A. Sumber Hukum Administrasi Negara Materiil Dan Formiil Asas legalitas mengajarkan setiap aktivitas dan tindak administrasi negara harus didasarkan pada ketentuan hukum baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Kansil, 1997:151). Pradjudi Atmosudirjo (1994:56) hukum administrasi negara heteronom adalah norma hukum administrasi negara yang mengatur penggunaan wewenang badan atau pejabat tata usaha negara. Hukum administrasi negara otonom adalah norma hukum administrasi negara yang diciptakan oleh badan atau pejabat tata usaha negara. Sudikno Mertokusumo, sumber hukum materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Faktor-faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis, dan lain-lain. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dapat dibentuk akan mengikat masyarakatnya. Sumber hukum formal membentuk pandangan hukum menjadi aturan hukum sebagai kekuasaan yang mengikat. Pancasila merupakan sumber hukum materiil maupun formiil, kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum. Formelle Gesetze atau undang-undang (formal) dilekatkan ketentuan memaksa, berupa paksaan pelasanaan (Vollsstreckungszwang) maupun hukuman (Strafe). Sumber hukum formal merupakan sebab dari berlakunya aturan hukum. Hal yang termasuk sumber hukum formal adalah : 1. Undang-undang. Identik dengan hukum tertulis (ius scripta) dirumuskan secara tertulis oleh pembentukan hukum khusus (speciale rechtsvormende organen). Dalam arti formal, keputusan penguasa dilihat dari bentuk dan cara terjadinya sehingga disebut undang-undang. Undang-undang dalam arti materiil, keputusan atau ketetapan penguasa dilihat dari isinya undang-undang dan mengikat setiap orang secara umum. Guna mengetahui suatu peraturan hukum dipergunakan kriteria formal, yaitu dengan melihat sumber peraturan itu. 2. Kebiasaan. Perbuatan berulang dalam hal yang sama dan diterima dalam kehidupan masyarakat sehingga menumbuhkan rasa keadilan masyarakat. Hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Ketentuan tersebut memberikan landasan normatif untuk menempatkan kebiasan menjadi salah satu sumber hukum. 3. Traktat atau Perjanjian Internasional. Salah satu sumber hukum dalam arti formal karena treaty tersebut harus memenuhi persyaratan formal tertentu agar dapat diterima sebagai treaty atau perjanjian internasional. Dasar hukum treaty: Pasal 11 ayat (1) dan (2) UUD 1945. 4. Yurisprudensi. Di negara sistem hukum Common Law (Inggris atau Amerika) yurisprudensi berarti ilmu hukum. Yurisprudensi di negara Eropa Kontinental berarti putusan pengadilan. Putusan pengadilan, di negara Anglo Saxon dinamakan preseden. Pelaksanaan hukum dalam hal konkret terhadap tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh suatu negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara memberikan putusan yang bersifat mengikat dan berwibawa. 5. Praktik-Praktik Administrasi Negara. Tindakan administrasi negara dalam pelayanan kepada masyarakat melahirkan hukum tak tertulis (unwritten law), meskipun belum ada peraturan perundang-undangannya. Praktik administrasi negara dapat menjadi norma hukum dengan diuji kualitasnya berdasarkan AAUPB. Doktrin mengenai AAUPB sebagai sumber hukum bagi hakim dalam memutuskan sengketa tata usaha negara dan menjadi sumber hukum yang dipergunakan dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun oleh Peradilan TUN untuk menilai keabsahan suatu Keputusan TUN. Pemuan hukum AAUPB, pada bidang penafsiran dan penerapan dari ketentuan peraturan perundangan, pada bidang pembentukan beleid organ pemerintah kebijaksanaan oleh peraturan perundangan, dan pada waktu pelaksanaan kebijaksanaan (Indroharato dikutip Pratiwi, 2016:43).
B. PERKEMBANGAN SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Sumber hukum administrasi negara berdasarkan teori integral dan teori spesialitas. Teori integral, seluruh penggunaan wewenang oleh badan atau pejabat tata usaha negara dan hubungan hukum (badan atau pejabat tata usaha negara dengan rakyat) diatur berdasarkan satu norma hukum yang berlaku untuk seluruh wewenang dan hubungan hukum administrasi negara antara pemerintah dan rakyat. Teori spesialitas yaitu norma hukum administrasi negara yang berkembang sesuai dengan kebutuhan pelayanan terhadap hak administratif rakyat yang semakin teknis. Teori divergensi menghubungkan kebutuhan rakyat dengan kemampuan pelayanan pemerintah serta berlakunya sektoralisasi yang semakin teknis. Di Belanda, Algemene Wet Bestuursrecht (AWB) menjadi garis pedoman penggunaan kewenangan pemerintah secara umum, secara teknik operasional berkembang secara luas norma hukum administrasi negara khusus/sektoral dalam berbagai UU Khusus. UU khusus bersifat operatif setelah AWB memiliki pengaruh terhadap dua alasan berikut : 1. Prinsip legalitas. AWB menyediakan garis pedoman mengenai bagaimana kewenangan harus dipergunakan oleh pemerintah. 2. Substansi hukum administrasi didasarkan atas UU khusus. AWB hanya berisi aturan mengenai pembuatan keputusan tata usaha negara (hukum acara). UU khusus diperiksa karena berisi ketentuan prosedural yang aturannya diturunkan dari AWB secara teratur terjadi dalam UU khusus berisi derogasi (pelanggaran). Sejak UU khusus memiliki status yang sama dengan AWB, pasal 81 UUD Belanda, ketentuan khusus (lex specialis) diterapkan pada saat terjadi konflik aturan, UU khusus menggantikan UU yang bersifat umum. Ketentuan terkait pembuatan keputusan TUN oleh pejabat pemerintah dan uji materiil oleh peradilan administrasi adalah AWB mengatur hal mengenai penegakan (inspeksi dan sanksi, Bab V). Sebagian Pasal 3.2 AWB berisi ketentuan utamanya penting untuk sebagian besar diderivasi dari prinsip legalitas. Pasal 3:2 AWB penyiapan keputusan tata usaha negara, informasi penting harus dipertimbangkan terhadap yang lain (prinsip kecermatan, zorgvuldigheid). Pasal 3:3 AWB larangan penyalahgunaan wewenang, yang dibentuk berdasarkan prinsip legalitas: kewenangan yang dilimpahkan tidak boleh digunakan selain dari tujuan yang dibersihkan. Pasal 3:4 paragraf 1 AWB berisikan prinsip spesialitas (specialiteitsbeginsel), dibentuk dari prinsip legalitas dalam megambil keputusan, pemerintah hanya boleh mempertimbangkan kepentingan dalam UU ditentukan sebagai permasalahan pokok untuk dilindungi. Pasal 3:4 paragraf 2 AWB berisi prinsip proporsionalitas bertentangan dari sebuah keputusan atau kepentingan para pihak tidak boleh sebanding dengan tujuan yang dilayani oleh keputusan. Kewenangan administratif digunakan oleh alat pemerintahan (pejabat publik) untuk menciptakan dan menegakkan hukum publik positif. Negara, provinsi, dan pemerintah kotapraja semua adalah subjek hukum (rechtspersonen) (Pasal 2:1 paragraf 1, hukum privat Belanda). Asas umum pemerintahan yang baik dibentuk oleh lembaga banding administrasi dan peradilan, dikodifikasi pada tahun 1994 dan diturunkan dari UU Hukum Administrasi Umum. Sejak permulaan abad ke-19, paragraf pertama dari pasal tersebut telah berisi tugas untuk mengkodifikasi hukum substantif dan hukum acara dalam hukum privat dan hukum substantif serta hukum acara pidana. Hukum Administrasi Umum (Algemene Wet Bestuursrecht), sekarang terdiri atas 10 bab. AWB terdiri dari contentious dan non-contentious. UU terdiri atas ketentuan yang mengatur proses utama pembuatan keputusan pemerintah dan mengatur keberatan tehadap keputusan pemerintah, banding kepada lembaga pemerintah yang lebih tinggi dan uji materiil di Pengadilan Administrasi (pengadilan distrik). Ciri dari AWB dalam Pasal 1 ayat (3) bahwa AWB telah dikonsep tindakan yuridis diatur oleh hukum publik. Ketentuan penting dalam AWB juga diterapkan terhadap tindakan pemerintah, sifat dasar dari perbuatan faktual (non legal) atau diatur oleh hukum privat (Pasal 3 ayat (1) paragraf 2 AWB). Sejumlah bagian AWB berisi ketentuan sifat dasar dan ketentuan lebih khusus. Bab III berisi ketentuan umum mengenai keputusan pemerintah. Bab IV (1) berisi ketentuan khusus untuk keputusan pemerintah dalam kasus individual, diterapkan secara eksklusif. Bab VI dan VIII berisi ketentuan umum mengenai keberatan administratif (bezwaar) banding kepada lembaga administrasi yang lebih tinggi (administratief beeroep), dan uji materiil oleh pengadilan distrik (beroep bij de rechtbank). Di Jerman, hukum administrasi negara berkembang melalui sistem norma hukum administrasi negara umum dan sistem hukum administrasi khusus/sektoral. Hukum dasar (Grundgezets) 1949 memengaruhi hukum administrasi negara pada masa sekarang rule of law. Hukum dasar masih memiliki pengaruh besar dalam pembentukan institusi hukum dan meningkatkan bentuk dari aktivitas pemerintah. Hukum administrasi negara tidak hanya menetapkan status quo, tetapi terbuka terhadap perubahan dan perbaikan. Hukum administrasi Republik Jerman tidak memiliki pengaruh sesudah penyatuan kembali negara baru yang diadopsi Hukum Administrasi Negara federal dari Republik Federal Jerman. Dasar dan dorongan konstitusional menjamin kedudukan mandiri/independen dari administrasi sebagai legitimasi kewenangan negara demokratik dalam organisasi negara. Konstitusi membedakan antara administrasi dan pelayanan masyarakat (Leistungsverwaltung) serta campur tangan administrasi (Eingriffsverwaltung). Landasan dari UUD menjamin kedaulatan dan kebebasan individu, Pasal 1 ayat (1) UUD. UUD tidak memberikan definisi tentang rule of law (rechtsstaat). Pembedaan umum tradisi hukum Jerman: aturan-aturan hukum dapat diterapkan terhadap beberapa wilayah hukum yang ditempatkan sebelum penggolongan sebagian besar untuk alasan-alasan praktis. Hukum administrasi, tidak dikodifikasikan dan tidak sepenuhnya diturunkan, menyangkut keabsahan atau penarikan kembali keputusan administratif dan aturan menyangkut tindakan administratif. UU Hukum Administrasi Umum menggabungkan semua peraturan, prinsip umum dan gambaran hukum yang diterapkan pada semua kegiatan administrasi. Hukum administrasi khusus (Besonderes Verwaltungsrecht) terdiri atas hukum materiil yang diterapkan untuk lapangan khusus dari kegiatan administrasi (kegiatan dari masyarakat dan kekusaan publik lain seperti polisi, perlindungan umum, jaminan sosial, kesehatan masyarakat, kesejahteraan, perumahan, dan perlindungan lingkungan). Asas legalitas pemerintah mengikat peraturan dan membuatnya tunduk pada pengawasan institusi peradilan. Preseden dalam hukum (Vorrang des Gesetzes) dan kepatuhan terhadap hukum (subjection to the law, Vorbehalt des Gesetzes) artinya pemerintah harus mengikuti hukum tidak dapat menyimpang dari haluan hukum dan tidak diperkenankan melanggar tingkatan dari hukum tersebut. Seluruh kegiatan pemerintah harus memerlukan pengesahan (authotization), tidak dapat melanggar batas hak warga negara kecuali berdasarkan atas hukum yang membolehkan tindakan tersebut, Pasal 20 ayat (3) UUD Jerman. Asas supremasi artinya eksekutif dan peradilan harus menghormati keputusan dari pembentuk undang-undang. Asas kepatuhan terhadap hukum mensyaratkan esekutif untuk melakukan tindakan jika dikuatkan oleh hukum. Peradilan dan akademisi menghendaki agar legislatif harus menempatkan seluruh permasalahan pokok yang secara langsung berpengaruh terhadap hak warga negara. Semua materi keputusan yang berhubungan dengan hak dasar harus mengikuti hukum formal yang dibuat. Hukum dibagi atas divisi fakta-fakta dari kasus (facts of the case, tatbestand) dan konsekuensi hukum (legal consequences, rechtsfolge). Jika fakta dari kasus dipenuhi, konsekuensi hukumnya dapat memberikan pengaruh. Jika legalitas diperlonggar pengujian peradilan juga menjadi longgar karena peradilan hanya mengawasi legalitas, bukan praktiknya (Zweckmafsifgkeit) atau keputusan tata usaha negara. Hukum administrasi Perancis memiliki pandangan hierarkis dari cara hukum distrukturisasikan yang menggarisbawahi piramida Kelsenian. Pembentukan sebuah struktur hierarkis yang disebut blok legalitas (bloc de la legalite). Conseil d’Etat mulai pertengahan dari abad XX, menggunakan konsep keberadaan dari asas umum. Konteks hukum umum Conseil d’Etat tidak dibebani untuk menghubungi sumber yang tepat. Kebanyakan dari prinsip umum hukum telah diidentifikasi sedemikian jauh sebagai rujukan dari peradilan administrasi dan uji materiil dari keputusan tata usaha negara, karena berkembangnya kepentingan dari peraturan perundang- undangan konstitusional dan internasional yang sering memiliki isi yang sama. Kumpulan konstitusi struktur yang agak kompleks dibuat dari konstitusi sekarang 4 Oktober 1958. Merujuk deklarasi dari hak manusia dan rakyat diadopsi selama revolusi Perancis 26 Agustus 1789 (declaration des droits de l’homme et dua citoyen) dan pembukaan konstitusi sebelumnya 27 Oktober 1946. Kumpulan konstitusi tersebut dari prinsip dasar yang diakui oleh hukum republik (principes fondamentaux reconnus par les de a republique) dalam konstitusi 1946. Peradilan konstitusi (Conseil Constituonel) mengatur peraturan perundangan konstitusional melindungi kemandirian dari peradilan administrasi (22 Juli 1980) dan prinsip kasus yang ditujukan pada pembatalan atau perubahan dari keputusan administratif, menggunakan kekuasaan prerogatif publik (prerogatives de puissance publique) terletak di yuridiksi peradilan administrasi dan tribunal (22 Januari 1987).