DisusunOleh :
Penulis,
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LatarBelakang............................................................................................................4
B. RumusanMasalah.......................................................................................................5
C. TujuanMakalah..........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Jenis-Jenis Peraturan Perundang-Undangan..........................................................6
1. Masa Hindia Belanda.............................................................................................6
2. Masa Kedudukan Jepang......................................................................................7
3. Masa Kemerdekaan...............................................................................................7
B. Hirarki Peraturan Perundang-Undangan................................................................8
C. Fungsi Peraturan Perundangan-Undangan...........................................................10
D. MATERI MUATAN................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dalam sebuah Negara yang berdaulat dan di pimpin oleh kepala
Negara atau mentri sekalipun, tentunyamemilikiperaturanatausistem yang
berjalan di dalamnya untuk mengatur segala macam bentuk perilaku
masyarakat sipil agar bisa berjalan sesuai dengan aturan yang telah berlaku.
Undang-undang sendiri pada dasarnya sudah ada sejak awal kemerdekaan
Negara itu sendiri, seperti Indonesia yang memiliki sistem peraturan yang
berpedoman kepada UUD 1945, meskipun bebera paperaturan yang di sahkan
dan di terapkan kepada masyarakat masih memiliki kaitannya dengan
Penjajah, namun hal ini dapat kita maklumi dikarenakan belanda telah
menjajah Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Aturan Perundang-
undangan yang ada memiliki tingkatan dalam menjalankan tugasnya, sehingga
tidak mungkin seorang kepala desa memiliki kewenangan setara dengan
kepala daerah, hal ini menunjukkan bahwa adanya hirarki atau tingkatan dari
kasta yang paling atas hingga paling bawah dalam ruang lingkup peraturan
atau kebijakan itu sendiri. Lalu tentunya setiap peraturan perundangan-
undangan itu memiliki muatan materi di dalamnya sehingga menjadikannya
berbeda antara satu dengan yang lainnya, semua ini baik jenis-jenis
perundangan- undangan, hirarkinya, bahkan sampai kepada muatan materi
yang ada di dalamnya akan di jelaskan secara rinci pada makalah kali ini.
B. RumusanMasalah
Bagaimana Penjelasan dari Jenis-jenis Peraturan Perundangan-
Undangan ?
Bagaimana Penjelasan dari Arti Hirarki Peraturan Perundang-
Undangan ?
Bagaimana Penjelasan dari Fungsi Peraturan Perundang-Undangan ?
Bagaimana Penjelasan dari Materi Muatan Peraturan Perundang-
Undangan ?
C. TujuanMakalah
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://simdos.unud.ac.id/
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut:
1. Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut.
2. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan
perubahan.
3. Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU.
4. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan
tidak
Peraturan Pemerintah ( PP )
PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP
berfungsi untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
Peraturan Presiden ( Perpres )
Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
Peraturan Daerah ( Daerah ) Provinsi
Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
dengan persetujuan bersama Gubernur. Termasuk dalam Peraturan
Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh
danPeraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan Daerah
Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua danProvinsi
Papua Barat.
Perda Kabupaten atau Kota
Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Kabupatenatau Kota dengan
persetujuan bersama Bupati atau Walikota. Termasuk dalam
Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota adalah Qanun yang
berlaku di Kabupaten atau Kota di Provinsi Aceh.2
5
smail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33
.
6
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta, hlm. 47.
peraturan perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi
pembaharuan hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, dan fungsi kepastian
hukum:7
7
Ibid,hlm 17-20
dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan melalui program legislasi baik nasional maupun daerah ,
sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncakan. Pembaharuan tidak
hanya dilakukan terhadap hukum yang sudah ada tetapi dapat juga pula
dipergunakan sebagai sarana memperbaharui yurisprudensi, Hukum kebiasaan
atau hukum adat. Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-
undangan antara lain dalam rangka mengganti peraturan perundang-undangan
dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Termasuk pula adalah
memperbaharui peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah
kemerdekaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat . Terhadap hukum kebiasaan atau hukum adat,
peraturan perundang-undangan berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau
hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada.
Pemanfaatan peraturan perundang-undangan sebagai instrumen pembaharuan
hukum kebiasaan atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam hal-hal
tertentu kedua hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid terhadap
perubahan.8
c) Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum Pada saat ini, di Indonesia masih
berlaku berbagai sistem hukum, yaitu: sistem hukum Eropa kontinental
(Barat), sistem hukum adat, sistem hukum agama (khususnya lslam) dan
sistem hukum nasional”.9 Hal ini menunjukkan adanya pluralisme hukum di
Indonesia.10 Menurut Erman Rajagukguk bahwa kendala terberat adanya
pluralisme hukum adalah dalam mewujudkan kepastian hukum. Hukum di
Indonesia menurut guru besar tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor politik.
Bahkan pemberantasan korupsi sampai saat ini pun oleh Erman diakui sangat
sulit karena dalam penegakannya banyak mempertimbangkan faktor politik. 11
8
Bagir Manan, Sleten, 1993, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta,, hlm. 6
9
Bagir Manan, 1994, Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah, Jakarta, hlm. 6
10
Pluralisme hukum menurut Erman Rajagukguk dalam Kongres Internasional ke-15
11
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-diakui
Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah
dimaksudkan meniadakan berbagai sistem hukum, terutama sistem hukum
yang hidup sebagai satu kenyataanyang dianut dan dipertahankan dalam
pergaulan masyarakat. Pembangunan sistem hukum nasional adalah dalam
rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun
dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme kaidah
hukum sepenuhnya bergantung pada kebutuhan hukum masyarakat. Kaidah
hukum dapat berbeda antara berbagai kelompok masyarakat, tergantung pada
keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian
fungsi peraturan perundang-undangan adalah mengintegrasikan berbagai
(pluralisme) peraturan yang ada. Pemahaman akan pluralisme hukum menurut
The Commission on Folk Law and Legal Pluralism Prof. Anne Griffith perlu
diberikan kepada pengambil kebijakan, ahli hukum, antopolog, sosiolog dan
12
Ibid
“harmonisasi” antara berbagai peraturan perundang-undangan. Selain itu
adalah memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dan mudah dimengerti.
Bahasa peraturan perundang-undangan haruslah bahasa yang umum
dipergunakan masyarakat. Tetapi ini tidak berarti bahasa hukum tidak penting.
Bahasa hukum –baik dalam arti struktur, peristilahan, atau cara penulisan
tertentu harus dipergunakan secara ajeg karena merupakan bagian dan upaya
menjamin kepastian hukum Melupakan syarat-syarat di atas, peraturan
perundang-undangan mungkin menjadi lebih tidak pasti dibandingkan dengan
hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi
2. Fungsi Eksternal
13
Bagir Manan, Beberapa masalah..............., Op Cit,hlm.21-22
dan lain-lain. Demikian pula di lapangan pengawasan terhadap budaya luar,
dapat pula berfungsi menstabilkan sistem soeial budaya yang telah ada
3) Fungsi kemudahan, Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan
sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas). Peraturan
perundang-undangan yang berisi ketentuan insentif seperti keringanan pajak,
penundaan pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara perizinan, struktur
permodalan dalam penanaman modal merupakan kaidah-kaidah kemudahan.
Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya, peraturan kemudahan akan serta
merta membuahkan tujuan pemberian kemudahan. Dalam penanaman modal
misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti disebutkan di atas diperlukan
juga persyaratan lain seperti stabilitas politik, sarana dan prasarana ekonomi,
ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.
D. MATERI MUATAN
Materi muatan peraturan perundang-undangan, tolok ukurnya hanya dapat
dikonsepkan secara umum. Semakin tinggi kedudukan suatu peraturan perundang-
undangan, semakin abstrak dan mendasar materi muatannya. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah kedudukan suatu peraturan perundang-undangan, semakin rinci dan
konkrit pula materi muatannya. Kesemuanya itu mencerminkan adanya tingkatan-
tingkatan tentang materi muatan peraturan perundang-undangan dimana undang-
undang merupakan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan yang paling luas
jangkauannya.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, mengatur materi muatan yang harus
diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang:
1) Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:
a. Hak-hak asasi manusia;
b. Hak dan kewajiban warga negara;
c. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan
negara;
d. Wilayah negara dan pembagian daerah;
e. Kewarganegaraan dan kependudukan;
f. Keuangan negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/
https://www.kompas.com/
http://kbbi.co.id/arti-kata/fungsi
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-diakui
https://saepudinonline.wordpress.com/2013/05/01/fungsi-perda-dalam-peraturan-
perundang-undangan
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Op. Cit, h.60-65.
Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-
Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta),
2006, hlm.33
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta,
hlm. 47.
Bagir Manan, Sleten, 1993, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta,, hlm.
6
Bagir Manan, 1994, Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah,
Jakarta, hlm. 6
Pluralisme hukum menurut Erman Rajagukguk dalam Kongres Internasional ke-15
Bagir Manan, Beberapa masalah..............., Op Cit,hlm.21-22