Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HIERARKI PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN BAGAN


INSTITUSI KESEHATAN

Disusun Oleh :
Kelompok 4 Piroxicam
1. Awalinda Gustiarani
2. Sintia Wati
3. Susan Marsanda
4. Novia Fitriani
5. Dafa Iksan
X FARMASI 1

SMK BHAKTI KENCANA PANGANDARAN


Alamat: Jln. Raya Babakan Dusun Kamurang Rt/Rw 04/11 Kode POS : 46396,
Desa Babakan, Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam
semesta, yang mana atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hierarki Perundang-Undangan
Kesehatan dan Bagan Institusi Kesehatan”. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam,
manusia pilihan pembawa risalah Ilahi dan pemberi kabar gembira bagi seluruh
alam.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu menyumbangkan ilmu, waktu,
pikiran, dan tenaga guna terselesaikannya penyusunan makalah ini. Semoga apa
yang telah diberikan menjadi amal saleh dan diterima disisi Allah SWT. Dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umunya.

Pangandaran, September 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................1

1.3. Manfaat......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1. Definisi Peraturan Perundang – Undangan...............................................2

2.2. Hierarki Perundang – Undangan...............................................................2

2.3. Jenis, Hierarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan........3

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

Kesimpulan........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Hierarki Perundang undangan......................................................7


Gambar 2 Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI...................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam Konstitusi Republik Indonesia dinyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara hukum, yang mempunyai tujuan untuk menciptakan tata tertib
hukum dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di
Indonesia, dan Negara hukum adalah Negara yang berlandaskan atas hukum.
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat) yang secara jelas ditentukan
dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan diembannya tugas Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan
umum tersebut, maka pembentukan berbagai peraturan di Negara Republik
Indonesia menjadi sangat penting. Oleh karena campur tangan Negara dalam
mengurusi kesejahteraan rakyat dalam bidang hukum, sosial, politik, ekonomi,
kesehatan, budaya, lingkungan hidup, serta pertahanan keamanan yang
diselenggarakan dengan pembentukan peraturan-peraturan Negara yang tak
mungkin lagi dihindarkan.
Hal ini dilakukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa indonesia
sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana defenisi dari peraturan perundang-undangan ?
2. Bagaimana hiearki tata aturan peraturan perundang-undangan di indonesi ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi peraturan perundang undangan
2. Untuk mengetahui hieraki tata urutan peraturan perundang-undangan di
indonsesia.

1
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan bisa menjadi ilmu dan rujukan bagi mahasiswa
untuk mengetahui tentang kedudukan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Peraturan Perundang – Undangan


Peraturan perundang – undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang – undangan.

1.2. Hierarki Perundang – Undangan


Hierarki perundang – undangan adalah perjenjangan setiap jenis peraturan
perundang – undangan yang didasarkan atas asas bahwa peraturan perundang –
undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang
– undangan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hierarki tidak boleh ditukar tempat
dan juga karena telah disusun berdasarkan tinggi rendahnya badan pembuatnya.
Dasar hukum yang menjelaskan tentang hierarki perundang – undangan
adalah Undang – Undang RI No. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan
perundang – undangan.
Tata perundang-undangan di atur dalam:
1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR
mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan perundang-
undangan RI.
2. Urutannya adalah Undang-Undang dasar 1945, ketetapan MPR,
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah(PP), Keputusan Presiden
(Keppres), dan peraturan pelaksana yangh terdiri dari peraturan mentri
dan intruksi Mentri. Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak di
berlakukan lagi.

2
3. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan tata urutan
Peraturan Undang-Undang.
4. Berdasarkan ketetapanMPR tersebut, tataurutan peraturan perundang-
undangan RI yaitu Undang-Undang 1945, Tap MPR, Undang-
Undang, peratutran pemerintah pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah(PP), Keputusan Presiden(Keppres dan peraturan daerah
(Perda)Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak diberlakukan lagi.
5. Undang-undang No 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan.
6. Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan Hierarki peraturan perundang-
undangan RI adalah UUD Negara RI Tahun 1945, UU atau Perppu,
peraturan pemerintah (PP), peraturan Presiden (perpres), dan
peraturan daerah (perda). Ketentuan dalam UU ini sudah tidak berlaku
lagi.
7. UUD No 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan ketentuan dalam UUD ini, jenis dan Hierarki peraturan
perundang-undangan RI adalah UUD Negara RI Tahun 1945, ketetapan MPR,
UU/perppu, peraturan Presiden, peraturan Daerah Provinsi, dan peraturan Daerah
Kabupaten atau kota.

1.3. Jenis, Hierarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan


Pasal 7 ayat 1 “jenis dan hierarki perundang-undanagan” terdiri atas:
1. UUD Negara RI Tahun 1945
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar
tertulis Negara RI dalam peraturan perundang-undangan, memuat
dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaran Negara. UUD
1945 ditetapkan dalam lembaran Negara RI.
UUD 1945 mulai berlaku sejak 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949.
Setelah itu terjadi perubahan dasar Negara yang mengakibatkan UUD
1945 tidak berlaku, namun melalui dekrit Presiden Tanggal 05 Juli
1959, akhirnya UUD 1945 berlaku kembali sampai dengan sekarang.

3
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Merupakan putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai
pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang
MPR atau bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking).
Pada masa sebelum perubahan (Amandemen) UUD 1945, ketetapan
MPR merupakan Peraturan Perundang-undangan yang secara hierarki
berada dibawah UUD 1945 dan diatas Undang-Undang.
Pada masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk
hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.
Contoh :
Tap MPR Nomor III Tahun 2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000.
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Undang-undang merupakan produk bersama dan Presiden dan DPR
(produk legislatif), dalam pembentukan Undang-undang ini bisa saja
Presiden yang mengajukan RUU yang akan sah menjadi Undang-
undang jika DPR menyetujuinya, dan begitu pula sebaliknya.
Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat
untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur
kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk
Negara.
Contoh :
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2010 Tentang
“Larangan Merokok”
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Peraturan
Perndang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Perpu dibuat oleh Presiden saja, tanpa adanya keterlibatan DPR.
 Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut.

4
 DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak
mengadakan perubahan.
 Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

Contoh :
Bahwa Undang-undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum dan tuntutan masyarakat sehingga perlu
diganti dengan Undang-undang yang baru. Undang-undang
Penggantinya adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
5. Peraturan Presiden (PP)
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Peraturan
Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintah.
Contoh :
Peraturan Pemerintah Repiblik Indonesia Nomor 10 Tahun 1987
Tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain yang
Berlaku dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 1973 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Keuangan Daerah.
6. Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Perundang-undangan yang di bentuk oleh Dewan
Perwakilan Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah Negara Indonesia
adalah Negara yang menganut atas desentralisasi yang berarti wilayah
Indonesia dibagi dalam beberapa daerah otonom dan wilayah
administrasi. Daerah otonom ini dibagi menjadi daerah tingkat I dan
daerah tingkat II. Dalam pelaksanaannya kepala daerah dengan

5
persetujuannya DPRD dapat menetapkan peraturan daerah. Peraturan
daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan di atasnaya.

Contoh :
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No 04
Tahun 2004 Tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan Perda No. 10 Tahun
2008 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 10 Tahun 2008
Tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati
atau Walikota.
Contoh :
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik “Nomor 01
Tahun 1990 Tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik Nomor 01 Tahun 1989 Tentang
anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Gresik Tahun Anggaran 1989/1990 .

PERBEDAAN HIERARKI TATA URUTAN PERUNDANG-


UNDANGAN DIDALAM UNDANG-UNDANG 12 TAHUN 2011 DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Disahkan nya UUD Nomor 12 tahun 2011 ini mempunyai dampak


hukum terhadap UU Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan dimana sesuai dengan ases bahwa ketika ada suatu
Peraturan Perundang-undangan yang sama, makam yang digunakan adalah
Peraturan Perundang-undangan yang baru.

6
Hal ini pertegas dalam Pasal 102 dimana berbunyi “Pada saat UU ini
mulai berlaku, UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Thaun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran NRI Nomor 4389), dicabut dengan dinyatakan tidak
berlaku”. Sehingga dengan adanya UU Nomor 12 Tahun 2011 ini
menggantikan UU yang lama yaitu UU Nomor 14 Tahun 2004. Perubahan
yang mencolok terdapat pada Hierarki Peraturan Perundang-undangnya
dimana dalam UU Nomor 10 Tahun 2004.

1.4. Piramida Tata Urutan Perundang-Undangan


Berdasarkan azas "Lex superiori derogate lex inferiori" yang maknanya
hukum unggul mengabaikan atau mengesampingkan hukum yang lebih rendah.
Konsekuensi hukum azas "lex superiori derogate lex inferiori" ialah: a) undang-
undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi pula; b) undang-undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang yang lebih tinggi; c) perundangundangan hanya dapat
dicabut, diubah, atau ditambah oleh atau dengan peraturan perundang-undangan
yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya.

Gambar 1 Bagan Hierarki Perundang undangan

Definisi :

7
1. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
2. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi dalam
tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
3. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang
MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan MPR
yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis, Keputusan yaitu putusan
MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
4. Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan ke DPR
dalam persidangan berikut; DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa
melakukan perubahan; Bila disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi
Undang-Undang; Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
6. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.
7. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan.
8. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan Gubernur.

8
9. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota.
Terdapat tiga tingkatan di dalam Peraturan Daerah, yaitu Tingkat I
(Provinsi), Tingkat II (Kabupaten/Kota) dan Tingkat III (Desa). Dengan demikian
Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh desa tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Presiden, begitupula dengan Peraturan Pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan Undang-undang.
Pertaturan Daerah merupakan bagian integral dari konsep peraturan perundang-
undangan. Dalam Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.
Mengenai ruang lingkup Peraturan Daerah, diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa Peraturan Daerah
meliputi :
1. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
provinsi bersama dengan gubernur;
2. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
3. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Jenis dan bentuk produk hukum daerah terdapat dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk
Hukum Daerah, pasal tersebut menyebutkan jenis dan bentuk produk hukum
daerah terdiri atas :
1. Peraturan Daerah;
2. Peraturan Kepala Daerah;
3. Peraturan Bersama Kepala Daerah;
4. Keputusan Kepala Daerah; dan
5. Instruksi Kepala Daerah.

9
1.5. Hukum kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau perundang-
undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing
pihak dalam sebuah perjanjian tarapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara
lokal, regional, nasional dan internasional.

Hukum kesehatan dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :


1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu
antara lain :
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU
No 36/2009 tentang Kesehatan
b. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
c. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
d. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
f. dll
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara laingsung terkait dengan pelayanan
Kesehatan antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan
kesehatan. Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk
bertanggung jawab secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana
kesehatan yang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menyebabkan pasien mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh
atau kematian akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata.
 Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan
kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerd.

10
 mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti kerugian
yang dialami oleh pasien akibat adanya
 perbuatan wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien

c. Hukum Administrasi
 Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
 maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum adminstrasi
yang menyebabkan kerugian pada
 pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara
pelayanan kesehatan tersebut
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
a. Konvensi
b. Yurisprudensi
c. Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
a. Perda tentang kesehatan
b. Kode etik profesi

1.6. Kementerian RI Direktorat Jenderal Kefarmasian Dan Alat Kesehatan


Tugas
Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam diatas,
Kementerian Kesehatan menyelenggaraka fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,
dan kefarmasian dan alat kesehatan;

11
b. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemeberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Kesehatan;
c. pengelolaan barang milik negara yan menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan;
d. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber manusia di bidang
kesehatan;
e. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sy=umber daya manusia di
bidang kesehatan serta penengelolaan tenaga kesehatan;
f. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
dan
g. Pelaksanaan dukungan substansi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian kesehatan RI mempunyai


beberapa kewenangan antara lain:
a. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro
b. Penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang
wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di bidang kesehatan
c. Penyusunan rencana nasional secara secara makro di bidang kesehatan
d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu :
 Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
 Pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan.

12
1.7. Bagan Institusi Kesehatan

Gambar 2 Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Peraturan perundang – undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang – undangan.
Hierarki perundang – undangan adalah perjenjangan setiap jenis peraturan
perundang – undangan yang didasarkan atas asas bahwa peraturan perundang –
undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang
– undangan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hierarki tidak boleh ditukar tempat
dan juga karena telah disusun berdasarkan tinggi rendahnya badan pembuatnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arip Rubianto, S.Farm., Apt./Buku Perundang-undangan Kesehatan/


Halaman 1- 14

Sumber Lain :
https://farmasibtg.blogspot.com/2018/04/hierarki-dan-perundang-undangan.html
(Diakses pada tanggal 09/09/2021 4:12 PM)

14

Anda mungkin juga menyukai