PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih &
Dewi, 2017).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam
tubuh ibu, yang diawali dengan proses pembuahan, yaitu pertemuan
sperma dan sel telur didalam tuba fallopi, yang kemudian tertanam
didalam uterus dan diakhiri dengan proses persalinan (Fathonah, 2016).
Komplikasi pada kehamilan adalah perdarahan,
preeklampsia,anemia, dan hiperemesis gravidarum (prawirohardjo,
2010)
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorong, dkk
2016).
Preeklampsia ringan umumnya ditandai dengan kehamilan berusia
lebih dari 20 minggu, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah
diperiksa 2kali dalam jeda 4jam, terdapat 0,3 gram protein dalam
sampel urine 24jam, dan tak ada masalah lain pada ibu maupun janin.
Preeklampsia sdang umumnya ditandai dengan tekanan darah
150/100mmHg dan teradapat proteinuria secara kuantitatf 3gr/liter
dalam 24jam atau secara kualitatif positif 3(+3).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20minggu atau lebih
(Rukiyah & Yulianti, 2010)
WHO (World health organization) memperkirakan kasus
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi dinegara-negara berkembang
daripada dinegara maju (Osungbade, 2011). Prevalensi preeklampsia
dinegara maju adalah 1,3%-6%, sedangkan dinegara berkembang
adalah 1,8%-18%. Laporan terbaru dari WHO memperkirakan bahwa
preeklampsia menyumbang 70.000 kematian ibu setiap tahunnya
didunia. Selain angka kematian dan kesakitan ibu preeklampsia
menyumbang 500.000 kematian bayi setiap tahunnya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per100.000 kelahiran hidup,
melonjak lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 228 per-
100.000 kelahiran hidup. Indonesia mengharapkan kemajuan untuk
mengurangi AKI dengan melakukan usaha dan upaya agar menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi lahir.
Berdasarkan profil dinas kesehatan Sulawesi selatan tahun 2015
menyebutkan bahwa preeklampsia merupakan penyebab kedua
kematian ibu di Sulawesi selatan. Hasil laporan tahunan di bidang
kesehatan masyarakat tahun 2010 menyebutkan jumlah kematian ibu
akibat komplikasi selama kehamilan dan persalinan sebanyak 121
kasus, dimana diantaranya disebabkan karena perdarahan sebanyak 63
kasus (52,07%), hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia/eklampsia)
sebanyak 28 kasus (1,65%) dan infeksi dua kasus (0,02%). angka
kematian ibu diprovinsi Sulawesi selatan pada tahun 2013 sebanyak
115 kasus atau 78,38% per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun
2014 mengalami peningkatan menjadi 18 kasus atau 93,20% per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Sulsel, 2015).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten bone pada tahun
2018 jumlah ibu hamil 14,914 orang atau 98,12% . pada tahun 2019
jumlah ibu hamil 14,752 orang atau 99,76%. Sedangkan pada tahun
2020 jumlah ibu hamil 14,554 orang atau 98,42%. Adapun ibu hamil
yang mengalami preeklampsia pada tahun 2018 yaitu 80 orang atau
0,53%, pada tahun 2019 jumlah ibu hamil yang mengalami
preeklampsia 137 orang atau 0,92%, sedangkan pada tahun 2020
jumlah ibu hamil yang mengalami preeklampsia 355 orang atau 0,96%.
Berdasarkan data dari puskesmas ulaweng kecamatan ulaweng
kabupaten bone bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia di
tahun 2018-2020 berjumlah 10 orang.
Berdasarkan data di atas terkait kasus preeklampsia pada ibu hamil,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam dengan judul “Hubungan
Faktor Resiko Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia di UPT
Puskesmas Ulaweng Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan faktor resiko ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia di UPT puskesmas Ulaweng Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia ringan
b. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia sedang
c. Mengetahui hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia berat
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi ilmu kebidanan dan dapat menyempurnakan
pengetahuan yang sudah ada serta dapat digunakan sebagai langkah
awal untuk penelitian berikutnya.
2. Praktis
a Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan
masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini
b Bagi Masyarakat
Di harapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa khususnya ibu hamil tentang kejadian
preeklampsia.
E. Keaslian Penelitian
Judul, Variabel
Perbedaa
No Nama, Sasaran yang Metode Persamaan Hasil
n
Tahun diteliti
1. Faktor 54 orang umur, .metode metode Dari hasil penelitian disimpulkan a
Resiko Ibu paritas, jenis jenis hubungan antara faktor resiko ibu
Hamil pendidikan penelitian ini penelitian hamil berdasarkan umur pvalue =
Pada merupakan ini 0,001, paritas pvalue = 0,012 dan
Kejadian penelitian merupakan pelayanan antenatal pvalue = 0,00
Preeklamp analitik penelitian dengan kejadian preeklampsia, tid
sia kuantitatif analitik ada hubungan antara faktor resiko
kuantitatif hamil berdasarkan pendidikan ibu
Sedangkan pvalue = 0,847 dan riwayat penyak
metode kronik pada ibu pvalue = 182, den
yang saya kejadian preeklampsia
gunakan
yaitu
penelitian
Judul, Variabel
Perbedaa
No Nama, Sasaran yang Metode Persamaan Hasil
n
Tahun diteliti
analisis
deksriptif
2. Faktor 106 orang Umur, Metode Data yang Metode Dari hasil penelitian ini disimpulk
risiko yang paritas, penelitian ini digunakan jenis bahwa dari 11 variabel yang ditelit
berpengaru pendidikan menggunaka dalam penelitian 7variabel adalah faktor risiko
h terhadap n case penelitian ini ini yang preeklampsia. Faktor resiko terseb
kejadian control adalah data digunakan adalah ; riwayat preeklampsia (OR
preeklamp sekunder adalah 3,88), penyakit DM (OR 2,039).
sia pada penelitian Penyakit ginjal (OR 2,038),
kehamilan kuantitatif. Hipertensi kronis (OR 12), IMT (O
Sedangkan 4,397), usia (OR 1,461), dan jarak
metode kehamilan (OR 2,233). Faktor risik
penelitian yang paling berpengaruh adalah
yang saya hipertensi kronis. Paritas (OR 0,79
gunakan dan riwayat menikah (OR 0,185)
yaitu adalah 2 variabel yang merupakan
analisis faktor protektif preeklampsia.
deksriptif
3. Faktor 256 orang Umur,parit Metode pada Hasil penelitian menunjukkan ada
yang as, jarak penelitian ini hubungan umur ibu dengan kejadi
berhubung kehamilan, analitik preeklampsia, dimana umur beresi
an dengan pendidikan dengan berpeluang mengalami preeklamps
kejadian desain Case sebesar 4.259 kali dibandingkan
preeklamp Control umur ibu yang tidfak beresiko, ada
sia pada study hubungan paritas ibu dengan kejad
ibu hamil preeklampsia. Dimana paritas
kategori resiko tinggi berpeluang
mengalami prekklampsia sebesar
5.622 kali dibandingkan dengan
paritas ibu kategori resiko renda, a
hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian preeklampsia dimana jara
kehamilan dekat berpeluang
berpeluang mengalami sebesar
preeklampsia sebesar 4.911 kali
dibandingkan dengan jarak
kehamilan jauh, ada hubungan
pendidikan dengan kejadian
preeklampsia dimana pendidikan
tinggi berpeluang mengalami
preeklampsia sebesar 3.215 kali
dibandingkan dengan pendidikan
rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Proses Kehamilan
a. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan
ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida memungkinkan
terjadinya kontak antara spermatozoa dan membrane oosit.
Membrane sel germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti
bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat
peningkatan kadar kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit
saat terjadi fusi antara membran sperma dan sel telur. Ketiga
peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap polispermia,
reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah
masuk kedalam sel telur, sitoplasma sel telur dan membrane inti
(nucleus) sperma pecah. Pronukleus laki-laki dan perempuan
terbentuk (zigot). Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom
memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi
(Heffner,2008)
b. Nidasi
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah
dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi telah terjadi,
mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian
blastula (sukarni dan wahyu, 2013). Blastula akan membelah
menjadi glastula dan akhirnya menjadi embrio sampai menjadi
janin yang sempurna di trimester ketiga (saifullah, 2015)
3. Perubahan fisiologis pada Kehamilan
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh
pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan
sel telur oleh sel sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik
dan hormon yang sangat berubah drastis. Kehamilan dipengaruhi
berbagai hormon: estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin,
hormon somatomammotropin, prolaktin. Human chorionic gonadotropin (hCG )
adalah hormon aktif khusus yang berperan selama kehamilan, berfluktuasi kadarnya
selama kehamilan. Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ
sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya yang dipengaruhi terutama
oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.
2) Solutio plasenta
a) Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasi
normalnya di rahim sebelum kelahiran dan merupakan salah satu penyebab
perdarahan ibu hamil pada trimester ketiga yang terkait dengan kematian
ibu dan janin.
b) Faktor Risiko Solusio Plasenta
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta,
di antaranya:
1) Hipertensi maternal.
2) Trauma maternal seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor.
3) Merokok.
4) Konsumsi alkohol.
5) Penggunaan kokain.
6) Tali pusat pendek.
7) Dekompresi rahim tiba-tiba.
8) Fibromyoma retroplasenta.
9) Perdarahan retroplasenta akibat tusukan jarum, seperti pada amniosentesis.
10) Abnormalitas pembuluh darah rahim.
11) Memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
12) Korioamnionitis.
13) Ketuban pecah dini.
14) Usia ibu lebih dari 35 tahun.
15) Usia ibu kurang dari 20 tahun.
16) Janin laki-laki.
17) Status ekonomi sosial rendah.
18) Peningkatan serum alpha-fetoprotein ibu.
19) Hematoma subkorionik.
d) Gejala Solusio Plasenta
Berdasarkan gejalanya, solusio plasenta dibagi menjadi 3 kelas
1) Kelas 1 : gejala ringan
a) Tidak ada perdarahan atau perdarahan vagina ringan.
b) Nyeri rahim ringan.
c) Tekanan darah dan denyut nadi ibu normal.
d) Tidak ada gangguan koagulasi darah.
e) Tidak ada gawat janin.
Dua gaya hidup tidak sehat yang mesti dihentikan untuk mencegah
solusio plasenta adalah merokok dan penyalahgunaan kokain.
Masyarakat juga perlu diberi edukasi mengenai faktor risiko, program
penghentian, atau rehabilitasi guna mencegah berulangnya solusio
plasenta di masa depan.
a. Preeklampsia
Preeklampsia adalah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tanda-tanda kerusakan ginjal,
misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar
protein pada urine (proteinuria), preeklampsia sering juga dkenal dengan
nama teksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
f) Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika
seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya
sehingga berat badan sangat turun, tugor kulit diurese kurang dan timbul
aseton dalam air kencing
1) Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum
Gejala Hiperemesis Gravidarum
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
1) Pemberian obat-obatan lewat suntikan, seperti vitamin B6, vitamin B12, serta
antiemetik atau antimual, untuk meringankan gejala hiperemesis gravidarum.
2) Pemasangan cairan infus, untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh
pengidap agar terhindar dari dehidrasi.
3) Perubahan kebiasaan dan lingkungan, seperti banyak istirahat dan kurangi
gerak, menggunakan pakaian longgar, menghindari aroma-aroma, suara
bising, dan kedipan cahaya berlebih yang dapat memicu mual. Selain itu,
konsumsi kudapan kering (misalnya biskuit) secara berkala, konsumsi
makanan tinggi karbohidrat tapi rendah lemak, serta minum air jahe ketika
merasa mual.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum adalah dengan
berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-
faktor yang dapat menjadi pemicunya.
g) Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
haemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal.
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kdar sel
darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal.Oleh karena itu,
tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen akan
mengalami anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan merasa lelah
atau lemah. Selain itu, gejala lain mungkin muncul adalah sesak napas,
pusing, atau sakit kepala.
Berikut adalah beberapa jenis anemia yang dapat terjadi:
Penyebab Anemia
Sumsum tulang adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk
semua sel darah. Sel-sel darah merah yang sehat akan bertahan antara 90 hingga 120
hari. Setelah itu, sel-sel darah tua dalam tubuh akan diganti dengan yang baru. Proses
ini berlangsung secara terus-menerus. Di dalam tubuh terdapat hormon yang disebut
erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Tugasnya adalah untuk memberikan
sinyal kepada sumsum tulang untuk “menciptakan” lebih banyak sel darah merah
bagi tubuh.
Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah dan protein
inilah yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Bagi pengidap anemia,
mereka tidak memiliki cukup hemoglobin.
Diagnosis Anemia
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan darah dan tes lainnya untuk
menemukan kondisi anemia yang diidap seseorang. Diagnosis dilakukan dengan cara
tes darah untuk mengetahui jenis umum dari anemia yang terdiri dari:
Kadar zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral lainnya.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin.
Jumlah retikulosit.
Selain itu, ada juga tes-tes lainnya yang mungkin dilakukan untuk menemukan
masalah medis yang dapat menyebabkan anemia.
Komplikasi Anemia
Anemia dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak, jantung, dan
organ lain dalam tubuh. Dalam kondisi tertentu, anemia bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Pengobatan Anemia
Transfusi darah.
Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh.
Mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin, serta
mineral lainnya.
Pencegahan Anemia
Hubungan riwayat
hipertensi dengan
Tahap trimester kejadian
kehamilan preeklampsia
Hubungan ANC
dengan kejadian
preeklampsia
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah hubungan dari kerangka teori atau teori-
Kunjungan Anc
Hubungan faktor resiko
ibu hamil dengan
Gravida
kejadian preeklampsia
Jarak Kehamilan
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
H0I Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kunjungan ANC dengan
H0II Tidak ada hubungan yang signifikan antara Gravida dengan hubungan
H0III Tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan
METODE PENELITIAN
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel bebas (Variabel Independen) adalah variabel yang
menjadikan sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat, variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu umur, gravid dan abortus sedangkan Variabel terikat
(variabel dependent) adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hiperemesis gravidarum
tingkat II. (Notoatmodjo, 2010).
E. Defenisi Operasional
Defesini operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang
diamati atau diteliti secara tidak langsung. Definisi operasional ini akan
menunjukkan alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu
bagaimana mengukur suatu variabel.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Alat
Variabel Definisi operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Kunjungan Merupakan usia Less 1. 1 kali Ordinal
ANC responden yang terhitung Pasien 2. 2 kali
sejak lahir sampai saat 3. 3 kali
dilakukan penelitian 4. 4 kali
A. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data
penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung
yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medik atau less pasien UPTD
Puskesmas Ulaweng.
C. Pengolahan Data
Dalam pengelohan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data basecomputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Processing data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga data sudah
dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.
Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari
kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
meng-entry data ke komputer. (Notoatmodjo, 2010)
D. Analisa Data
Setelah data peneliti diperoleh peneliti memasukkan data yang telah
ditabulasi kedalam komputer dan dianalisis secara statistik. Analisa data
terdiridari:
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas
maupun variable terikat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap varabel penelitian. Analisa univariat
digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dari setiap
variabel. Dari variabel-variabel ini kemudian dibuat tabel distribusi
frekuensinya. (Sumantri, 2011)
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan dua
variabel dengan uji statistik Chi-Square. Uji Chi-Square digunakan untuk
melihat pengaruh variabel independen dengan dependen. (Sumantri, 2011).
Teknik analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square dengan
menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p
value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau
menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. (Sumantri, 2011)