Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ADMINISTRASI

NEGARA INSTRUMEN

PEMERINTAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

SELVILIA M.T. (2240501133)

ROHANA (2240501131)

ANNUR F. (2240501132)

SRI DARMA (2240501134)

DWINDRA (2240501114)

PRENGKI M (2240501130)

LOKAL : A3

1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar belakang.........................................................................................................3
b. Rumusan masalah....................................................................................................3
c. Tujuan......................................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

a. Pengertian instrument pemerintah...........................................................................4


b. Peraturan perundang-undangan................................................................................5
c. Peraturan kebijaksanaan..........................................................................................7
d. Asas Freies Ermessen..............................................................................................9

BAB III. PENUTUP

a. Kesimpulan..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

3
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika berbicara tentang Instrumen Pemerintahan tidak lepas dari alat dan sarana yang
digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, intrumen
yuridis yang dipergunakan untuk mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan
kemasyarakatan seperti perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijakan,
perizinan, instrument hukum keperdataan dan sebagai berikut. Instrument Hukum ini akan
menjadi dasar yang digunakan pemerintah dalam menjakalankan tugas dan kewenangannya.
Pengertian peraturan perundang-undang menurut Pasal 1angka 2 Undang -Undang Nomor
5 Tahun 1986 yang di nyatakan bahwa “peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan
yang bersifat mengikat secara umut yang di keluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat Bersama
pemerintah,baik tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Dalam impementasi asas Freies Ermessen bisa terdiri dari beberapa hal di antaranya
membentuk perturan perundang-undangan di bawah undang-undang yang secara materil mengikat
umumbersifat konkrit,final,dan melakukan Tindakan administrasi yang nyata dan aktif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas. Adapun rumusan masalahnya dari makalah ini yaitu
1. Apa saja yang mencangkup instrumen pemerintah dan peraturan yang terkandung
disekitarnya?
2. Apa saja yang mencakup tentang peraturan perundang-undangan ?
3. Apa yang di maksud dengan peraturan kebijaksanaan dan asas Freies Ermessen?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan tentang instrumen pemerintah dan peraturan yang terkandung didalamnya.
2. Menjelaskan tentang peraturan perundang-undangan.
3. Menjelaskan tentang peraturan kebijaksanaan dan asas Freies Ermessen.

4
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Pemerintahan


Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana- sarana yang digunakan
oleh pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Berkenaan dengan struktur norma hukum administrasi negara ini, H.D van
Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan bahwa hukum material mengatur perbuatan
manusia. Peraturan, norma didalam hukum administrasi negara memiliki struktur
yang berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum perdatadan pidana.
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi
bertingkat -tingkatnya norma -norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut
Indroharto menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam
masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang
sampai pada norma yang paling individual dan konkret. Kemudian pembentukan
norma-norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu tidak hanya
dilakukan oleh pembuat undang -undang dan badan-badan peradilan saja melainkan
juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.
Pelaksanaan tugas penyelenggaraan negara di Negara Indonesia paling tidak
dilakukan oleh 3 lembaga yaitu eksekutif (pemerintah), legislatif (DPR), dan
yudikatif (MA-MK). Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan negara, masing-
masing organ negara yang diberikan kewenangan untuk mengeluarkan instrument
hukumnya.
Menurut indroharto suasana hukum tata usaha Negara menghadapi tingkatan-
tingkatan tetapi dalam kombinasi yang satu dengan yang lain saling berkaitan.
1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam masyrakat itu memiliki
struktur tingkat dari yang sangat umum samapi pada norma yang paling
individual dan konkret yang terkandung dalam penetapan
(beschikking)Kualifikasi sifat keumuman (aglemeenheid) dan kekkonkretan
(concreetheid) norma hokum adminstrasi diperhatikan mengenai objek yand
dikenai norma hokum (adressa) dan bentuk normanya.
2. Pembentukan norma hokum tata Negara dalam masyarakat itu tidak hanya
dilakukan oleh pembuat undang-undang dan badan peradilan tetapi juga

5
aparat pemerintah Macam macam sifat norma Hukum menurut H.D van
Wijk/Willem konijinenbelt yaitu
1. Norma umum-abstrak (algemeen-abstrack) misalnya perundang-undang,
2. Norma individual-konkret (Individueeconcreet) misalnya keputusan tata
usaha Negara.
3. Norma umum-konkret (algemeen-concreet)misalnya Peraturan lalu lintas
dan rambu.
4. Norma individual-abstrak Individueel-abstrack) misalnya izin gangguan.

B. peraturan Perundan-undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang
sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal
yang bersifat umum (general). Istilah perundang-undangan secara teoritis ada 2 yaitu
1. Perundang-undangann merupakan proses pembentukan/membentuk peratura
peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil
pembentukan peratura-peraturan, baik di tingkat pusat maupun tingkat
daerah.Peraturan-perundan-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat umum dan komprehensif
b. Bersifat universal
c. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dirinya sendiri.
Dalam UU No. 10 Tahun 2004 dipaparkan secara tegas antara istilah peraturan
dan keputusan. Berdasarkan UU tersebut yang bersifat pengaturan, maka sebutannya
adalah peraturan, sedangkan yang bersifat penetapan adalah keputusan. Dengan
demikian, yang termasuk dalam pengertian peraturan perundang-undangan sebutannya
adalah peraturan
Setiap instansi apabila akan membuat hal yang bersifat mengatur
seharusnya menggunakan istilah peraturan, tidak lagi menggunakan keputusan.
Keputusan hanya digunakan untuk hal yang sifatnya menetapkan saja, misalnya
pengangkatan seseorang dalam jabatan, kenaikan pangkat, penugasan dalam tugas
tertentu, dan sebagainya.
Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang, peraturan perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang

6
berwenang dan mengikat secra umum. Berdasarkan pengertian tersebut. Peraturan
perundang-undangan bersifat umu-abstrak, yang dicirikan unsur-unsur antara lain:
a. waktu, artinya tidak hanya berlaku pada saat tertentu saja,
b. tempat, artinya tidak hanya berlaku pada tempat tertentu saja,
c. orang, artinya tidak hanya berlaku bagi orang tertentu saja, dan
d. fakta hukum, artinya tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu saja,
tetapi untuk berbagai fakta hukum (perbuatan) yang dapat berulang-ulang.
UU No.10 Tahun 2004 menentukan bahwasumber hukum dari segala
sumber hukum negara adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum
dasar dalam peraturan perundang-undangan. UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang memuat hukum dasar negara merupakan sumber hukum bagi
pembentukan peraturan perundan-undangan di bawah UUD. Dengan demikian,
semua peraturan perundang-undangan harus bersumber pada UUD 1945 dan tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945 Kedudukan hukum peraturan perundang-
undangan lain yang telah ada dan diundangkan sebelum UU No.10 Tahun 2004,
jenis dan hierarki peraturan perundangundangan tetap diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikatsepanjang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Seperti peraturan yang dikeluarkan oleh MPR, DPR, DPD, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia,
Menteri, kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh
UU atau pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Semua keputusan yang sifatnya mengatur yang sudah ada sebelum UU
No.10 Tahun 2004 berlaku, misalnya Keputusan Presiden, Keputusan Menteri,
Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota atau keputusan pejabat lainnya,
harus dibacaperaturan sepanjang tidak bertentangan dengan UU No.10 Tahun 2004.

7
Bersamaan dengan kewenangan untuk campur tangan tersebut, pemerintah
juga diberikan kewenangan untuk membuat dan menggunakan peraturan perundang-
undangan. Dengan kata lain, pemerintah juga memiliki kewenangan dalam bidang
legislasi. Tugas pemerintah tidak hanya terbatas untuk melaksanakan undan- undang
yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Pemerintah dibebani kewajiban untuk
menyelenggarakan kepentingan umum atau mengupayakan kesejahteraan sosial
dengan diberikan kewenangan untuk campur tangan dalam kehidupan masyarakat
dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum.
Konsep pemisahan kekuasaan, khusus yang berkaitan dengan fungsi
eksekutif hanya sebagai pelaksana UU tanpa kewenangan membuat peraturan
perundang-undangan, seiring dengan perkembangan tugas negara dan
pemerintahan, bukan saja kehilangan relevansinya, tetapi dalam praktik juga menemui
banyak kendala Hal ini dikarenakan badan legislatif sesuai dengan UU No. 10
Tahun 2004 tidak membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan,
melainkan terbatas pada UU dan Perda. Jenis peraturan perundang-undangan lain
dibuat oleh administrasi negara. Selain itu,yang berjalan selama ini kewenangan
legislasi bagi pemerintah pada dasarnya berasal dari undang-undang, yang berarti
melalui persetujuan parlemen Peraturan Kebijaksanaan.

C. Peraturan kebijaksanaan
a) Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan adalah peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintahan berkenaan dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga
negara atau terhadap instansi pemerintahan lainnya dan pembuatan peraturan tersebut
tidak memiliki dasar yang tegas dalam UUD dan undang-undang formal.
b) Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan adalah sebagai berikut:
- Asas
Asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan
tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan.
- Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang
tidak ada dasar peraturan perundangundangan untuk membuat keputusan
peraturan kebijaksanaan tersebut.

8
- Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freies Ermessen dan ketiadaan
wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-
undangan.
- Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih diserahkan pada
doelmatigheid sehingga batu ujinya adalah asa-asas umum pemerintahan yang
layak
- Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan.
- Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan perundang-undangan
c) Peraturan kebijaksanaan dapat difungsikan secara tepat guna dan berdaya guna, yang
berarti:
- Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan, dan mengisi
kekurangan-kekurangan yang ada pada peraturan perundang-undangan.
- Sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan perundang-undangan.
- Sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan-kepentingan yang belum
terakomodasi secara patut, layak, benar, dan adil dalam peraturan perundan-
undangan.
- Sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-
undangan yang sudah ketinggalan zaman.
- Tepat guna dan berdaya guna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat
berubah atau memerlukan pembaruan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Sementara itu, penerapan atau penggunaan peraturan kebijaksanaan harus
memperhatikan hal-hal diantaranya :
- Harus sesuai dan serasi dengan tujuan undang undang yang memberikan ruang
kebebasan bertindak
- Serasi dengan asas asas hukum umum yang berlaku. Sesuai dan tepat guna
dengan tujuan yang hendak dicapai. Meskipun pemerintahdiberikan ruang gerak
kebebasan, namun dalam kerangka negara hukum, kebebasan tsb tdk
digunakan tanpa batas. Batas yg harus dipertimbangkan dlm mlakukan tindakan
bebas tersebut adalah :
- Ditujukan untuk melaksanakn tugas layanan public
- Merupakan tindakan yg aktif dari administrasi negaraTindakan tersebut
dimungkinkan oleh hukum

9
- Diambil atas inisiatif sendiri
- Dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan penting yang secara tiba-tiba
- Dapat dipertanggungjawabkan
D. Freies Ermessen
Pouvoir Discretionare atau Freies Ermessen merupakan kemerdekaan bertindak
atas inisiatif dan kebijakan sendiri dari administrasi negara pada welfare state. Fungsi
publik service dalam penyelenggaraan pemerintahan welfare state mengakibatkan
terjadinya pergeseran sebagian kekuasaan antar lembaga negara yaitu dari lembaga
legislative ke lembaga eksekutif (administrasi negara). Pengertian discretie dalam
pourvoir discretionare adalah pejabat penguasa tidak boleh menolak mengambil
keputusan dengan alasan “tidak ada peraturannya” dan oleh karena itu diberi kebebasan
untukmengambil keputusan menurut pendapat sendiri asalkan tidak melanggar asas
yuriditas dan asas legalitas.
Dalam negara hukum modern perlu adanya campur tangan administrasi negara
dalam rangka memenuhi kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara untuk mencapai
kesejahteraan itu adalah digunakan asas freiesermessen, yaitu kebebasan penggunaan
asasfreiesermessen tidak disalahgunakan diperlukan tolok ukur, yaitu pelaksanaannya
tidak melanggar hak dan kewajiban asasi warga masyarakat, dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dan hukum, dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam ilmu Hukum Administrasi, Freies Ermessenini diberikan hanya kepada
pemerintah, dan ketika Freies Ermesinstrument yuridis yang kebijaksanaan. Beberapa
manfaat atau aspek kelebihan dalam penggunaan prinsip Freies Ermessen
a. Kebijakan pemerintah yang bersifat emergency terkait hajat hidup orang
banyak dapat segera diputuskan atau diberlakukan oleh pemerintah
meskipun masih debatable secara yuridis atau bahkan terjadi kekosongan
hukum sama sekali
b. Badan atau pejabat pemerintah tidak terjebak pada formalisme hukum dengan
asumsi bahwa tidak ada kekosongan hukum bagi setiap kebijakan publik
sepanjang berkaitan dengan luas.
c. Sifat dan roda pemerintahan menjadi makin fleksibel, sehingga sektor
pelayanan publik makin hidup dan pembangunan bagi peningkatan
kesejahtraan rakyat dinamis seiring dengan dinamika masyrakat dan
perkembangangan zaman bagi peningkatan.

10
Dalam rancangan Undang Undang Administrasi Pemerintahan (RUU AP) pun
memperjelas yang sebelumnya belum terakomodir dalam UU PTUN Mekanisme
pertanggungjawaban menurut RUU AP ini adalah mekanisme pertanggungjawaban
administrasi terkait dengan keputusan ataupun tindakan yang telah diambil oleh pejabat
administrasi pemerintahan.
Menurut RUU AP Pasal 25 ayat (3) dinyatakan; pejabat administrasi pemerintahan
yang menggunakan diskresi wajib mempertanggungjawabkan keputusannya kepada pejabat
atasannya dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah wajib
memprertanungj awabankan kepada atasan dilaksanakan dalam bentuk tertulis dengan
memberikan alasan-alasan pengambilan keputusan diskresi. Sedangkan pertanggung
jawaban kepada masyarakat diselesaikanmelalui proses peradilan.

11
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang
digunakan oleh pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan bahwa hukum material mengatur perbuatan manusia.
Peraturan, norma didalam hukum administrasi negara memiliki struktur yang berbeda
dibandingkan dengan struktur norma hukum perdata dan pidana.
Menurut Indroharto dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi bertingkat
tingkatnya norma-norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai pada norma yang paling
individual dan konkret.
Kemudian pembentukan norma –norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat
itu tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang –undang dan badanbadan peradilan saja
melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai
tata usaha negara

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Hadjon, M Philipus. 1999. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Surabaya: Gadja
Mada University Press

Website :
http://medizton.wordpress.com/2009/11/11/instrumen-pemerintahan
http://fundra-dian.blogspot.com/2010/10/makalah-han-instrumenpemerintahan.html
http://sukatulis.wordpress.com/2012/04/07/peraturan-kebijaksanaan-beleidsregels/
http://nuravik.wordpress.com/2011/12/25/freiesermessen/
http://kuliahsuraban3.blogspot.com/2011/11/instrumen-pemerintah.htmle-
learning UPN “Veteran” Jawa Timur , mata kuliah hukum administrasi negara, akses 7 Oktober
2012, 16.33

13

Anda mungkin juga menyukai