PEMBAHASAN
a. Depresi
d. Perasaan bersalah.
e. Kecemasan.
f. Gelisah
g. Narsistis
h. Stress
i. Konflik Batin
a. Kecemasan
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang
terdekatnya, karena ibu belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil,
baik fisik maupun psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan
perubahan peran barunya yang begitu dramatis terjadi dalam waktu
yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang “ibu”. Dengan respon
positif dari lingkungan terdekatnya, akan mempercepat proses adaptasi
peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan
asuhan pada ibu postpartum dengan optimal.
b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai
oleh alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu. Ibu akhirnya
menjadi tahu bahwa masa transisi terkadang begitu berat untuk dilalui
dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih
dewasa. Banyak kasus terjadi, setelah seorang ibu melahirkan anaknya
yang pertama, ibu akan bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas
hubungannya dengan ibunya, karena baru menyadari dengan nyata
ternyata pengalaman menjadi ibu adalah tugas yang luar biasa dan
mempunyai tanggung jawab yang berat. Ibu mulai merefleksikan pada
dirinya bahwa, apa yang dialami orang tuanya terdahulu, terutama
ibunya, adalah sama dengan yang dialaminya sekarang.
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu atau
terdahulu
Walaupun kali ini adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama
melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan
positif dari lingkungannya tidak berbeda dengan ibu yang baru
melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya adalah teknik
penyampaian dukungan yag diberikan lebih kepada support dan
apresisasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada
persalinannya yang lalu.
d. Pengaruh budaya
2) Sering menangis
3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula
menjadi gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya dan
bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa
Puncak dari postpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan
berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Postpartum blues
dapat terjadi pada siapapun, maka diharapkan tidak dianggap sebagai
penyakit. Postpartum blues tidak mengganggu kemampuan seorang
wanita merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues masih
bisa merawat bayinya. Postpartum blues tidak berhubungan dengan
penyakit mental sebelumnya dan tidak disebabkan oleh stres. Namun
stres dan riwayat depresi dapat mempengaruhi kejadian postpartum
blues terus menjadi depresi besar, oleh karena itu kejadian postpartum
blues harus segera ditindaklajuti. Penyebab timbulnya post partum
blues sebagai berikut (Azizah & Rosyidah, 2019) :
1) Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesterone,
prolactin, serta estriol yang terlalu rendah. kadar estrogen turun
secara tajam setelah melahirkan dan ternyata estrogen memiliki
efek supresi aktivitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang
berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi
2) Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan
perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan, misalnya rasa sakit
akibat luka jahit atau bengkak pada payudara
3) Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan-perubahan yang
terjadi
4) Faktor umur dan jumlah anak
4) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan
berusaha melakukan peran barunya sebagai seorang ibu yang baik
5) Cukup istirahat
7) Berolahraga ringan
3) Menangis terus-menerus.
4) Menyalahgunakan NAPZA.
5) Berkhayal atau percaya pada hal yang tidak benar dan tidak logis (delusi)
6) Menunjukkan tanda depresi, menarik diri dari lingkungan, dan gampang
menangis
7) Kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, gelisah, dan sulit tidur
9) Merasa paranoid