Anda di halaman 1dari 16

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG KETENAGAKERJAAN

DISUSUN
OLEH KELOMPOK III :

1. NURUL FAJRIYAH ( 2010102021 )

2. SATRIA APRIANSYAH ( 2010102022 )

3. YUNITA MASNUR ( 2010102023 )

4. SHINTA SUCIYATI ( 2020102024 )

5. MUHAMMAD FADHIL AR RUSYID ( 2020102025 )

6. TAUPIQ ( 2020102026 )

7. DANDI ( 2020102027 )

8. RAHMAT ROMADON ( 2020102024 )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

1
TAHUN 2023

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................03
B. RumusanMasalah.......................................................................................................04
C. Manfaat......................................................................................................................04
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan…………………………......................05
B. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan..................................................06
C. Undang-Undang Ketenagakerjaan.............................................................................07
D. Pengujian Undang-Undang........................................................................................08
E. Peran Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Mengenai Ketenagakerjaan dan Alasan
Mengapa Undang-undang N0. 13 Tahun 2003
Dimohonkan........................................................................................................................09
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN..........................................................................................................15
B. SARAN......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak terbentuknya Mahkamah Konstitusi pada tahun 2003 telah memberikan dampak
baik dalam melakukan tindakan konstitusional melalui keputusannya. Artinya, bahwa dengan
adanya Mahkamah Konstitusi ini memberikan sebuah harapan terhadap peneyelesaian persoalan
hukum secara konstitusional dan ajakan politik di Indonesia pada umumnya. Salah satu
wewenang Mahkamah Konstitusi (MK) yang paling sering dilaksanakan dalam keseharian
adalah Pengujian UU terhadap UUD. 

Menguji konstitusionalitas suatu undang-undang adalah ujian nilai konstitusional hukum


baik secara formal maupun substantif. Menilai apakah isi ketentuan hukum itu sesuai atau tidak
bertentangan dengan aturan dari tingkat yang lebih tinggi, dan apakah Otoritas tertentu memiliki
hak untuk mengeluarkan peraturan tertentu. Jika bahkan lampiran-lampiran disusun oleh para
penyusun konstitusi Indonesia.

Konstitusi negara tahun 1945 mengabadikan gagasan kontrol konstitusional pernah


dibahas dalam rapat BPUPK (Badan Pengusaha Tenaga Kerja). persiapan kemerdekaan). Muh.
Yamin menyarankan harus ada mekanisme untuk memverifikasi keabsahan isi undang-undang
sesuai dengan konstitusi, kebiasaan dan syariah Mahkamah Agung. 

Kewangan Mahkamah Konstitusi untuk memutus sengketa antar lembaga Negara yang
lain, tidak berarti Mahkamah Konstitusi secara hirarki lebih tinggi kedudukannya, melaikan
sebagai upaya cheks and balances dalam rangka tegaknya konstitusi. Dari sini dapat di pahami
kedudukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
konstitusi.

3
Hirarki peraturan perundang-undangan berdasarkan sebagaimana termuat dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat 1 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang
undangan sebagai berikut:

a. Udang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan MPR;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi;
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

B. Rumusan Masalah

Adapaun masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud Undang-Undang


b. Apa tujuan dimohonkannya UU Nomor …. ?
c. Apa saja inti dari isi UU Nomor …. ?

C. Manfaat

Berdasarkan rumusan,masalah di atas, maka manfaat dari,pembuatan,makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahu makna dari,Undang-Undang;


b. Untuk mengetahu tujuan dimohonkannya UU Nomor … ;
c. Untuk mengetahu inti isi dari UU Nomor ….

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan

Adapun definisi peraturan perundang-undangn menurut para ahli, antara lain adalah sebagai
berikut;

1. Bagir Manan

Peraturan perundang-undangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat
atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berisi tentang aturan tingkah laku yang bersifat
atau mengikat umum. Dimana aturan-aturan tingkah laku yang berisi tentang ketentuan-
ketentuan mengenai arti hak, makna kewajiban, fungsi, dan status atau suatu tatanan.

Sehingga peraturan yang memiliki ciri-ciri umum-abstrak atau abstrak-umum, artinya tidak
mengatur atau tidak ditujukan pada obyek, peristiwa atau gejala konkret tertentu dengan
mengacu pada pemahaman dalam kepustakaan Belanda, peraturan perundang-undangan lazim
disebut dengan wet in materiёle zin atau algemeen verbindende voorschrift.

2. Soehino

Perundang-undangan adalah proses atau tata cara pembentukan peraturan-peraturan perundangan


negara dari jenis dan tingkat tertinggi yaitu undang-undang sampai yang terendah, yang
dihasilkan secara atribusi atau delegasi dari kekuasaan perundang-undangan. Sehingga artinya
keseluruhan produk peraturan-peraturan perundangan tersebut.

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (2)

5
Peraturan perundang-undangan adalah serangkaian bentuk peraturan tertulis yang senantiasa
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum bagi
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dari beberapa hal diatas dapat diambil bahwasanya Peraturan Perundang-undangan


adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat berwenang dan
mengikat secara umum. Yang termuat dalam peraturan perundang-undangan antara lain
mekanisme hubungan antarwarga negara, antara warga negara dan negara, antara warga negara
dengan beragam tugas pemerintah pusat dan daerah, serta antar lembaga negara. Oleh karenanya,
peraturan perundang-undangan berlaku untuk seluruh hak dan kewajiban warga negara Indonesia
tanpa terkecuali. Peraturan perundangan disusun untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara. Maka seluruh warga negara wajib menaati peraturan perundang-undangan.

B. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Pengaturan soal hierarki dalam Undang-Undang 12/2011 berada di dalam Pasal 7.


Adapun Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,
4. Peraturan Pemerintah,
5. Peraturan Presiden,
6. Peraturan Daerah provinsi, dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Selain jenis yang sudah disebut di dalamPasal (7) di atas juga disebut peraturan
perundang-undangan lainnya juga dsebut jenisnya di dalamPasal (8) angka satu (1). Bunyi
Pasalnya adalah jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimna dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan,
Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubenur, Dewan

6
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Wali Kota, Kepala Desa atau
setingkat .Ketika melihat norma dari beberapa Pasal tersebut maka banyak sekali jenis peraturan
perundang-undangan yang diatur dan diakui keberadaannya. Semua jenis peraturan tersebut
haruslah taat tertib, baik tertib dasar dan ataupun tertib pembentukan. Salah satu tertib
dasar yang menjadi barang wajib adalah berkesesuaian jenis, fungsi dan hiereakinya seperti
yang disebutkan dalam Pasal 1 angka (13) yang berbunyi “Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan
jenis, fungsi,dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.1

Terkait dengan hierarki peraturan kekuatan hukum peraturan perundang-undangan itu


dijelaskan pada Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi kekuatan hukum Peraturan Perundang-
undangansesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Lebih diperjelas lagi di
dalam penjelasan dengan redaksi dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “hierarki”
adalahpenjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yangdidasarkan pada asas
bahwa Peraturan Perundang-undanganyang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Di dalam Pasal yang lain juga dijelaskan
bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan ada asas-asas yang tidak boleh
dihilangkan oleh pembuat peraturan. Hal tersebut diatur di dalamPasal (5) yang berbunyi dalam
membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan
g. keterbukaan

C. Undang-undang Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang mengatur Tentang Ketenagakerjaan. Hukum


ketenagakerjaan awalnya dikenal dengan istilah perburuhan yang merupakan terjemahan dari
1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

7
arbeidsrechts. Terdapat beberapa pendapat dan batasan tentang pengertian hukum perburuhan.
Molenaar memeberikan batasan pengertian arbeidsrecht yakni bagian dari hukum yang berlaku
yang pada pokoknya mengatur tentang hubungan antara buruh dan majikannya, antara buruh
dengan buruh dan buruh dengan penguasa. Menurut Mr. MG Levenbach, arbeidsrecht sebagai
sesuatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu
dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut
dengan hubungan kerja. Pengertian hukum perburuhan sendiri mengandung 3 unsur yaitu adanya
peraturan, bekerja pada orang lain dan upah.2

Peraturan mengenai hukum ketenagakerjaan diantaranya di atur dalam Undang-Undang


No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 Tentang
Pengupahan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.7 Tahun 2013 Tentang Upah
Minimum dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.21 Tahun 2016 Tentang Kebutuhan Hidup
Layak.

Pembangunan Ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia


Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu, pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur,dan merata.
Dalam Pembangunan ketenagakerjaan ada beberapa dimensi keterkaitan, salah satu diantaranya
adalah Pekerja/buruh itu sendiri. Berkaitan dengan hak nya untuk mewujudkan kehidupan yang
sejahtera.3

Pekerja/buruh sebagai warga negara Indoesia memiliki Hak sesuai dengan Pasal 27 ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 "Tiap-tiap warga Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’’ dan dalam pasal 28D ayat (2) "setiap orang berhak
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
4
Manusia yang ada di dunia ini mempunyai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi . Salah satu
cara untuk memenuhinya adalah dengan bekerja. Dengan bekerja akan menghasilkan upah. Upah
dalam Pasal 1 ayat 30 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah hak
buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
2
Ibid hlm 3
3
TaufiqYulianto.2012. Hukum sebagai sarana untuk melindungi pekerja/buruh dalam hubungan Industrial. Dalam
https://www.academia.edu/ akses 13 Februari 2107
4
Lihat di dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945

8
pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ataujasa yang telah atau akan dilakukan.5

Menurut Abdul Hakim pemberian upah harus memperhatikan 3 Aspek yaitu aspek teknis,
aspek ekonomis dan aspek hukum, ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain, dan didalam
pelaksanaannya salah satu aspek tidak dapat dihilangkan karena setiap aspek memberikan
konsekuensi yang berbeda-beda.6 Dengan adanya UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan menjadi sebuah gambaran bahwa masalah pekerja/buruh menjadi focus utama
dan menjadi perhatian tersendiri oleh pemerintah karena menyangkut kesejahteraan warga
negara Indonesia, setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang perlu dilindungi oleh
pemerintah. Didalam UU NO.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan secara umum untuk
mengatur ketenagakerjaan termasuk juga mengenai masalah pengupahan.

Pasal 88 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan


bahwa:

1) setiap pekerja buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2) untuk mewujudkan pengahasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
3) kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi :
a. Upah minimum
b. Upah kerja lembur
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
f. Bentuk dan cara pembayaran upah
g. Denda dan potongan upah
5
Lihat di dalam Pasal 1 ayat 30 Undang-Undang no.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
6
Arista Trimaya,Juni 2014 Pemberlakuan Upah Minimum, ASP vol. 5. Pusat pengkajian, pengelolaan, Data dan
Informasi (P3DI) sekertariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat RI. hlm 12

9
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
i. Struktur dan skala upah
j. Upah untuk pembayaran pesangon
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan

4) pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi.

D. Pengujian Undang-undang

Istilah pengujian peraturan perundang-undangan dapat dibagi berdasarkan subyek yang


melakukan pengujian, obyek peraturan yang diuji, dan waktu pengujian. Dilihat dari segi subyek
yang melakukan pengujian, pengujian dapat dilakukan oleh hakim (toetsingsrecht van de rechter
atau judicial review), pengujian oleh lembaga legislatif (legislative review), 7 maupun pengujian
oleh lembaga eksekutif (executive review).

Dalam hal ini, Indonesia mengatur ketiga pengujian tersebut. Pengujian oleh hakim
(toetsingsrecht van de rechter atau judicial review) diatur baik sebelum dan sesudah perubahan
UUD 1945. Pengaturan mengenai pengujian peraturan perundang-undangan pada masa
berlakunya UUD 1945, pertama kali diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang
KetentuanKetentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang mengatur pengujian terhadap peraturan
perundang-undangan di bawah UU terhadap UU merupakan kewenangan Mahkamah Agung.
Setelah perubahan UUD 1945, kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
UU terhadap UU tetap merupakan kewenangan Mahkamah Agung, sedangkan pengujian UU
terhadap UUD merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Pengujian UU oleh lembaga legislatif (legislative review) dilakukan dalam kapasitas


sebagai lembaga yang membentuk dan membahas serta menyetujui UU (bersama-sama
Presiden). Sebelum perubahan UUD 1945, pengujian UU terhadap UUD berada pada MPR

7
Istilah legislative review dipersamakan dengan dengan political review dalam H.A.S. Natabaya, Sistem Peraturan
Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hal.
187.

10
berdasarkan Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan. Alasan mengapa Mahkamah Agung mempunyai wewenang
menguji hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU pada masa
sebelum perubahan UUD 1945, menurut Padmo Wahjono didasarkan pada pemikiran bahwa UU
sebagai konstruksi yuridis yang maksimal untuk mencerminkan kekuasaan tertinggi pada rakyat,
sebaiknya diuji/diganti/diubah oleh yang berwenang membuatnya, yaitu MPR berdasarkan
praktik kenegaraan yang pernah berlaku. 8 Praktik ketatanegaraan yang dimaksud adalah dengan
ditetapkannya Ketetapan MPRS RI Nomor XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali
Produk-produk Legislatif Negara di luar Produk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
yang Tidak Sesuai dengan UUD 1945.9

Sebagaimana pengujian oleh lembaga legislatif (legislative review) yang dilakukan dalam
kapasitas sebagai lembaga yang membentuk dan membahas serta menyetujui UU (bersama
dengan Presiden), pengujian oleh lembaga eksekutif (executive review) dilakukan terhadap
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga eksekutif. Salah satu contoh
pengujian oleh lembaga eksekutif (executive review) adalah dalam pengujian Peraturan Daerah
(Perda). Untuk melaksanakan pemerintahan daerah, maka penyelenggara pemerintahan daerah
(pemerintah daerah dan DPRD) membentuk Perda, yang akan ditetapkan oleh Kepala Daerah
setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. Berdasarkan Pasal 136 UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Berdasarkan Pasal 145 UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dapat membatalkan Perda yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan
keputusan pembatalan Perda ditetapkan dalam Peraturan Presiden.

8
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, Cet. 2, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 15
9
Ibid

11
E. Peran Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Mengenai Ketenagakerjaan dan

Alasan Mengapa Undang-undang N0. 13 Tahun 2003 Dimohonkan

Dalam bidang ketenagakerjaan, perlindungan terhadap kaum pekerja atau tenaga kerja
menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pemerintah.
Sebab, hal ini nantinya akan menjadi tolak ukur dalam melakukan perjanjian kerja antara pihak
pengusaha, pemberi kerja dan juga tenaga kerja agar terjalin kenyamanan saat proses pekerjaan
dilakukan nantinya. Sebagai negara hukum, kini Indonesia juga turut mengeluarkan yang
namanya UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan berbagai peran penting di
dalamnya untuk memberikan perlindungan bagi para pekerja. 

Secara umum, masalah ketenagakerjaan ini muncul dikarenakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi. Sebut saja seperti latar dan faktor pendidikan, kesempatan kerja maupun
pertumbuhan ekonomi yang dikatakan masih relatif rendah. Tidak hanya beberapa negara luar,
Indonesia juga ternyata mengalami masalah yang serupa. Terlebih lagi, sampai sekarang bisa kita
lihat jika angka pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi lantaran minimnya lapangan
pekerjaan. 

Sementara itu, untuk bisa mengatasi berbagai permasalahan tersebut, para tenaga kerja
yang dikatakan sebagai penggerak utama dalam membantu memutarkan roda perekonomian di
suatu negara sering kali berada di posisi pihak yang tidak terlindungi dengan baik dari segi hak
maupun segi kepentingannya. Oleh karena itu, sekarang ini pemerintah memberikan
perlindungan bagi para tenaga kerja dengan hadirnya peraturan di UU No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yang dapat dilihat secara detail mengenai klasifikasi maupun detailnya
terhadap para pengusaha maupun tenaga kerja.

Dalam Undang–Undang No. 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa ketenagakerjaan


merupakan segala sesuatu yang berhubungan erat dengan masalah tenaga kerja. Dimana dalam
hal ini, ketenagakerjaan ini dimulai dari waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja dari
pihak tenaga kerja tersebut. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan UU ini untuk memberikan
perlindungan dan mengatur bagaimana sistem ketenagakerjaan agar kedepannya tidak dinilai
merugikan bagi banyak pihak. Adapun tujuan dari dikeluarkannya Undang–Undang
Ketenagakerjaan ini antara lain sebagai berikut :

12
1. Mampu melakukan pemberdayaan serta pendayagunaan para tenaga kerja Indonesia
secara lebih optimal dan manusiawi

Sebagai mana di jelaskan  dalam pasal 4 huruf A di Undang–Undang


Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa para tenaga kerja yang ada di Indonesia
diharapkan nantinya dapat ikut berpartisipasi dalam mendukung pembangunan nasional
secara lebih optimal yakni dengan tetap menjunjung nilai–nilai kemanusian yang
terkandung di dalamnya. 

2. Mampu mewujudkan lapangan kerja yang merata serta menyediakan para tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan secara nasional dan daerah

Dalam Undang–Undang Ketenagakerjaan ini, pemerintah Indonesia juga berharap


agar lapangan kerja dapat merata sesuai dengan penempatannya. Sehingga dalam hal ini,
dibutuhkan adanya upaya yang maksimal agar seluruh tenaga kerja mampu mengisi
berbagai kebutuhan di seluruh sektor baik secara nasional maupun secara daerah.

3. Memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia demi


terwujudnya kesejahteraannya maupun anggota keluarganya

Jika melihat penjelasan lebih detail mengenai UU Nomor 13 Tentang


Ketenagakerjaan, pemerintah umumnya menganggap pentingnya bidang
ketenagakerjaan di dalam suatu negara. Hal ini dikarenakan bidang tersebut berkaitan
erat dengan kepentingan umum. Sehingga, alasan inilah yang membuat pemerintah
akhirnya mengalihkan ketenagakerjaan dari yang tadinya hukum privat menjadi hukum
publik di Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peraturan mengenai hukum ketenagakerjaan diantaranya di atur dalam Undang-


Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah No.78 Tahun
2015 Tentang Pengupahan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.7 Tahun
2013 Tentang Upah Minimum dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.21 Tahun 2016
Tentang Kebutuhan Hidup Layak. Pekerja/buruh sebagai warga negara Indoesia memiliki
Hak sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 "Tiap-tiap warga Negara
Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’’ dan dalam
pasal 28D ayat (2) "setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah
hak buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ataujasa yang telah atau akan dilakukan.

Alasan mengapa Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji hanya terhadap


peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU pada masa sebelum perubahan
UUD 1945, menurut Padmo Wahjono didasarkan pada pemikiran bahwa UU sebagai
konstruksi yuridis yang maksimal untuk mencerminkan kekuasaan tertinggi pada rakyat,
sebaiknya diuji/diganti/diubah oleh yang berwenang membuatnya, yaitu MPR berdasarkan
praktik kenegaraan yang pernah berlaku.

Sementara itu, untuk bisa mengatasi berbagai permasalahan tersebut, para tenaga
kerja yang dikatakan sebagai penggerak utama dalam membantu memutarkan roda
perekonomian di suatu negara sering kali berada di posisi pihak yang tidak terlindungi
dengan baik dari segi hak maupun segi kepentingannya.

14
Oleh karena itu, sekarang ini pemerintah memberikan perlindungan bagi para tenaga
kerja dengan hadirnya peraturan di UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang
dapat dilihat secara detail mengenai klasifikasi maupun detailnya terhadap para pengusaha
maupun tenaga kerja.

Sebagai mana dijelaskan dalam pasal 4 huruf A di Undang–Undang Ketenagakerjaan


yang menjelaskan bahwa para tenaga kerja yang ada di Indonesia diharapkan nantinya dapat
ikut berpartisipasi dalam mendukung pembangunan nasional secara lebih optimal yakni
dengan tetap menjunjung nilai–nilai kemanusian yang terkandung di dalamnya.

Mampu mewujudkan lapangan kerja yang merata serta menyediakan para tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan secara nasional dan daerah Dalam
Undang–Undang Ketenagakerjaan ini, pemerintah Indonesia juga berharap agar lapangan
kerja dapat merata sesuai dengan penempatannya.

B. Saran

Saran yang dapat diambil dari makalah yang kami tulis ialah dengan adanya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dapat
berdampak positif bagi masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, disarankan Undang-
Undang ini dapat digunakan dengan baik dan tidak di salah gunakan oleh oknum di luar sana.
Dengan terbentuknya Undang-Undang ini diharapkan dapat memajukan kesejahteraan bagi
rakyat Indonesia untuk memperluas perekonomian negara serta pembangunan merata secara
optimal. Dapat mewujudkan lapangan kerja yang layak sesuai dengan Undang-Undang yang
tertulis di makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hapsoro, Fakhris Lutfianto, dan Ismail Ismail. "Interpretasi Konstitusional Dalam Pengujian
Konstitusionalitas Untuk Mewujudkan Konstitusi Yang Hidup." Kajian UU Jambura 2.2
(2020): 139-160.

Natabaya, H.A.S., Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta: Sekretariat


Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hal. 187.

Trimaya, Arista, Juni 2014 Pemberlakuan Upah Minimum, ASP vol. 5. Pusat pengkajian,
pengelolaan, Data dan Informasi (P3DI) sekertariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat
RI.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D
ayat (2).

Undang-Undang no.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Ayat 30.

Wahjono, Padmo, Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, Cet. 2, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1986).
Yulianto, Taufiq, 2012, Hukum sebagai sarana untuk melindungi pekerja/buruh dalam
hubungan Industrial. Dalam https://www.academia.edu/ akses 13 Februari 2107.

16

Anda mungkin juga menyukai