Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK

INDONESIA

Oleh :

Kelompok 9

1. Fajril Kurnia Rahman 2210113075


2. Rizka Maghfira 2210536049
3. Geby Algrivo Gumanda 2210113107
4. Laura Tri Julisa 2210512041
5. Meisy Andini Rusmayeni 2210512002
6. Muhammad Zidane Al Ayuby 2210513022

Dosen Pengampu:
Drs. Yoserizal, M.Si
NIP. 196008251989011001

UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1. Sistem kelembagaan negara Republik Indonesia........................................5
2. Kedudukan pancasila dalam negara Republik Indonesia............................5
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................5
1. Menjelaskan sistem kelembagaan negara Republik Indonesia baik
menurut pancasila dan UUD 1945......................................................................5
2. Menjelaskan kedudukan pancasila dalam lembaga negara RI....................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia..........................................6
2.1.1 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia menurut Pancasila....6
2.1.2 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945..9
2.2 Kedudukan Pancasila dalam Lembaga Negara RI........................................10
BAB III.......................................................................................................................13
KESIMPULAN..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa serta pembaca pada
umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan bahan pembelajaran Pancasila.
Kami juga mengucapkan terima kami kepada Bapak Dr. Yoserizal, M.Si dan para
pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, 27 Oktober 2022

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosophie
grondslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sistem
kelembagaan negara republik indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai,
norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia.

Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam sistem
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum
tertinggi di Indonesia.

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini


Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai sistem
ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita katakan
bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 adalah
komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh
dan Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.
Penjelasan UUD 1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi
karena tidak turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi

4
yang dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan
kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah
empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan
penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum amandemen, kedaulatan
yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah
dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan
luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden,
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta mengubah Undang-Undang
Dasar.

Dalam 4 kali perubahan UUD 1945 merupakan suatu rangkaian perubahan yang
dilakukan secara sistematis dalam rangka menjawab tantangan baru kehidupan politik
indonesia yang lebih demokratis sesuai dengan perkembangan dan perubahan
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sistem kelembagaan negara Republik Indonesia


2. Kedudukan pancasila dalam negara Republik Indonesia

1.3 Tujuan Makalah

1. Menjelaskan sistem kelembagaan negara Republik Indonesia baik menurut


pancasila dan UUD 1945
2. Menjelaskan kedudukan pancasila dalam lembaga negara RI

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia

2.1.1 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia menurut Pancasila

Konsep nilai Pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu :


● Terjalinnya hubungan fungsional yang proporsional antara
kekuasaan-kekuasaan negara;
● Penyelesaian sengketa secara musyawarah, sedangkan peradilan
merupakan sarana terakhir; dan
● Hak-hak asasi manusia yang tidak hanya menekankan hak atau
kewajiban, tetapi terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan
kewajiban.

Sedangkan peran lembaga negara dalam mengaktualisasikan nilai pancasila


berdasarkan sistem ketatanegaraan Indonesia untuk menegakkan UUD 1945
dengan melakukan judicial review atas UU yang bertentangan terhadap UUD
1945 maupun dalam melakukan kewenangan lainnya sebagai pengawal politik
hukum nasional, pengawal konstitusi dan sebagai penafsir tunggal pasal-pasal
UUD 1945 demi tegaknya hukum dan keadilan.

Sejak tahun 1988, telah banyak dibentuk lembaga-lembaga serta komisi-


komisi independen di Indonesia. Lembaga-lembaga dan komisi-komisi
independen tersebut dikelompokkan sebagai berikut:

1. Lembaga Tinggi Negara yang sederajat dan bersifat independen, yaitu:


a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

6
e. Mahkamah Konstitusi (MK);
f. Mahkamah Agung (MA);
g. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara yang bersifat independen


berdasarkan konstitusi atau yang memiliki kepentingan konstitusional lainnya,
seperti:
a. Komisi Yudisial (KY);
b. Bank Indonesia (BI) sebagai Bank sentral;
c. Tentara Nasional Indonesia (TNI);
d. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI);
e. Komisi Pemilihan Umum (KPU);
f. Kejaksaan Agung yang meskipun belum ditentukan kewenangannya
dalam UUD 1945 melainkan dalam UU, tetapi dalam menjalankan hanya
pejabat sebagai penegak hukum di bidang pro justisia, juga memiliki
kepentingan konstitusional yang sama dengan kepolisian;
g. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dibentuk berdasarkan UU
tetapi memiliki sifat konstitusional berdasarkan Pasal 24 ayat (3) UUD
1945;
h. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) yang dibentuk
berdasarkan undang-undang tetapi juga memiliki sifat sifat konstitusional.

3. Lembaga-Lembaga Independen lain yang dibentuk berdasarkan undang-


undang, seperti:
a. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK);
b. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU);
c. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI);

7
4. Lembaga-lembaga dan komisi-komisi di lingkungan eksekutif (pemerintah)
lainnya, seperti Lembaga, Badan, Pusat, Komisi, atau Dewan yang bersifat
khusus di lingkungan pemerintahan, seperti:
a. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI);
b. Komisi Pendidikan Nasional;
c. Dewan Pertahanan Nasional;54
d. Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas);
e. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);
f. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);
g. Badan Pertanahan Nasional (BPN);
h. Badan Kepegawaian Nasional (BKN);
i. Lembaga Administrasi Negara (LAN);
j. Lembaga Informasi Nasional (LIN).

5. Lembaga-lembaga dan komisi-komisi di lingkungan eksekutif (pemerintah)


lainnya, seperti:
a. Menteri dan Kementerian Negara;
b. Dewan Pertimbangan Presiden;
c. Komisi Hukum Nasional (KHN);
d. Komisi Ombudsman Nasional (KON);
e. Komisi Kepolisian;
f. Komisi Kejaksaan.

6. Lembaga, Korporasi, dan Badan Hukum Milik Negara atau Badan Hukum
yang dibentuk untuk kepentingan negara atau kepentingan umum lainnya,
seperti:
a. Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA;
b. Kamar Dagang dan Industri (KADIN);
c. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI);
d. BHMN Perguruan Tinggi;

8
e. Rumah Sakit BHMN;
f. Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (KORPRI);
g. Ikatan Notaris Indonesia (INI);
h. Persatuan Advokat Indonesia (Peradi).

2.1.2 Sistem Kelembagaan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945

UUD 1945 telah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat


kali, mulai dari tahun 1999 - 2002. Salah satunya perubahan terhadap sistem
ketatanegaraan atau struktur lembaga tinggi negara.

Struktur lembaga negara sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945


yaitu sebagai berikut:

1. Lembaga Negara sebelum Amandemen


a. MPR : Sebelum amandemen, Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
merupakan lembaga tertinggi negara yang memiliki kekuasaan tak
terbatas.
b. DPR : Sebelum amandemen, Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR
merupakan lembaga perwakilan rakyat yang tidak bisa dibubarkan oleh
presiden. Anggota DPR adalah anggota partai politik peserta pemilu yang
dipilih oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada presiden.
c. MA : Kekuasaan kehakiman hanya dijalankan oleh Mahkamah Agung.
MA bersifat mandiri dan tidak boleh diengaruhi oleh kekuasaan lain.
d. BPK : Badan Pemeriksa Keuangan berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara.
e. DPA : Dewan Pertimbangan Agung berfungsi memberikan masukan atau
pertimbangan kepada presiden.
2. Lembaga Negara sesudah Amandemen
a. MPR : Setelah amandemen, kedudukan MPR menjadi setara dengan
lembaga negara lainnya di bawah UUD 1945. MPR berwenang untuk

9
mengubah dan menetapkan UUD, melantik, dan memberhentikan
presiden dan wakil presiden sesuai Undang-Undang atau UU.
b. DPR : Setelah amandemen, kedudukan DPR dalam sistem ketatanegaraan
semakin diperkuat karena DPR berwenang membuat UU.
c. Presiden dan Wakil Presiden : Setelah amandemen, rakyat memiliki hak
suara untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung melalui
pemilu. Presiden dan Wakil Presiden memegang kekuasaan pemerintah
dan berwenang mengesahkan RUU menjadi UU.
d. DPD : Dewan Perwakilan Daerah adalah perwakilan daerah dalam sistem
ketatanegaraan. DPR berwenang mengajukan RUU kepada DPR terkait
otonomi daerah.
e. BPK : BPK memiliki tugas dan wewenang strategis mengenai sumber dan
anggaran keuangan negara. BPK melaporkan hasil pemeriksaan kepada
DPR, DPRD, dan DPD.
f. MA : Setelah amandemen, MA membawahi badan peradilan dalam
wilayah peradilan umum peradilan militer, peradilan agama, dan
peradilan tata usaha negara.
g. MK : Bersama MA, MK memegang kekuasaan kehakiman yang
berwenang menguji UU terhadap UUD.
h. KY : Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri
dan berhak mengusulkan pengangkatan hakim agung.

2.2 Kedudukan Pancasila dalam Lembaga Negara RI

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara berarti Undang-undang Dasar atau


UUD 1945 dan semua turunan peraturannya tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Secara tegas, Pancasila merupakan norma hukum yang tidak boleh
dikesampingkan atau dilanggar.

Pancasila sebagai dasar negara juga digunakan sebagai dasar dalam mengatur
penyelenggaraan pemerintahan negara. Secara yuridis, kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara, dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi “…

10
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berlandaskan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.

Soekarno menyebut Pancasila sebagai philosopische grondslag atau


pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua
kepentingan yaitu:

a. Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam


menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa.
b. Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban
bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik,
ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada
Pancasila.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki


dan diyakıni kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan dalam alinea
keempat pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam
kedudukannya yang demikian Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi,
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional
dalam tata hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum


atau sumber hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam
menilai hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di

11
negara Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak


boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam
tubuh UUD 1945 tersebut.

Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau sebagai
sumber hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila berada di
atas UUD 1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah
Kaidah Pokok Negara yang Fundamental (staatsfundamental norm)

Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi sebagai


hukum dasar memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila dalam
kedudukannya sebagai kaidah pokok negara (staatsfundamentalnorm) sifatnya tetap
kuat dan tak berubah. Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar
bagi pembentukan konstitusi. Ia ada terlebih dahulu sebelum adanya konstitusi.

Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm diletakkan sebagai dasar asas dalam


mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak
membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Mengubah Pancasila
berarti mengubah dasar atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental dari
negara tersebut diubah maka dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil
perjuangan para pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau
fundamennya tidak ada.

12
BAB III

KESIMPULAN

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosophie
grondslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sistem
kelembagaan negara republik indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai,
norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia.

Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam sistem
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Yang mana hal ini
tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks
ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum
tertinggi di Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, P. (2019, Maret 06). Dinamika Lembaga-Lembaga Mandiri di Indonesia


Pasca Perubahan Undang-Undang Dasar 1945.

Ayu, M. (2022, Februari 16). Struktur Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah
Amandemen. Diakses pada 21 Oktober 2022 dari Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/16/00450071/struktur-lembaga-
negara-sebelum-dan-sesudah-amandemen

Sakban, A. (2017). Implementasi Nilai Pancasila Dalam Sistem Ketatanegaraan


Indonesia. Publikasi Ilmiah UMS.

Sami, C. (2022, Agustus 11). Ini Kedudukan dan Fungsi Pancasila Sebagai Dasar
Negara, Apa Saja? Diakses pada 21 Oktober 2022 dari suara.com:
https://www.suara.com/news/2022/08/11/164810/ini-kedudukan-dan-fungsi-
pancasila-sebagai-dasar-negara-apa-saja

Umbara, D. (2020, Juni 01). Pancasila Sebagai Philosopische Grondslag Dan


Kedudukan Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der
Rechtsordnung.

14

Anda mungkin juga menyukai