Anda di halaman 1dari 24

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Jenis-jenis, Hirarki, Fungsi, dan Materi Muatan Peraturan Perundang-


undangan
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Perundang-
undangan
DosenPengampu :
Dr. Ismail Hasani, S.H, M.H.

DisusunOleh :

Muhammad Danil 11190453000028


Andi Fauziah Fatiksari 11190453000035
Nadzifur Rohman 11190453000034

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kekuatan, kesempatan, dan kasih sayang yang dicurahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berupa makalah.Yang
mana diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat mendukung
perkembangan pembelajaran mengenai “Ilmu Perundang-Undangan yaitu
pada mata kuliah Ilmu Perundang-Undangan yang mana telah diselesaikan
tepat pada waktunya.
Harapan penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat yang
berarti bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Tiada
gading yang tak  retak, kritik yang membangun sangat penulis harapkan
untuk kebaikan dikemudian hari.

Penulis,

2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LatarBelakang............................................................................................................4
B. RumusanMasalah.......................................................................................................5
C. TujuanMakalah..........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Jenis-Jenis Peraturan Perundang-Undangan..........................................................6
1. Masa Hindia Belanda.............................................................................................6
2. Masa Kedudukan Jepang......................................................................................7
3. Masa Kemerdekaan...............................................................................................7
B. Hirarki Peraturan Perundang-Undangan................................................................8
C. Fungsi Peraturan Perundangan-Undangan...........................................................10
D. MATERI MUATAN................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dalam sebuah Negara yang berdaulat dan di pimpin oleh kepala
Negara atau mentri sekalipun, tentunyamemilikiperaturanatausistem yang
berjalan di dalamnya untuk mengatur segala macam bentuk perilaku
masyarakat sipil agar bisa berjalan sesuai dengan aturan yang telah berlaku.
Undang-undang sendiri pada dasarnya sudah ada sejak awal kemerdekaan
Negara itu sendiri, seperti Indonesia yang memiliki sistem peraturan yang
berpedoman kepada UUD 1945, meskipun bebera paperaturan yang di sahkan
dan di terapkan kepada masyarakat masih memiliki kaitannya dengan
Penjajah, namun hal ini dapat kita maklumi dikarenakan belanda telah
menjajah Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Aturan Perundang-
undangan yang ada memiliki tingkatan dalam menjalankan tugasnya, sehingga
tidak mungkin seorang kepala desa memiliki kewenangan setara dengan
kepala daerah, hal ini menunjukkan bahwa adanya hirarki atau tingkatan dari
kasta yang paling atas hingga paling bawah dalam ruang lingkup peraturan
atau kebijakan itu sendiri. Lalu tentunya setiap peraturan perundangan-
undangan itu memiliki muatan materi di dalamnya sehingga menjadikannya
berbeda antara satu dengan yang lainnya, semua ini baik jenis-jenis
perundangan- undangan, hirarkinya, bahkan sampai kepada muatan materi
yang ada di dalamnya akan di jelaskan secara rinci pada makalah kali ini.

B. RumusanMasalah
 Bagaimana Penjelasan dari Jenis-jenis Peraturan Perundangan-
Undangan ?
 Bagaimana Penjelasan dari Arti Hirarki Peraturan Perundang-
Undangan ?
 Bagaimana Penjelasan dari Fungsi Peraturan Perundang-Undangan ?
 Bagaimana Penjelasan dari Materi Muatan Peraturan Perundang-
Undangan ?

C. TujuanMakalah
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :

 Untuk Mengetahui Penjelasan dari Jenis-Jenis Peraturan Perundang-


Undangan ?
 Untuk Mengetahui Penjelasan dari Arti Hirarki Peraturan Perundang-
Undangan ?
 Untuk Mengetahui Penjelasan dari Fungsi Peraturan Perundang-
Undangan ?
 Untuk Mengetahui Penjelasan dari Materi Muatan Peraturan
Perundang-Undangan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Peraturan Perundang-Undangan


Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan sangat
penting dalam perancangan atau penyusunan peraturan perundang-
undangan, karena: Pertama:setiap pembentukkan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai landasan atau dasar yuridis
yang jelas, dan apabila tidak terdapat landasan tersebut maka batal
demi hukum atau dapat dibatalkan. Kedua:hanya peraturan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dari
pada peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk dapat
dijadikan landasan atau dasar yuridis. Ketiga:pembentukkan
peraturanperundang-undangan berlaku prinsip bahwa peraturan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dapat
menghapuskan peraturan perundang-undangan sederajat atau yang
lebih rendah.Keempat:pengetahuan mengenai seluk beluk
peraturan perundang-undangan untuk menciptakan suatu sistem
peraturan peraundang-undangan yang tertib sebagai salah satu
unsur perundang-undangan yang baik.Berikut jenis peraturan
perundang undangan di Indonesia berdasarkan sejarahnya:

1. Masa Hindia Belanda


 Reglement op het beleid der Regering van Nederlands Indies
yang disingkat dengan Regering Reglement (RR), dan kemudian
berubah menjadi Wet op the Staatsinrichting van Netherlands
Indie (IS) dianggap sebagai Undang-Undang Dasar
 Ordonantie Gouvernour Genneral adalah peraturan setingkat
UU yang terdiridari 2 jenis yaitu:
 Ordonansi yang dibuat oleh Gubernur Jendral dengan
persetujuan Voolksraad, yang mengatur mengenai pokok-pokok
persoalan menyangkut Nederland Indie
 Ordonansi yang ditentukan dalam Grondwetatau Wet yaitu:
 Regerings verordening (R.V) setingkat Peraturan Pemerintah,
adalah peraturan untuk melaksanakan wetten, AMVB dan
ordonansi dan dapat mencantumkan ketentuan pidana.
 GouvernementsBesluit (KeputusanPemerintah) merupakan
peraturan untuk mengaturhal-hal yang bersifat administratif, dan
tidak dapat mencantumkan ketentuan pidana
 AMVB dan Wetten, yang dibuat oleh Raja ( Kroon) bersama
dengan parlemen Belanda (Staten General)
2. Masa Kedudukan Jepang
Jepang tidak lama berkuasa di Indonesia, dan pada masa
berkuasanya Jepang jenis peraturan perundang-undangan yang ada
adalah:
 Osamu seirei, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh
Seikosikikan (pemerintah sipil)
 Osamu Kanrei, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh
KepalaStaf (Gunseikan). Peaturan tersebut diudangkan dalam
Lembaran Negara yang disebut Kanpo.
3. Masa Kemerdekaan
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli Tahun 1959, maka
Bangsa Indonesia kembali kepada UUD Tahun 1945. Karena itu
jenis peraturan perundang-undangan adalah apa yang tertuang
didalam UUD Tahun 1945, dan apa yang tertuang dalam Surat
Presiden kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPRGR) No. 2262/HK/59 tanggal 20 Agustus 1959 yang
selanjutnya dijelaskan lebih lanjut dengan Surat Presiden No.
3639/HK/59 tanggal 26 November 1959. Dengan demikian
“bentuk-bentuk” peraturan-peraturan Negara setelah UUD adalah:
1. Undang-Undang; 2. Peraturan Pemerintah; 3. Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang1
B. Hirarki Peraturan Perundang-Undangan
Hirarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Di atur pada
UU No. 12 Tahun 2011.
 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, UUD 1945 adalah hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi
dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
UUD 1945 adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-
undangan. UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam
tataurutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
 UU atau Perpu
UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama
Presiden. Perppu adalah Peraturan Perundang-undangan yang

1
https://simdos.unud.ac.id/
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut:
1. Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut.
2. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan
perubahan.
3. Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU.
4. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan
tidak

 Peraturan Pemerintah ( PP )
PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP
berfungsi untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
 Peraturan Presiden ( Perpres )
Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
 Peraturan Daerah ( Daerah ) Provinsi
Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
dengan persetujuan bersama Gubernur. Termasuk dalam Peraturan
Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh
danPeraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan Daerah
Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua danProvinsi
Papua Barat.
 Perda Kabupaten atau Kota
Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Kabupatenatau Kota dengan
persetujuan bersama Bupati atau Walikota. Termasuk dalam
Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota adalah Qanun yang
berlaku di Kabupaten atau Kota di Provinsi Aceh.2

C. Fungsi Peraturan Perundangan-Undangan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Fungsi : 1. jabatan
(pekerjaan) yg dilakukan: 2.faal (kerja suatu bagian tubuh): 3 Mat
besaran yg berhubungan, jika besaran yg satu berubah, besaran yg
lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5. Ling peran sebuah
unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti
nomina berfungsi sbg subjek).3Terkait peraturan perundang-
undangan maka fungsi peraturan perundang-undangan dapat
diartikan sebagai kegunaan peraturan perundang-undangan secara
umum dan secara khusus sesuai dengan jenisnya. Atau dapat
dikatakan bahwa peraturan perundang-undangan adalah sebagai
instrumen kebijakan (beleids instrument), yang dikeluarkan oleh
pejabat atau lembaga yang berwenang yang memiliki kegunaan
atau fungsi-fungsi tertentu. Ada perbedaan antara fungsi hukum
dan fungsi peraturan perundang-undangan. Fungsi hukum
dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum, sedangkan
fungsi peraturan perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu
sumber hukum, yaitu peraturan perundang-undangan itu sendiri.4
2
https://www.kompas.com/
3
http://kbbi.co.id/arti-kata/fungsi
4
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Op. Cit, h.60-65.
Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh
Ismail Hasani dan Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH,
mengemukakan bahwa peraturan perundang undangan memiliki
fungsi :5
a) Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan
sumber daya;
b) Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan
komunitas atau lingkunganya;
c) Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan
antar kelompok (mendorong perubahan institusi, atau
affirmative action kepada kelompok marginal);
d) Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi
jangka pendek;
e) Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta
keadilan sosial, perluasan akses dan redtribusi sumber
daya, dan
f) Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector
ekonomi.

Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan dapat


dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.6
1.Fungsi Internal

Adalah fungsi peraturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum


(hukum perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum. Secara internal,

5
smail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33
.

6
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta, hlm. 47.
peraturan perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi
pembaharuan hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, dan fungsi kepastian
hukum:7

a) Penciptaan hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem kaidah hukum


yang berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui beberapa cara yaitu melalui
putusan hakim (yurisprudensi). Kebiasaan yang tumbuh sebagai praktek
dalam kehidupan masyarakat atau negara, dan peraturan perundang-undangan
sebagai keputusan tertulis pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang
yang berlaku secara umum. Secara tidak langsung, hukum dapat pula
terbentuk melalui ajaran-ajaran hukum (doktrin) yang diterima dan digunakan
dalam pembentukan hukum. Salah satu cara utama penciptaan hukum di
Indonesia adalah melalui pembentukan peraturan perundang-undangan. Atau
dengan kata lain bahwa peraturan perundang-undangan merupakan sendi
utama sistem hukum nasional. Pemakaian peraturan perundang-undangan
sebagai sendi utama sistem hukum nasional karena:
1. Sistem hukum Indonesia – sebagai akibat sistem hukum Hindia Belandia –
lebih menampakkan sistem hukum kontinental yang mengutamakan bentuk
sistem hukum tertulis (geschrevenrecht, written law).
2. Politik pembangunan hukum nasional mengutamakan penggunaan
peraturan perundang-undangan sebagai Instrumen utama. Bandingkan dengan
hukum yurisprudensi dan hukum kebiasaan. Hal ini antara lain karena
pembangunan hukum nasional yang menggunakan peraturan perundang-
undangan sebagai instrument dapat disusun secara berencana (dapat
direncanakan).
b) Fungsi Pembaharuan Hukum Artinya bahwa peraturan perundang-undangan
merupakan instrumen dalam pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan
dengan penggunaan hukum kebiasaan atau hukum yurisprudensi. Telah

7
Ibid,hlm 17-20
dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan melalui program legislasi baik nasional maupun daerah ,
sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncakan. Pembaharuan tidak
hanya dilakukan terhadap hukum yang sudah ada tetapi dapat juga pula
dipergunakan sebagai sarana memperbaharui yurisprudensi, Hukum kebiasaan
atau hukum adat. Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-
undangan antara lain dalam rangka mengganti peraturan perundang-undangan
dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Termasuk pula adalah
memperbaharui peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah
kemerdekaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat . Terhadap hukum kebiasaan atau hukum adat,
peraturan perundang-undangan berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau
hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada.
Pemanfaatan peraturan perundang-undangan sebagai instrumen pembaharuan
hukum kebiasaan atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam hal-hal
tertentu kedua hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid terhadap
perubahan.8
c) Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum Pada saat ini, di Indonesia masih
berlaku berbagai sistem hukum, yaitu: sistem hukum Eropa kontinental
(Barat), sistem hukum adat, sistem hukum agama (khususnya lslam) dan
sistem hukum nasional”.9 Hal ini menunjukkan adanya pluralisme hukum di
Indonesia.10 Menurut Erman Rajagukguk bahwa kendala terberat adanya
pluralisme hukum adalah dalam mewujudkan kepastian hukum. Hukum di
Indonesia menurut guru besar tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor politik.
Bahkan pemberantasan korupsi sampai saat ini pun oleh Erman diakui sangat
sulit karena dalam penegakannya banyak mempertimbangkan faktor politik. 11
8
Bagir Manan, Sleten, 1993, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta,, hlm. 6
9
Bagir Manan, 1994, Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah, Jakarta, hlm. 6
10
Pluralisme hukum menurut Erman Rajagukguk dalam Kongres Internasional ke-15
11
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-diakui
Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah
dimaksudkan meniadakan berbagai sistem hukum, terutama sistem hukum
yang hidup sebagai satu kenyataanyang dianut dan dipertahankan dalam
pergaulan masyarakat. Pembangunan sistem hukum nasional adalah dalam
rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun
dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme kaidah
hukum sepenuhnya bergantung pada kebutuhan hukum masyarakat. Kaidah
hukum dapat berbeda antara berbagai kelompok masyarakat, tergantung pada
keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian
fungsi peraturan perundang-undangan adalah mengintegrasikan berbagai
(pluralisme) peraturan yang ada. Pemahaman akan pluralisme hukum menurut
The Commission on Folk Law and Legal Pluralism Prof. Anne Griffith perlu
diberikan kepada pengambil kebijakan, ahli hukum, antopolog, sosiolog dan

ilmuwan sosial lainnya.12


d) Fungsi kepastian hukum Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty)
adalah merupakan asas penting dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan
penegakan hukum (hendhaving, uitvoering). Adanya peraturan perundang-
undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi daripada pada
hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Namun, perlu
diketahui, kepastian hukum peraturan perundang-undangan tidak semata-mata
diletakkan pada bentuknya yang tertulis (geschreven, written) yakni selain
harus memenuhi syarat-syarat formal, juga harus memenuhi syarat-syarat lain,
yaitu: Jelas dalam perumusannya (unambiguous), Konsisten dalam
perumusannya baik secara intern maupun ekstern. Konsisten secara intern
mengandung makna bahwa dalam peraturan perundang-undangan yang sama
harus terpelihara hubungan sietematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan
susunan dan bahasa. Konsisten secara eketern, adalah adanya hubungan

12
Ibid
“harmonisasi” antara berbagai peraturan perundang-undangan. Selain itu
adalah memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dan mudah dimengerti.
Bahasa peraturan perundang-undangan haruslah bahasa yang umum
dipergunakan masyarakat. Tetapi ini tidak berarti bahasa hukum tidak penting.
Bahasa hukum –baik dalam arti struktur, peristilahan, atau cara penulisan
tertentu harus dipergunakan secara ajeg karena merupakan bagian dan upaya
menjamin kepastian hukum Melupakan syarat-syarat di atas, peraturan
perundang-undangan mungkin menjadi lebih tidak pasti dibandingkan dengan
hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi

2. Fungsi Eksternal

Adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan tempat


berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum, yang
meliputi fungsi perubahan, fungsi stabilisasi, fungsi kemudahan. Dengan demikian,
fungsi ini dapat juga berlaku pada hukum-hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum
yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih diperankan oleh peraturan
perundang-undangan, karena berbagai pertimbangan yang sudah disebutkan di muka.
Fungsi sosial ini dapat dibedakan:13
1) Fungsi Perubahan, yaitu fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan (law
associal engineering). Peraturan perundang-undangan diciptakan atau
dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat di bidang ekonomi, sosial,
maupun budaya. Masyarakat “patrilineal” atau “matrilineal” dapat didorong
menuju masyarakat “parental” melalui peraturan perundang-undangan
perkawinan.
2) Fungsi stabilisasi, Peraturan perundang-undangan dapat pula berfungsi
sebagai stabilisasi. Peraturan perundang-undangan di bidang pidana, di bidang

ketertiban dan keamanan adalah kaidah-kaidah yang terutama bertujuan


menjami stabilitas masyarakat. Kaidah stabilitas dapat pula mencakup
kegiatan ekonomi, seperti pengaturan kerja, pengaturan tata cara perniagaan

13
Bagir Manan, Beberapa masalah..............., Op Cit,hlm.21-22
dan lain-lain. Demikian pula di lapangan pengawasan terhadap budaya luar,
dapat pula berfungsi menstabilkan sistem soeial budaya yang telah ada
3) Fungsi kemudahan, Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan
sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas). Peraturan
perundang-undangan yang berisi ketentuan insentif seperti keringanan pajak,
penundaan pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara perizinan, struktur
permodalan dalam penanaman modal merupakan kaidah-kaidah kemudahan.
Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya, peraturan kemudahan akan serta
merta membuahkan tujuan pemberian kemudahan. Dalam penanaman modal
misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti disebutkan di atas diperlukan
juga persyaratan lain seperti stabilitas politik, sarana dan prasarana ekonomi,
ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.

Selain fungsi-fungsi tersebut, terkait dengan adanya beberapa jenis peraturan


perundang-undangan, maka masing-masing peraturan peraturan perundang-undangan
tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu . Secara khusus fungsi peraturan perundang-
undangan dirinci sebagai berikut yakni:
a) Fungsi UUD Tahun 1945.
Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum
dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian sebagai
hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat . UUD adalah
merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum
dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum tertulis dan memiliki
kedudukan yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundang-undangan
sebagaimana yang ditetukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011.
Artinya bahwa setiap produk hukum dibawahnya seperti Tap MPR, undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, Perda ataupun setiap
tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggiyakni UUD Tahun 1945.
Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945
mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945
mengontrol apakah peraturan perundang-undangan yang lebih rendah sesuai
atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. UUD
1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun,
dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai
penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga
negara.
b) Fungsi Ketetapan MPR
fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk
hukum yang ada di bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan
berlaku, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003
c) Fungsi Undang-Undang dan Perpu Ada beberapa Fungsi Undang-Undang
yaitu:
1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
tegas-tegas menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang
Tubuh UUD 1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya;
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada
dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada
Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR dalam
keadaan normal sedangkan PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah
Undang-undang dibuat dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang
memaksa. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang
Tubuh UUD 1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya;
d) Fungsi Peraturan Pemerintah
Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945.
Fungsi PP adalah :
1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas
menyebutnya;
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undang-
undang yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.
e) Fungsi Perpres
Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai
berikut :
1. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;
3. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.
f) Fungsi Peraturan Daerah
Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi
Peraturan Daerah adalah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas
pembantuan dan menjabarkan lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam Pasal 236 ayat (1) UU
No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah (sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan. Dalam
fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi
masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.sebagai alat
pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah. Sedangkan menurut
Kepala pusat penyuluhan hukum BadanPembinaan Hukum Nasional,
Peraturan Daerah mempunyai berbagai fungsi yaitu:14
a) sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas
pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan
Daerah.
b) merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan
hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah
tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
14
https://saepudinonline.wordpress.com/2013/05/01/fungsi-perda-dalam-peraturan-perundang-undangan
c) sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur
aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam
koridor Negara Kesatuan Republik indonesia yang berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945.
d) sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

D. MATERI MUATAN
Materi muatan peraturan perundang-undangan, tolok ukurnya hanya dapat
dikonsepkan secara umum. Semakin tinggi kedudukan suatu peraturan perundang-
undangan, semakin abstrak dan mendasar materi muatannya. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah kedudukan suatu peraturan perundang-undangan, semakin rinci dan
konkrit pula materi muatannya. Kesemuanya itu mencerminkan adanya tingkatan-
tingkatan tentang materi muatan peraturan perundang-undangan dimana undang-
undang merupakan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan yang paling luas
jangkauannya.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, mengatur materi muatan yang harus
diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang:
1) Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:
a. Hak-hak asasi manusia;
b. Hak dan kewajiban warga negara;
c. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan
negara;
d. Wilayah negara dan pembagian daerah;
e. Kewarganegaraan dan kependudukan;
f. Keuangan negara.

2. Diperintahkan oleh suatu Undang-undang untuk diatur dengan Undang-undang.


Sedangkan materi muatan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang
sama dengan materi muatan undang-undang (Pasal 9 Undang-undang Nomor 10
Tahun 2004). Pasal 10 menyatakan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi
materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Kemudian sesuai
dengan tingkat hierarkinya, bahwa Peraturan Presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh undang-undang atau materi yang melaksanakan Peraturan
Pemerintah (Pasal 11). Mengenai Peraturan Derah dinyatakan dalam Pasal 12 bahwa
materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi
khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Materi muatan peraturan perundang-undangan juga mengandung asas-asas
yang harus ada dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Asas-asas tersebut
sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004.
Ayat (1) sebagai berikut:
“Materi Muatan Peraturan Perandang-undangan mengandung asas
1) Pengayoman,
2) Kemanusian,
3) Kebangsaan,
4) Kekeluargaan,
5) Kenusantaraan,
6) Bhinneka tunggal ika,
7) Keadilan,
8) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan,
9) Ketertiban dan kepastian hukum dan atau
10) Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Sedangkan ayat (2), menyatakan “Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang
hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”.
Apa yang dimaksudkan dengan asas-asas yang berlaku dalam materi muatan
peraturan perundang-undangan tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1)
sebagai berikut:
a) Asas pengayoman; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
b) Asas kemanusian; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
c) Asas kebangsaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan
Republik Indonesia.
d) Asas kekeluargaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
e) Asas kenusantaraan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia
dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
f) Asas bhinneka tunggal ika; Bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
g) Asas keadilan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara
tanpa kecuali.
h) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; Bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain:
1. Agama,
2. Suku,
3. Ras,
4. Golongan,
5. Gender,
6. Atau status sosial.
7. Asas ketertiban dan kepastian hukum; Bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
8. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
 
Sedangkan penjelasan Pasal 6 ayat (2) menjelaskan bahwa “Yang dimaksud dengan
“asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang- undangan yang
bersangkutan”, antara lain:
a) Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b) Dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan iktikad baik.
Selain kedua ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 tersebut, pembentukan peraturan
perundang-undangan juga harus berpedoman, serta bersumber dan berdasar pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Hal tersebut terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 10
Tahun 2004 yang dirumuskan sebagai berikut:
Pasal 2
“Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum Negara”.
Pasal 3 ayat (1)
“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum
dasar dalam Peraturan Perundang-undangan”. 
Kedua pasal tersebut dapat dipahami atau dimaknai agar setiap pembentukan
peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan Pancasila sebagai Cita Hukum
(rechtsidee) dan Norma Dasar Negara, sehingga kedua pasal tersebut berkaitan erat
dengan Penjelasan Umum UUD 1945. Dari rumusan Penjelasan UUD 1945 menjadi
jelaslah bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
yang tidak lain adalah Pancasila merupakan Norma Dasar Negara atau Norma
Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm) dan sekaligus merupakan Cita
Hukum.
Pembukaan UUD 1945 sebagai suatu Norma Fundamental Negara, yang menurut
istilah Notonagoro merupakan Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia atau
menurut Hans Nawiasky adalah Staatsfundamentalnorm, ialah norma yang
merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar dari suatu
negara (Staatsverfassung), termasuk norma pengubahnya. Hakikat hukum suatu
Staatsfundamentalnorm ialah syarat bagi berlakunya suatu konstitusi atau undang-
undang dasar. Ia terlebih dahulu ada sebelum adanya konstitusi atau undang-undang
dasar.
Sedangkan konstitusi, menurut Carl Schmitt merupakan keputusan politik (eine
Gessamtenschiedung uber Art und Form einer polistichen Einheit), yang disepakati
oleh suatu bangsa. Apabila Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa pokok-pokok
pikiran yang terkandung Pembukaan UUD 1945 sebagai suatu Cita Hukum
(Recthsidee), maka Pancasila adalah juga berfungsi sebagai suatu pedoman dan
sekaligus tolok ukur dalam mencapai tujuan-tujuan masyarakat, yang dirumuskan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/
https://www.kompas.com/
http://kbbi.co.id/arti-kata/fungsi
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-diakui
https://saepudinonline.wordpress.com/2013/05/01/fungsi-perda-dalam-peraturan-
perundang-undangan
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Op. Cit, h.60-65.
Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-
Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta),
2006, hlm.33
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta,
hlm. 47.
Bagir Manan, Sleten, 1993, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta,, hlm.
6
Bagir Manan, 1994, Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah,
Jakarta, hlm. 6
Pluralisme hukum menurut Erman Rajagukguk dalam Kongres Internasional ke-15
Bagir Manan, Beberapa masalah..............., Op Cit,hlm.21-22

Anda mungkin juga menyukai