
dimulai pelaksanaannya adalah merupakan titik awal membuat bagan balok
kegiatan tersebut;
o Berdasarkan urut-urutan kegiatan yang telah dibuat sebelumnya, maka waktu
memulai suatu kegiatan pada dasarnya adalah sama dengan waktu
berakhirnya kegiatan sebelumnya atau memulai suatu penggambaran balok
suatu kegiatan adalah sejajar akhir/ujung balok kegiatan sebelumnya (lihat
contoh 1, Pekerjaan Pasangan Bouwplank dengan pekerjaan Galian Tanah),
atau
o Oleh karena suatu proyek terdiri dari banyak jenis kegiatan, sedangkan waktu
pelaksanaan proyek sangat terbatas atau ada percepatan penyelesaian,
maka kadang-kadang waktu memulai suatu kegiatan tidak harus menunggu
selesainya seluruh kegiatan sebelumnya (biasa disebut pelaksanaan
bertahap), tetapi dapat dimulai menjelang berakhirnya kegiatan sebelumnya.
Apabila kondisi seperti ini dipilih maka penggambaran baloknya akan terlihat
seperti berlapis (lihat contoh 1, Pekerjaan Galian dengan Urugan Pasir).

Waktu Selesai suatu kegiatan atau kapan berakhirnya pelaksanaan suatu jenis
kegiatan adalah merupakan ujung akhir dari bagan balok kegiatan tersebut;

Contoh 1.

Contoh 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

25

7. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Untuk menyusun RAB, maka selain harus diketahui hasil identifikasi keseluruhan jenisjenis pekerjaan yang akan dilakukan, Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara Pelaksanaan
pekerjaaan, juga harus diketahui besarnya harga-harga satuan upah/bahan/alat yang
akan dipergunakan.
Sesuai dengan prinsip-prinsip program ini, untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka harga-harga satuan upah/bahan/alat
yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan harus merupakan hasil survey
sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey tersebut
selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug warga.
(a). Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat
Sasaran survey harga ini adalah :
Adanya Tim Survey yang dipilih secara terbuka dari warga yang dipercaya dan
sekurang-kurangnya berjumlah 3 (tiga) orang (berjumlah ganjil);
Diperolehnya data/informasi harga satuan dasar upah/bahan/alat, minimal pada 3
toko/pemasok setempat/terdekat;
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil
survey Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :
(1). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan
satuan pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya
belum sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh
pemasok per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3
pasir sama dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil
(panjang (m) x lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga
pemasok) harus ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran
baknya berbeda-beda dan harganya juga mungkin berbeda.
(2). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila
dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi
proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung
dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)
ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan.
Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut:
H AR G A S AT U AN
B AH AN /AL AT
(R p )

H arg a Satu an B ah an /Alat yan g


din yatakan o leh T o ko /p em aso k
tanpa dian tar (H arga Satu an D asar)

B iaya S atu an
T ran sp o rtas i
B ah an /Alat sam p ai
d ilo kasi

Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga
satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga
diketahui jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang
ditemui. Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah,
selain informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber
informasi yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum
Regional (UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus
untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.
Contoh bentuk formulir survey dan pencatatan hasil survey harga dapat mengacu
pada contoh formulir survey harga pada Bagian 1. Persiapan & Perencanaan Teknis
untuk BKM/LKM, PNPM-MP Tahun 2008..

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

26

(b). Rembug Kesepakatan Harga Hasil Survey


Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya,
harus disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.
Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis
tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat
dalam Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug;
Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :
1. Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang
ditetapkan oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk
wilayah bersangkutan.
2. Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi
teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok
setempat yang di Survey;
3. Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga
sampai dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);
4. Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan
Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila
terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan
Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada
perincian alasannya yang realistis.
5. Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu)
kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan
haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan
akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.
(c). Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
RAB yang disusun oleh UPL/TPP pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya
merupakan perkiraan berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang
akan menjadi acuan untuk penilaian RAB pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh
KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur. Secara umum komponen biaya
yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah kompenen Tenaga Kerja, Bahan, Alat
dan Administrasi yang diperlukan dan tidak ada komponen pajak (PPN) dan
overhead/Keuntungan. Selain itu, karena penyediaan lahan lokasi proyek yang akan
dipergunakan telah selesai maka pada tahap ini juga dapat dihitung biaya kontribusi
lahan swadaya masyarakat sebagai acuan penyusunan proposal KSM/Panitia (biaya
lahan ini bukan merupakan biaya langsung proyek melainkan diperlukan untuk
mengetahui kontribusi warga dalam pelaksanaan pembangunan proyek ini).
Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak pada
kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh UPL/TPP pada
tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan kontribusi swadaya
masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru diperhitungkan pada
proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan kesepakatannya.
Sasaran penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah :
9 Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek/sub-proyek, termasuk mengetahui kuantitas/volume
kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan;
9 Sebagai dasar bagi BKM/LKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh;
9 Sebagai pedoman pada saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan
pekerjaan yang diajukan oleh KSM/Panitia.
Metode perhitungan biaya pekerjaan disini dapat dilakukan dengan cara
menghitung/menganalisa Harga Satuan Pekerjaan kemudian dikalikan dengan Volume
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

27

pekerjaannya atau dengan cara menghitung/menganalisa Volume kebutuhan


komponen biaya (Upah/Bahan/Alat) kemudian dikali dengan Harga Satuan komponen
kebutuhan tersebut. Selanjutnya biaya keseluruhan pekerjaan (proyek/sub-proyek)
dapat diperoleh dengan cara mejumlahkan keseluruhan biaya setiap pekerjaan atau
komponen kebutuhan (upah/bahan/alat/administrasi) dalam lingkup proyek/sub-proyek
tersebut.
Dalam hal menggunakan metode perhitungan biaya dengan menggunakan dasar
Harga Satuan Pekerjaan maka untuk proyek/sub-proyek yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat, perlu dihitung kuantitas kebutuhan dari setiap komponen biaya
(upah/bahan/alat) yang diperlukan untuk keseluruhan pekerjaan atau proyek/subproyek sebagai acuan bagi KSM/Panitia dalam menyusun usulan biaya pada proposal
kegiatannya.
Tatacara perhitungan biaya dengan menggunakan dasar Harga Satuan Pekerjaan
dapat mengacu pada tatacara yang telah lazim dipergunakan untuk proyek-proyek kePUan di kab/kota setempat. Sedangkan tatacara perhitungan dengan menggunkanan
dasar kebutuhan komponen biaya (upah/bahan/alat) dapat dilihat pada penjelasan
penyusunan RAB Proposal KSM/Panitia.
Catatan :
(a). Khusus untuk biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk
dipenuhi dari dana Swadaya masyarakat atau dukungan pihak ketiga/swasta
lainnya. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan sumber dana dari
BLM sepanjang dapat dipastikan penggunaannya oleh konsultan (tidak disalah
gunakan) dan ini tidak menutup kemungkinan adanya swadaya. Stimulan dana
administrasi kegiatan (tidak harus dihabiskan) bagi setiap pihak Pelaksana
Pekerjaan (KSM/Panitia) dengan batasan, sebagai berikut :
Pagu maksimum Rp. 300.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp. 100
Juta;
Pagu maksimum Rp. 350.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta;
Untuk Pengujian Kualitas, diperhitungkan sesuai harga setempat.

8. Penyusunan Dokumen Pengadaan/RKS/Contoh Bentuk Proposal


Dokumen pengadaan merupakan produk/hasil kegiatan perencanaan teknis yang akan
menjadi acuan/standar dalam pelaksanaan pekerjaan. Beberapa dari dokumen tersebut
disediakan copy satu set oleh BKM (UPL/TPP) untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang
akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :
(a). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;
(b). Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)
(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;
(d). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;
(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan
Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi;
(g). Perkiraan besarnya alokasi dana sebagai pagu biaya kegiatan dan sumber dananya
yang telah pasti.
(h). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia
(i). Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia
(j). Rencana Kerja & Syarat-syarat/RKS (bila ada pengadaan Jasa Pemborongan)
Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Proposal
Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak
terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).
Keseluruhan dokumen ini selanjutnya disebut dokumen Kontrak.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

28

9. Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan


Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh blanko/formulir
proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM/Panitia.
UPL/TPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan disepakati/ditetapkan oleh BKM
sebagai acuan yang akan diikuti oleh KSM/Panitia dalam menyusun proposal
pelaksanaan kegiatan.
Contoh bentuk proposal agar dibuat sesederhana mungkin sehingga KSM/Panitia mudah
memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian rupa sehingga
memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun cakupan
substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia, sekurang-kurangnya
mencakup :
(1). Uraian Singkat Usulan Kegiatan,
(2). Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;
(3). Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;
(4). Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;
(5). Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(6). Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan;
(7). Jadwal Pelaksanaan;
(8). Rencana Pengadaan;
(9). Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.
Beberapa formulir dari Contoh Bentuk Proposal yang dibuat tersebut, untuk bagian yang
sifatnya tetap/sebagai acuan (hasil perencanaan teknis) sebaiknya sudah tercantum
dalam blanko, bila tidak dicantumkan langsung maka harus dijelaskan dan disampaikan
secara tertulis kepada KSM/Panitia. Data ini terutama adalah : Uraian singkat pekerjaan,
Daftar Kuantitas Pekerjaan, Kebutuhan total Tenaga Kerja/Bahan/Alat untuk pekerjaan
tersebut dan referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan.
Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada
contoh outline proposal kegiatan lingkungan sebagaimana terlampir.

10. Pembentukan/Pengembangan Kelembagaan Pengelola O&P


Hampir semua prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan
karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana
rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk
pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana
tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan
prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat
dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari
umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang
terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.
Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program P2KP dengan
entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui
pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan,
yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,
mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis
pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya
pada tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan
pembangunan prasarananya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, rasa membutuhkan prasarana (tahap
perencanaan) dan rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan) ini diharapkan
muncul kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk memelihara sarana dan prasarana
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

29

yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan


dan lestari. Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada
masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana & sarana harus dilakukan oleh semua
warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan. Peran
serta masyarakat dalam pemeliharaan sangat diperlukan agar :
Masyarakat dapat merasakan manfaat secara berkelanjutan apabila prasarana
tersebut dipelihara;
Masyarakat menjadi lebih mandiri dalam pengelolaan prasarana;
Tidak menuntut pemerintah secara terus menerus karena keterbatasan dana
pemerintah untuk membiayai pemeliharaan, dana pemerintah dipergunakan untuk
membangun prasarana dan sarana lain yang dibutuhkan warga.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai :
Terbentuknya Organisasi Pengelola O&P prasarana yang akan dibangun, berikut
jumlah dan nama-nama pengurus;
Adanya Rencana Kerja dan pembiayaan O&P yang disepakati bersama.
Sejalan dengan karakteristik prasarana berdasarkan penerima manfaatnya, maka
pembentukan/pengembangan organisasi Pengelola O&P dapat dibedakan atas :
untuk prasarana Individual seperti rehab. rumah warmis, jamban keluarga, maka
keluarga penerima manfaat bertindak langsung sebagai pemanfaat & pemeliharan
prasarananya;
untuk prasarana yang bersifat komunal/kelompok seperti MCK, Irigasi, dll, maka
kelembagaan Pengelola O&P adalah KSM selaku warga penerima manfaat
prasarana yang dibangunnya, dll;
untuk prasarana publik/umum seperti jalan, jembatan, drainase, maka Pengelola
O&P dapat dibentuk kelembagaan baru atau pengembangan/revitalisasi
kelembagaan O&P/lembaga kemasyarakatan yang telah berjalan di masyarakat.
Bila terdapat infrastruktur publik yang merupakan satu kesatuan fungsi struktur
bangunan yang disepakati untuk dikelola oleh lebih dari satu Pengelola O&P, maka
pengelola-pengelola tersebut, perlu difasilitasi untuk melakukan kesepakatan
Kerjasama dalam rangka keterpaduan & sinkronisasi pelaksanaan kegiatan maupun
pembiayaan kegiatan O&P. Bentuk kerjasama dapat berupa :
o Ada koordinasi untuk sinkronisasi dan keterpaduan pelaksanaan kegiatan O&P
antar KSM/Pengelola (Jenis Kegiatan, Jadwal Pelaksanaannya dan Lokasi
pelaksanaan kegiatannya);
o Penggalian & penggunaan sumber dana pemeliharaan dilakukan bersama,
trasparan dan akuntabel;
Bentuk Organisasi Pengelola O&P dapat disesuaikan dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender).
Meski demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan,
setidaknya terdapat pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola
untuk semua jenis prasarana atau satu pengelola untuk setiap jenis prasarana.
Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu
pengelola untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan
kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya.
Kemampuan SDM dimaksud adalah dapat berupa kemampuan manajemen
pengelolaan dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan didalam
Organisasi. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan O&P
adalah berkenaan dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat
menghasilkan/memperoleh dana dari warga pemafaat guna membiayai sendiri
pemeliharaannya.
Proses pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan melalui Rembug Warga yang
sebelumnya telah dilakukan sosialisasi awal dan identifikasi kelembagaan masyarakat
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

30

yang telah ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TPP) bersama dengan
pemerintah Desa/Kelurahan.
Adapun tugas pokok Pengelola selaku penggerak utama kegiatan atau
Penanggungjawab O&P, adalah :
1) Menyusun rencana pemanfaatan prasarana;
2) Menyusun rencana penerimaan dan belanja Pengelola
3) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan
pembangunan prasarana;
4) Mengorganisasikan kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan
pembangunan prasarana;
5) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana & Prasarana
yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam pembentukan/pengembangan Organisasi Pengelola O&P prasarana, selain
menyepakati bentuk Organisasi Pengelola (Struktur Organisasi) termasuk penentuan
orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, juga menyepakati
Rencana Kerja serta Pembiayaan O&P oleh masyarakat (seperti iuran, retribusi, dll).
Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan ini dapat dilihat pada
Buku 3 Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana yang telah diteribtkan untuk
BKM dan Fasilitator PNPM-MP/P2KP.

11. Produk Hasil Perencanaan Teknis


Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TPP, sekurang-kurangnya
berupa produk :
(1). Dokumen Penyediaan Lahan lokasi kegiatan infrastruktur;
(2). Dokumen Perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila ada);
(3). Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik dan
Panduan Teknis Operasi & Pemeliharaan Prasarana;
(4). Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards);
(5). Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(6). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(7). Perkiraan Biaya Pekerjaan & Sumberdananya, berikut Kesepakatan Harga
Satuan (Upag/Bahn/Alat) Hasil Survey sekurang-kurang dari 3 toko/pemasok
setempat;
(8). Dokumen Rencana Kerja & Syarat-syarat (RKS) untuk Pengadaan Jasa (bila ada)
atau Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk Surat
Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia atau Pihak Ketiga (bila
ada);
(9). Kesepakatan Organisasi Pengelola O&P prasarana, (termasuk Rencana Kerja &
Pembiayaan secara swadaya);
PENYIAPAN PELAKSANA KEGIATAN

12.

Pembentukan/Pengembangan KSM/Panitia

Untuk pelaksanaan proyek/sub-proyek yang berskala individu/semi publik, maka calon


pemanfaat dapat mengorganisasi diri dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan
bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dan untuk proyek/sub-proyek yang berskala
publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana
kegiatan yang dalam lingkup kerjanya akan dikoordinasikan oleh pengelola kegiatan
lingkungan (UPL/TPP).
KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama
atau baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

31

kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang
dibentuk karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek
P2KP.
Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian
rembug KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan
adalah Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama
& Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.
Secara kelembagaan, untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur KSM/Panitia
harus memenuhi persyaratan, sekurang-kurangnya :
Memiliki struktur organisasi, pengurus, anggota dan aturan main organisasinya serta
alamat domisili yang jelas;
Anggota KSM/Panitia, sekurang-kurangnya 30% adalah perempuan;
Mendaftarkan diri pada BKM setempat dan diverifikasi layak;
Memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi/swadaya masyarakat, seperti
gotong-royong, hibah tanah/tanaman, swadaya bahan/alat, dll.
Tugas/tanggungjawab KSM/Panitia adalah :
a). Memperoleh amanat masyarakat untuk mengelola kegiatan infrastruktur yang
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
b). Mendorong partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya, termasuk swadaya dalam
pelaksanaan kegiatan;
c). Melakukan
rembug-rembug
bersama
warga
dalam
rangka
pembentukan/pengembangan KSM/Panitia;
d). Mengikuti coaching/pelatihan dan OJT yang dilaksanakan UPL/TPP;
e). Mempelajari dan memahami dokumen perencanaan teknis yang menjadi persyaratan
pekerjaan yang telah ditetapkan oleh BKM (UPL/TPP);
f). Menyusun Proposal Pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan;
g). Menandatangani Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) bersama
BKM;
h). Mengikuti Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
yang diselenggarakan oleh UPL/TPP;
i). Membuat Papan Nama Proyek dan memasangnya dilokasi proyek sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat umum;
j). Mencairkan dana pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dan mengelolanya
secara bersama-sama, transparan dan penuh tanggungjawab;
k). Melaksanakan seluruh pekerjaan pembangunan infrastruktur sesuai standar teknis
bangunan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam SPPD-L beserta
lampirannya;
l). Melaksanakan semua kegiatan pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial atas
kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan;
m). Melaksanakan pengadaan Bahan/Alat/, (termasuk Tenaga terampil/Jasa Kontraktor
bila ada) sesuai kebutuhan & kualitas pekerjaannya dengan tetap berpedoman pada
ketentuan yang telah ditetapkan dalam proyek ini;
n). Melaksanakan pengendalian/pengawasan (internal) atas pengadaan, penggunaan,
pelaksanaan pekerjaan, pengamanan keselamatan kerja selama pelaksanaan
pembangunan fisik proyek/sub-proyek yang menjadi tanggungjawabnya;
o). Membuat administrasi, photo-photo, laporan-laporan pertanggungjawaban kegiatan
dan mengarsipkannya;
p). Melakukan penggantian atau perbaikan prasarana yang diperintahkan oleh
konsultan/UPL selama proses konstruksi berlangsung;
q). Pro-Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang muncul akibat pelaksanaan
kegiatannya;
r). Pro-aktif melaksanakan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

32

13. Coaching/Penguatan KSM/Panitia


KSM/Panitia yang telah dinyatakan layak oleh BKM (UPL/TPP) untuk menjadi Pelaksana
Kegiatan Pembangunan Infrastruktur selanjutnya di coaching oleh UPL/TPP dengan
difasilitasi oleh Konsultan Pendamping dan Tim Teknis Pemda.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi
tanggungjawabnya.
Muatan utama coaching ini lebih difokuskan pada materi :
(a) Penjelasan hasil-hasil perencanaan teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan :
Informasi umum kegiatan, seperti Nama, Volume, Tujuan/Manfaat proyek,
Penerima Manfaat, dll;
Status penyediaan lahan lokasi proyek dan perijinan pembangunan yang
diperlukan;
Data hasil Survey Teknis; Desain/Gambar dan Spesifikasi Teknis pekerjaan;
Rencana Pengamanan Dampak yang telah disusun (Kegiatan Terlarang/List
Negatif dan Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan & Sosial)
Daftar Kuantitas Pekerjaan, berikut rincian/cara perhitungannya;
Jadwal Induk Pekerjaan;
Perkiraan/pagu alokasi dana dan Sumber dananya;
Data hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Referensi Analisa
Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan.
(b) Penjelasan Bentuk Proposal, substansi dan tatacara penyusunannya;
(c) Pengorganisasian KSM/Panitia untuk melaksanakan tugas/tanggunjawabnya;
(d) Menyepakati kriteria penilaian kelayakan proposal yang akan diajukan KSM/Panitia.
(e) Menyepakati batas waktu penyampaian proposal kepada BKM (UPL/TPP);

14. Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan


Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara
penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal pelaksanaan
kegiatannya. Adapun langkah-langkah penyusunan proposal dapat dilakukan sebagai
berikut :
(1) Memahami dan Mempelajari produk hasil perencanaan teknis
Meskipun demikian, sangat penting bagi KSM/Panitia untuk kembali mempelajari dan
memahami dokumen-dokumen hasil perencanaan teknis pekerjaan yang akan
dilaksanakannya, terutama beberapa produk berikut :
Gambar dan Spesifikasi Teknis pekerjaan
Meskipun Gambar teknis, spesifikasi teknis Pekerjaan telah ditetapkan oleh
UPL/TPP dari hasil perencanaan teknis, namun tetap terbuka peluang bagi
KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif desain konstruksi yang kualitasnya
setara, namun lebih murah/mudah dilaksanakan masyarakat.
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk
dicocokan dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada
perbedaan, termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan
kondisi sosial-budaya warga penggunanya.
Begitu juga dengan spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan, apakah jenis
bahan yang dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan.
Terbuka peluang bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan
konstruksi
yang
kualitasnya
setara
namun
lebih
murah/mudah
didapatkan/didatangkan kelokasi pekerjaan.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

33

Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan


teknis (Gambar, Spesifikasi Teknis) maka hal ini harus dikonsultasikan kepada
UPL/TPP karena akan berpengaruh pada rencana biaya pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Daftar Kegiatan Terlarang/List Negatif dan Daftar Uji Identifikasi Dampak
Lingkungan;
Daftar Kegiatan terlarang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus dihindari oleh KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki
dampak negatif atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study
Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
pada dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk
mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat
terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya
bangunan tersebut.
Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan oleh UPL/TPP dalam Daftar
Kegiatan Terlarang dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar
dipahami dan menjadi patokan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan
kegiatan oleh KSM/Panitia.
Terutama upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan,
KSM/Panitia harus mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan
penanganan yang sifatnya bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase,
penahan longsor, dll) apakah telah diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas
Pekerjaan, karena pelaksanaan hal ini juga akan memerlukan pembiayaan.
Daftar Kuantitas Pekerjaan
Daftar Kuantitas pekerjaan meliputi keseluruhan jenis-jenis pekerjaan konstruksi
yang akan dilaksanakan berikut besarnya kuantitas/volumenya masing-masing.
Dasar penyusunan Daftar Kuantitas Pekerjaan ini adalah gambar-gambar
perencanaan bangunan dan spesifikasi teknis pekerjaan.
Meskipun Gambar teknis, spesifikasi teknis dan Daftar Kuantitas Pekerjaan telah
ditetapkan oleh UPL/TPP dari hasil perencanaan teknis, namun tetap terbuka
bagi KSM/Panitia untuk melakukan pengecekan kembali.
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan jenis-jenis pekerjaan dan perhitungan
kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan,
apakah telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau
ada perbedaan.
Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan
teknis (Gambar, Spesifikasi Teknis dan Daftar Kuantitas Pekerjaan) maka hal ini
harus dikonsultasikan kepada UPL/TPP karena akan berpengaruh pada rencana
biaya pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan oleh UPL/TPP
mungkin masih bersifat garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal
Induk ini, KSM/Panitia menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih
rinci berdasarkan ketersediaan sumber daya yang dimilki, mudah dipahami dan
dilakskanakan oleh masyarakat dilapangan.
Contoh Bentuk Proposal
Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan
kegiatan yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau
membuat seperti formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

34

KSM/Panitia harus benar-benar memahami substansinya dan melaksanakan


kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyusun dokumen proposal
pelaksanaan kegiatannya.
Data/Informasi Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Analisa
Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan.
Kedua data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk
menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.
(2) Survey Calon Tenaga Kerja
Daftar Calon Tenaga Kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur yang dikelola oleh KSM/Panitia diperoleh berdasarkan hasil survey calon
tenaga kerja.
Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan diprioritaskan dan
diharapkan sebanyak mungkin dari masyarakat setempat, baik laki-laki maupun
perempuan. Kehadiran tenaga kerja dari luar lokasi/kelurahan dibatasi, kecuali
bilamana dilokasi kelurahan tersebut tidak cukup tersedia tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Informasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat penting diketahui dalam
perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Hal ini terutama
karena akan menjadi dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan
pembangunan fisik.
Selain jumlah, kualifikasi tenaga kerja juga sangat penting diketahui dari hasil survey,
terutama untuk memperoleh kepastian apakah kegiatan pembangunan dapat
dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ada dan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan program. Pengalaman/keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja
(seperti Mandor/Ketua regu kerja, Tukang dan Pekerja) terutama guna menjamin
cara pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara benar sehingga dapat
memenuhi kualitas fisik yang baik.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memperoleh calon tenaga kerja sesuai kualifikasi
dan kebutuhan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Adapun indikator keluarannya
adalah Jumlah Calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan
(swadaya maupun tenaga kerja yang akan dibayar) diketahui/tercatat.
Apabila KSM/Panitia akan menggunakan peralatan berat dalam pelaksanaan
pekerjaannya maka selain calon tenaga kerja, KSM/panitia juga harus melakukan
survey dan menyampaikan daftar peralatan berat yang akan dipergunakan.
Tatacara pelaksanaan Survey Calon Tenaga Kerja, berikut contoh formulir
pencatatan hasil survey ini secara rinci dapat dilihat pada penjelasan Survey Calon
Tenaga Kerja, Buku Suplemen Teknis, Bagian 1. Persiapan & Perencanaan Teknis
untuk BKM/LKM, PNPM-MP Tahun 2008.
(3) Survey Swadaya Masyarakat
Swadaya masyarakat merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan
pembangunan infrastruktur. Untuk itu, perencanaannya harus dilakukan dengan
realistis sehingga bersama-sama dengan dana dari sumber dana bantuan
(APBN/APBD/Swasta lainnya) dapat diintegrasikan dan dihitung secara teliti dan
realistis untuk membiayai pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Sasaran dari survey & investigasi swadaya masyarakat ini adalah untuk
memperoleh/meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
(pembiayaan) infrastrukturnya. Indikator keluarannya adalah : Diketahuinya siapa,
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

35

apa saja bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh
masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan infrastruktur.
Jenis dan nilai dari swadaya yang dikontribusikan oleh masyarakat pada dasarnya
tidak dibatasi, namun demikian sesuai dengan kebijakan dan mekanisme program
maka komponen keswadayaan masyarakat yang dapat diperhitungkan untuk
kegiatan pembangunan prasarana KSM/Panitia disini, hanyalah difokuskan pada
bentuk/komponen, yaitu : Tenaga Kerja, Bahan/Material Bangunan, Peralatan Kerja,
Administrasi proyek, Dana Tunai, Konsumsi dan Lahan lokasi proyek.
Waktu pelaksanaan survey swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan
survey calon tenaga kerja dan survey harga satuan upah/bahan/alat.
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah nama, alamat, jenis kelamin warga yang
berswadaya, bentuk dan jumlah swadaya yang akan diberikan. Seluruh informasi
hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug
kesepakatan swadaya masyarakat nantinya.
Tatacara pelaksanaan Survey swadaya, berikut contoh formulir pencatatan hasil
survey ini secara rinci dapat dilihat pada penjelasan Survey swadaya, Buku
Suplemen Teknis, Bagian 1. Persiapan & Perencanaan Teknis untuk BKM/LKM,
PNPM-MP Tahun 2008.
Catatan :
Bila ada sumbangan uang tunai sebaiknya langsung diarahkan dalam bentuk
bahan/alat/administrasi sehingga nantinya tidak menyulitkan pertanggungjawaban
keuangannya dan memudahkan proses perhitungan dalam integrasi sumbersumber dana dalam RAB nanti.
untuk swadaya tenaga kerja agar bentuk swadayanya langsung diidentifikasi
apakah sebagai tukang atau pekerja dan dinyatakan dalam bentuk jumlah hari
berkerja bukan dengan cara mengurangi harga upahnya sehingga dalam
perhitungan anggaran pekerjaan akan lebih mudah dengan menggunakan
standar harga yang sama dengan upah yang dibayarkan;
Lahan (Tanah,Tanaman Produktif dan asset lain yang terkena lokasi kegiatan),
disini tidak perlu disurvey lagi karena hal ini dapat langsung diperoleh dari hasil
perencanaan teknis (kegiatan penyediaan lahan);
(4) Rembug Kesepakatan Swadaya Masyarakat
Hasil Survey & Investigasi Swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan
sebelumnya, selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui
Forum Rembug atau Musyawarah warga. Hasil kesepakatan ini pada dasarnya
merupakan komitmen awal masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan
wilayahnya, namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses
pelaksanaan pembangunan infrastruktur, swadaya masyarakat ini dapat bertambah
dari yang disepakati ini.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana/target swadaya masyarakat
yang akan dikontribusikan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Selanjutnya
hasil Kesepakatan swadaya masyarakat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan
Swadaya Masyarakat.
Rembug Kesepakatan Swadaya ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan rembug
Kesepakatan
harga
satuan
hasil
survey
KSM/Panitia
dengan
mengundang/melibatkan BKM, TPP, Tim Teknis Pemda, pemerintah kelurahan/desa
setempat, tokoh masyarakat bersama-sama dengan seluruh warga anggota
KSM/Panitia.
Dalam proses pelaksanaan rembug, Tim Survey KSM/Panitia menyampaikan hasil
survey swadaya yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan pembahasan dan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

36

menyepakati kontribusi swadaya masyarakat secara bersama-sama. Hasil


Kesepakatan ini dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Swadaya dengan
melampirkan Daftar nama-nama warga yang berswadaya termasuk jenis dan
kuantitas bentuk swadayanya.
(5) Survey dan Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat
Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana
kegiatan maka harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan harus merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3
toko/pemasok setempat/terdekat dan disepakati bersama melalui rembug warga.
Sebagai referensi data/informasi harga satuan upah/bahan/alat bagi KSM/Panitia
untuk menyusun RAB proposal pelaksanaan kegiatan dapat menggunakan hasil
rembug kesepakatan harga yang diselenggarakan oleh UPL/TPP pada saat
perencanaan teknis sebelumnya. Meskipun demikian, KSM/Panitia tetap harus
melakukan
survey
harga
sekurang-kurangnya
dari
3
toko/pemasok
setempat/terdekat, kemudian memilih harga terendah dan menyepakati secara
bersama-sama dalam rembug KSM/Panitia.
Apabila seluruh harga satuan upah/bahan/alat terendah hasil survey KSM/Panitia
adalah sama dengan harga satuan terendah yang telah disepakati bersama dalam
rembug TPP pada saat perencanaan teknis, maka KSM/panitia dapat langsung
menggunakan harga hasil kesepakatan tersebut tanpa perlu melakukan rembug
kesepakatan harga kembali dari hasil survey yang dilaksanakannya, tetapi bila
terdapat satu atau lebih harga satuan terendah yang berbeda maka harus dilakukan
kesepakatan hasil survey dan dibuat justifikasi/alasannya secara realistis.
Tatacara survey dan kesepakatan harga satuan ini, secara rinci mengacu pada
penjelasan tatacara survey dan kesepakatan harga satuan yang dilakukan pada
tahap perencanaan teknis sebagaimana telah diuraikan dimuka.
(6) Menyusun Daftar Kuantitas Pekerjaan
Daftar Kuantitas Pekerjaan yang dibuat oleh KSM/Panitia dalam penyusunan
proposal pelaksanaan kegiatannya pada dasarnya mengacu pada daftar kuantitas
pekerjaan sebagaimana hasil perencanaan teknis yang telah ditetapkan. (lihat juga
penjelasan hal ini sebagaimana diuraikan pada bagian 1. Memahami & mempelajari
dokumen produk hasil perencanaan teknis diatas).
(7) Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan Pekerjaan
Anggaran Biaya kegiatan infrastruktur haruslah disusun secara realistis (paling
mendekati pelaksanaan) dengan tetap mengacu pada prinsip efisiensi (tidak
menimbulkan biaya tinggi) dan dapat dipertanggungjawabkan sekaligus harus
sebanding dengan kualitas yang harus dipenuhi (biaya yang ekonomis). Perhatian
utama terhadap penyusunan anggaran biaya ini adalah agar tidak terjadi kekurangan
atau kelebihan dana dilapangan sedangkan pada tahap pelaksanaan rencana ini
harus benar-benar dipedomani.
Manfaat penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah :
9 Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek/sub-proyek;
9 Mengetahui jumlah/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek/sub-proyek;
9 Sebagai pedoman pada saat pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana,
khususnya pada saat melakukan pengadaan tenaga kerja, bahan dan alat, baik
menyangkut jumlah, jenis, maupun harga satuannya masing-masing.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

37

Sasaran penyusunan RAB adalah :


9 Diketahuinya jumlah volume/kuantitas kebutuhan tenaga kerja, bahan, alat
termasuk administrasi yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pembangunan infrastruktur;
9 Diketahuinya total nilai RAB proyek/sub-proyek (baik dari kontribusi swadaya
masyarakat dan dana dari BLM/APBN).
9 Terintegrasinya rencana penggunaan dana dari sumber-sumber pembiayaan
yang ada (antara sumber dana dari kontribusi swadaya warga dan sumber
BLM/APBN/APBD/pihak ketiga lainnya);
Adapun indikator keluarannya adalah :
9 Tersedianya keseluruhan Perhitungan/Analisa Volume tiap jenis kebutuhan
pekerjaan (tenaga kerja/bahan/alat) sesuai dengan volumenya (termasuk
kualitas) dan menggunakan referensi Analisa Harga (Koefisien) yang dapat
dipertanggungjawabkan;
9 Tersedianya perhitungan RAB proyek/sub-proyek sesuai dengan volume
kebutuhan (tenaga kerja/bahan/alat) setiap pekerjaan, termasuk administrasi
yang diperlukan;
9 Dipergunakannya hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat dan Kesepakatan
Harga Hasil Survey sebagai acuan dalam perhitungan RAB proyek/sub-proyek;
Untuk mencapai keluaran tersebut, maka pendekatan perhitungan anggaran biaya
pelaksanaan pekerjaan infrastruktur adalah dengan menguraikan lingkup proyek
menjadi kegiatan-kegiatannya. Kemudian setiap kegiatan tersebut diuraikan
komponen-komponennya berupa tenaga kerja, material dan alat yang akan
dipergunakan. Selanjutnya biaya dihitung berdasarkan kebutuhan komponenkomponen tersebut.
Atau
Pendekatan proses perhitungan RAB yang ditempuh adalah melakukan perhitungan
volume kebutuhan tiap jenis tenaga kerja, bahan, alat, administrasi terlebih dahulu
kemudian berdasarkan volume kebutuhan tersebut, dihitung keseluruhan nilai
biayanya untuk memperoleh total biaya (RAB) baik swadaya masyarakat,
Dinas/APBD maupun BLM/APBN yang diperlukan. Pertimbangannya adalah :
a. Prioritas kebutuhan nyata bagi masyarakat adalah mengetahui volume/kuantitas
kebutuhan dari tenaga kerja, bahan, alat yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatannya sehingga diharapkan lebih memudahkan untuk pelaksanaan dan
pengendaliaanya.
b. Perhitungan kebutuhan ini akan memudahkan dalam menentukan besarnya
nilai/kebutuhan BLM dan APBD karena umumnya komponen swadaya yang telah
disepakati sebelumnya adalah berupa kuantitas tenaga, bahan, alat, (bukan
dalam bentuk bagian pekerjaan).
c. Proses perhitungan kebutuhan yang akan memisahkan kebutuhan swadaya
masyarakat dan BLM/APBD akan lebih mendorong tingkat ketelitian proses
perhitungan yang dilakukan oleh masyarakat, (bila dilakukan dalam proses
analisa HS maka diperlukan pemahaman yang kuat/khusus bagi masyarakat
terutama dalam mengontrol pengalokasian komponen swadaya pada setiap item
pekerjaan atau tidak terjadi kemungkinan pengalokasian swadaya lebih dari satu
kali akibat adanya jumlah item pekerjaan yang banyak dan ada banyak kesamaan
jenis/komponen biaya antar kegiatan, seperti tenaga kerja, bahan, alat).
d. Analisa Harga Satuan (khususnya koefisien-koefisien tenaga kerja, bahan, alat)
digunakan sebagai dasar perhitungan Volume/Kuantitas kebutuhan tenaga kerja,
bahan, alat yang diperlukan.
Setelah diperoleh hasil identifikasi keseluruhan jenis-jenis pekerjaan yang akan
dilakukan (termasuk spesifikasi teknisnya), Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara
Pelaksanaannya dan hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat dan Kesepakatan
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

38

Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan RAB


pelaksanaan proyek/sub-proyek.
Adapun langkah-langkah perhitungan RAB dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Perhitungan Volume/Kuantitas Kebutuhan Pekerjaan (Kebutuhan Tenaga
Kerja, Bahan/Material dan Peralatan)
Komponen kebutuhan untuk melaksanakan suatu kegiatan konstruksi yang harus
diperhitungkan biayanya disini adalah mencakup komponen Tenaga Kerja, Bahan
Bangunan, Peralatan dan Administrasi. Untuk komponen Tenaga Kerja, Bahan
dan Alat harus dihitung berdasarkan kebutuhan tiap jenis/item pekerjaan yang
akan dilakukan dilapangan sedangkan untuk administrasi dihitung sekaligus untuk
keseluruhan penyelesaiaan pekerjaan atau proyek/sub-proyek (administrasi tidak
diperhitungkan langsung pada tiap jenis/item pekerjaan).
Perhitungan Volume kebutuhan disini mencakup :
a. Perhitungan Volume Kebutuhan Total Pekerjaan/Proyek;
b. Perhitungan Volume Kebutuhan Swadaya masyarakat;
c. Perhitungan Volume Kebutuhan APBN/BLM;
Masing-masing tahapan dapat diuraikan sebagai berikut :
A). Perhitungan Volume Total Kebutuhan Kegiatan/Proyek/Sub-proyek
Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan
peralatan yang akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
pembangunan prasarana adalah Hasil Perhitungan Kuantitas/Volume tiap item
Pekerjaan sebelumnya dan rencana metode pelaksanaan pekerjaan yang dipilih.
Langkah langkah Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat
dan administrasi untuk seluruh kegiatan proyek :
1. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan.
Cara pelaksanaannya adalah :
a. Berdasarkan metode pelaksanaan yang dipilih, maka setiap item
pekerjaan, perlu diidentifikasi/ditentukan semua jenis/macam dari :
Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok,
Tukang, Pekerja;
Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;
Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll.
Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi
satu set alat dan biasa disebut alat bantu;
b. Kemudian harus ditentukan/diketahui besarnya kebutuhan dasar untuk
menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan tersebut atau biasa
disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja, Material/bahan,
Peralatan Kerja.
c. Berdasarkan data hasil poin a,b, Lakukan perhitungan kebutuhan untuk
semua jenis/item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap
jenis kebutuhan dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka
kebutuhan untuk masing-masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan,
Alat, dapat dihitung dengan rumus umum berikut :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

39

Volume T.Kerja

Koefisien T.Kerja

Volume Pekerjaan

Volume Bahan

Koefisien Bahan

Volume Pekerjaan

Volume Alat

Koefisien Alat

Volume Pekerjaan

Untuk memudahkan proses perhitungan kebutuhan tiap item pekerjaan maka


dapat dibuat formulir seperti formulir berikut :
Contoh Formulir Perhitungan Kebutuhan tiap item pekerjaan :

Cara Pengerjaan Formulir :


9 Uraian : Diisi nama tiap jenis komponen biaya Tenaga Kerja, Bahan, Peralatan
yang sesuai kebutuhan pekerjaan tersebut;
9 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran tiap jenis komponen biaya pekerjaan
9 Volume/Kuantitas per satu satuan pekerjaan (koefisien): Diisi dengan nilai
volume persatuan pekerjaan
9 Jumlah/Volume Kebutuhan : Diisi dengan nilai Volume/kebutuhan untuk masingmasing Tenaga Kerja, Bahan dan Alat. Caranya Tuliskan hasil Perkalian antara
angka Koefisien dengan Volume Item Pekerjaan;

2. Buat Rekapitulasi Kebutuhan total Tenaga kerja, bahan dan alat yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan proyek.
Dasar perhitungan rekapitulasi ini adalah hasil perhitungan volume kebutuhan
tiap pekerjaan (lihat langkah 1 diatas). Prinsip perhitungannya adalah Jumlah
masing-masing kebutuhan tiap jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan
Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh
jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan proses perhitungan maka
dapat dibuat tabel bantu seperti tabel berikut :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

40

Cara Pengerjaan Formulir :


9 No : Diisi Nomor urut pekerjaan;
9 Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;
9 Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja)
diisi nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;
9 Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip
pengisiannya sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja
9 Baris Total pada setiap kolom kebutuhan : Diisi hasil penjumlahan Volume
Kebutuhan dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris
terbawah);

Hasil perhitungan rekapitulasi ini akan menjadi masukan volume total


kebutuhan tenaga kerja, bahan, alat untuk perhitungan biayanya. Salinlah
nilai-nilai total dari setiap jenis kebutuhan yang ada pada tabel tersebut
kedalam Formulir Rencana Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada kolom
Volume Kebutuhan Total (Kolom 4) untuk masing-masing komponen yang
sesuai.
3. Hitung Kebutuhan Administrasi yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
kegiatan/proyek.
Komponen
kegiatan
administrasi
untuk
menyelesaikan
seluruh
kegiatan/proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang
harus dibuat/dilakukan oleh masyarakat selama pelaksanaan konstruksi, yaitu
mencakup komponen :
Pembuatan Papan Nama Proyek;
Pembuatan administrasi Harian dan Mingguan Lapangan;
Pembuatan Laporan Kegiatan (Kemajuan Dwi-Mingguan dan
Pertanggungjawaban/Akhir);
Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);
Pengadaan ATK yang diperlukan;
Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 50%, 100%);
Materai secukupnya;
Pengujian Kualitas : Air Minum (1 sampel/contoh benda uji) bukan dari air
hujan, PDAM atau perusahaan air minum lainnya, dll.
Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada
dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap
komponen tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan
volume 1 (satu) dengan satuan Lumpsum (Ls), kecuali untuk pengujian
kualitas air minum, yaitu cukup 1 (satu) sampel/contoh benda uji.
Hasil perhitungan ini akan menjadi masukan volume total kebutuhan kegiatan
administrasi untuk perhitungan biaya proyek. Salinlah nilai-nilai volume dari
setiap jenis kebutuhan administrasi tersebut kedalam Formulir Rencana
Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada kolom Volume Kebutuhan Total
(Kolom 4) untuk komponen administrasi.
B). Perhitungan Volume Swadaya Masyarakat
Perhitungan Volume tiap jenis swadaya yang diberikan oleh masyarakat pada
tahap ini mencakup seluruh komponen swadaya masyarakat yang dikontribusikan
oleh warga, berupa : Tenaga Kerja, Bahan, Peralatan, Administrasi, Dana Tunai,
Lahan dan Konsumsi.
Data atau informasi utama untuk perhitungan volume swadaya ini adalah Daftar
Swadaya masyarakat yang telah disepakati pada Rembug Kesepakatan Swadaya
sebelumnya.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

41

Sedangkan proses perhitungannya, pada prinsipnya sama dengan membuat


rekapitulasi volumenya saja, yaitu dengan menjumlahkan semua volume tiap
macam bentuk swadaya yang sama, misalnya jumlah dari tiap jenis Tenaga Kerja
Mandor, Kepala Tukang, Tukang, Pekerja, bahan semen, alat bantu cangkul, dll.
Hasil perhitungan rekapitulasi swadaya ini akan menjadi masukan volume
kebutuhan swadaya untuk perhitungan RAB. Salinlah nilai-nilai volume kontribusi
swadaya ini kedalam Formulir Rencana Anggaran Biaya (Formulir RAB-4) pada
kolom Volume Kebutuhan Swadaya (Kolom 5)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1) Apabila ada swadaya dalam bentuk dana tunai yang belum dijadikan menjadi
bentuk barang seperti bahan/alat/administrasi pada waktu rembug
kesepakatan swadaya masyarakat sebelumnya, maka dalam proses
perhitungan RAB ini perlu terlebih dahulu diubah nilainya kedalam bentuk
komponen swadaya non dana tunai (berupa barang) yang sebanding,
misalnya menjadi bahan semen 1 zak, atau biaya administrasi pembuatan
papan nama proyek, dll.
2) Untuk tiap jenis tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang, pekerja) maka
perlu diperhatikan bahwa satuannya harus dibuat dalam bentuk HOK, yaitu
jumlah hari kerja yang diswadayakan dikali jumlah jam kerja perhari. Besarnya
Jam Kerja perhari biasanya 6 sampai 8 jam (dipilih sesuai jam kerja
setempat).
C). Perhitungan Volume Kebutuhan untuk alokasi BLM/sumberdana lainnya
Volume kebutuhan untuk kagiatan sumber dana dari BLM/APBN termasuk
sumberdana APBD/pihak ketiga lainnya yang diperoleh (tidak dipisahkan) hanya
mencakup 4 komponen utama biaya konstruksi yang sama, yaitu berupa :
Tenaga Kerja, Bahan, Peralatan, Administrasi.
Dasar perhitungannya dilakukan dengan cara Volume Kebutuhan untuk BLM
(termasuk sumberdana lainnya) sama dengan Kuantitas kebutuhan Total Proyek
dikurangi dengan Kuantitas kebutuhan Swadaya masyarakat untuk masingmasing komponen tenaga kerja, bahan, alat dan administrasi yang sesuai.
Proses perhitungannya dapat langsung menggunakan Formulir Rencana
Anggaran Biaya (Formulir RAB-4 kolom 6) yaitu nilai volume kebutuhan total
(kolom 4) dikurangi volume kebutuhan swadaya (kolom 5).
Hasil akhir kegiatan perhitungan volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat
ini akan diperoleh gambaran :
1. Rekapitulasi dan rincian Volume kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan
Peralatan yang akan digunakan dari seluruh item pekerjaan pembangunan
prasarana (untuk keseluruhan pekerjaan proyek).
2. Rekapitulasi dan rincian Volume/kuantitas kebutuhan Bahan, Tenaga kerja
dan Peralatan dari kontribusi swadaya masyarakat untuk pembangunan
prasarana.
3. Rekapitulasi dan Rincian Volume/kuantitas kebutuhan Bahan, Tenaga kerja
dan Peralatan, untuk porsi sumber dana BLM (termasuk sumberdana lainnya
yang telah diperoleh).
2) Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Perhitungan RAB disini adalah mencakup perhitungan RAB Prasarana yang
dirinci untuk masing-masing sumber dana swadaya masyarakat (non-tunai) dan
sumberdana BLM/APBN (termasuk APBD & pihak ketiga lainnya) yang akan
dipergunakan.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

42

Hasil akhir dari perhitungan RAB ini adalah diperolehnya gambaran besarnya nilai
rencana swadaya masyarakat dan BLM/APBN (termasuk sumberdana lainnya
yang telah diperoleh) yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
prasarana, meliputi :
1. Volume/kuantitas kebutuhan komponen biaya dari Swadaya Masyarakat
maupun sumberdana BLM (termasuk sumberdana lainnya);
2. Besarnya nilai/biaya dari sumber Swadaya Masyarakat dan sumber
BLM/APBN (termasuk APBD/pihak ketiga lainnya);
Sebagai prinsip dasar perhitungan RAB adalah diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya (RAB) dari setiap komponen yang diperlukan. Sedangkan
Besarnya biaya setiap komponen sama dengan Volume setiap komponen dikali
harga satuannya. Dasar perhitungan RAB, secara sederhana dapat digunakan
rumus berikut :
RAB

VOLUME

HARGA SATUAN

Adapun Penjelasan Cara Perhitungan tiap komponen biaya dalam RAB Proposal
Pelaksanaan kegiatan, baik Swadaya Masyarakat maupun BLM (termasuk
sumberdana lainnya) sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :
No

Jenis Komponen

Satuan

Volume

1.

Tenaga Kerja
(Mandor/K.Klp,
Tukang,Pekerja, dlll)

HOK/OH

Sesuai jumlah
volume kebutuhan
tiap jenis Tenaga
Kerja.

2.

Bahan Bangunan
(Pasir, Batu,
Semen,dll)

Sesuai jumlah
volume kebutuhan
Tiap jenis bahan

3.

Alat/Peralatan Kerja
(pacul, pengaduk
semen, ember beton,
dll)
Administrasi :
Papan
Nama
Proyek;
Administrasi
Harian/Mingguan
Laporan Kegiatan
(Kemajuan DwiMingguan
dan
Akhir);
Photo copy
Pengadaan ATK
Photo-photo
kegiatan
(0%,
50%, 100%);
Materai;
Pengujian Kualitas
Dana Tunai
(Swadaya)

Sesuai satuan
jenis bahan
(m2,m3,zak,
dll)
Sesuai satuan
jenis Alat (bh,
zak, dll)

Sesuai satuan
kebutuhan tiap
komponen
atau
digunakan
satuan Ls
(Lumpsum)
untuk masingmasing
komponen

Dihitung sesuai
kebutuhan tiap
komponen untuk
keseluruhan
kegiatan/proyek
(atau gunakan
volume = 1 bila
satuannya adalah
Ls (Lumpsum)

4.

5.

Sesuai volume
kebutuhan Tiap
jenis Alat

Harga Satuan
(Rp)

Sesuai Nilai Upah


harian setempat
atau untuk tk. Kota
dapat memakai
UMR perhari
Sesuai Harga
satuan tiap jenis
bahan
Sesuai Nilai
pembelian/ sewa,
untuk tiap jenis
Alat
Dihitung biaya
sesuai kebutuhan
tiap komponen

Nilai/Biaya
(Rp.)

Jum. HOK x
Upah perhari

Jumlah
Volume x
Harga Satuan
Bahan
Jumlah
Volume x
Harga Satuan
Alat
Jumlah
Volume x
Harga Satuan
tiap komponen

Bila ada swadaya tunai, supaya dijadikan berbentuk bahan/non-tunai yang


dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi (bisa seperti bahan, alat, administrasi)
sehingga pada saat dimasukan dalam perhitungan RAB, swadaya dana

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

43

No

Jenis Komponen

Satuan

Volume

Harga Satuan
(Rp)

Nilai/Biaya
(Rp.)

tunai tersebut sudah terintegrasi atau langsung dipergunakan.


6.

7.

Tanah/Tanaman yang terkena proyek :


a. Tanah
M2
b. Tanaman
Produktif

Batang/
Pohon

Konsumsi :
(dapat dirinci sesuai
jenis konsumsi dan
harganya)

Ls/paket

Luas tanah yang


terkena proyek
Jumlah tanaman
yang terkena
proyek
Sesuai jumlah
yang ada

Sesuai NJOP (Nilai


Obyek Pajak)
setempat
Sesuai nilai
Tanaman dilokasi
setempat
Sesuai Nilai
pembelian/
pembuatan untuk
tiap jenis konsumsi

Jumlah
Volume x HS
Tanah
Jumlah
Volume x HS
Tanah
Total Nilai
semua jenis
Konsumsi

Selanjutnya perhitungan RAB ini dapat langsung menggunakan formulir (Formulir


RAB-4), seperti tabel berikut :
Contoh Bentuk Format Perhitungan RAB :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

44

CARA PENGERJAAN FORMULIR RAB :

Judul Kolom

Penjelasan Cara Pengerjaan

No. Urut (Kolom 1)


Uraian
(Kolom 2)
Satuan
(kolom 3)
Volume Kebutuhan Total
(Kolom 4)
Volume Swadaya
(Kolom 5)
Volume Kebutuhan
BLM/Lainnya
(Kolom 6)

Kosongkan (pada formulir sudah ada)


Tuliskan hasil identifikasi tiap jenis komponen kebutuhan RAB (baik swadaya
maupun BLM) yang diperlukan.
Diisi dengan satuan pengukuran jenis komponen yang sesuai (HOK untuk Tenaga
Kerja dan untuk satuan bahan/alat adalah yang sesuai)
Diisi dengan jumlah kebutuhan total pekerjaan (proyek/sub proyek) untuk tiap jenis
komponen masing-masing.
Diisi dengan jumlah kebutuhan masing-masing komponen dari swadaya.

Harga Satuan (kolom 7)

Jumlah Biaya Swadaya


(Kolom 8)
Jumlah Biaya
BLM/Lainnya (Kolom 9)
Baris : Jumlah Total Biaya

Baris : Jumlah Total Biaya


Upah T. Kerja
Baris : Jumlah Total
Biaya Konstruksi

Baris : Alokasi
Sumberdana Konstruksi

Diisi dengan nilai Volume/kebutuhan untuk masing-masing Tenaga Kerja, Bahan


dan Alat dari sumber dana APBD/BLM/Lainnya. Caranya : Nilai Volume Kebutuhan
Total (kolom 4) dikurangi dengan nilai Kebutuhan Swadaya (kolom 5) untuk
masing-masing komponen;
Diisi dengan harga satuan masing-masing komponen. Nilai Harga Satuan yang
dipakai berpedoman pada Hasil Kesepakatan Harga Satuan Hasil Survey,
sedangkan untuk Harga satuan Tanah/ (sesuai NJOP), Tanaman, Konsumsi harus
menggunakan harga harga pasaran di desa/kelurahan setempat.
Diisi dengan nilai jumlah biaya masing-masing komponen swadaya. Caranya Nilai
Volume Swadaya (kolom 5) dikali dengan nilai Harga Satuan masing-masing
(Kolom 7);
Diisi dengan nilai jumlah biaya masing-masing komponen BLM/Lainnya. Caranya
Nilai Volume BLM/Lainnya (kolom 6) dikali dengan nilai Harga Satuan masingmasing (Kolom 7);

Kolom 8-Swadaya) : Diisi dengan nilai total biaya semua komponen Swadaya.
Caranya Jumlahkan Nilai pada Subjumlah Tenaga Kerja (subtotal 1) + subtotal
Bahan (subtotal 2) + subtotal Alat (subtotal 3) + subtotal Dana Tunai (subtotal 5)
+ subtotal Tanah/Tanaman (subtotal 6) + subtotal Konsumsi (subtotal 7) yang
ada

Kolom 9-BLM/Lainnya) : Diisi dengan nilai total biaya semua komponen


BLM/Lainnya. Caranya Jumlahkan Nilai pada Subjumlah Tenaga Kerja (subtotal
1) + subtotal Bahan (subtotal 2) + subtotal Alat (subtotal 3) + subtotal
Administrasi (subtotal 4) yang ada.
Diisi dengan nilai total jumlah total biaya semua komponen Tenaga kerja dari
swadaya dan BLM/Lainnya. Caranya Jumlahkan Nilai pada Subtotal Tenaga Kerja
(subtotal 1) swadaya ditambah Subtotal Tenaga Kerja BLM/Lainnya yang ada.
Diisi dengan nilai total jumlah Biaya Langsung Konstruksi dari Swadaya dan
BLM/Lainnya. Caranya Jumlahkan Nilai pada Subjumlah Tenaga Kerja (subtotal 1)
+ subtotal Bahan (subtotal 2) + subtotal Alat (subtotal 3) + subtotal Administrasi
(subtotal 4) baik Swadaya maupun BLM/Lainnya yang ada.
Swadaya Masyarakat : Diisi Jumlah Rencana Biaya Konstruksi dari Swadaya
Masyarakat : {Jumlah Biaya Swadaya total (Kolom 8) dikurangi Biaya Tanah
Swadaya}
APBD/Dinas : Diisi Jumlah Rencana Biaya Konstruksi yang akan dipergunakan dari
Kontribusi APBD/Dinas. Nilainya sesuai hasil Kesepakatan dengan Pemda/Dinas
(DIPA-DAERAH). Diisi bila ada.
Swasta/Lainnya : Diisi Jumlah Rencana Biaya Konstruksi yang akan dipergunakan
dari Kontribusi Swasta/Lainnya, sesuai Kesepakatan dengan pihak ketiga/lainnya
tersebut. Diisi bila ada.
APBN/BLM : Diisi Jumlah Rencana Biaya Konstruksi yang akan dipergunakan dari
alokasi sumberdana APBN/BLM. Caranya adalah Nilai Jumlah Biaya Keseluruhan
Konstruksi dikurangi Jumlah Biaya Konstruksi dari sumberdana (Swadaya
Masyarakat, APBD dan Swasta/Lainnya).

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

45

2). Rekapitulasi RAB


Rekapitulasi RAB ini pada dasarnya hanya merupakan rekapitulasi/
penggabungan nilai biaya dari masing-masing komponen RAB kedalam satu
format.
Sedangkan prinsip perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan hasil
perhitungan masing-masing biaya tiap komponen yang sesuai dari setiap
sumberdana yang dipergunakan.
Untuk memudahkan proses dan cara perhitungan dapat menggunakan formulir
Rekapitulasi RAB seperti contoh formulir berikut.

CARA PENGERJAAN FORMULIR RAB-5


Judul Kolom
Dari Swadaya
(Kolom 3)
Dari
BLM/Lainnya
(Kolom 4)
Total (Kolom 5)
Baris H : Jumlah
Biaya (A s/d G)
Baris a: Jumlah HOK
Konstruksi
Baris : Jumlah Biaya
Konstruksi
Alokasi
Sumber
Dana

Penjelasan Cara Pengerjaan

Diisi dengan nilai hasil total biaya semua komponen Swadaya sesuai kegiatan
masing-masing. Caranya, Salin Nilai Sub-Jumlah pada Kolom Swadaya (kolom 8)
Formulir RAB sesuai masing-masing komponen biaya.
Sama seperti Kolom (3) tetapi untuk Komponen sumberdana BLM/Lainnya
Diisi dengan nilai total penjumlahan biaya masing-masing komponen Swadaya
Masyarakat, BLM. Caranya Nilai Swadaya (kolom 3) ditambah dengan nilai
BLM/Lainnya (kolom 4) untuk masing-masing jenis uraian yang ada.
Diisi dengan jumlah nilai Biaya Tenaga kerja, Bahan, Alat, Administrasi, Tanah,
Tanaman dari Swadaya Masyarakat, BLM. Caranya jumlahkan nilai Biaya-biaya
tersebut untuk masing-masing kolom (3), (4), (5).
Diisi dengan nilai total HOK tenaga Kerja. Caranya Salin nilai jumlah HOK dari
masing-masing sumberdana pada Formulir RAB-4 (Baris Subjumlah Tenaga Kerja).
Perhatikan, Nilai HOK ini bukan nilai uangnya/bentuk rupiah tetapi volumenya
(satuannya HOK).
Diisi dengan jumlah nilai Biaya Tenaga kerja, Bahan, Alat, Administrasi (nilai baris A
s/d D) pada masing-masing sumber dana (kolom 3, 4, 5).
Salin sesuai dengan yang tertera pada Formulir RAB-4

Catatan :
(a). Khusus untuk pembiayaan kegiatan administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat
didorong untuk dipenuhi dari dana Swadaya masyarakat atau dukungan pihak
ketiga/swasta lainnya. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan
sumber dana dari BLM sepanjang dapat dipastikan penggunaannya oleh
konsultan (tidak disalah gunakan) dan ini tidak menutup kemungkinan adanya
swadaya. Stimulan dana administrasi kegiatan (tidak harus dihabiskan) pada
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

46

setiap pihak Pelaksana Pekerjaan (KSM/Panitia) dengan batasan, sebagai


berikut :
; Pagu maksimum Rp. 300.000 untuk total Nilai Pekerjaan s/d 100 Juta;
; Pagu maksimum Rp. 350.000 untuk total Nilai Pekerjaan Paket/ND diatas
Rp. 100 Juta;
; Untuk Pengujian Kualitas, sesuai harga setempat.
(8) Menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang dibuat oleh KSM/Panitia dalam proposal
pelaksanaan kegiatannya pada dasarnya merupakan jadwal rinci yang dibuat
mengacu pada Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan dari hasil
perencanaan teknis sebelumnya. (lihat juga penjelasan hal ini sebagaimana
diuraikan pada bagian 1. Memahami & mempelajari dokumen produk hasil
perencanaan teknis diatas).
(9) Penyusunan Rencana Pengadaan
Pengadaan yang dimaksudkan disini adalah Pengadaan Barang (Pembelian bahan
bangunan atau Sewa Peralatan Konstruksi) atau penyediaan Jasa Pelaksana
Pekerjaan Konstruksi untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan sarana/prasarana.
Sasaran kegiatan yang diharapkan adalah adanya rencana pengadaan yang dimiliki
oleh setiap pelaksana kegiatan sejak awal yang sekaligus nantinya untuk menjadi
pedoman dalam pelaksanaan pengadaan kegiatan.
Adapun Indikator keluarannya adalah :
Nilai setiap pengadaan yang direncanakan sesuai dengan metode pengadaan
yang ditetapkan dalam pedoman teknis program;
Adanya Rencana Pengadaan kegiatan yang sesuai rencana pengadaan yang
ditentukan program;
Penekanan utama dalam penyusunan rencana pengadaan ini lebih difokuskan
kepada tercapainya prinsip transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengadaan
sesuai dengan metode pengadaan yang ditetapkan oleh program ini.
(Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada, buku Suplemen
Teknis, Tata Cara Pengadaan).
(10) Menyusun Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Pengorganisasian disini adalah berkaitan dengan Yang Akan Melaksanakan Seluruh
Rencana yang telah dibuat sebelumnya agar dicapai adanya ketertiban, kelancaran
dan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini maka diperlukan struktur
organisasi yang memberikan pengaturan peran masing-masing anggota. Peran ini
kemudian dijabarkan menjadi pembagian tugas dan tanggungjawab.
Sasaran kegiatan :
Adanya hubungan kerja dan pembagian tugas/tanggungjawab antar orang/unit
kerja (siapa/unit kerja mana yang mempertangungjawabkan apa, siapa memimpin
dan siapa yang dipimpin, siapa melaporkan hasil kegiatan kepada siapa);
Adanya tugas/tanggungjawab yang jelas pada setiap orang/unit kerja (siapa
melakukan apa);
Adanya orang-orang yang akan bertanggungjawab secara jelas (Siapa saja yang
akan terlibat dalam organisasi)
Orang-orang yang telah dipilih memahami dan mau melaksanakan
tugas/tanggungjawabnya.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian, meliputi :
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

47

1. Menyusun Struktur Organisasi


Mengelompokan kegiatan yang akan dilaksanakan pada dasarnya adalah
pengelompokan/klasifikasi kegiatan-kegiatan kedalam unit atau bagian pekerjaan
yang memiliki kesamaan fungsi. Kemudian mengkoordinasikan bermacammacam kegiatan/unit kerja tersebut, agar semua orang/unit kerja bekerja secara
benar, terarah dan mengindari adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas yang
dilakukan antara satu orang/unit kerja dengan yang lainnya. Agar proses tersebut
berlangsung dengan baik, maka perlu dibuat wadah dalam bentuk struktur
organisasi.
Struktur Organisasi yang dimaksudkan disini adalah Struktur Organisasi
Pelaksana Lapangan/Kegiatan yaitu merupakan Bagan Organisasi Pelaksanaan
Kegiatan Pembangunan Infrastruktur yang menggambar posisi/kedudukan dari
unit kerja/bagian-bagian yang ada atau diperlukan dalam Pelaksanaan Kegiatan
Pembangunan Infrastruktur tersebut.
Sesuai dengan skala kegiatan Lingkungan yang sederhana, maka bentuk
organisasi yang diperlukan haruslah cukup sederhana juga sesuai dengan
kebutuhan pekerjaannya. Sejalan dengan itu maka disarankan bentuk Organisasi
Pelaksanaan infrastruktur adalah struktur organisasi dengan unit kerja meliputi :
Ketua, Sekretaris, Bendahara, bagian Pengendalian Kualitas/Kuantitas,
Pengadaan/logistik dan Pelaksana Lapangan (termasuk ketua-ketua regu
kerja/Mandor), seperti diagram Bagan contoh berikut :
KSM/Panitia
Koordinator

Sekretaris

Tim PENGENDALIAN
KUALITAS / KUANTITAS

Bendahara

PELAKSANA
LAPANGAN

Ketua Regu Kerja/


Mandor

Tim PENGADAAN /
LOGISTIK

Ketua Regu Kerja/


Mandor
MASYARAKAT

Apabila diperlukan dilapangan maka struktur ini dapat saja disesuaikan kembali.

2. Menentukan tugas/pekerjaan dan tanggungjawab yang akan dilakukan oleh


setiap orang/unit kerja Organisasi;
Berdasarkan pengelompokan kegiatan/unit kerja dalam struktur organisasi maka
disusun tugas-tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh setiap orang/unit
kerja dalam organisasi tersebut. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar
tidak ada tugas/kegiatan yang sama, dilakukan oleh lebih dari satu unit kerja
sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan/tugas.
Suatu hal penting untuk dipahami bahwa tugas atau pekerjaan yang dilakukan
oleh tiap orang/unit kerja ini adalah merupakan tugas bersama/organisasi
sehingga keberhasilan pelaksanaannya merupakan keberhasilan organisasi dan
sebaliknya kegagalan melaksanakannya bukanlah kegagalan pribadi tetapi
organisasi juga.
Sejalan dengan struktur diatas maka tugas tiap unit kerja dapat mencakup :

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

48

Ketua, mempunya tugas dan tanggung jawab :


Memberikan dorongan, semangat kepada seluruh anggotanya;
Menandatangani Perjanjian kerja, termasuk perubahan bila ada;
Penanggungjawab utama atas seluruh pelaksanaan & pengendalian
kegiatan;
Mengatur dan mengawasi seluruh pelaksanaan tugas Unit/Tim Kerja yang
ada;
Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan;
Mendorong sebanyak-banyaknya partisiapasi dan swadaya masyarakat;
Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan konsultasi/evaluasi kemajuan
lapangan baik bersama seluruh anggota tim pelaksana maupun bersama
UPL/TPP/Pokja dan Konsultan;
Bersama Tim yang telah ditetapkan, melakukan pencairan dana;
Pro-aktif menyelesaikan permasalahan yang muncul di lapangan;
Sekretaris, mempunya tugas dan tanggung jawab :
Membantu/melaksanakan tugas-tugas administrasi umum kegiatan;
Menjaga & menyimpan arsip administrasi kegiatan;
Melakukan pengadaan ATK dan administrasi lain yang diperlukan;
Bendahara/Keuangan, mempunya tugas dan tanggung jawab :
Membuat administrasi, pembukuan dan pelaporan keuangan KSM/Panitia;
Melakukan pembayaran : Upah TK, Bahan/Alat, Administrasi kegiatan
Panitia;
Membantu pembuatan administrasi pencairan dana dari BKM/LKM;
Bersama Tim yang telah ditetapkan, melakukan pencairan dana KSM dari
BKM/LKM;
Tim Pengadaan/Logistik, mempunya tugas dan tanggung jawab :
Melakukan survey harga bahan/alat dan rembug penyepakatannya untuk
dasar pelaksanaan pengadaan bahan/alat;
Melaksanakan penyediaan/pengadaan bahan dan alat sesuai ketentuan
yang ditetapkan dalam proyek ini secara tepat waktu dan berkualitas baik;
Melakukan pemeriksaan bahan yang diterima untuk memastikan volume
dan kualitas sesuai dengan pesanan;
Menerima, menyimpan sementara (gudang) & menjaga bahan/alat yang
telah diterima;
Membuat administrasi proses pengadaan bahan/alat termasuk
pelaporannya;
Pelaksana Lapangan, mempunya tugas dan tanggung jawab :
Berada dilokasi kegiatan setiap hari;
Mengkoordinir/mengarahkan
semua
pelaksanaan
kegiatan
fisik
dilapangan sehingga berjalan dengan lancar;
Melaksanakan dan mengawasi seluruh pekerjaan konsrtuksi dilapangan;
Melaksanakan tindakan pengamanan keselamatan kerja dilapangan;
Melakukan pembinaan/bimbingan kepada Tenaga Kerja Lapangan
(Mandor/Tukang);
Menyampaikan kebutuhan pengadaan bahan/alat pelaksanaan kepada
unit Pengadaan;
Membuat administrasi harian dan pelaporan kemajuan terkait
pelaksanaan kegiatan fisik dilapangan;
Melaksanakan tindakan pengamanan dampak lingkungan/sosial yang
telah direncanakan;
Meminta bimbingan teknis dan administrasi dari Pokja/UPL atau konsultan
infrastruktur;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

49

Bersama Tim Sertifikasi melakukan Sertifikasi/Pemeriksaan Akhir seluruh


hasil kegiatan pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakannya;
Menghitung dan merekomendasikan besarnya pembayaran upah tenaga
kerja yang telah bekerja sesuai periode pembayaran upah yang
digunakan.
Pengendalian Kualitas/Kuantitas, mempunya tugas/tanggung jawab :
Melakukan pengawasan kualitas dan kuantitas pekerjaan dilapangan
sesuai persyaratan yang telah ditetapkan;
Memeriksa, menguji, mengukur dan mengevaluasi pencapian kualitas dan
kuantitas hasil pekerjaan dilapangan, sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan;
Melakukan opname hasil pekerjaan lapangan;
Memberikan masukan kepada pelaksana lapangan terkait dengan
peningkatan pencapaian target kualitas dan kuantitas pekerjaan
dilapangan, termasuk tidakan perbaikan bila terjadi penyimpangan
kualitas/kuantitas;
Membuat dan menyimpan administrasi terkait dengan hasil
pemeriksaan/pengukuran kuantitas dan kualitas pekerjaan;
Memastikan
pelaksanaan
tindakan
pengamanan
dampak
lingkungan/sosial yang telah direncanakan;
Ketua Regu Kerja/Mandor, mempunyai tugas dan tanggungjawab :
Berada dilokasi kegiatan setiap hari;
Mengatur dan mengawasi pekerjaan tukang;
Melaksanakan kegiatan konstruksi/fisik sesuai kualitas/spesifikasi teknik
dan volume yang dipersyaratkan;
Memantau pembayaran Upah Tenaga Kerja yang dikoordinirnya
Membantu pembuatan administrasi kegiatan, seperti Daftar Hadir (bila
diperlukan).
3. Memilih/Menentukan orang-orang yang akan melaksanakan pekerjaan atau tugas
dan tanggungjawab tersebut (Tim Kerja);
Pemilihan orang-orang yang akan diberikan tugas atau duduk dalam
Tim/Organisasi, hendaknya mempertimbangkan kesesuaian antara kemampuan
yang dimiliki dengan tugas-tugas yang akan dilaksanakannya. Meskipun demikian
bila terdapat keterbatasan kemampuan orang yang ada, maka penting
menempatkan orang-orang yang memiliki komitmen/kemauan kerja. Adanya
komitmen/kemauan kerja pada dasarnya merupakan modal utama untuk terus
belajar
meningkatkan
kemampuannya
dengan
cara
diberikan
bimbingan/pengarahan oleh Ketua Tim/Koordinator unit kerjanya.
4. Menjelaskan/Membagi tugas dan menyerahkan tanggungjawab kepada setiap
personil/unit kerja agar mereka memahami dan melaksanakan dengan benar;
Pada dasarnya upaya ini dilakukan dalam rangka pendelegasiaan tugas-tugas
Organisasi/ Pimpinan/Ketua kepada Tim/unit kerja organisasinya. Untuk itu, maka
setiap orang/unit kerja dalam organisasi yang akan melaksanakan tugas-tugas
organisasi perlu mengetahui apa tugas-tugas yang harus dilakukan masingmasing.
Hal penting yang perlu mendapat perhatian disini adalah selain APA (tugas yang
harus dilakukan), juga hendaknya ada kesepahaman bersama tentang
BAGAIMANA tugas dilakukan, bagaimana pengukuran hasilnya sehingga setiap
orang tahu tentang Apa yang harus dicapai dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
termasuk Bagaimana mekanisme koordinasi baik internal organisasi maupun
dengan pihak luar yang terkait.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

50

(11) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia


Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM
(UPL/TPP) maka selanjutnya dilakukan verifikasinya. Verifikasi ini merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari
dokumen proposal pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia.
Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan adalah UPL/TPP sedangkan pendekatan
pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim.
Tim Verifikasi disepakati bersama, dan anggotanya dapat berasal dari UPL, TPP, Tim
Teknis Pemda dan Konsultan Pendamping (bila diperlukan).
Hal-hal yang perlu diverifikasi :
(1). Daftar Calon Tenaga Kerja dan Peralatan,
Apakah ada dan cukup ketersediaan dari calon tenaga kerja/peralatan yang
sesuai kualifikasi pekerjaan yang akan dilaksanakan;
(2). Kesepakatan Swadaya Masyarakat,
Apakah ada swadaya masyarakat yang telah disepakati bersama oleh warga
(jelas : jenisnya, volumenya dan nama calon warga yang akan memberikan
swadaya);
(3). Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat;
Apakah ada kesepakatan harga satuan Upah/Bahan/Alat berdasarkan hasil
survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat yang
dilakukan oleh KSM/Panitia. Apakah harga-harga tersebut sesuai dengan harga
satuan hasil kesepakatan awal yang dilakukan oleh TPP. Apabila terdapat harga
yang disepakati KSM/Panitia lebih tinggi dari harga yang telah ditetapkan
UPL/TPP maka harus benar/realistis justifikasi/alasannya. Apakah spesifikasi
teknis bahan/alat yang tercantum dalam Daftar Harga tersebut sesuai spesifikasi
yang dipersyaratkan.
(4). Daftar Kuantitas Pekerjaan,
Apakah Daftar Kuantitas pekerjaan yang diusulkan sesuai dengan Daftar
Kuantitas Pekerjaan yang telah ditetapkan UPL/TPP dalam perencanaan teknis
sebelumnya (baik jenis pekerjaan maupun volumenya). Apabila terdapat
penambahan/pengurangan jenis pekerjaan maupun volumenya maka harus
benar/realistis justifikasi/alasannya.
(5). Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan;
Apakah cara perhitungannya RAB yang diajukan sudah benar.
Apakah Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang dipergunakan sesuai hasil
kesepakatan
dari
survey
sekurang-kurangnya
3
toko/pemasok
terdekat/setempat.
Apakah spesifikasi teknis bahan/alat yang tercantum dalam RAB sesuai
spesifikasi teknis bahan/alat yang telah ditetapkanbuat.
Apakah kebutuhan dana dari sumber Dana BLM/APBD telah memperhitungkan
(dikurangi dengan) nilai swadaya yang disepakati (RAB terintegrasi).
Apakah total nilai kebutuhan dana dari sumber BLM/APBN (diluar swadaya
masyarakat) tidak melampaui RAB yang telah disusun oleh UPL/TPP
sebelumnya.
(6). Jadwal Pelaksanaan;
Apakah jadwal pelaksanaan yang diajukan cukup realistis (mampu dicapai oleh
KSM/Panitia) dan tidak melampaui Jadwal yang telah ditetapkan UPL/TPP
sebelumnya. Apabila melampaui maka justifikasi/alasannya harus benar/realistis.
(7). Rencana Pengadaan;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

51

Apakah metode pengadaan yang diusulkan sesuai jenis-jenis pengadaan yang


ditetapkan program (nilai dan metodenya);
(8). Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia
Apakah cukup jelas struktur organisasi dan susunan tim pelaksana lapangan dari
KSM/Panitia.
Setelah proses verifikasi selesai, dilanjutkan dengan pembuatan kesimpulan verifikasi
berupa Rekomendasi Akhir yang disepakati bersama oleh Tim. Adapun alternatif
kesimpulan dan tindaklanjutnya sebagai berikut :
a) Layak
Layak bilamana semua aspek yang dinilai sesuai/memenuhi kriteria yang
ditetapkan. Selanjutnya dibuat Berita Acara Kelayakan;
b) Layak dengan Penyempurnaan
Bila hasil penilaian terdapat satu atau lebih jawaban perlu penyempurnaan.
Tindaklanjutnya, Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya dikembalikan kepada
KSM/Panitia untuk dilakukan penyempurnaan sesuai catatan hasil verifikasinya.
Tim juga menyepakati batas waktu penyempurnaan ini. Segera setelah
penyempurnaan selesai maka dapat langsung meyampaikan dokumen perbaikan
tersebut untuk diverifikasi kembali oleh Tim. Setelah Layak kemudian dibuat
berita acara kelayakannya.
c) Tidak Layak
Bila total biaya konstruksi yang diusulkan KSM/Panitia melampaui biaya
(Engineering Estimate/EE) hasil perhitungan UPL/TPP sebelumnya maka
proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia bersangkutan dinyatakan Tidak
Layak. Tindaklanjutnya, Proposal dikembalikan kepada KSM/Panitia untuk
dilakukan penyusunan ulang proposal kegiatan. Dalam kondisi demikian,
UPL/TPP dapat mengganti KSM/Panitia tersebut.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

52

BAB 4
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan
memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.
1. Sasaran
Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan
sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan)
dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat
bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
o Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang
berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin
keselamatan
(keamanan/kenyamanan
dan
kesehatan
masyarakat
yang
menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat
dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu);
o Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang
ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
o Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan
(Tepat Biaya);
o Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib
Administrasi & Keuangan proyek);
2. Langkah-langkah kegiatan
A. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
(1) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan
KSM/Panitia dalam rangka pemanfaatan dana BLM untuk pembangunan sarana &
prasarana sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada Contoh Bentuk SPPD-L yang ditetapkan oleh
UPL/TPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.
Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik
BKM/UPL/TPP maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.
(2) Penajaman Rencana Kerja KSM/Panitia
Suatu rencana kerja hendaklah dibuat serinci mungkin agar lebih mudah untuk
dipahami dan dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut tidak cukup mudah,
apalagi ada keterbatasan kemampuan teknis personil dalam menyusun
perencanaan dan keterbatasan waktu yang tersedia untuk merencankan kegiatan.
Untuk mengantisipasi adanya kelemahan-kelemahan dalam perencanaan tersebut
maka perlu dilakukan evaluasi atau penajaman kembali rencana kerja sebelum
pelaksanaan dimulai.
Penajaman rencana kerja disini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh KSM
selaku pelaksana kegiatan pembangunan, khususnya oleh Tim Pelaksana yang
telah dibentuk, dengan tujuan untuk memperoleh suatu rencana pelaksanaan
pembangunan yang lebih rinci dari rencana kerja awal (sudah diajukan dalam
proposal/SPPD-L) sehingga lebih siap dijalankan dilapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan sebagai langkah antisipasi adanya perubahan-perubahan dalam
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

53

rencana kerja awal baik yang disebabkan oleh adanya pemahaman baru yang lebih
mendalam tentang pelaksanaan kegiatan, perubahan kondisi lapangan dilokasi
prasarana, ketersediaan tenaga kerja, bahan, peralatan ataupun kondisi Tim
Pelaksana kegiatan sendiri, dan lain-lain yang akan mempengaruhi metode kerja
pelaksanaan untuk mencapai target-target yang sudah ditentukan dalam
pelaksanaan konstruksi.
Penajaman rencana kerja KSM/Panitia yang dicakup disini antara lain adalah
rencana jadwal pelaksanaan, rencana pengadaan/mobilisasi tenaga kerja/
bahan/alat, rencana tim pelaksana lapangan, rencana Tenaga Kerja yang akan
dimobilisasi.
Pelaksanaan hal tersebut dilakukan dengan cara mengevaluasi atau memeriksa
kembali dari setiap rencana yang telah ada, apakah semua hal-hal yang diuraikan
pada rencana semula (SPPD-L/Proposal) masih dapat diterapkan dilapangan. Jika
ada rencana yang perlu disesuaikan kembali maka dapat langsung diperbaiki. Hasil
perbaikan/perubahan inilah yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Tim
Pelaksana Lapangan sebagai acuan dalam pelaksanaan, disamping juga sebagai
alat monitoring suatu pekerjaan dilapangan nanti.
Keseluruhan hasil penajaman rencana kerja ini akan menjadi masukan dalam
penyelenggaraan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi yang
diselenggarakan oleh UPL/TPP.
(3) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini
diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan
sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara
kegiatan MP2K ini adalah UPL/TPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia
yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapanpersiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasanpenjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi
dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga
pihak KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami
baik teknis maupun administrasi kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
Adanya Rencana & Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap
dilaksanakan;
Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;
Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia
yang siap melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;
Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
Meningkatnya pemahaman KSM untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara
tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan PNPM;
(4) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia
Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL/TPP tentang teknikteknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau
pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia
selama pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

54

sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara


benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.
Proses pembelajaran KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan
Praktek Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT) pada pelaksanaan kegiatan
konstruksi dilapangan.
(5) Pembuatan & Pemasangan Papan Nama Kegiatan
Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan
nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib
terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.
Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurangkurangnya mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan &
kabupaten); Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume
Kegiatan; Biaya Kegiatan (APBD, Swadaya, BLM dan Total); Waktu pelaksanaan;
Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia Pelaksana Pekerjaan.
B. Pelaksanaan Konstruksi/Fisik
(1) Pencairan Dana
Pencairan dana kegiatan lingkungan dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan
melalui rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :
a) Pencairan tahap pertama
Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan
pembayaran uang muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama
sebesar 30% dari nilai SPPD-L.
Ada 3 dokumen yang harus disiapkan untuk penarikan uang muka, yaitu :
(1) SPPD-L
(2) Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;
(3) Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama
b) Pencairan Tahap Kedua
KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 60% dari
nilai SPPD-L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurangkurangnya sebesar 20% dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurangkurangnya telah dimanfaatkan 90%.
Ada 4 jenis dokumen yang diperlukan untuk pengajuan angsuran tahap kedua
adalah :
(1) Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
(2) Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;
(3) Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;
(4) Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.
c) Pencairan tahap ketiga/terakhir
Angsuran tahap ketiga sebesar 10% dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik
pekerjaan mencapai minimal 90% dan pemanfaatan dana tahap kedua
sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.
Adapun kelengkapan dokumen yang diperlukan pada tahap ini ada 4, yaitu :
(1) Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
(2) Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

55

(3)
(4)

Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;


Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.

(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat


KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi
pekerjaan sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.
Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan
barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara
rinci pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.
(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)
Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan adalah forum musyawarah
pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan
siapa pihak ketiga yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka
Pengadaan Barang/Jasa yang dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada
setiap ada kegiatan Pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.
Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan,
khususnya dalam pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi
KSM/Panitia pelaksana kegiatan.
Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme
pelaksanaan secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan,
Evaluasi Penawaran & Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/
pemilihan langsung dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah
calon pemasok/toko dan anggota KSM terkait, wakil BKM, wakil UPL/TPP, Kepala
Desa/Lurah, Tomas setempat dan Tim Konsultan.
(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan
OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus
betul-betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis,
karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan
dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh
fasilitator teknik dan anggota TPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang
Teknik konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi tersebut.
Fokus utamanya lebih kepada memberikan
keterampilan bagi tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian
dari suatu pekerjaan, misalnya bagaimana cara melaksanakan
membuat
campuarn beton, bagaimana cara pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana
cara pemadatan, bagaimana cara penyambungan besi/beton, dll.
Pendekatan pelaksanaannya adalah :
Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan.
Artinya OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak
memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang
diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang
sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.
Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat
langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume
pekerjaan tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

56

apakah sudah benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum


maka OJT ini harus diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan.
Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak
perlu dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada
pekerjaan tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang
dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja.

On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaanpekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama
pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut
membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL,
Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan
ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka.
Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan
contoh diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter),
kualitas dinilai oleh Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik
maka harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.
Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan.
Misalnya trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial
jalan didaerah sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk
bagian yang sangat kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan
MCK maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan
pemadatan beton dilapangan, dll.
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Pelaksanaan
Konstruksi
adalah
serangkaian
pelaksanaan
pekerjaan
pembangunan/fisik untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk
juga kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat
konstruksi yang telah direncanakan.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:
Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan
jenis-jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan
volume setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

57

Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan yang


telah direncanakan;
Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan
pekerjaan, minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan;
Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan dari
setiap pekerjaan yang telah direncanakan;
Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara
kerja yang telah direncanakan;
Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang
memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan;
Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan
yang telah direncanakan;

Langkah-langkah pelaksanaan :
Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada
tahap perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah
menetapkan : Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasanbatasannya seperti volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya,
Rencana Biaya pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula
ditetapkan
struktur
organisasi
pelaksana,
orang-orang
yang
akan
bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih dan dilatih/dibimbing sehingga
memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing, maka tahap selanjutnya
adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari bangunan yang ingin
diwujudkan (Gambar).
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.
Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka
setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang
dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis
dari setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi :
Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,
penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;
Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan
masyarakat disekitar lokasi pekerjaan;
Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas
yang dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan
volume pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari
setiap jenis pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis,
spesifikasi teknis atau petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana &
prasarana.
Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan
mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat
(Mampu dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta
terkendali sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat
dicapai sebaik-baiknya. Dalam hal ini maka peranan manajemen yang dilakukan
adalah Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan
(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan
fungsi/tugas-tugas :
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

58

a. Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang


diperlukan terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin
dilakukan/dicapai berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih efektif
dan dengan kepuasan kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan
pengertian atas tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah
informasi dalam bahasa yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan
mereka;
b. Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak, Melibatkan,
Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-tugasnya
sehingga meningkatkan kemampuaannya;
c. Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu
(integrasi) dan selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim menjadi
satu tim organisasi yang tangguh dan kompak;
d. Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan,
keahlian, dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan
kemampuannya;
(6) Supervisi kegiatan Konstruksi
Lihat Penjelasan Bab berikutnya, Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.
(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%
Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan
penanganan dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya.
Untuk jenis kegiatan pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada
dasarnya dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi
bagian dari pekerjaan konstruksi bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan
kegiatan yang bersifat non teknis seperti O&P MCK dilakukan sejak awal tahap
pelaksanaan konstruksi.
Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil
pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah selesai
dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan
pemantauan ini juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pelaksanaan Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.
Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan
Konstruksi/pelaksanaan
pembangunan
dengan
menggunakan
instrumen
pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah
dibuat sebelumnya, yaitu :
a) Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat
peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan
kelapangan dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah
semua tindakan yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau
belum. Dan terakhir,
b) Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama
(checklist tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna
memastikan bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan
telah dilaksanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri
maupun oleh Tim Konsultan dan UPL/TPP dilapangan.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

59

(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan


Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk
periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak).
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal)
KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM oleh TPP sebagai upaya
koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan
kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul.
Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk
membagi/memberikan informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk
melaksanakan evaluasi (menilai laporan atau hasil temuan dalam pengawasan)
dan merumuskan tindakan-tindakan yang perlu diambil apabila hasil pengawasan
menunjukan adanya penyimpangan yang berarti dari rencana semula atau terdapat
permasalahan-permasalahan yang mengganggu kelancaran kegiatan. Sehingga
dengan adanya rapat-rapat rutin ini maka diharapkan semua permasalahan yang
terjadi dapat diselesaikan secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja yang baik
antar semua unsur pelaksana yang pada gilirannya akan membawa kelancaran
pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.
Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan
rencana yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk
mengatasinya. Sebagai ukuran keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya
catatan/notulen hasil rapat dan daftar peserta yang hadir.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :
9 Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah dicapai
sesuai dengan yang direncanakan?
9 Apakah
Kualitas
hasil
pekerjaan
sesuai
dengan
yang
dipersyaratkan/direncanakan;
9 Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana;
9 Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume
dari hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang
masih harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
9 Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari
hasil pembayaran Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih
harus dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang
Belum dicairkan).
9 Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya ?
9 Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan ?
9 Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.
Hasil
pembahasan
setiap
agenda/permasalahan
hendaknya
dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab
untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan
akan dilakukan tindakan tersebut.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

60

Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil


Rapat Mingguan dan diarsipkan dengan baik.
(9) Membuat Administrasi & Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan
Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
pihak Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir formulir yang
telah disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan
diperlukan dalam formulir tersebut.
Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk
mendokumentasikan atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan.
Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera
dilakukan setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai
beberapa lama untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan
ditunda-tunda, maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang
timbul karena lupa.
Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau mengarsipkannya
maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang telah dilalui dan
dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada suatu saat
dibutuhkan dapat dibuka kembali.
Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :
a. Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil
pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat kecil
sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua kejadian
sudah tercatat dalam formulir administrasi.
b. Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi
karena adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena
adanya perbedaan informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut.
Perbedaan informasi tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan
adanya pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.
c. Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang
terbuka dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang
berjalan, berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan yang
telah dibuat bersama.
d. Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik,
Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan pelaksanaan
pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan secara disiplin
dan tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan.
Sebagai data data yang mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan di
lapangan, termasuk mutu pekerjaan.
Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan :

Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan


pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan.

Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat, memudahkan bagi


setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;

Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap
sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;

Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu


pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

yang

melaksanakan

61

Bentuk-bentuk
formulir
administrasi
dan
pelaporan
untuk
tahap
konstruksi/pembangunan sarana & prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia,
sekurang-kurangnya mencakup :
1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya dan BLM, merupakan
formulir harian (dibuat setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja
yang ikut melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)
dilapangan
b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat dari Swadaya & BLM, merupakan
formulir untuk mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui
swadaya masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.
c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan
per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup :
a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir
Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya
(Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir
Harian TK Swadaya & BLM yang telah dibuat sebelumnya.
b. Daftar Hadir Mingguan & Pembayaran Upah Tenaga Kerja dari BLM,
merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja
untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang
diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber
datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang
telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan
besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja
dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya
dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos
tenaga kerja.
c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat dari Swadaya & BLM,
merupakan formulir Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian
bahan/alat yang diberikan melalui swadaya masyarakat dan yang dari
pemasok/toko.
d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir
pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan
yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh
Pelaksana pada setiap akhir minggu
3). Laporan Kegiatan yang mencakup :
a. Laporan Kemajuan Kegiatan
Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan
kegiatan yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk
jangka waktu tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode
pelaporan sesuai dengan yang telah ditetapkan).
Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar
Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka
sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari
rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.
b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

62

Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan


merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai
(setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk
telah dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus
menjadi laporan kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya
Laporan Akhir KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL/TPP).
Untuk proses evaluasi hasil kegiatan KSM/panitia maka UPL/TPP dapat
menyelenggarakan Musyawarah Pertanggungjawaban Kegiatan dengan
agenda untuk penyampaian laporan Akhir Pelaksanaan atau Laporan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan kegiatan dari pihak Pelaksana
Pekerjaan. Forum ini dihadiri oleh UPL/TPP selaku penyelenggara, BKM,
PJOK, Pelaksana Pekerjaan selaku yang menyampaikan laporan, Pihak
Konsultan dan Undangan, seperti Pemerintah Kelurahan/Desa, Warga,
dan lain-lain yang dianggap perlu.
Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia ini
secara rinci dapat dilihat pada penjelasan Administrasi Kegiatan KSM/Panitia,
Buku Suplemen Teknis, Bagian 2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan untuk
BKM/LKM, PNPM-MP Tahun 2008.
4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan
Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini
KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 50%, 100%.
Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi
atau keadaan pertengahan
pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo
kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan selesai
100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret
minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi nol (0%)
sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah
pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus sama dengan titik dan
arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya.
Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi 50%, 100% ini
menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia kepada BKM/LKM.
(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan
Sertifikasi yang dimaksudkan disini adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan
dilapangan.
Sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi terwujudnya
pembangunan sarana & prasarana yang berkualitas baik maka pada tahap
pelaksanaan
pembangunan
fisik
perlu
dilakukan
sertifikasi
atau
pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan.
Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan
ketentuan/standar yang di persyaratkan/direncanakan;
Ukuran pencapaian keluaran :
Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur TPP, Tim Teknis
Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik)
Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai);
Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan
infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan lapangan;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

63

Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai


Rekomendasi hasil pemeriksaan dilapangan;
Dibuat/adanya Surat Pernyataan Penyelesaiaan Pekerjaan (SP3) berdasarkan
BAP2;
Sertifikasi infrastruktur, mencakup aspek :
1) Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, al :
a) Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun

dapat

memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat ?

b) Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat?


c) Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat?

d) Upaya penanganan dampak (lingkungan & sosial) telah dilaksanakan dengan


baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas lingkungan/sosial) ?
e) Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga ?

2) Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya


berupa kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan
dengan volume yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan
ada cacat atau kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya.
3) Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi
pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana BLM dengan rencana
pembiayaan yang telah ditetapkan. Apakah sesuai rencana atau ada
kekurangan swadaya/sisa dana BLM.
Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana
Tim Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh UPL/TPP. Unsur tim sertifikasi
minimal terdiri atas : UPL, TPP, Tim Teknis Pemda, Konsultan (askot
infrastruktur/fasilitator teknik).
Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang
menunjukan bahwa pekerjaan telah mencapai 100 %, maka Pelaksana
Kegiatan wajib mengajukan surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi
hasil pekerjaan kepada UPL/TPP, ditembuskan kepada Konsultan
Pendamping;
b. Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek
sertifikasi. Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati
bersama-sama oleh Tim Sertifikasi;
c. Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan
dan rekomendasi, yaitu :
(i). Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik & bermanfaat);
Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan
pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3).
(ii). Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;
Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya
adalah Pelaksana Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan
sebagaimana catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).
Tim Sertifikasi juga menyepakati batas waktu penyempurnaan yang
akan dilakukan KSM/Panitia. Penyempurnaan ini harus dievaluasi
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

64

kembali
oleh
Tim
Sertifikasi,
dan
setelah
hasil
perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan
dengan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3).
(iii). Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak
Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak
dapat dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar
penyempurnaan), maka dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian
maka tindaklanjutnya perlu dilakukan kesepakatan bersama masyarakat
dan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti BKM, pemerintah
kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari solusi agar bangunan dapat
dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
d. Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan minimal oleh UPL/TPP dan Korkot.
Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur

Hasil Pembangunan &


Administrasi

Permintaan Sertifikasi
(Oleh KSM/Panitia)

Pemeriksaan

Oleh
TIM SERTIFIKASI

Penyusunan
B A P 2

Selesai
Layak

SP3

Belum Selesai/
Layak dgn Penyempurnaan
Keterangan :
- BAP2 : Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
- SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan

Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).


BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana
Pekerjaan setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan.
Jadi syarat BAP2 dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan
pekerjaan bersama-sama.
Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaiaan (SP3)
SP3 merupakan Pernyataan Bersama antara pihak Pelaksana Pekerjaan,
BKM (UPL/TPP) dan Konsultan yang menyatakan bahwa seluruh kegiatan
pihak pelaksana pekerjaan sesuai SPPD-L yang disepakti awal telah selesai
100%.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

65

SP3 ini merupakan tindak lanjut dari hasil Pembuatan BAP2, termasuk telah
dilakukan penyempurnaan pekerjaan (bila ada) atau yang dinyatakan telah
layak/Selesai.
(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O&P
Untuk prasarana komunal yang dibangun oleh KSM pemanfaat maka tidak perlu
dilakukan serah terima karena pada dasarnya KSM tersebut langsung menjadi
Pengelola Operasi dan Pemeliharaan prasarana yang dibangunnya. Namun
untuk prasarana publik yang dibangun oleh Panitia/Pihak ketiga lainnya, maka
setelah seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur dinyatakan selesai (SP3
dibuat), perlu dilakukan serahterima prasarana tersebut kepada warga
pemanfaat/masyarakat melalui Organisasi Pengelolanya.
Proses penyerahan untuk pengelolaan O&P ini hendaknya dilakukan bersama
oleh Pemerintah Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.
Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi
warga untuk melaksanakan pemeliharaan dan bagi pemerintah/BKM untuk
secara terus-menerus memberikan dukungan dan pembinaan secara
berkesinambungan sehingga prasarana dapat bermanfaat secara terusmenerus bagi masyarakat;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

66

BAB 5
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
1. Pengertian
Penggunaan Istilah Pengendalian sering diartikan sama dengan pengawasan/supervisi
tetapi juga sering diartikan berbeda. Dalam istilah yang berbeda, pengawasan berhenti
sampai
pada
proses
adanya
temuan/penyimpangan
pelaksanaan
dari
rencana/standarnya, termasuk rekomendasi/tindaklanjutnya sedangkan pengendalian
sampai pada dilakukannya tindakan perbaikan atas penyimpangan tersebut. Pengawas
hanya sampai pada memberikan saran tindaklanjut/perbaikan atas temuan sedangkan
tindaklanjutnya dilakukan oleh pengendali.
Jadi Pengendalian lebih luas dari
pengawasan/supervisi.
Selanjutnya penjelasan dalam bagian ini menggunakan istilah supervisi/pengawasan
yang mempunyai arti yang sama dengan pengendalian dalam diarti sebagai tindakan
yang dilakukan untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau sampai dilakukakannya tindakan
perbaikan/penyelesaiaan atas penyimpangan yang ditemukan.
Selama proses pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur maka harus dilakukan
Pengendalian kegiatan, untuk menjaga agar sumberdaya yang dipergunakan dan proses
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan berjalan secara efektif dan efisien dan
terarah/terkendali menuju pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian maka pengendalian juga merupakan proses untuk mencapai tujuan.
Sedangkan tujuan pengendalian pada dasarnya juga merupakan tujuan dari pelaksanaan
pembangunan infrastruktur itu sendiri, yaitu Terwujudnya bangunan/infrastruktur secara
tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Biaya dan Tertib Administrasi;
2. Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai :

Kegiatan/Pekerjaan terlaksana secara benar, lancar (terkoordinasi) dan terarah


menuju perwujudan bangunan yang direncanakan;
Meningkatnya kemampuan dari personil organisasi pelaksana pekerjaan untuk
melaksanakan tugas/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya secara benar dan
teliti;
Dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan atas temuan penyimpangan/
kesalahan/kekurangan dari setiap pekerjaan sehingga dapat kembali sesuai dengan
standar yang telah dipersyaratkan/direncanakan sebelumnya.

Ukuran Keluaran kegiatan:

Jumlah Kuantitas dan Kualitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi standar
yang dipersyaratkan/direncanakan (Tepat Kualitas);

Jumlah Waktu dan jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
jadwal (Tepat Waktu) dan Biaya (Tepat Biaya) yang telah direncanakan.
Jumlah Instrumen/Administrasi pemeriksaan & pengukuran hasil pekerjaan yang
dibuat sesuai dengan standar administrasi yang telah ditetapkan/direncanakan.
Jumlah laporan yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai instrumen dan
periode pelaporan yang telah direncanakan;
Jumlah temuan/permasalahan/penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
termasuk konflik yang terjadi;
Jumlah bukti fisik/administrasi tindakan perbaikan atau penyelesaiaan permasalahan
atas temuan/penyimpangan negatif/kesalahan atau kekurangan dari pekerjaan yang
dilaksanakan;

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

67

Jumlah personil/unit kerja organisasi lapangan yang bekerja sesuai dengan


tugas/tanggungjawabnya sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya;
Koordinator/Ketua Organisasi Pelaksana Pekerjaan dilapangan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas setiap unit kerja dan bertanggungjawab atas keseluruhan
penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan;

3. Langkah-langkah pelaksanaan pengendalian :


Pengawasan/pengendalian secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk
menghindari hasil yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar
kerja, ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang
tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang merugikan/menghambat
kelancaran pekerjaan di lapangan.
Untuk menjalankan pengendalian ini maka perlu mempersiapkan rencana pengendalian,
mencakup :
(1). Ditentukan/dipilih mana yang ingin dikendalikan. Diperlukan prioritas tentang
pelaksanaan Apa yang telah direncanakan untuk dikendalikan sehingga tidak
terlampau berlebih;
(2). Tetapkan suatu satuan ukuran. Ukuran-ukuran yang ditetapkan hendaknya
dinyatakan dalam bentuk yang bisa terukur bukan kata sifat, seperti prosen progres
kemajuan perminggu, waktu penyelesaiaan pekerjaan, biaya tenaga kerja,
Kuantitas pekerjaan, dll;
(3). Tetapkan suatu Patokan, dengan suatu patokan/satuan ukuran yang jelas pada
tingkat pelaksanaan, patokan akan menjadi tingkat yang akan kita coba
pertahankan/capai. Misalnya nilai progres kemajuan perminggu, volume pekerjaan
per minggu, kualitas yang kuantitatif dari keluaran kegiatan, dll;
(4). Buat instrumen pengukuran dilapangan sesuai satuan ukuran pekerjaan yang telah
ditetapkan sebelumnya (administrasi dan mekanisme pelaporan).
Selanjutnya dilakukan fungsi/tugas berikut :
5) Lakukan Supervisi/Pengawasan (Membimbing, Mengarahkan) agar kemampuan
mereka (personil pelaksana pekerjaan) terus meningkat dalam melaksanakan tugas
dengan benar dan teliti. Supervisi Konstruksi terutama diberikan berkaitan dengan
teknik konstruksi, teknologi dan metode kerja. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan
sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan secara teratur
merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil yang tidak dapat diterima
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat
dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang,
perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai,
kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang merugikan/menghambat kelancaran
pekerjaan di lapangan. Dengan pengawasan/pengendalian yang baik sejak awal
pelaksanaan konstruksi maka diharapkan suatu pekerjaan dilaksanakan dengan
benar atau tidak terjadi kesalahan pekerjaan sejak awal pelaksanaannya sampai
selesai (Zero defect/kesalahan nol). Khusus untuk pelaksanaan tahap pekerjaan
konstruksi, perlu diingatkan bahwa pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan
berat/keras dan dilakukan dialam terbuka yang mudah menyulut emosi orang. Oleh
karena itu, dalam memberikan perintah, supervisi dan kegiatan lain perlu dilakukan
secara bijaksana
6) Lakukan
Inspeksi
atau
pengecekan/pemeriksaan
terhadap
pelaksanaan
tugas/kegiatan yang dilaksanakan. Pemeriksaan adalah pengamatan secara teliti
atas hasil pekerjaan yang dicapai. Dapat mencakup kemajuan volume pekerjaan,
waktu, mutu, biaya, penggunaan sumberdaya, tindakan keselamatan kerja, dll.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

68

7) Lakukan Pengukuran dan pelaporan hasil pemeriksaan berdasarkan instrumen yang


telah Anda persiapkan, Lalu Evaluasi Hasil Pelaksanaan (Bandingkan hasil
pengukuran dengan standar/patokannya dan lakukan penilaian untuk mengetahui
apakah ada penyimpangan). Pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar
pengukuran kegiatan tersebut.
8) Tentukan dan Lakukan tindakan koreksi/penyelesaian masalah yang terjadi
(penyimpangan negatif) bila ada atau Berikan pujian yang sesuai atas keberhasilan
(penyimpangan positif);
Point (1) sampai dengan (7) sering diistilahkan sebagai pengawasan/supervisi,
sedangkan s/d poin (8) disebut Pengendalian.
Tanggungjawab Pengendalian/Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses
pelaksanaan kegiatan oleh pihak Pokja bersama Konsultan (pihak diluar KSM) dan
tentunya juga oleh KSM/Tim Pelaksana Lapangan secara internal sebagai fungsi yang
melekat pada tugas/tanggungjawabnya.
4. Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Mutu/kualitas dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur P2KP diartikan sebagai
memenuhi persyaratan teknis, kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan/berlaku.
Persyaratan, kriteria dan ketentuan dimaksud adalah sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Pedoman Pelaksanaan program, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur yang ditetapkan Program, Kriteria/Standar Teknis Bangunan yang
ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait.
Persyaratan Mutu Infrastruktur P2KP tidak hanya dilihat pada sekedar kualitas fisik
konstruksi tetapi haruslah meliputi : memenuhi kesesuaian infrastruktur dengan
kebutuhan masyarakat, Prasarana dapat dioperasikan/berfungsi, Tersedia akses yang
mudah/aman untuk digunakan oleh warga pemanfaat, Prasarana Menjamin keselamatan
(Keamanan, Kekuatan) dan Kesehatan warga pemanfaat, Tidak menimbulkan dampak
negatif atas Sosial dan Lingkungan.
Mutu pekerjaan Konstruksi meliputi : lingkup aktivitas setiap pekerjaan (termasuk Jadwal
pelaksanaan setiap aktivitas dan pengamanan keselamatan kerja), kuantitas/volume
pekerjaan yang harus diselesaikan, Metode Kerja, Persyaratan Bahan/alat, Komposisi
Campuran, Dimensi/Ukuran Pekerjaan, dan lain-lain yang tercantum dalam spesifiksi
teknis/gambar rencana.
Bersama dengan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis yang telah dilaksanakan
sebelumnya maka pada dasarnya seluruh lingkup kegiatan tahap pelaksanaan
pembangunan infrastruktur juga merupakan penjaminan mutu dari infrastruktur yang
dibangun. Oleh karena itu maka kegiatan-kegiatan tahap pembangunan infrastruktur
(lihat Lingkup Kegiatan/Mekanisme Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan Konstruksi) harus
dapat direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga
sasaran/keluaran yang ingin dicapai (termasuk lingkup aktivitasnya) dari setiap kegiatan
dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan/dipersyaratkan. Dalam penjaminan
kualitas ini, maka khusus untuk pekerjaan konstruksi juga perlu dilakukan pengendalian
kualitas konstruksi (Quality Control) melalui pengujian mutu dilaboratorium, guna
memastikan kesesuaian kualitasnya, seperti pengujian mutu beton struktur, kualitas air
bersih, dll yang diperlukan.
Selain Lingkup kegiatan tahap pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh
pelaksana pekerjaan, maka pada akhir tahap ini juga dilakukan Sertifikasi atau
Pemeriksaan atas proses dan hasil kegiatan tersebut secara bersama-sama oleh Pihak
Pelaksana, Pokja dan Konsultan Pendamping guna memastikan bahwa proses yang
telah dilakukan dan hasil kegiatan (infrastruktur) yang dibangun telah sesuai dengan
yang dipersyaratkan/direncanakan sebelumnya.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

69

Dengan pelaksanaan yang sesuai mekanisme dan substansi sasaran setiap kegiatan
pada tahap ini, kemudian dilakukan pengawasan/pengendalian selama pelaksanaan
tersebut maka melalui proses ini sangat diharapkan bahwa prasarana yang telah
dibangun berkualitas baik sesuai dengan yang telah dipersyaratkan/direncanakan, tepat
waktu, tepat biaya, tertib administrasi dan siap dikelola pemanfaatan/operasi &
pemeliharaannya secara bersama-sama oleh masyarakat.
Seperti telah diuraikan pada rencana pengendalian diatas, Pengendalian/Pengawasan
pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dengan menetapkan prioritas pengawasan, maka dapat
difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan, seperti diuraikan pada
tabel Aspek pengendalian berikut.
Aspek Pengendalian Mutu Pelaksanaan Infrastruktur
No

Aspek

Hal-hal yang perlu


diSupervisi/diKendalikan

Indikator - indikator

1.

Lingkup
Kegiatan
Pelaksanaan
Pembangunan
Infrastruktur

Cakupan Lingkup Kegiatan


Tahap Pelaksanaan secara
keseluruhan

9 Jenis-jenis

2.

Mutu/Kualitas
Pekerjaan

a. Lingkup
Pekerjaan
Konstruksi,
termasuk
pekerjaan
konstruksi
untuk
pengamanan
dampak lingkungan dan
kelengkapan bangunan
untuk
menjamin
keamanan/keselamatan
pengguna;

9 Jenis-jenis

b. Spesifikasi
Teknis
Pekerjaan Konstruksi

9 Kondisi

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

kegiatan
untuk
tahap
pembangunan
infrastruktur
yang
dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan/ditetapkan dalam Program.
9 Urutan pelaksanaan kegiatan tahap
pembangunan infrastruktur yang dilakukan
dilapangan
sesuai
urutan/mekanisme
pelaksanaan yang telah direncanakan/
ditetapkan dalam Program;
9 Sasaran/keluaran yang ingin dicapai dari
setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam
program;
pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
standar/
direncanakan,
termasuk
pekerjaan
konstruksi untuk pengamanan dampak
lingkungan dan kelengkapan bangunan
untuk menjamin keamanan/keselamatan
pengguna;
9 Urutan pelaksanaan pekerjaan dilapangan
dilakukan sesuai urutan logis pelaksanaan
konstruksi dilapangan;
9 Diusulkan perubahan/pekerjaan tambahan
yang diperlukan untuk menjamin kualitas
Bangunan agar sesuai persyaratan teknis,
kriteria konstruksi yang dipersyaratkan
dalam standar bangunan termasuk dampak
lingkungan;
memudahkan
akses
penggunaan prasarana secara aman,
kenyamanan penggunaan.
lokasi pekerjaan konstruksi sesuai
dengan
persyaratan
konstruksi
yang
direncanakan
(kondisi
tanah
sesuai
desain/spesifikasi/gambar)
yang
telah
ditetapkan;
9 Semua lingkup aktivitas dari pekerjaan untuk
menghasilkan volume pekerjaan yang
berkualitas dilakukan, termasuk penentuan

70

No

Aspek

Hal-hal yang perlu


diSupervisi/diKendalikan

Indikator - indikator
elevasi/bouwplank;
9 Ada tindakan pengamanan keselamatan bagi
tenaga kerja proyek atau warga sekitar atau
warga yang menggunakan bangunan selama
kegiatan konstruksi (seperti pekerjaan
galian, timbunan yang dapat mengakibatkan
longsor, dll);
9 Waktu pelaksanaan setiap aktivitas dalam
pekerjaan tersebut sesuai persyaratan
spesifikasinya, Perhatian khusus pada
pekerjaan beton struktur atau yang
menggunakan mortar/campuran.
9 Komposisi campuran dilaksanakan sesuai
persyaratan dalam spesifikasi/Gambar yang
telah direncanakan.
9 Persyaratan
bahan/alat,
termasuk
sumbernya, kuantitas, ukurannyanya yang
dipergunakan memenuhi persyaratan dalam
spesifiksi teknis pekerjaannya;
9 Metode/cara kerja yang dilaksanakan sesuai
persyaratan teknis yang tercantum dalam
spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan.
9 Dimensi/ukuran konstruksi yang dibuat
sesuai dengan yang direncanakan/Gambar;
9 Dilakukan pengujian laboratorium dan hasil
pengujian kualitas pekerjaan yang dilakukan
memenuhi yang dipersyaratkan dalam
spesifikasi teknisnya, khususnya Air Bersih
yang sumber airnya bukan dari Air
PDAM/Sejenis, Air Hujan, dan Beton Struktur
yang telah ditentukan;

c. Volume
konstruksi

pekerjaan

Volume Pekerjaan yang telah dicapai sesuai


dengan yang direncanakan (sesuai dengan
Gambar/Daftar
Kuantitas/RAB).
Termasuk
kesesusainnya dengan spesifikasi teknisnya,
seperti dimensi/ukuran konstruksi.

d. Bangunan
dapat
berfungsi/ bermanfaat;

9 Ujicoba Operasi Bangunan/system bangunan

Pengamanan
Dampak
Lingkungan & Sosial

9 Semua

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

yang dilakukan berhasil. Misalnya Air Bersih


Perpipaan, Apakah Air dapat mengalir/keluar
dari kran dan debitnya cukup sesuai
kebutuhan; MCK apakah air kloset mengalir
ke septicktank, apakah ada air di MCK 24
Jam; Drainase apakah air dapat mengalir
sampai kepembuangan yang direncanakan,
dll;
9 Tersedia akses yang aman & mudah bagi
warga pengguna untuk menggunakan
prasarana yang dibangun.

persyaratan tuntutan warga atas


kontribusi lahan telah diselesaikan (bila
ada); Semua administrasi Kontribusi lahan
telah dibuat secara benar & lengkap.

71

No

Aspek

Hal-hal yang perlu


diSupervisi/diKendalikan

Indikator - indikator

9 Keseluruhan

Jenis kegiatan pengamanan


dampak lingkungan yang dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan (tidak
bertentangan dengan List Negatif dan sesuai
Rencana Tindakan dalam Daftar Uji
Identifikasi Dampak atau sesuai yang
tercantum dalam matriks UKL);
9 Dilakukan
pemantauan
pengamanan
dampak
lingkungan
oleh
pelaksana
pekerjaan dilapangan;

Waktu

Koordinasi
pelaksanaan/
perijinan yang diperlukan
dengan pihak terkait :

9 Diketahui

Waktu memulai dan lama


waktu
pelaksanaan
pekerjaan

9 Waktu

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

hasil koordinasi dengan dinas


pertambangan
setempat
atau
perindustrian/geologi/sejenisnya
(khusus
untuk pembangunan Sumur dalam/Bor);
9 Diketahui hasil koordinasi dengan dinas
Pendidikan/sejenis setempat (khusus untuk
pembangunan Prasarana Pendidikan);
9 Diketahui hasil koordinasi dengan dinas
kesehatan/sejenis setempat (khusus untuk
pembangunan prasarana kesehatan);
9 Diketahui hasil koordinasi dengan dinas
kebersihan kota/sejenis (khusus untuk
pembangunan Prasarana persampahan);
9 Diketahui hasil koordinasi/kesepakatan
dengan warga sekitar lokasi pekerjaan,
khusus
terkait
dengan
pengamanan
keselamatan
warga
akibat
kegiatan
konstruksi
(lihat
juga
pont
untuk
pengendalian terkait spesifikasi teknis
pekerjaan);
memulai pelaksanaan pekerjaan
sesuai
dengan
jadwal
yang
telah
direncanakan;
9 Waktu memulai pekerjaan sesuai dengan
urutan
logis
pekerjaan
konstruksi
dilapangan;
9 Lama waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan.
9 Apabila terjadi keterlambatan waktu
pelaksanaan
pekerjaan
maka
harus
diperhitungkan perubahan waktu kerja
tersebut terhadap jadual sehingga dapat
dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu sesuai jangka
waktu yang ditetapkan.
9 Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak
dapat diselesaikan sesuai jadual, maka
konsultan
memberikan
justifikasi/
pertimbangan teknis kepada pelaksana
kegiatan untuk : memperpanjang jangka
waktu
pelaksanaan
kontrak
atau

72

No

Aspek

Hal-hal yang perlu


diSupervisi/diKendalikan

Indikator - indikator
menghentikan pekerjaan/pemutusan kontrak
(bila perlu).

Biaya Proyek

a. Kesesuaian
pengeluaran
Bahan,
Administrasi)
Rencana;

jenis
(Upah,
Alat,
dengan

b. Penyelewengan dana;
c. Administrasi
transaksi
selalu disertai dengan
bukti-bukti tertulis;
d. Apakah
dilaksanakan
pembukuan
Keuangan
dengan baik;
e. Apakah
swadaya
dipenuhi.

Administrasi
Proyek

kontribusi
masyarakat

a. Tertib Administrasi
b. Transparansi
akuntabilitas
dan Dana

dan
kegiatan

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

9 Diketahui

pembelanjaan atau penggunaan


dana pada komponen pekerjaan (Tenaga
Kerja, Bahan, Alat, Administrasi) sesuai
dengan jenis, kualitas dan kuantitas yang
sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya;
9 Diketahui penggunaan dana hanya untuk
kegiatan
yang
telah
direncanakan
sebelumnya;
9 Diketahui administrasi transaksi penggunaan
dana selalu disertai dengan bukti-bukti
tertulis.
9 Diketahui pembukuan Keuangan telah
dikaukan dengan benar dan teliti sesuai
dengan ketentuan program;
9 Indikasi penyelewengan dana bisa dilihat
antara lain :
Tidak adanya laporan pembukuan;
Ketidak sesuaian antara pencatatan
pada buku kas dengan bukti-bukti
pengeluaran;
Realisasi keuangan jauh lebih besar
dibanding realisasi fisiknya;
Adanya bukti pembyararan yang kosong
tetapi ada tanda tangan penerimanya;
dll.
9 Diketahui kapan, bagaimana kualitasnya,
dan
berapa
volume
dari
setiap
kontribusi/swadaya masyarakat yang telah
diterima/digunakan
dilapangan
sesuai
kesepakatan sawadaya;

9 Jenis

administrasi/laporan harian/mingguan/
bulanan yang dibuat sesuai dengan jenis
administrasi/laporan yang telah ditetapkan/
direncanakan;
9 Pencatatan administrasi dilakukan secara
benar, lengkap dan sesuai kondisi riil
dilapangan;
9 Jenis-jenis administrasi/laporan dibuat/
disampaikan secara tepat waktu;
9 Dibuat arsip dokumen administrasi/laporan,
tersimpan dengan baik pada satu tempat
dan mudah dilihat setiap saat oleh siapa saja
yang berkepentingan;

73

5. Pendekatan Peningkatan Kualitas Konstruksi


Selain kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam mekanisme program, seperti
sertifikasi, supervisi/pengendalian, dll, Beberapa upaya pendekatan yang perlu
diterapkan oleh Konsultan Pendamping dalam rangka meningkatkan kualitas konstruksi
pekerjaan yang dilaksanakan oleh masyarakat, antara lain meliputi hal-hal berukut :
1) Targetkan Kualitas, bukan kuantitas, Kebiasaan didesa adalah mengejar target
fisik, karena dianggap P2KP sebagai kesempatan yang jarang terjadi dan kapan lagi
bisa membangun prasarana yang dibutuhkan. Padahal diprogram P2KP tidak ada
tekanan untuk menentukan target yang sangat tinggi. Oleh karena itu dalam
pembicaran dengan panitia atau masyarakat, aparat pemda dan konsultan
pendamping harus mengatur pembicaraan supaya tidak memberi kesan mengejar
target fisik;
2) Harus Tegas dari awal, Pengawas berkecenderungan untuk membiarkan pekerjaan
yang kurang baik pada awal konstruksi, tetapi hal ini akan mempersulit usaha
meningkatkan kualitas. Sangat sulit untuk meningkatkan kualitas ditengah program
apalagi sudah menjelang berakhir. Oleh karena itu lebih baik untuk memulai dengan
sangat ketat.
3) Manfaatkan musim kemarau, Sebagian besar pekerjaan prasarana P2KP lebih
mudah dibangun pada musim kemarau. Pengangkutan bahan/alat lebih muda jika
belum hujan. Pemadatan tanah sangat susah apabila tanah sudah terlalu basah.
Petani juga ingin bercocok tanam kalau hujan sudah turun, sehingga sering kesulitan
dalam penyediaan tenaga kerja proyek.
4) Antisipasi hari-hari libur besar/keagamaan/adat setempat, biasanya pada harihari besar/keagamaan atau libur nasional masyarakat juga libur sehingga seringkali
pelaksanaan pekerjaan dilapangan menjadi terbengkalai karena tidak ada tenaga
kerja. Oleh karena itu Konsultan dan pemda harus mendorong masyarakat untuk
mengerjakan pekerjaan seawal mungkin (tidak diulur-ulur). Konsultan juga harus
dapat menghitung perkiraan waktu pekerjaan masyarakat sehingga lebih
realistis/tidak terlalu lama;
5) Pelatihan/coaching yang kontinyu, karena tenaga kerja kurang terampil dan
Panitia kurang memiliki pengalaman/keterampilan dalam pengelolaan pembangunan
prasarana, maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan secara terus menerus oleh
Konsultan Pendamping maupun Aparat Kabupaten/kota setempat. Peningkatan
kemampuan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama program P2KP.
6) Gunakan sistem On The Job Training/Praktek lapangan/Trial, (lihat penjelasan
OJT pada uraian pelaksanaan pembangunan).
7) Seleksi Mandor, Mandor seringkali menjadi kunci dalam peningkatan kualitas,
karena mandor berada ditempat kerja setiap hari dan secara langsung memberikan
instruksi dan umpan balik kepada masyarakat/pelaksana pekerjaan. Mandor harus
mengetahui cara-cara meningkatkan kualitas, dan dia harus tegas pada masyarakat
demi pencapaian kualitas/manfaat yang akan dirasakan bersama oleh warga
nantinya. Diperlukan Mandor yang mempunyai kemampuan teknis konstruksi, dan
sebaiknya dipercaya oleh masyarakat.
8) Beli Alat/Bahan yang bermutu baik, penghematan biaya untuk peralatan/bahan
sering menjadi penghematan yang palsu, karena mempengaruhi produktivitas dan
kualitas konstruksi. Seringkali ada harga alat/bahan yang lebih murah padahal
kualitas/hasil kerjanya lebih lama/kurang memuaskan. Konsultan Pendamping dan
Pemda terkait harus mendorong masyarakat untuk membeli bahan/sewa peralatan
yang mutunya lebih tinggi agar dapat tahan lama dan memudahkan pelaksanaan. Ini
juga termasuk peralatan seperti kereta dorong.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

74

9) Ketat dalam penerimaan bahan/alat, Masyarakat harus dilatih supaya dapat


menentukan bahan/alat yang memenuhi persyaratan teknis dan mereka harus
dibimbing supaya berani menolak bahan/alat yang tidak sesuai mutu atau volumenya.
Perlu diantisipasi pemasok yang sering mengirim bahan kelokasi proyek ketika
konsultan/pihak pelaksana pekerjaan masyarakat tidak berada dilapangan dan
mencoba menipu masyarakat.
10) Kader Teknis (dalam P2KP adalah personil UPL), Kader Teknis dipilih oleh
masyarakat untuk membantu/memfasilitasi masyarakat yang melaksanakan
pekerjaan dilapangan. Tugas-tugas Kader Teknis ini pada dasarnya adalah
melaksanakan fungsi-fungsi dasar yang relatif sama dengan yang dilakukan oleh
Fasilitator. Oleh karena itu dapat dilihat sebagai perpanjangan tangan/membantu
konsultan pendamping yang tidak secara penuh setiap hari ada lokasi pekerjaan.
Pemilihan Kader Teknis hendaknya warga yang cukup kuat secara fisik (misalnya
pemuda) dan berbakat teknis/administrasi dan ingin belajar. Jumlah kader teknis ini
juga perlu mempertimbangkan jumlah dan sebaran geografis kegiatannya.
11) Segera laporkan masalah, Ditiap desa masalah kemungkinan besar pasti ada.
Kalau laporan tidak ada, mungkin yang terbaik adalah Konsultan pendamping perlu
bertanya kepada diri sendiri, Apakah ada yang salah? Mungkin mereka punya
masalah tetapi takut melaporakannya. Fasilitator perlu melaporkan masalah yang
tidak dapat diselesaikan dalam timnya kepada konsultan diatasnya, supaya mereka
dapat mengutamakan desa yang ada masalah pada waktu melakukan monitoring.
Diharapkan tidak ada masalah yang baru muncul pada waktu ada kunjungan
tim/aparat pusat maupun daerah karena seharusnya sudah ditangani fasilitator yang
ada dilapangan. Hal-hal yang belum dilaporkan dianggap masalah konsultan
pendamping, hal-hal yang sudah dilaporkan dianggap masalah bersama.
12) Rapat Rutin Evaluasi Lapangan, (lihat penjelasan rapat Evaluasi sebagaiamana
diuraikan pada Bab4. Pelaksanaan Konstruksi).
6. Pendekatan Pengendalian Bahan & Peralatan Konstruksi
Beberapa langkah teknis untuk mengendalikan Bahan/Alat pada tahap pelaksanaan
konstruksi, antara lain meliputi :
a. Bahan/Alat yang telah disepakati dari swadaya harus direalisasikan pada saat
pelaksanaan kontruksi sebab jika tidak direalisasikan akan mengakibatkan
kekurangan dana pembangunan;
b. Diutamakan bahan/alat setempat asal memenuhi standar kualitas bahan/alat yang
dipersyaratkan;
c. Bahan lokal yang dikumpulkan oleh masyarakat harus diukur volumenya dan
diperiksa kualitasnya oleh Fasilitator Teknik dilapangan; Bila bahan bukan swadaya
maka harus dibayar berdasarkan volumenya dan sesuai harga satuan bahan
dilapangan tetapi tidak melampaui pada RAB;
d. Penggunaan Contoh Bahan yang telah diperiksa/disetujui oleh fasilitator teknik
(disimpan dilapangan/gudang panitia) sebagai pembanding untuk pelaksanaan
pengadaan oleh masyarakat;
e. Tatacara Pengadaan Bahan/alat harus mengikuti mekanisme pengadaan bahan/alat,
yaitu :
Pembelian bahan/alat yang bernilai s/d dari Rp. 15 Juta harus berdasarkan hasil
survey minimal pada 3 toko/pemasok terdekat;
Penunjukan Suplier/pemasok bahan, alat, yang bernilai diatas Rp. 15 Juta harus
dilakukan oleh Tim Pengadaan secara terbuka dengan penawaran tertulis
minimal 3 pemasok yang berbeda. Proses penawaran hingga Penetapan
Pemasok/Suplier terpilih dilakukan melalui Rembug pengadaan yang dihadiri oleh
warga dan penawar.
Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

75

Semua pelaksanaan pengadaan diatas Rp. 15 Juta (Terbuka) harus ada


Perjanjian tertulis antara pelaksana pekerjaan dan pemasok.
f. Bahan yang dikirim oleh Pemasok/Suplier harus ada Nota Penerimaan secara
terperinci sesuai bahan yang diterima dilapangan. Bahan harus diukur dan diperiksa
kualitasnya oleh masyarakat/Pelaksana Pekerjaan. Bahan yang tidak memenuhi
standar harus ditolak panitia.
g. Penggunaan Alat Berat seperti wales untuk pemadatan timbunan atau perkerasan
jalan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas konstruksi. Oleh karena itu harus
dipastikan dianggarkan sejak awal dalam RAB.
h. Keputusan untuk penggunaan alat berat seperti excavator/buldoser untuk pekerjaan
pembentukan badan jalan, penggalian saluran, dll meskipun lebih mudah dan
mungkin lebih murah dari pada dikerjakan secara manual harus disepakati secara
bersama-sama, terutama adanya pertimbangan khusus untuk menciptakan
kesempatan kerja sebanyak mungkin bagi warga desa, khususnya warga kurang
mampu (dana proyek sebanyak mungkin tinggal dikel/desa).
7. Pendekatan Pengendalian Tenaga Kerja Konstruksi
Beberapa langkah teknis untuk mengendalikan Tenaga Kerja pada tahap pelaksanaan
konstruksi, antara lain meliputi :
a. Semua orang yang bekerja diproyek baik secara swadaya maupun dengan cara
dibayar harus terdaftar pada Daftar Tenaga Kerja secara lengkap.
b. Semua orang yang bekerja diproyek baik secara swadaya maupun dengan cara
dibayar harus terdaftar pada Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja secara lengkap dan
diketahui berapa lamanya bekerja (HOK) setiap hari.
c. Pada Sistem Pembayaran Upah Harian, satu HOK dibayar untuk minimum 6 jam
kerja tidak termasuk istirahat (sesuai kebiasaan tenaga kerja setempat biasanya 6-8
Jam Kerja). Untuk Sistem Borongan Upah, besarnya pembayaran Upah disesuaikan
dengan HOK dari Volume Pekerjaan yang diborongkan tersebut sesuai RAB.
d. Pembayaran Upah harus langsung kepada setiap orang yang bekerja, tidak boleh
diwakilkan kepada Kepala Kelompok atau Mandor.
e. Besarnya Upah yang dibayarkan kepada setiap tenaga kerja yang melaksanakan
pekerjaan harus tidak boleh melampaui Harga Satuan Upah sesuai RAB.

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur

76

Anda mungkin juga menyukai