Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


INDONESIA

OLEH :

ASTRI SUPARWANI B1B122213

KELAS D

MATKUL PANCASILA

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “pancasila”.

Saya menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Karena itu, saya mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca untuk melengkapi segala kekurang dan kesalahan dari makalah
ini. Atas segala bantuan yang diberikan saya ucapkan terima kasih.

Senin, 24 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Hierarki Peraturan Perundang-undangan...................4
B. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
menurut UU No. 12 Tahun 2011................................5
C. Prinsip-Prinsip hierarki Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia...................................................8
D. Konsep Hierarki Peraturan Perundang-Undangan....10

BAB III PENUTUP..................................................................................11


A. Kesimpulan....................................................................................11
B. Saran..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (3) UUD
1945, “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.
sebelum amandemen, “pernyataan Indonesia sebagai
Negara hukum ditentukan dalam penjelasan UUD
1945,” Indonesia ialah Negara yang berdasarkan
hukum (rechstaat). Dilihat dari segi bentuk Negara
dan system penyelenggaraan pemerintah, Indonesia
adalah Negara kesatuan yang menganut
desentralisasi. Indonesia juga merupakan Negara
yang menganut ajaran Negara kesejahteraan
(verzogingstate, welfare state) dan dapat dikategorikan
sebagai Negara hukum demokratis. Dimana setiap
pemeritahan haruslah berdasarkan pada hukum yang
berlaku (wetmatigheid van bestuur).
Menurut ajaran Hans Kelsen, Negara pada
hakekatnya merupakan zwangsordnung, suatu tertib
hukum atau tertib masyarakat yang mempunyai sifat
memaksa, yang menimbulkan hak memerintah dan
kewajiban tunduk. Oleh karena itu tertib hukum
menjelma dalam bentuk peraturan perundang-
perundangan yang mengandung sanksi apabila di
langgar, sehingga membatasi kebebasan warga Negara
yang meruakan nilai fundamental dalam suatu
Negara.
Berdasarkan teori Hans Kelsen dan Nawiasky,
pancasila dikategorikan ke dalam
staatsfundamentalnorm. Hal tersebutpun ditetapkan
dengan dokumen resmi kenegaraan yang berwujud
undang-udang. Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966
adalah peraturan pertama yang menetapkan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Peraturan tersebut disempurnakan dengan Tap MPR
Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Perundang-undangan. Pancasila yang
diposisikan sebagai sumber dari segala sumber
hukum tersebut sejalan pula dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut tersurat
dengan jelas pada alinea keempat.

Undang-undang dasar dibuat secara sadar


sebagai peragkat kaidah fundamental yang memiliki
nilai politik tinggi dari jenis kaidah lain karena
menjadi sebuah dasar bagi seluruh tata kehidupan
Negara. Kekuatan hukum peraturan perundang-
undangan yang disebutkan berlaku sesuai dengan
hierarkinya dan peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hierarki Peraturan
Perundang-undangan?
2. Bagaimana uraian dari hierarki Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia menurut UU
No. 12/2011 (yang menggantikan UU No. 10/2004)

2
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam hierarki peraturan
perundang-undangan?
4. Bagaimana konsep hierarki peraturan perundang-
undangan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Dalam UU No 15 Tahun 2019 dijelaskan soal


pengertian peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Hans Kelsen dikenal dengan teorinya tentang
Hiarki Norma Hukum (Stufenfun Theory-Stufenbau
des recht). Menurutnya, norma-norma hukum
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
hierarki (tata susunan), dalam arti, suatu norma yang
lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasarkan
pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang
lebih tinggi lagi, demikian seterunya sampai pada
suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut
dan bersifat hipotetis dan fiktif yaitu Norma Dasar
(Grundnorm).
Berdasarkan teori dari Hans Kelsen tersebut,
maka hierarki dapat diartikan sebagai perjenjangan
setiap jenis peraturan Perunang-Undangan yang
didasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-
Undangan yang rendah tidak boleh bertentangan

4
dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.

B. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


menurut UU No. 12 Tahun 2011

Hierarki atau tata urutan perundang-undangan


menurut UU No. 12 Tahun 2011 adalah;
1. Undang-Undang Dasar 1945 atau UUD 1945
UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam
Peraturan Perundang-undangan. Naskah resmi
UUD 1945 adalah:

Naskah UUD 1945 yang ditetapkan pada


tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5
Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada
tanggal 22 juli 1959.

Naskah Perubahan Pertama, Perubahan Ke dua,


Perubahan Ke tiga, dan Perubahan Ke empat UUD
1945 (masing-masing hasil Sidang Umum MPR
Tahun 1999, 2000, 2001, 2002).

Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Satu


Naskah dinyatakan dalam Risalah Rapat Paripurna
ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai
Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada
Opini.

5
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
TAP MPR RI
Perubahan (Amendemen) UUD 1945 membawa
implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan
wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan
sebagai lembaga tertinggi negara, kini
berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara
dengan lembaga negara lainnya (seperti
Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).

Dengan demikian MPR kini hanya dapat


menetapkan ketetapan yang bersifat penetapan,
yaitu menetapkan Wapres menjadi Presiden,
memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
jabatan Wapres, serta memilih Presiden dan
Wapres apabila Presiden dan Wapres mangkat,
berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan


kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersama-sama.

3. Undang-Undang dan/atau Perppu

Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama
Presiden.

Materi muatan Undang-Undang adalah:

 Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945


yang meliputi: hak-hak asasi manusia, hak

6
dan kewajiban warga negara, pelaksanaan
dan penegakan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara, wilayah dan
pembagian daerah, kewarganegaraan dan
kependudukan, serta keuangan negara.
 Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang
Dasar 1945 untuk diatur dengan Undang-
Undang.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


(Perppu) adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa. Materi muatan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
adalah sama dengan materi muatan Undang-
Undang.

Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa (negara dalam
keadaan darurat), dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Perpu dibuat oleh presiden saja, tanpa


adanya keterlibatan DPR
 Perpu harus diajukan ke DPR dalam
persidangan yang berikut.

DPR dapat menerima atau menolak Perpu


dengan tidak mengadakan perubahan.Jika ditolak
DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

7
4. Peraturan Pemerintah atau PP

Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan


Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan
Pemerintah adalah materi untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya. 

5. Peraturan Presiden atau Perpres

Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan


Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.
Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi
yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau
materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah. 

6. Peraturan Daerah atau Perda

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama
kepala daerah (gubernur atau bupati/wali kota).

C. Prinsip-Prinsip hierarki Peraturan Perundang-


Undangan Indonesia
Prinsip-prinsip hierarki peraturan perundang-
undangan Indonesia yaitu, sebagai berikut:
a. Lex superiori derogat legi inferiori: peraturan
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi. Asas ini

8
berlaku pada dua peraturan yang hierarkinya
tidak sederajat dan saling bertentangan.
b. Lex specialis derogat legi generali: peraturan
yang lebih khusus mengesampingkan peraturan
yang lebih umum. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang hierarkinya sederajat dengan
materi yang sama.
c. Lex posteriori derogat legi priori: peraturan yang
baru mengesampingkan peraturan lama. Asas
ini berlaku saat ada dua peraturan yang
hierarkinya sederajat dengan tujuan mencegah
ketidakpastian hukum.
d. Peraturan hanya bisa dihapus dengan
peraturan yang kedudukannya sederajat atau
lebih tinggi.
Adapun prinsip-prinsip dalam hierarki peraturan
perundang-undangan yakni:
a. Dasar peraturan perundang-undangan selalu
peraturan perundang-undangan.
b. Hanya peraturan perundang-undangan tertentu
saja yang dapat dijadikan landasan yuridis.
c. Peraturan perundang-undangan yang masih
berlaku hanya dapat dihapus, dicabut, atau diubah
oleh peraturan perundang-undangan yang
sederajat atau lebih tinggi.
d. Peraturan perundang-undangan yang baru
mengesampingkan peraturan perundang-undangan
yang lama.

e. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

9
mengesampingkan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah.
f. Peraturan perundang-undangan yang bersifat
khusus mengesampingkan peraturan perundang-
undangan yang bersifat umum.
g. Setiap jenis peraturan perundang-undangan
memiliki materi yang berbeda.

D. Konsep Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Konsep hirarki peraturan perundang-undangan


tidak dapat dilepaskan dari teori Hans Kelsen dan
Hans Nawiasky. Menurut Hans Kelsen, pada dasarnya
terdapat dua golongan norma dalam hukum, yakni
norma yang bersifat inferior dan norma yang bersifat
superior. Terkait kedua norma tersebut, validitas dari
norma yang lebih rendah dapat diuji terhadap norma
yang secara hierarkis berada di atasnya.

Berkat dari teori Hans Kelsen tersebut, Hans


Nawiasky kemudian merincikan bahwa susunan
norma hukum tersusun dalam bangunan hukum
berbentuk stupa (stufenforming) yang terdiri dari
bagian-bagian tertentu (zwischenstufe). Adapun
hierarki bagian tersebut adalah
staatsfundamentalnorm (norma dasar),
staatsgrundgesetz (norma yang sifatnya dasar dan
luas), dapat tersebar dalam beberapa peraturan),
formellgesetz (sifatnya konkret dan terperinci),
verordnungsatzung (peraturan pelaksana), dan
autonome satzung (peraturan otonomo).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan. Menurutnya, norma-norma
hukum berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam
suatu hierarki (tata susunan), dalam arti, suatu
norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan
berdasarkan pada norma yang lebih tinggi, norma
yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterunya
sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri
lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif yaitu
Norma Dasar (Grundnorm).
B. Saran
sebagai calon pengusaha ataupun manajer yang
menitis karir di Indonesia, tentunya pembaca harus
bisa memahami mengenai Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan serta mematuhi peraturan
Perundang-Undangan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah karena sebagai rakyat Indonesia penting
dalam mematuhi peraturan yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, Bambang.2017.Penerapan Hierarki Peraturan Perundang -


Undangan Dalam Ketatanegaraan Indonesia,Deliberatif 1,2017, Halaman
24-41.

Altobel, Andreas Lukas.2022.Hierarki Peraturan Perundang - Undangan


Menurut UU No. 12 Tahun 2011,Kompas.com.

Hasim, Hasanuddin,2017. Hierarki Peraturan Perundang - Undangan


Negara Republik Indonesia Sebagai Suatu Sistem, FS Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN), Halaman 120 - 122.

Tim MNC Portal. 2022. Hierarki Peraturan Perundang - Undangan Di


Indonesia. Sindonews.com.

Pramesti, Tri Jata Ayu. 2022. Hierarki Peraturan Perundang - Undangan


Di Indonesia. Hukumonline.com.

Mahpuz, Khairil. 2020. Hierarki Peraturan Perundang - Undangan Di


Indonesia. Banjarsari-Labuhanhaji.Desa.Id.

Sabiila, Syahidah Izzata. 2022. Hierarki Peraturan Perundang - Undangan


Di Indonesia Hingga Maknanya. Detik.com.

Gramedia. Makan Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum.

12
13

Anda mungkin juga menyukai