Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ATURAN PER UNDANG-UNDANGAN YANG SESUAI DENGAN UUD


1945/PANCASILA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V (LIMA)

LILYANTI LAYUK
6160505210089

FIRLI FRISTALIA
6160505210210

GUSTIANTO PRATAMA
6160505210048

ARSEL ATMORIOS LEBANG 6160505210045

FAKULTAS TEKNIK-JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

MAKASSAR

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahyang berjudul "ATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG SESUAI DENGAN UUD/PANCASILA"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang aturan perundang-undangan
yang sesuai dengan uud/pancasila bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Esan Lamban S.Sos.,M.Si selaku
dosen Mata kuliah pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, november 2021

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang….. ..................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................
1.3 Tujuan……………..................................................................................................................
1.4 Manfaat…………....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peraturan Perundang-undangan............................................................................
2.2 Makna Tata Urutan Perundang-undangan................................................................................
2.3 Hirearki Perundang-undangan di Indonesia..............................................................................
..................................................................................................................
2.4 Nilai-nilai Pancasila Dalam Peraturan Perundang-undangan....................................................
2.5 Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan ................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………...................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3) “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Hal ini
mengandung arti bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus didasarkan
pada hukum yang berlaku.

Hukum senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat. Hukum itu mengikat seluruh anggota
masyarakat. Adakah suatu masyarakat tanpa hukum? Tidak ada, sekalipun masyarakat tersebut
hidup dalam suasana yang amat sederhana, terpencil dan tidak terpengaruh oleh teknologi.
Demikian juga dalam masyarakat perkotaan, nilai-nilai hukum mengikat dan harus dipatuhi oleh
warganya.

Dalam hidup bernegara, hukum menjadi alat untuk menciptakan ketertiban dan keadilan. Suatu
masyarakat/negara pastilah hidupnya akan kacau apabila hukum tidak dilaksanakan oleh
masyarakat tersebut. Dalam makalah ini akan mempelajari dan menumbuhkan ketaatan
terhadap hukum sesuai peraturan perundang-undangan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian peraturan perundang-undangan


2. Apa makna tata urutan peraturan perundang-undangan
3. Bagaimana Hirearki Peraturan Perundang-undangan
4. Apa Saja Yang Terkandung Dalam Nilai-nilai Pancasila Dalam Perundang-undangan
5. Bagaimana Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian peraturan perundang-undangan
2. Untuk mengetahui apa makna tata urutan peraturan perundang-undangan
3. Untuk mengetahui tentang hirearki peraturan perundang-undangan
4. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam perundang-undangan
5. Untuk mengetahui tentang ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

1.2 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu memantu pembaca dan memahami tentang
aturan perundang-undangan yang ada di Indonesia yang sesuai dengan UUD 1945

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian aturan perundang-undangan

Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3) “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Hal ini mengandung arti bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus
didasarkan pada hukum yang berlaku. Hukum dijadikan panglima, segala sesuatu harus atas
dasar hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang
sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang
berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain
dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Untuk mewujudkan sistem hukum nasional maka sesuai amanat pasal 22A UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menegaskan bahwa “Ketentuan lebih lanjut tentang tata
cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang.” Untuk menjabarkan
ketentuan Pasal 22 A tersebut maka ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Namun materi undang-undang tidak
hanya mengatur tentang undang-undang saja, tetapi memuat juga peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku. Peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 memiliki pengertian peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Hukum memiliki berbagai bentuk hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum
tertulis dalam kehidupan saat ini memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kepastian
hukum. Meskipun hukum tidak tertulis tetap diakui keberadaannya sebagai salah satu hukum
yang mengikat masyarakat. Secara formal kita sudah mengenal berbagai bentuk peraturan
perundang-undangan di sekitar kita. Seperti tata tertib sekolah, peraturan di lingkungan
Rumah Tangga, Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, Undang-Undang, dan sebagainya.
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan kedudukan
Pancasila dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu sebagai dasar
negara dan ideologi negara. Sehingga setiap materi perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

2.2 Makna Tata Urutan Perundang-undangan

Kita mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai keinginan. Kadang kala keinginan itu
berbeda-beda. Apabila tidak ada suatu yang dijadikan pedoman dalam mewujudkan keinginan-
keinginan tersebut maka yang terjadi adalah benturan-benturan. Supaya kehidupan dapat
berjalan dengan aman dan tertib maka diperlukan adanya peraturan hidup. Peraturan hidup
itu disebut dengan norma. Wujud dari norma hukum adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh lembaga yang berwenang atau pemerintah.

Pengertian dari peraturan perundang-undangan adalah seluruh peraturan yang berasal dari
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Menurut ketentuan umum
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.

2.3 Hirearki Perundang-undangan di Indonesia


Peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Hierarki atau tata urutan peraturan
perundang-undangan di Indonesia merujuk ke Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 yang terdiri atas:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”).
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
d.Peraturan Pemerintah.
e.Peraturan Presiden.
f.Peraturan Daerah Provinsi
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Berikut ini penjelasan masing-masing Peraturan Perundang-undangan tersebut:

A .Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) UUD 1945 adalah
hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945 merupakan peraturan
tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasionaL.

B. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) Ketetapan MPR adalah putusan MPR
yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan MPR
yang masih berlaku. Sebagaimana dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR RI Nomor
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPR
Sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada 7 Agustus 2003. Baca juga: DPR Sahkan 91
Undang-Undang Selama Masa Bakti 2014-2019 Berdasarkan sifatnya, putusan MPR terdiri dari
dua macam yaitu Ketetapan dan Keputusan. Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang
mengikat baik ke dalam atau keluar majelis. Keputusan adalah putusan MPR yang mengikat ke
dalam majelis saja.

C. UU atau Perppu UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Perppu adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut: Perppu diajukan ke DPR dalam
persidangan berikut. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan perubahan.
Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Baca juga: Plt Menkumham: Perlu Revisi 23 Undang-
Undang untuk Pindah Ibu Kota.
D. Peraturan Pemerintah (PP) PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi untuk menjalankan
perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.

E. Peraturan Presiden (Perpres) Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

F. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan


yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan persetujuan
bersama Gubernur. Termasuk dalam Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di
Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi
(Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Baca juga: Revisi UU KPK
Segera Disahkan Jadi Undang-Undang dalam Rapat Paripuna.

G. Perda Kabupaten atau Kota Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati
atau Walikota. Termasuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota adalah Qanun yang
berlaku di Kabupaten atau Kota di Provinsi Aceh.
Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) UU
12/2011 di atas mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Perundang-undangan ini diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan.

2.4 Nilai-nilai Pancasila Dalam Peraturan Perundang-undangan


Nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat universal, yang diperjuangkan oleh hampir
semua bangsa-bangsa di dunia. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila memiliki
daya tahan dan kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan zaman.[16] Nilai-nilai yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 merupakan wujud cita hukum Indonesia, yaitu
Pancasila

1. Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan spiritual, moral dan etik. Salah satu ciri
pokok dalam negara hukum Pancasila ialah adanya jaminan terhadap kebebasan beragama
(freedom of religion). Mochtar Kusumaatdja berpendapat, asas ketuhanan mengamanatkan
bahwa tidak boleh ada produk hukum nasional yang bertentangan dengan agama atau
menolak atau bermusuhan dengan agama.[18] Dalam proses penyusuan suatu peraturan
perundang-undangan, nilai ketuhanan merupakan pertimbangan yang sifatnya permanem dan
mutlak.
Dalam negara hukum Pancasila tidak boleh terjadi pemisahan antara agama dan negara,
karena hal itu akan bertentangan dengan Pancasila. Kebebasan beragama dalam arti positif,
ateisme tidak dibenarkan. Komunisme dilarang, asas kekeluargaan dan kerukunan. Terdapat
dua nilai mendasar, yaitu pertama, kebebasan beragama harus mengacu pada makna yang
positif sehingga pengingkaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak dibenarkan; kedua, ada
hubungan yang erat antara agama dan negara.

2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan bahwa manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan nilai tersebut, dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap
tenggang rasa dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan, maka Indonesia menentang segala macam bentuk eksploitasi, penindasan oleh
satu bangsa terhadap bangsa lain, oleh satu golongan terhadap golongan lain, dan oleh
manusia terhadap manusia lain, oleh penguasa terhadap rakyatnya.

3. Nilai Persatuan
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa Indonesia menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan. Persatuan Indonesia terkait dengan paham kebangsaan untuk mewujudkan
tujuan nasional. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan
pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pandangan Mochtar Kusumaatmadja,
nilai kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus merupakan
hukum nasional yang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Nilai-Nilai Kedaulatan Rakyat


Nilai persatuan Indonesia bersumber pada asas kedaulatan rakyat, serta menentang segala
bentuk feodalisme, totaliter dan kediktatoran oleh mayoritas maupun minoritas. Nilai
persatuan Indonesia mengandung makna adanya usaha untuk bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai
keadulatan rakyat menjadi dasar demokrasi di Indonesia. Nilai ini menunjuk kepada
pembatasan kekuasaan negara dengan partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan. Nilai-
nilai demokratik mengandung tiga prinsip, yaitu pembatasan kekuasaan negara atas nama hak
asasi manusia, keterwakilan politik dan kewarganegaraan.

5. Nilai Keadilan Sosial


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menunjukkan bahwa manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat
Indonesia. Keadilan sosial memiliki unsur pemerataan, persamaan dan kebebasan yang
bersifat komunal.Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain. Nilai keadilan sosial mengamatkan bahwa semua warga
negara mempunyai hak yang sama dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum.

2.5 Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan


1. Membiasakan Menaati Peraturan Perundangan di Berbagai Lingkungan
Kepatuhan berarti sikap taat atau siap sedia melaksanakan aturan. Dengan sikap patuh akan
membentuk perilaku disiplin. Banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang terbiasa
hidup taat pada aturan, di antaranya adalah kepatuhan lebih menguntungkan daripada
melanggar aturan. Contohnya orang melanggar lalu lintas akan dikenakan denda sekian rupiah.
Orang yang berpola hidup sehat akan terhindar dari penyakit. Misalnya bagi yang tidak
mengonsumsi narkoba maka bertubuh akan kuat dan berpikiran sehat.
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan nasional berkaitan dengan terbentuknya
kesadaran hukum dalam setiap warga negara. Kesadaran hukum warga negara dapat diukur
dari beberapa indikator yaitu:

a. Pengetahuan Hukum
Pengetahuan hukum ini meliputi pengetahuan tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang
hukum seperti penganiayaan, penipuan, penggelapan, dan sebagainya. Selain itu juga
pengetahuan tentang perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh hukum seperti jual-beli,
sewa-menyewa, perjanjian, dan sebagainya.

b. Pemahaman Kaidah-kaidah Hukum


Pemahaman terhadap kaidah hukum ditandai dengan menghayati isi hukum yang berlaku
seperti memahami tujuan dari hukum yang mewujudkan ketertiban dan keamanan bersama.

c. Sikap Terhadap Norma-norma Hukum


Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk penilaian terhadap norma-norma hukum berupa nilai
baik dan buruk terhadap kaidah-kaidah (aturan-aturan) hukum. Misalnya pencurian itu
termasuk dalam perbuatan tercela karena merugikan orang lain.

d. Perilaku Hukum
Perilaku hukum ditunjukkan dengan perbuatan menaati aturan-aturan hukum yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat. Sebagai warga negara yang baik salah satu kewajibannya adalah
mematuhi aturan perundang-undangan. Perilaku menaati peraturan perundang-undangan
merupakan kewajiban setiap warga negara, tidak terkecuali para pelajar. Perilaku menaati
undang-undang yang wajib dilaksanakan oleh semua orang di antaranya adalah:
Memiliki akta kelahiran.
Mematuhi aturan berlalu lintas.
Menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar.
Tidak melakukan tindakan yang melawan hukum.
Kepatuhan kepada hukum merupakan cerminan kepribadian seseorang. Orang yang taat pada
hukum berarti memiliki kepribadian yang baik. Sementara itu, orang yang tidak taat pada
hukum berarti kepribadiannya tidak baik karena sudah mengabaikan kewajibannya.

2. Membiasakan Perilaku Tertib Berlalu lintas


Tertib dalam lalu lintas bukan hanya kewajiban masyarakat perkotaan. Di pedesaan atau di
jalan raya yang tidak banyak kendaraan bermotor pun tertib lalu lintas harus dijalankan.
Peraturan Lalu Lintas diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Pengendara
kendaraan bermotor tentunya harus memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Siswa SMP tidak
dapat memiliki SIM, karena untuk memiliki SIM minimal berusia 17 tahun.

Laporan lalu lintas setiap tahun selalu mencatat kecelakaan lalu lintas di Indonesia sangat
tinggi. Anak-anak usia sekolah di Indonesia ribuan orang celaka dan meninggal akibat
melanggar aturan mengendarai kendaraan bermotor. Data kecelakaan lalu lintas tersebut
seharusnya menyadarkan kita semua bahwa pelajar SMP dilarang mengendarai kendaraan
bermotor karena merupakan pelanggaran dan mengundang terjadinya kecelakaan.

Dalam masyarakat perkotaan, kemacetan adalah suatu hal biasa dan mudah ditemukan setiap
hari. Kemacetan meningkatkan kejenuhan pengguna jalan, membuat kesabaran pengguna
jalan menjadi hilang, banyak yang melanggar peraturan lalu lintas, menyerobot jalan orang
lain, dan mengambil jalur terlarang demi ingin mencapai tempat tujuan dengan cepat. Tingkat
kecelakaan pun semakin bertambah jika kita berkendara dengan ugal-ugalan atau saling
serobot jalan orang lain.

Kedisiplinan dan kesabaran merupakan hal yang harus dimiliki dalam diri pengguna jalan.
Sebagai warga pengguna jalan kita tidak perlu ikut-ikutan untuk saling menyerobot jalan orang
lain dan bersikap ugal-ugalan di jalan, karena itu akan semakin menambah parah kemacetan.
Tambuhkanlah kembali kesabaran pada diri sendiri karena jika kita tertib berlalu lintas maka
kemacetan pun akan sedikit berkurang dengan kesabaran yang kita miliki maka jumlah
kecelakaan pun akan semakin berkurang. Kesabaran yang kita miliki akan menurunkan resiko
kecelakaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Menurut ketentuan umum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan.

Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan,
dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan
sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia
dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka
mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

3.2 Saran
Jadilah warga negara yang mempunyai kepribadian yang baik dengan selalu menaati peraturan
aturan makna yang berlaku. Membiasakan menaati peraturan perundang-undangan dapat
dilakukan dalam berbagai lingkungan, seperti sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai