Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih &
Dewi, 2017).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam
tubuh ibu, yang diawali dengan proses pembuahan, yaitu pertemuan
sperma dan sel telur didalam tuba fallopi, yang kemudian tertanam
didalam uterus dan diakhiri dengan proses persalinan (Fathonah, 2016).
Komplikasi pada kehamilan adalah perdarahan,
preeklampsia,anemia, dan hiperemesis gravidarum (prawirohardjo,
2010)
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorong, dkk
2016).
Preeklampsia ringan umumnya ditandai dengan kehamilan berusia
lebih dari 20 minggu, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah
diperiksa 2kali dalam jeda 4jam, terdapat 0,3 gram protein dalam
sampel urine 24jam, dan tak ada masalah lain pada ibu maupun janin.
Preeklampsia sdang umumnya ditandai dengan tekanan darah
150/100mmHg dan teradapat proteinuria secara kuantitatf 3gr/liter
dalam 24jam atau secara kualitatif positif 3(+3).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20minggu atau lebih
(Rukiyah & Yulianti, 2010)
WHO (World health organization) memperkirakan kasus
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi dinegara-negara berkembang
daripada dinegara maju (Osungbade, 2011). Prevalensi preeklampsia
dinegara maju adalah 1,3%-6%, sedangkan dinegara berkembang
adalah 1,8%-18%. Laporan terbaru dari WHO memperkirakan bahwa
preeklampsia menyumbang 70.000 kematian ibu setiap tahunnya
didunia. Selain angka kematian dan kesakitan ibu preeklampsia
menyumbang 500.000 kematian bayi setiap tahunnya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per100.000 kelahiran hidup,
melonjak lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 228 per-
100.000 kelahiran hidup. Indonesia mengharapkan kemajuan untuk
mengurangi AKI dengan melakukan usaha dan upaya agar menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi lahir.
Berdasarkan profil dinas kesehatan Sulawesi selatan tahun 2015
menyebutkan bahwa preeklampsia merupakan penyebab kedua
kematian ibu di Sulawesi selatan. Hasil laporan tahunan di bidang
kesehatan masyarakat tahun 2010 menyebutkan jumlah kematian ibu
akibat komplikasi selama kehamilan dan persalinan sebanyak 121
kasus, dimana diantaranya disebabkan karena perdarahan sebanyak 63
kasus (52,07%), hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia/eklampsia)
sebanyak 28 kasus (1,65%) dan infeksi dua kasus (0,02%). angka
kematian ibu diprovinsi Sulawesi selatan pada tahun 2013 sebanyak
115 kasus atau 78,38% per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun
2014 mengalami peningkatan menjadi 18 kasus atau 93,20% per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Sulsel, 2015).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten bone pada tahun
2018 jumlah ibu hamil 14,914 orang atau 98,12% . pada tahun 2019
jumlah ibu hamil 14,752 orang atau 99,76%. Sedangkan pada tahun
2020 jumlah ibu hamil 14,554 orang atau 98,42%. Adapun ibu hamil
yang mengalami preeklampsia pada tahun 2018 yaitu 80 orang atau
0,53%, pada tahun 2019 jumlah ibu hamil yang mengalami
preeklampsia 137 orang atau 0,92%, sedangkan pada tahun 2020
jumlah ibu hamil yang mengalami preeklampsia 355 orang atau 0,96%.
Berdasarkan data dari puskesmas ulaweng kecamatan ulaweng
kabupaten bone bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia di
tahun 2018-2020 berjumlah 10 orang.
Berdasarkan data di atas terkait kasus preeklampsia pada ibu hamil,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam dengan judul “Hubungan
Faktor Resiko Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia di UPT
Puskesmas Ulaweng Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan faktor resiko ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia di UPT puskesmas Ulaweng Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia ringan
b. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia sedang
c. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia berat
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi ilmu kebidanan dan dapat menyempurnakan
pengetahuan yang sudah ada serta dapat digunakan sebagai langkah
awal untuk penelitian berikutnya.

2. Praktis
a Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan
masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini
b Bagi Masyarakat
Di harapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa khususnya ibu hamil tentang kejadian
preeklampsia.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul, Variabel
Perbedaa
No Nama, Sasaran yang Metode Persamaan Hasil
n
Tahun diteliti
1. Faktor 54 orang umur, .metode metode Dari hasil penelitian disimpulkan a
Resiko Ibu paritas, jenis jenis hubungan antara faktor resiko ibu
Hamil pendidikan penelitian ini penelitian hamil berdasarkan umur pvalue =
Pada merupakan ini 0,001, paritas pvalue = 0,012 dan
Kejadian penelitian merupakan pelayanan antenatal pvalue = 0,00
Preeklamp analitik penelitian dengan kejadian preeklampsia, tid
sia kuantitatif analitik ada hubungan antara faktor resiko
kuantitatif hamil berdasarkan pendidikan ibu
Sedangkan pvalue = 0,847 dan riwayat penyak
metode kronik pada ibu pvalue = 182, den
yang saya kejadian preeklampsia
gunakan
yaitu
penelitian
Judul, Variabel
Perbedaa
No Nama, Sasaran yang Metode Persamaan Hasil
n
Tahun diteliti
analisis
deksriptif
2. Faktor 106 orang Umur, Metode Data yang Metode Dari hasil penelitian ini disimpulk
risiko yang paritas, penelitian ini digunakan jenis bahwa dari 11 variabel yang ditelit
berpengaru pendidikan menggunaka dalam penelitian 7variabel adalah faktor risiko
h terhadap n case penelitian ini ini yang preeklampsia. Faktor resiko terseb
kejadian control adalah data digunakan adalah ; riwayat preeklampsia (OR
preeklamp sekunder adalah 3,88), penyakit DM (OR 2,039).
sia pada penelitian Penyakit ginjal (OR 2,038),
kehamilan kuantitatif. Hipertensi kronis (OR 12), IMT (O
Sedangkan 4,397), usia (OR 1,461), dan jarak
metode kehamilan (OR 2,233). Faktor risik
penelitian yang paling berpengaruh adalah
yang saya hipertensi kronis. Paritas (OR 0,79
gunakan dan riwayat menikah (OR 0,185)
yaitu adalah 2 variabel yang merupakan
analisis faktor protektif preeklampsia.
deksriptif
3. Faktor 256 orang Umur,parit Metode pada Hasil penelitian menunjukkan ada
yang as, jarak penelitian ini hubungan umur ibu dengan kejadi
berhubung kehamilan, analitik preeklampsia, dimana umur beresi
an dengan pendidikan dengan berpeluang mengalami preeklamps
kejadian desain Case sebesar 4.259 kali dibandingkan
preeklamp Control umur ibu yang tidfak beresiko, ada
sia pada study hubungan paritas ibu dengan kejad
ibu hamil preeklampsia. Dimana paritas
kategori resiko tinggi berpeluang
mengalami prekklampsia sebesar
5.622 kali dibandingkan dengan
paritas ibu kategori resiko renda, a
hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian preeklampsia dimana jara
kehamilan dekat berpeluang
berpeluang mengalami sebesar
preeklampsia sebesar 4.911 kali
dibandingkan dengan jarak
kehamilan jauh, ada hubungan
pendidikan dengan kejadian
preeklampsia dimana pendidikan
tinggi berpeluang mengalami
preeklampsia sebesar 3.215 kali
dibandingkan dengan pendidikan
rendah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam
tubuh ibu, yang diawali dengan proses pembuahan, yaitu
pertemuan sperma dan sel telur didalam tuba fallopi, yang
kemudian tertanam didalam uterus dan diakhiri dengan proses
persalinan (Fathonah, 2016).
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang

di dalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai

pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya

kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan

sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014).

2. Proses Kehamilan
a. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan
ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida memungkinkan
terjadinya kontak antara spermatozoa dan membrane oosit.
Membrane sel germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti
bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat
peningkatan kadar kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit
saat terjadi fusi antara membran sperma dan sel telur. Ketiga
peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap polispermia,
reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah
masuk kedalam sel telur, sitoplasma sel telur dan membrane inti
(nucleus) sperma pecah. Pronukleus laki-laki dan perempuan
terbentuk (zigot). Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom
memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi
(Heffner,2008)
b. Nidasi
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah
dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi telah terjadi,
mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian
blastula (sukarni dan wahyu, 2013). Blastula akan membelah
menjadi glastula dan akhirnya menjadi embrio sampai menjadi
janin yang sempurna di trimester ketiga (saifullah, 2015)
3. Perubahan fisiologis pada Kehamilan
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh
pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan
sel telur oleh sel sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik
dan hormon yang sangat berubah drastis. Kehamilan dipengaruhi
berbagai hormon: estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin,
hormon somatomammotropin, prolaktin. Human chorionic gonadotropin (hCG )
adalah hormon aktif khusus yang berperan selama kehamilan, berfluktuasi kadarnya
selama kehamilan. Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ
sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya yang dipengaruhi terutama
oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.

Peristiwa prinsip terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut:


a. Pembuahan / fertilisasi: bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel
benih spermatozoa pria.
b. Pembelahan sel (zigot) hasil pembuahan tersebut.
c. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada
keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum
uteri).
d. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal
individu baru.
1) Perubahan Fisiologis Pada Trimester I
a) Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat
terjadi setiap saat. Mual ini biasanya akan berakhir pada 14
mingggu kehamilan.
b) Payudara akan membesar dan mengencang, ini terjadi karena
peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran
pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi
pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.
c) Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung
kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan
akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung
kemih ditekan oleh kepala janin.
d) Konstipasi atau Sembelit
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot sehingga usus bekerja kurang efisien.
e) Sakit Kepala/Pusing
Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil pada
awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke
tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk/tidur ke
posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa
sulit beradaptasi. Sakit kepala/pusing yang lebih sering daripada
biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional.
f) Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat
menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk
yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap. Hal ini
sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga
karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana
otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim.
g) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan
memasang kancing rok/celana panjangnya, hal ini bukan berarti
ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah
berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena
pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran
rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh
menahan air.
2) Perubahan Fisiologis Pada Trimester II
a) Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan
melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh
sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian
teratas rahim sejajar dengan pusar (umbilicus). Setiap individu
akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan
mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.
b) Sendawa dan buang angin
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal
ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan
usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil
akan terasa kembung dan membuat tidak nyaman.
c) Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi
selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim
yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan
rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung
kearah atas.
d) Pertumbuhan rambut dan kuku
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi
selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim
yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan
rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung
kearah atas.
e) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di
perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua
sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk
menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan
terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
f) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan
trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan
pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah
menurun.
g) Hidung dan Gusi berdarah
Perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah ke seluruh
tubuh termasuk ke daerah hidung dan gusi selama masa
kehamilan akan menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi
lebih lembut dan lunak. Akibatnya, hidung dan gusi akan bisa
berdarah ketika menyikat gigi. Keluhan ini akan hilang setelah
melahirkan.
h) Perubahan kulit
Perubahan kulit timbul pada trimester ke-2 dan 3, karena
melanosit yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Timbul
garis kecoklatan mulai dari pusar ke arah bawah yang disebut
linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Tanda ini dapat menjadi petunjuk kurangnya vitamin
folat.
i) Payudara membesar
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan
yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya
akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan
timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.
j) Sedikit pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan
hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena
perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.
Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada
wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan
pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
3) Perubahan Fisiologis Pada Trimester III
a) Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan Anda
yang dapat memengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan
tekanan ke arah tulang belakang.
b) Konstipasi/sembelit
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim
yang membesar kearah usus selain perubahan hormon
progesteron.
c) Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran
darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu
hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh
adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah
diafragma (yang membatasi perut dan dada).
d) Sering buang air kecil
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul
akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.
e) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan
vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina.
Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena
daerah panggul yang akan memperburuk varises.
f) Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di
bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu
hamil duduk atau istirahat.
g) Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki
ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut
edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan.
h) Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium (Suririnah, 2008).
4. Perubahan Psikologis pada Kehamilan
a. Perubahan Psikologis Pada Trimester I
1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan
kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.
Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
5) Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain
atau bahkan merahasiakannya.
b. Perubahan Psikologis Pada Trimester II
1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi.
2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
3) Merasakan gerakan anak.
4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
5) Libido meningkat
6) Menuntut perhatian dan cinta
7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya
8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada
orang lain yang baru menjadi ibu
9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,
dan persiapan untuk peran baru
c. Perubahan Psikologis Pada Trimester III
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perharian dan kekhawatirannya
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
6) Merasa kehilangan perhatian
7) Perasaan mudah terluka (sensitive)
5. Tanda-tanda Kehamilan
Ada beberapa tanda atau gejala yang terdapat pada wanita hamil. Tanda-
tanda tersebut ada yang merupakan tanda tidak pasti atau tanda mungkin
kehamilan dan ada juga yang disebut tanda pasti kehamilan.
a. Tanda Tidak Pasti/Tanda Mungkin Hamil
Disebut tanda tidak pasti atau tanda mungkin hamil karena tanda-tanda
ini memang sering di jumpai pada wanita hamil, namun tanda-tanda ini
belum dapat memastikan apakah wanita tersebut memang tidak. Selain
pada wanita hamil, tanda-tanda ini juga sering di jumpai pada wanita
yang tidak hamil tapi mengalami masalah dengan kesehatannya. Tanda-
tanda tidak pasti atau tanda mungkin kehamilan diantaranya, yaitu:
1) Terlambat datang bulan (amenorhea)
Kondisi ini sangat umum dan banyak menduga kehamilan ditandai
dengan berhentinya siklus menstruasi .Padahal bagi wanita yang
mengalami siklus tidak teratur sulit untuk menjadikan kondisi ini
sebagai tanda kehamilan. Sedangkan bagi anda yang memiliki siklus
menstruasi yang teratur, penting untuk dapat menentukan hari
pertama dan terakhir menstruasi. Sehingga dapat ditentukan sebagai
tanda kehamilan.
2) Morning sickness (mual muntah)
Terjadi pada trimester pertama kehamilan.Kondisi ini dialami pada
pagi atau malam hari bahkan lebih terkenal dengan istilah morning
sickness . Hanya saja sebagain wanita mengira bahwa tanda mual
yang dialaminya disebabkan karena gangguan kesehatan. Untuk
membedakannya, mual karena tanda kehamilan sering terjadi pada
siang atau malam hari tanpa diketahui penyebabnya.
3) Sering Miksi
Pada bulan pertama kehamilan, wanita mengalami kondisi buang air
kecil yang lebih sering. Pada bulan pertama kehamilan uterus
membesar dan juga menekan pada kandung kemih. Memasuki
trimester kedua, kondisi ini akan hilang dengan sendirinya.Muncul
kembali pada trimester akhir kehamilan.
4) Konstipasi/obstipasi
Kondisi ini dikarenakan tonus otot yang menurun yang disebabkan
karena terjadinya pengaruh hormon steroid.
5) Pigmentasi kulit
Tanda dugaan/ tidak pasti kehamilan selanjutnya adalah adanya
perubahan warna kulit pada bagian hidung, pipi dan juga
dahi.Bahkan pada bagian areola mammae yang menghitam, pada
linea alba yang nampak mengalami perubahan warna menjadi lebih
hitam.
6) Varices/pelebaran vena-vena
Meskipun sering terjadi pada trimester akhir kehamilan . Pada
bagian kaki, betis, fossa poplitea dan daerah genetalia eksternal.
Pada bagian multigravida kadang varises ditemukan pada kehamilan
terdahulu, pada bulan kesatu hingga bulan ketiga kehamilan.
7) Payudara membesar dan nyeri
Tanda tidak pasti kehamilan selanjutnya dalah mammae yang
membesar. Perubahan bentuk buah dada ini dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron yang merangsang alveoli payudara. Inilah
yang menyebabkan kelenjar montgomery terlihat lebih besar.
b. Tanda-Tanda Kemungkinan Hamil
1) Tanda Hegar
Mengetahui tanda ini dengan meletakan dua jari pada forniks
posterior dan tangan lain yang berada pada bagian dinding perut
diatas simpisis pubis. Inilah yang akan terasa pada korpus uteri yang
seakan terpisah dengan serviks. Pada kehamilan minggu ke 6 hingga
minggu ke 8, pemeriksaan bimanual dapat diketahui dengan tanda
hegar ini.
2) Tanda Piskcek
Selanjutnya tanda pembesaran uterus yang tidak merata hingga
dapat terlihat menonjol pada kejurusan uterus yang semakin
membesar. Kondisi ini dimana uterus dalam keadaan hamil tumbuh
dengan cepat pada tempat implantasinya.
3) Tanda Braxton Hicks
Selanjutnya yang berhubungan dengan tanda kehamilan muda, yaitu
kira-kira pada minggu ke 20. Sehingga pada minggu ini air ketuban
jauh lebih banyak dengan menggoyangkan uterus yang ditekan
sehingga janin akan melenting dalam uterus. Kondisi inlah yang
diketahui sebagai ballottement.
c. Tanda pasti Hamil
1) Gerakan Janin
Gerakan janin di dalam rahim sudah dapat terlihat dengan
menggunakan USG. Bahkan dokter kandungan atau bidan dapat
mengetahui gerakan untuk menentukan kehamilan yang sehat.
Selanjutnya adalah janin sudah mulai teraba dengan pemeriksaan
lebih lanjut, bidan atau dokter kandungan dapat meraba janin.
Bahkan sudah dapat meraba bagian-bagian janin sehingga dapat
megidentifikasi janin sesuai dengan usia kehamilan yang sedang
berlangsung.
2) Detak Jantung Janin
Bidan atau dokter kandungan sudah dapat memprediksi detak
jantung janin dengan menggunakan stetoskop leanec, alat dopler dan
juga alat kardiotokografi sehingga dapat dengan langsung
mendengarkan detak jantung janin. Bahkan detak jantung janin
dapat dilihat dengan menggunakan ultrasonografi. Bahkan dengan
pemeriksaan yang lebih canggih dapat juga menggunakan rontgen
dalam melihat kerangka janin.
6. Pengertian Trimester ke-III
Trimester ketiga adalah periode kehamilan bulan terakhir/sepertiga masa
kehamilan terakhir. Trimester ketiga kehamilan dimulai pada minggu ke-27
sampai kehamilan dinilai cukup bulan (38 sampai 40 minggu). Periode
tenang pada trimester kedua memfasilitasi suatu periode aktif, suatu
trimester ketiga yang lebih berorientasi pada realitas untuk orang tua yang
menantikan kelahiran anak. Ikatan antara orang tua yang berfokus pada efek
kemampuan mental dan fisik anak yang mungkin terjadi bercampur dengan
khayalan tentang bayi yang akan lahir. Perhatian ibu hamil biasanya
mengarah kepada keselamatan dirinya dan anaknya. Rasa takut terhadap
nyeri, mutilasi dan kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia
kehilangan kendali diri selama persalinan merupakan isu-isu yang penting
menurut (Fauziah & Sutejo, 2012)
Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering menggangu istirahat
ibu. Dyspnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises
dialami oleh kebanyakan wanita pada kehamilan tahap akhir. Peningkatan
ukuran abdomen dan kejanggalan memengaruhi kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman lebih sulit didapat. Ibu
hamil menjadi semakin tidak sabar menanti saat semua berlalu menurut
(Fauziah & Sutejo, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Komplikasi Pada Kehamilan


1. Pengertian Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
2. Jenis Komplikasi Kehamilan
a. Perdarahan antepartum
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi ketika usia
kandungan menginjak ke trimester kedua, yakni sekitar usia 14-27
minggu. Pada awal trimester kedua, bisa dirasakan detak jantung bayi.
Perdarahan pada fase trimester kedua ini biasanya disebabkan oleh
keberadaan dan kondisi plasenta.
1) Plasenta previa
a) Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan kondisi kelainan letak plasenta yang
ditandai dengan plasenta yang melekat di bagian bawah Rahim.
Kondisi ini dapat menutupi jalan lahir.Plasenta merupakan organ
yang terbentuk selama masa kehamilan. Organ ini terhubung
dengan janin melalui tali pusat dan bertugas untuk memberi nutrisi
pada janin. Dalam keadaan normal, seharusnya plasenta terletak di
rahim bagian depan atau atas.
b) Terdapat beberapa jenis plasenta previa, yaitu:
(1) Plasenta previa komplit/ totalis, yaitu letak plasenta yang menutupi
seluruh jalan lahir
(2) Plasenta previa parsial, yaitu letak plasenta yang menutupi sebagian
jalan lahir
(3) Plasenta previa marginalis, yaitu letak plasenta yang berada di tepi
jalan lahir
Plasenta previa biasanya sudah dapat dilihat pada usia kehamilan 20
minggu. Umumnya, kondisi ini dapat teratasi dengan sendirinya tanpa
penanganan khusus. Meski demikian, terdapat beberapa kasus di mana
plasenta previa tetap bertahan selama masa kehamilan.
Plasenta previa yang tetap bertahan selama masa kehamilan dapat
menyebabkan perdarahan pada ibu hamil yang mengalaminya. Oleh
karena itu, jika kondisi plasenta previa tetap bertahan hingga waktu
persalinan, ibu hamil yang mengalaminya disarankan untuk menjalani
operasi Caesar
2) Penyebab Plasenta Previa
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui hingga saat ini. Namun
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil yang rentan
mengalami plasenta previa, seperti:
a) Pernah menjalani operasi Caesar
b) Pernah menjalani operasi di daerah rahim
c) Menjalani kehamilan kembar
d) Hamil pada usia 35 tahun atau lebih
e) Memiliki riwayat kehamilan empat kali atau lebih

3) Diagnosis Plasenta Previa


Kondisi plasenta previa dapat diketahui melalui pemeriksaan USG pada
kehamilan trimester kedua atau trimester ketiga. Untuk itu, ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

4) Gejala Plasenta Previa


Sebagian kasus plasenta previa tidak menimbulkan gejala apa pun.
Sementara itu, banyak kasus plasenta previa ditandai dengan adanya
perdarahan yang keluar dari vagina.Perdarahan akibat plasenta previa
terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Darah yang keluar adalah
darah segar, dan tidak disertai dengan rasa nyeri maupun kram di perut.
Sebagian besar kasus perdarahan vagina pada ibu hamil trimester ketiga
disebabkan karena plasenta previa.Umumnya perdarahan yang timbul
karena plasenta previa tidak membahayakan ibu dan janin. Namun bila
perdarahan sangat banyak, plasenta previa bisa mengancam nyawa ibu dan
janin.
5) Pengobatan Plasenta Previa
Tujuan utama penanganan plasenta previa adalah mencegah terjadinya
perdarahan dari vagina selama kehamilan masih berlangsung. Hal ini
dilakukan dengan cara menghindari adanya intervensi tertentu pada mulut
rahim.Ibu hamil yang telah mengetahui dirinya mengalami plasenta previa,
dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masa
kehamilan. Selain itu juga disarankan untuk tidak menggunakan tampon
atau pembersih vagina dan tidak dilakukan pemeriksaan dalam saat
kunjungan ke dokter.Selain itu, metode persalinan yang akan dilakukan
pada kasus kehamilan dengan plasenta previa adalah dengan operasi
Caesar. Persalinan normal tidak dapat dilakukan karena jalan lahir tertutup
plasenta.Bila terjadi perdarahan dari vagina akibat plasenta previa, dokter
akan menilai beratnya perdarahan yang terjadi, serta memeriksa kondisi
janin. Pada sebagian besar kasus, perdarahan tidak banyak dan kondisi
janin dalam keadaan baik. Dalam hal ini, ibu hamil hanya disarankan untuk
tirah baring dan menjalani pemeriksaan janin secara intensif.Sementara itu,
bila perdarahan sangat banyak, maka operasi Caesar perlu segera
dilakukan.
6) Pencegahan Plasenta Previa
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya plasenta previa.

2) Solutio plasenta
a) Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasi
normalnya di rahim sebelum kelahiran dan merupakan salah satu penyebab
perdarahan ibu hamil pada trimester ketiga yang terkait dengan kematian
ibu dan janin.
b) Faktor Risiko Solusio Plasenta
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta,
di antaranya:
1) Hipertensi maternal.
2) Trauma maternal seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor.
3) Merokok.
4) Konsumsi alkohol.
5) Penggunaan kokain.
6) Tali pusat pendek.
7) Dekompresi rahim tiba-tiba.
8) Fibromyoma retroplasenta.
9) Perdarahan retroplasenta akibat tusukan jarum, seperti pada amniosentesis.
10) Abnormalitas pembuluh darah rahim.
11) Memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
12) Korioamnionitis.
13) Ketuban pecah dini.
14) Usia ibu lebih dari 35 tahun.
15) Usia ibu kurang dari 20 tahun.
16) Janin laki-laki.
17) Status ekonomi sosial rendah.
18) Peningkatan serum alpha-fetoprotein ibu.
19) Hematoma subkorionik.

c) Penyebab Solusio Plasenta


Penyebab solusio plasenta seringkali tidak ditemukan, tapi kemungkinan
trauma atau cedera pada perut karena kecelakaan misalnya, berperan dalam
terjadinya kondisi tersebut.

 
d) Gejala Solusio Plasenta
Berdasarkan gejalanya, solusio plasenta dibagi menjadi 3 kelas
1) Kelas 1 : gejala ringan
a) Tidak ada perdarahan atau perdarahan vagina ringan.
b) Nyeri rahim ringan.
c) Tekanan darah dan denyut nadi ibu normal.
d) Tidak ada gangguan koagulasi darah.
e) Tidak ada gawat janin.

2) Kelas 2: gejala sedang


a) Tidak ada perdarahan atau perdarahan vagina ringan.
b) Nyeri rahim sedang-berat dengan kontraksi tetanik.
c) Peningkatan denyut nadi ibu dengan perubahan tekanan darah dan
denyut nadi orthostatic (dipengaruhi posisi berdiri/ duduk).
d) Gawat janin.
e) Hipofibrinogenemia.

3) Kelas 3: gejala berat


a) Tidak ada perdarahan sampai perdarahan vagina berat.
b) Kejang rahim (tetanik) yang berat dan sangat nyeri.
c) Syok maternal.
d) Hipofibrinogenemia.
e) Koagulopati.
f) Kematian janin. 

f) Diagnosis Solusio Plasenta

Diagnosis solusio plasenta dilakukan dengan wawancara medis dan


pemeriksaan fisik untuk menemukan adanya perdarahan dengan nyeri
yang terjadi spontan atau karena trauma. Untuk membantu
mengidentifikasi kemungkinan sumber perdarahan vagina, dokter
mungkin akan merekomendasikan tes darah dan urin dan USG. Namun,
tidak semua solusio plasenta bisa dideteksi melalui USG. 

g) Komplikasi Solusio Plasenta

Solusio plasenta dapat menyebabkan masalah yang berakibat fatal bagi


ibu dan bayi. Bagi ibu, solusio plasenta dapat menyebabkan komplikasi
berikut:

1) Syok karena kehilangan darah.


2) Gangguan pembekuan darah (koagulasi intravascular diseminata).
3) Kebutuhan akan transfusi darah.
4) Gagal ginjal atau organ lainnya akibat kehilangan darah yang signifikan.

h) Bagi bayi, solusio plasenta bisa menyebabkan masalah:


1) Gangguan pertumbuhan karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
2) Lahir prematur.
3) Tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
4) Meninggal saat dilahirkan. 

1) Pengobatan Solusio Plasenta


Pengobatan solusio plasenta meliputi rawat inap, pemberian cairan
intravena dan persiapan transfusi darah. Jika disebabkan oleh gangguan
koagulasi, dokter akan memperbaiki kondisi tersebut dengan obat-obatan
atau juga transfusi faktor koagulan.Pemberian Rh immunoglobulin
diperlukan pada pasien Rh-negatif. Jika usia kehamilan kurang dari 37
minggu, pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin perlu
dilakukan. Jika hemodinamik ibu stabil, dapat dipikirkan kelahiran
pervaginam. Namun, jika kondisi ibu tidak stabil, harus dilakukan
pembedahan seksio cesaria.

J) Pencegahan Solusio Plasenta

Dua gaya hidup tidak sehat yang mesti dihentikan untuk mencegah
solusio plasenta adalah merokok dan penyalahgunaan kokain.
Masyarakat juga perlu diberi edukasi mengenai faktor risiko, program
penghentian, atau rehabilitasi guna mencegah berulangnya solusio
plasenta di masa depan.

Pasien yang ditemukan memiliki trombofilia dan mengalami solusio


berat atau awal, terutama dengan kematian janin, biasanya diobati
dengan terapi antikoagulasi heparin selama kehamilan berikutnya dan
selama 6 minggu pasca persalinan. Walau begitu, sedikit bukti
menunjukkan tindakan ini mengurangi risiko kekambuhan.

a. Preeklampsia
Preeklampsia adalah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tanda-tanda kerusakan ginjal,
misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar
protein pada urine (proteinuria), preeklampsia sering juga dkenal dengan
nama teksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.

f) Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika
seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya
sehingga berat badan sangat turun, tugor kulit diurese kurang dan timbul
aseton dalam air kencing
1) Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum

Beberapa faktor risiko hiperemesis gravidarum, antara lain:

 Hamil pada usia yang sangat muda.



 Kehamilan pertama.

 Kelebihan berat badan (obesitas).

 Memiliki keluarga dekat (misalnya ibu, kakak, atau adik) yang pernah
mengidap hiperemesis gravidarum.

 Mengidap mola hidatidosa (hamil anggur).

 Mengandung anak perempuan atau anak kembar.

 Pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.

Penyebab Hiperemesis Gravidarum


Penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum belum diketahui hingga saat ini. Dugaan
utama adalah akibat perubahan hormon, seperti hormon glikoprotein atau Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah.

 
Gejala Hiperemesis Gravidarum

Berikut adalah beberapa gejala ketika seseorang mengidap hiperemesis gravidarum:

1) Mual dan muntah, yang parah dan berkepanjangan.


2) Berat badan menurun.
3) Dehidrasi.
4) Jantung berdebar.
5) Konstipasi.
6) Mengeluarkan air liur secara berlebihan.
7) Pusing dan nyeri kepala.
8) Sangat sensitif terhadap aroma.
9) Sulit menelan makanan atau minuman.
10) Hipotensi atau tekanan darah rendah.
11) Berat badan bayi rendah.
12) Masalah psikologis, seperti stres, bingung, cemas, bahkan putus asa.

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis hiperemesis gravidarum dengan


melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta beberapa pemeriksaan penunjang,
seperti:

1) Pemeriksaan laboratorium darah, urine, dan elektrolit untuk memastikan


pengidap benar-benar mengalami hiperemesis gravidarum dan bukan kondisi
lainnya.
2) Pencitraan dengan USG, untuk melihat kondisi janin dalam kandungan.

 
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

Beberapa komplikasi hiperemesis gravidarum, antara lain:

1) Dehidrasi akibat kekurangan asupan cairan.


2) Perdarahan pada kerongkongan akibat muntah berkepanjangan.
3) Bayi lahir dengan berat badan rendah.

Pengobatan Hiperemesis Gravidarum

Beberapa pengobatan yang umum diberikan dokter pada pengidap hiperemesis


gravidarum, antara lain:

1) Pemberian obat-obatan lewat suntikan, seperti vitamin B6, vitamin B12, serta
antiemetik atau antimual, untuk meringankan gejala hiperemesis gravidarum.
2) Pemasangan cairan infus, untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh
pengidap agar terhindar dari dehidrasi.
3) Perubahan kebiasaan dan lingkungan, seperti banyak istirahat dan kurangi
gerak, menggunakan pakaian longgar, menghindari aroma-aroma, suara
bising, dan kedipan cahaya berlebih yang dapat memicu mual. Selain itu,
konsumsi kudapan kering (misalnya biskuit) secara berkala, konsumsi
makanan tinggi karbohidrat tapi rendah lemak, serta minum air jahe ketika
merasa mual.

Pencegahan Hiperemesis Gravidarum

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum adalah dengan
berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-
faktor yang dapat menjadi pemicunya.
g) Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
haemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal.
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kdar sel
darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal.Oleh karena itu,
tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen akan
mengalami anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan merasa lelah
atau lemah. Selain itu, gejala lain mungkin muncul adalah sesak napas,
pusing, atau sakit kepala.
Berikut adalah beberapa jenis anemia yang dapat terjadi:

1) Anemia defisiensi B12.


2) Anemia defisiensi folat.
3) Anemia defisiensi besi.
4) Anemia karena penyakit kronis.
5) Anemia hemolitik.
6) Anemia aplastik.
7) Anemia megaloblastik.
8) Anemia pernisiosa.
9) Anemia sel sabit.
10) Talasemia.

Faktor Risiko Anemia

Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami anemia:


 Kekurangan vitamin dan nutrisi seperti rendah zat besi, vitamin B-12, dan
folat.
 Gangguan usus, sehingga kemampuan menyerap nutrisi dan vitamin
berkurang.
 Memiliki penyakit kronis.
 Terdapat riwayat penyakit yang sama di keluarga pengidap
 Faktor lain seperti paparan zat beracun, kondisi imun tubuh, dan lain
sebagainya.

Penyebab Anemia

Sumsum tulang adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk
semua sel darah. Sel-sel darah merah yang sehat akan bertahan antara 90 hingga 120
hari. Setelah itu, sel-sel darah tua dalam tubuh akan diganti dengan yang baru. Proses
ini berlangsung secara terus-menerus. Di dalam tubuh terdapat hormon yang disebut
erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Tugasnya adalah untuk memberikan
sinyal kepada sumsum tulang untuk “menciptakan” lebih banyak sel darah merah
bagi tubuh.

Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah dan protein
inilah yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Bagi pengidap anemia,
mereka tidak memiliki cukup hemoglobin.

Kemungkinan penyebab anemia meliputi:

 Konsumsi obat-obatan tertentu.


 Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah,
yang disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.
 Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis,
atau ulcerative colitis.
 Mengidap beberapa bentuk anemia, seperti talasemia atau anemia sel sabit,
yang bisa diturunkan.
 Sedang hamil.
 Memiliki masalah kesehatan dengan sumsum tulang seperti limfoma,
leukemia, anemia aplastik atau myelodysplasia, dan multiple myeloma.

Baca juga: Bikin Cepat Lelah, Bisakah Anemia Dicegah?


Gejala Anemia

 Selalu merasa mudah marah.


 Tubuh lebih sering merasa lemah atau lelah atau saat berolahraga.
 Sakit kepala.
 Mengalami masalah sulit berkonsentrasi atau berpikir.

Akan muncul kondisi seperti berikut, apabila penyakit semakin parah:

 Warna biru hingga putih pada mata.


 Kuku menjadi rapuh.
 Muncul keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan
makanan (kondisi ini disebut juga “pica”).
 Pusing ketika berdiri.
 Warna kulit pucat.
 Sesak napas.
 Lidah terasa sakit.

Diagnosis Anemia

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan darah dan tes lainnya untuk
menemukan kondisi anemia yang diidap seseorang. Diagnosis dilakukan dengan cara
tes darah untuk mengetahui jenis umum dari anemia yang terdiri dari:

 Kadar zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral lainnya.
 Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin.
 Jumlah retikulosit.

Selain itu, ada juga tes-tes lainnya yang mungkin dilakukan untuk menemukan
masalah medis yang dapat menyebabkan anemia.

Komplikasi Anemia

Anemia dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak, jantung, dan
organ lain dalam tubuh. Dalam kondisi tertentu, anemia bahkan dapat menyebabkan
kematian.

Pengobatan Anemia

Pengobatan harus diarahkan pada penyebab anemia. Di antaranya adalah:

 Transfusi darah.
 Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
 Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh.
 Mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin, serta
mineral lainnya.

Pencegahan Anemia

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang


mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Hindari mengonsumsi minuman
berkafein dan minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat besi dari
makanan

C. Tinjauan Umum tentang Preeklampsia


1. Preeklampsia Ringan
a. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan.

b. Gejala klinis preeklampsia ringan


a) Kenaikan tekanan darah sistol 30mmHg atau lebih, diastole 15mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg
b) Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24jam atau secara
kualitatif positif 2(+2)
c) Edema pada pretibia, dinding abdomen,lumbosakral,wajah atau tangan.
2) Pemeriksaan dan diagnosis
Untuk menunjang keyakinan bidan atas kemungkinan ibu mengalami
preeklampsia ringan jika ditandai dengan
a) Kehamilan lebih 20 minggu
b) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
pemeriksaan dua kali selang 6jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10menit).
c) Edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tangan, proteinuria lebih 0,3gr/liter/24jam,.
3) Penanganan preeklampsia ringan
Dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yaitu
;
e) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringa, dengan
cara:
f) Ibu dianjurkan banyak istirahat(berbaring tidur/miring)
g) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
h) Pemberian sedative ringan : tablet Phenobarbital 3x30 mg atau
diazepam 3x2mg peroral selama7hari
i) Roborantia : kunjungan ulang setiap 1 minggu
j) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hemotokrit, trombosit,
urin lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal
4) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan
berdasarkan criteria
a) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia
b) Kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih perminggu selama
2kali berturut-turut (2minggu)
c) Timbul salah satu atau lebih gejala tanda-tanda preeklampsia
berat.
b. Preeklampsia sedang
1) Pengertian preeklampsia sedang
Preekampsia sedang umunya ditandai dengan tekanan darah
150/100mmHg. Dan proteinuria secara kuanitatif 3gr/liter dalam
24jam atau secara kualitatif positif 3 (+3).
c. Preeklampsia berat
1) Pengertian preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu lebih.
2) Gejala dan tanda preeklampsia berat
a) Tekanan darah sistolik >160 mmHg tekanan darah diastolik >110
mmHg
b) Peningkatan ladar enzim hati atau ikterus
c) Tromobsit <100.000/mm3
d) Oliguria <400 ml/24jam
e) Proteinuria >3gr/liter
f) Nyeri epigastrium
g) Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
h) Perdarahan retina
i) Odem pulmonum
3) Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi
i. Perwatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medicinal
ii. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medisina;
7. Faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia
a. Hubungan umur dengan kejadian preeklampsia
Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang paling aman dan
baik untuk hamil melahirkan adalah 20-35tahun. Sedangkan wanita usia
remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia >
35 tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami
preeklampsia. Wanita hamil tanpa hipertensi berisiko mengalami
preeklamsia adalah wanita yang berumur > 35 tahun. Kelompok umur
>35 tahun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
preeklamsia. Demikian pula variabel umur terhadap kejadian hipertensi
(situmorang, 2016).
b. Hubungan paritas dengan kejadian preeklamsia
Ibu yang mengalami paritas >3 beresiko mengalami preeklamsia
dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas
lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
dan tidaksiap menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan
oksigenisasi kepada hasil konsepsi akan terganggu sehingga dapat
menambah resiko terjadinya preeklamsia (Novita, 2015)
c. Hubungan pengetahuan dengan kejadian preeklamsia
Ibu hamil merupakan bahwa pengetahuan tentang kehamilan dan
masalah sangat penting. Karena dengan memiliki pengetahuan tentang
kesehatan mereka dapat mengetahui dan mengatasi tanda dan gejala serta
cara mengatasi masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya,
sehingga mereka tidak cemas dalam menghadapi kehamilan dan segera
melaporkan ke petugas kesehatan jika ada masalah kesehatan yang
menyertai kehamilannya.
Menurut manuaba (2010), pengetshuan ibu tentang preeklamsia dan
eklamsia sangatlah penting karena hamper 50% kematian ibu dan janin
disebabkan preeklampsia dan eklampsia, sehingga merupakan hal yang
penting bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia sedini
mungkin (situmorang, 2016).
Bahwa pengetahuan sangat penting bagi kehidupan kit, dan
pengetahuan tentang kesehatan dan masalah kesehatan berpengaruh bagi
ibu hamil terutama masalah preelampsia karena preeklampsia dapat
mempengaruhi ibu dan janin sehingga dibutuhkan sosialisasi dan
informasi mengenai tanda dan gejala preeklampsia agar ibu hamil dapat
medeteksi sedini mungkin.
d. Hubungan riwayat hipertensi dengan preeklampsia
Preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu preeklampsia yang terjadi
pada perempuan hamil yang menderita hipertensi sebelum hamil. Selain
itu diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas juga dapat menyebabkan
preeklampsia. Kenaikan berat badan oedema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstial belum diketahui
penyebabnya, mungkin karena retensi air dan garam (novita, 2015).
e. Hubungan ANC dengan kejadian preeklamsia
Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk
meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program
perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi
dalam kelimpok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan
belum dievakuasi secara mendalam (Situmorong, 2016).
D. Kerangka Teori

Hubungan faktor resiko ibu


hamil dengan preeklampsia

Kehamilan Komplikasi Preeclampsia Faktor yang


kehamilan rimgan berhubungan
dengan kejadian
preeklampsia
Pengertian
Perdarahan Preeklampsia
kehamilan
antepartum sedang
Hubungan umur
dengan kejadian
Proses
Preeklampsia preeklampsia
terjadinya Preeklampsia
berat

Perubahan Hubungan paritas


Hiperemesis dengan kejadian
fisiologi gravidarum
kehamilan preeklampsia
terhadap sistem
tubuh
anemia Hubungan
pengetahuan
Perubahan dengan kejadian
psikologi pada preeklampsia
ibu hamil

Hubungan riwayat
hipertensi dengan
Tahap trimester kejadian
kehamilan preeklampsia
Hubungan ANC
dengan kejadian
preeklampsia

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan dari kerangka teori atau teori-

teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Kunjungan Anc
Hubungan faktor resiko
ibu hamil dengan
Gravida
kejadian preeklampsia

Jarak Kehamilan

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

Sumber : (Moris dan Patel dalam Sayono, 2010)


F. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

HaI Ada hubungan yang signifikan antara Kunjungan ANC dengan

hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

HaII Ada hubungan yang signifikan antara Gravida dengan hubungan

faktor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

HaIII Ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan

hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

2. Hipotesis Nol (H0)

H0I Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kunjungan ANC dengan

hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

H0II Tidak ada hubungan yang signifikan antara Gravida dengan hubungan

faktor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

H0III Tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan

hubungan factor resiko ibu hamil dengan kejadian preeklampsia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeclampsia ringan dengan cara mendiskripsikan sejumlah variable.
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan pendekatan cross sectional artinya pengukuran variabel hanya dilakukan
satu kali pada satu saat (Hidayat, 2009).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiawan, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami
preeklampsia yaitu sebanyak 10 orang lingkup kerja UPT Puskesmas
Ulaweng Tahun 2021.
2. Sampel
Sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Setiawan, 2010).
Penentuan sampel menggunakan purpossive sampling yakni salah satu
teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian. (Notoatmodjo, 2010).
Sehingga ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini disesuaikan
dengan jumlah ibu hamil yang didiagnosis mengalami preeklampsia yaitu
sebanyak 10 orang di lingkup kerja UPT Puskesmas Ulaweng Tahun 2021.

C. Ruang Lingkup Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di UPT Puskesmas Ulaweng Kecamatan Ulaweng
Kabupaten Bone Tahun 2021.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari s.d Mei Tahun 2021.

D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel bebas (Variabel Independen) adalah variabel yang
menjadikan sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat, variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu umur, gravid dan abortus sedangkan Variabel terikat
(variabel dependent) adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hiperemesis gravidarum
tingkat II. (Notoatmodjo, 2010).

E. Defenisi Operasional
Defesini operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang
diamati atau diteliti secara tidak langsung. Definisi operasional ini akan
menunjukkan alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu
bagaimana mengukur suatu variabel.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Alat
Variabel Definisi operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Kunjungan Merupakan usia Less 1. 1 kali Ordinal
ANC responden yang terhitung Pasien 2. 2 kali
sejak lahir sampai saat 3. 3 kali
dilakukan penelitian 4. 4 kali

Gravida Frekuensi kehamilan dan Less 1. Nulli Nominal


persalinan yang pernah Pasien para
dialami oleh ibu dengan 2. Prim
umur kehamilan lebih ipara
dari 28 minggu dengan 3. Mult
berat janin mencapai ipara
1000 gram, termasuk 4. Gran
kehamilan sekarang de multipara
Jarak Suatu pertimbangan ntuk Les Pasien 1. 2 tahun Nominal
Kehamilan menentukan kehamilan 2. 3 tahun
yang pertama dan 3. 4 tahun
kehamilan berikutnya 4. 5 tahun

A. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data
penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung
yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medik atau less pasien UPTD
Puskesmas Ulaweng.

B. Tekhnik Pengumpulan Data


1. Langkah awal yang dilakukan peneliti meliputi mengajukan surat
permohonan ijin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan
permohonan mengadakan penelitian di UPTD Puskesmas Ulaweng yang
dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
2. Setelah surat diterima penelitian di UPTD Puskesmas Ulaweng, dengan
memperoleh ijin dari pihak Pimpinan Puskesmas.
3. Peneliti melakukan penelitian dan mengumpulakn data-data yang dibutuhkan
sesuai dengan isi dari pada Laporan Tugas Akhir.

C. Pengolahan Data
Dalam pengelohan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data basecomputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Processing data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga data sudah
dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.
Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari
kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
meng-entry data ke komputer. (Notoatmodjo, 2010)

D. Analisa Data
Setelah data peneliti diperoleh peneliti memasukkan data yang telah
ditabulasi kedalam komputer dan dianalisis secara statistik. Analisa data
terdiridari:
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas
maupun variable terikat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap varabel penelitian. Analisa univariat
digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dari setiap
variabel. Dari variabel-variabel ini kemudian dibuat tabel distribusi
frekuensinya. (Sumantri, 2011)
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan dua
variabel dengan uji statistik Chi-Square. Uji Chi-Square digunakan untuk
melihat pengaruh variabel independen dengan dependen. (Sumantri, 2011).
Teknik analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square dengan
menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p
value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau
menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. (Sumantri, 2011)

Anda mungkin juga menyukai