REPUBLIK INDONESIA
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan RI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen kami yaitu Bapak Drs. Muh. Tang, M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Muh. Tang, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Juga,
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 60
B. Saran .................................................................................................................... 60
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan
sangat banyak anggota- anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai
dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan
ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali
sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para
pendiri dan pembetuk negara Republik Indonesia..
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan, bahwa UUD suatu negara ialah hanya sebagian
dari hukum dasar negara itu. UUD ialah hukum dasar yang tertulis, sedangkan di sampingnya
UUD itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan yang timbul dan
Sebagaimana dijelaskan di atas terkandung pengertian hukum dasar yang meliputi dua
macam, yaitu hukum dasar tertulis (undang-undang dasar) dan hukum dasar tidak tertulis
(konvensi). Oleh karena sifatnya tertulis, maka undang- undang dasar itu rumusannya tertulis
konstitusi, maka arti Undang-Undang Dasar itu baru merupakan sebagian dari pengertian
konstitusi, yaitu konstitusi yang tertulis (die geschrieben verfassung). Kesalahan paham modern
terletak pada penyamaan arti Konstitusi dengan Undang- Undang Dasar, sedangkan Konstitusi
itu sebenarnya tidak hanya bersifat yuridis semata-mata, tetapi juga sosiologi dan politis (Moh.
Dalam pembahasan pada Sidang BPUPKI, Prof. Mr. Dr. Soepomo juga telah mengusulkan
tentang pengertian hukum dasar. Hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda, yaitu recht,
artinya hukum itu bisa tertulis atau bisa tidak tertulis. Jadi, segala recht yang tertulis dan yang
tidak tertulis dapat disalin dengan perkataan hukum. Akan tetapi, undang-undang adalah justru
5
hukum yang tertulis. Oleh karena itu, Prof. Mr. Dr. Soepomo meminta kepada peserta sidang
untuk menamakan rancangan undang-undang dasar dan bukan hukum dasar, karena yang
dibicarakan adalah hukum yang tertulis (Sekretaris Negara RI, 1992: 210).
kodifikasi mengenai hal-hal yang mendasar, atau pokok ketatanegaraan suatu negara, sehingga
kepadanya diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan untuk mengubahnya diperlukan cara yang
istimewa serta lebih berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan
perundang-undangan sehari-hari.
Dalam undang-undang dasar diatur dan ditentukan mengenai hal-hal pokok atau dasar
ketatanegaraan, sedangkan materi yang diatur atau ditentukan dalam setiap undang-undang
dasar biasanya tidak sama. Aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan pokok atau dasar
ketatanegaraannya dapat saja diatur dalam bentuk peraturan dan ketetapan yang lain.
Maksud dari Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas: (1)
Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea, (II) Batang Tubuh Undang- Undang Dasar 1945 yang
berisi pasal 1 sampai dengan 37 yang terdiri atas 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan, serta (III) Penjelasan Undang- Undang Dasar 1945 yang terbagi dalam
penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Pembukaan, Batang Tubuh yang memuat
pasal-pasal, dan Penjelasan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh yang merupakan
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis, yang mempunyai arti bahwa UUD 1945
mengikat pemerintah, setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan seluruh warga negara
Indonesia di mana pun mereka berada dan setiap pendudukan yang berdomisili di wilayah
6
negara Republik Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, dan ketentuan
yang dilaksanakan dan ditaati. Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
adalah hukum dasar tertulis negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum
Secara teoritis, undang-undang dasar harus memenuhi dua syarat, yaitu syarat mengenai
bentuknya dan syarat mengenai isinya. Bentuknya sebagai naskah tertulis yang merupakan
undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara. Isinya merupakan peraturan
yang bersifat fundamental, artinya bahwa tidak semua masalah yang penting harus dimuat
dalam undang-undang dasar, melainkan hal- hal yang pokok, dasar atau asas saja. Penampilan
hukum itu sendiri berubah-ubahsesuai dengan perkembangan zaman, sehingga isi dari undang-
undang dasar itu hanya meliputi hal-hal yang bersifat dasar saja. (Moh. Kusnardi. 1983: 65-67).
Seorang ahli tata negara menyatakan bahwa, "The desire of creating a new political
government in a form which shall have permanence and be comprehensible to the subjects".
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa undang-undang dasar mempunyai peranan penting
landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan negara yang berisi aturan atau
ketentuan pokok atau dasar ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu
sistem atau bentuk negara serta cara penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban
rakyatnya, maka undang-undang dasar harus diberikan sifat yang kekal dan luhur. Oleh karena
itu, pada umumnya para penguasa negara sebelum melaksanakan tugasnya diharuskan
bersumpah atau berjanji setia kepada undang-undang dasar. Kepada undang-undang dasar harus
7
diberikan tempat yang tinggi di antara peraturan perundang-undangan yang lain, dengan
konsekuensi bahwa tidak diperbolehkan ada suatu tindakan atau pun keputusan penguasa
bertentangan dengan jiwa serta isi aturan dan ketentuan undang-undang dasar. Undang-undang
Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar. Sebagai
hukum dasar, Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum,
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya serta setiap tindakan
kebijakan pemerintah haruslah berdasarkan dan bersumberkanpada peraturan yang lebih tinggi,
Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar, melainkan
hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Di samping itu
masih ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Aturan semacam itu disebut konvensi.
Sekalipun konvensi merupakan juga hukum dasar, tetapi konvensi tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan UUD 1945 dan biasanya merupakan aturan sebagai pelengkap
atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktik kenegaraan, karenaaturan tersebut tidak
Berdasarkan sifatnya sebagai hukum negara tertinggi, yang berisi aturan pokok atau dasar,
undang-undang dasar seharusnya diberikan sifat untuk tidak diganti-ganti dengan undang-
undang dasar lain, apabila dengan pergantian tersebut akan membawa dampak yang
fundamental sehingga hakikatnya akan merupakan pergantian negara. Tentu saja undang-
8
undang dasar tidak boleh ketinggalan dengan perkembangan zaman. Dengan tidak mengurangi
sifatnya yang kekal, undang-undang dasar dapat saja mengalami perubahan, tambahan, dan
penyempurnaan itu tidak dilakukan dengan semena-mena, tetapi lazim dilakukan dengan cara
istimewa, yaitu dengan cara yang berat kalau dibandingkan dengan cara mengubah peraturan-
Dalam teori konstitusi (undang-undang dasar) dikenal sifat dari UUD, yaitu luwes
(flexible) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah sifat UUD itu
luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai berikut (Kusnardi, 1983: 77-79).
Setiap konstitusi tertulis (UUD) mencantumkan pasal tentang perubahannya. Hal ini
disebabkan UUD harus dirancang untuk waktu yang lama, tentu pada suatu saat tertinggal
dengan perkembangan masyarakat, sehingga konstitusi itu perlu diadakan perubahan. Oleh
karena itu, ada dua cara mengubah UUD. Pertama, UUD diubah dengan cara prosedur yang
biasa, sebagaimana mengubah dan membuat undang-undang biasa. Dalam hal ini UUD itu
memiliki sifat luwes (flexible), seperti Konstitusi Inggris. Kedua, perubahan UUD yang
memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah rigid (kaku), seperti di Amerika
Serikat. UUD 1945 pada hakikatnya menganut sifat yang rigid sebagaimana dinyatakannya
dalam pasal 37. Namun, pada zaman orde baru telah menjadisakral atau suci dengan
memberi ruang yang sangat sulit untuk diubah dengan mengeluarkan Ketetapan MPR
tentang Referendum.
9
Satu-satunya negara di dunia yang mempunyai konstitusi tidak tertulis hanyalah Inggris.
undang-undang biasa, seperti Bill of Rights. Dengan demikian, suatu konstitusi disebut
tertulis apabila ia tertulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah, sedangkan suatu
pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal diatur
Sifat undang-undang dasar yang singkat dan supel itu juga dikemukakan dalam
1) Undang-undang dasar itu sudah cukup apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja,
hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain
sosial.
2) Undang-undang dasar yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia
ini, yang masih harus terus berkembang, hidup secara dinamis, dan masih terus akan
aturan-aturan pokok. Undang-undang dasar akan merupakan aturan yang luwes, kenyal,
supel, dan tidak akan ketinggalan zaman. Aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan
pokok diserahkan kepada undang- undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah,
dan mencabutnya.
Ini tidak berarti, bahwa Undang-Undang Dasar 1945 juga tidak menekankan, bahwa
semangat para penyelenggara negara dan pemerintahan, karena itulah yang sangat penting.
Oleh karena itu, setiap penyelenggara negara, di samping harus mengetahui teks Undang-
10
Undang Dasar 1945 juga harus menghayati semangatnya. Dengan semangat penyelenggara
negara dan pemerintahan yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera
dalam UUD 1945, meskipun hanya singkat akan menjadi baik dan sesuai dengan maksud
dari ketentuannya. Semangat itu tidak lain ialah suasana kebatinan dari UUD 1945yang
Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu, makin supel (elastic) sifat
aturan, makin baik. Jadi, kita harus menjaga supaya sistem UUD jangan sampai ketinggalan
zaman. Jangan sampai membuat UUD yang lekas usang (verouderd). Pada hakikatnya
dapat disimpulkan bahwa sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut.
1) Rumusan UUD 1945 jelas karena tertulis, merupakan hukum positif yang mengikat
2) UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan pokok yang setiap saat
3) UUD 1945 merupakan tertib hukum positif yang tertinggi dengan fungsinya sebagai alat
kontrol norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalamtata urutan perundang-
Sebelum kita membicarakan fungsi UUD 1945, terlebih dahulu kita harus memberikan
penilaian konstitusi secara teoretis. Menurut Karl Loewenstein, adatiga jenis penilaian
1) Nilai normatif
11
Apabila suatu konstitusi (UUD) telah resmi diterima oleh suatu bangsa, maka konstitusi itu
bukan saja berlaku dalam arti hukum (legal), melainkan merupakan suatu kenyataan dan
2) Nilai nominal
Suatu konstitusi secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak sempurna, karena ada
pasal-pasal tertentu yang dalam kenyataan tidak berlaku, seperti di dalam UUD 1945.
Dalam Pasal 28 UUD 1945 disebutkan adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
Akan tetapi, dalam praktiknya pelaksanaan pasal itu banyak tergantung kepada kemauan
penguasa (pada masa orde baru). Konstitusi yang demikian bernilai nominal.
3) Nilai semantik
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya hanya sekadar untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi di sini hanya sekadar istilah, sedangkan
dinilai hanya semantik atau simbolik, contohnya pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde
lama.
3) Undang-Undang.
12
5) Peraturan Pemerintah.
6) Keputusan Presiden.
7) Peraturan Daerah.
Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata
Dalam Tap. MPRS No. XX/MPRS/1966 terdapat perbedaannya dengan Tap. MPR No.
menteri, dan lain- lainnya, dihapuskan dan diganti dengan posisi ke-7, yaitu Peraturan
Daerah.
Apabila kita kaitan dengan nilai-nilai yang kita bahas di atas, maka nilai dasar terhadap
dalam UUD 1945, yaitu dalam pembukuannya sedangkan nilai instrumental dapat
ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan juga dalam ketetapan MPR. Nilai praktis
13
dapat ditemukan dalam peraturan Perundang-Undang berikut, yaitu dalam Undang-
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang
sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan nasional. Pembukaan juga merupakan sumber dan cita-cita hukum dan cita-cita
moral yang ingin ditegakkan, baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan
pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Pembukaan UUD 1945 itu mempunyai arti yang dalam
dan lestari, karena dia mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi
landasan perjuangan bangsa Indonesia selama bangsa Indonesia tetap setia kepada negara
Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari
proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi pada hakikatnya adalah pencetusan dari segala
beserta anak kandungnya yang berupa Pembukaan UUD 1945 telah melukiskan pandangan
hidup, tujuan hidup, falsafah hidup, dan rahasia hidup kita sebagai bangsa. Apabila
Artinya, dasar-dasar pokok yang menjadi landasan dan peraturan hukum yang tertinggi
14
bagi hukum-hukum yang lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis serta hukum dasar
tidak tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah negara yang fundamental itu terdapat dalam
sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
b) Asas politik negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa negara Indonesia
yang berbentuk republik dan berkedaulatan rakyat. c) Asas kerohanian negara, yaitu
dasar falsafah negara Pancasila, yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hukum
di Indonesia.
Ketentuan ini dapat terlihat dalam kalimat, "... maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia...". Hal
ini menunjukkan sebab keberadaan sumber hukum undang- undang dasar negara.
Kaidah fundamental (staats fundamental norm) suatu negara dalam hukum, mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan
hukum apa pun tidak mungkin lagi untuk diubah. Berhubung UUD 1945 memuat kaidah
negara yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 itu tidak dapat diubah secara
15
b. Makna alinea-alinea dalam pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang mengandung pokokpikiran
sebagai berikut.
Alinea Pertama
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan Oleh karena itu, maka penjajahan di atas
perikeadilan". Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut.
2) Tekad bangsa Indonesia untuk tetap berdiri di barisan yang paling depan untuk
3) Pengungkapan suatu dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak kemerdekaannya
4) Pengungkapan suatu dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk
membebaskan diri dari penjajahan. Dalil ini meletakkan tugas kewajiban kepada
Alinea Kedua
16
Alinea kedua berbunyi, "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampai kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
dilepaskan dari keadaan masa lalu dan langkah yang akan ditempuh sekarang untuk
menentukan keadaan yang akan datang. Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah
sebagai berikut:
yangmenentukan.
2) Momentum yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3) Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih diisi dengan usaha
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Hal
Alinea Ketiga
Alinea ketiga berbunyi, "Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
1) Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita berkat rahmatdari Tuhan.
17
2) Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia untuk hidup yang
berkeseimbangan antara kehidupan material dengan spiritual dan kehidupan dunia dengan
akhirat
kebangsaan.
Alinea Keempat
Alinea keempat berbunyi, "Kemudian dari pada itu, untuk membentuk pemerintahan
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
18
c) mencerdaskan kehidupan bangsa,
mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan Batang Tubuh Undang- Undang
Dasar 1945 dengan menyatakan, bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu
mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Batang Tubuh
Ada empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
1) Pokok pikiran pertama: "Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Dalam Pembukaan ini diterima aliran
pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan.
bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
19
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim,
2) Pokok pikiran kedua: "Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat".
Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan
oleh negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
3) Pokok pikiran ketiga: "Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan
dan permusyawaratan/perwakilan". Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam
Indonesia. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa
Permusyawaratan Rakyat.
4) Pokok pikiran keempat: "Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab". Oleh karena itu, undang-undang dasar harus
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhurdan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan
20
Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran itu, tampaklah bahwa pokok- pokok
pikiran itu tidak lain adalah pancaran dari falsafah negara, yaitu Pancasila.
UUD 1945
1945, meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, serta
mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Sedangkan pokok-pokok pikiran ini dijelmakan dalam
1945 bersumber atau dijiwai oleh dasar falsafah Pancasila. Di sinilah arti dan fungsi
dengan Batang Tubuh Undang- Undang Dasar 1945 yang memuat dasar falsafah
Pancasila dan Batang Tubuh Undang- Undang Dasar 1945 merupakan satu kesatuan
yang tak dapat dipisahkan, bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang
terpadu.
21
Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas rangkaian pasal-pasal yang
Undang-Undang Dasar 1945, yang tidak lain adalah pokok-pokok pikiran: persatuan
a) Dalam Pembukaan UUD 1945 diterima aliran pengertian negara kesatuan, negara
yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Jadi, negara
c) Pokok pikiran pertama ini diciptakan dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat (1), Pasal 35,
dan 36.
a) Adanya kesadaran manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama
22
c) Pokok pikiran kedua ini diciptakan dalam UUD 1945 pada pasal-pasal: 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, dan 34. Dalam Perubahan Kedua UUD 1945, pasal-pasal tersebut (27,
28, dan 30) telah mengalami perubahan. Pasal 27 dan 28 menjadi Bab XA tentang Hak
mengalami perubahan menjadi pasal 30 ayat (1, 2, 3, 4, dan 5). Pasal 29, 31, 32, 33, dan
Rancangan Perubahan UUD 1945. Rancangan perubahan tersebut sudah disahkan oleh
perwakilan.
b) Pokok pikiran kedaulatan rakyat ini berarti kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
c) Pokok pikiran ketiga ini diciptakan dalam UUD 1945 pada Pasal 1 ayat (2), 2, 3, dan
37. Kecuali Pasal 2 ayat (2) dan (3), semua pasal di atas termasuk dalam Materi
Rancangan Perubahan UUD 1945 Hasil BP-MPR tahun 1999-2000, yang juga telah
dilakukan pembahasan yang mendalam, teliti, cermat, dan menyeluruh untuk siap
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
23
b) Pokok pikiran keempat ini diciptakan dalam UUD 1945 pada Pasal 27 sampai dengan
34. Pasal-pasal ini telah mengalami perubahan dan tambahan dalam Perubahan Kedua
UUD 1945 dan sedang dibahas dalam BP-MPR untuk perubahan berikut tahun 2002
Undang-Undang Dasar 1945 yang terdiri atas 37 pasal (sebagian pasalnya telah
diadakan perubahan dan penambahan oleh MPR), ditambah dengan 4 pasal Aturan
Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Di samping mengandung semangat dan merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, juga
merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Di dalamnya berisi
materi yang pada dasarnya dibedakan dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang, dan saling hubungan dari
kelembagaan negara.
b. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara negara dan warga negara dan
penduduknya serta dengan dipertegas oleh Pembukaan UUD 1945, berisi konsepsi negara
di berbagai aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam,
serta ke arah mana negara, bangsa, dan rakyat Indonesia akan bergerak mencapai cita-cita
nasionalnya.
c. Hal-hal lain, seperti bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaanserta
24
Dalam hal ini perlu kita sadari, bahwa ketiga materi itu merupakan kesatuan yang utuh
dan tercakup secara bulat dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Sesuai dengan Pasal 2 Aturan Tambahan (Perubahan UUD 1945) menyatakan, bahwa
dengan ditetapkannya perubahan undang-undang dasar ini, Undang- Undang Dasar Negara
Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
dilandasi oleh hukum atau dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Tekanan pada
hukum (recht) menunjukkan sebagai lawan dari kekuasaan (macht). Prinsip ini tampak
dalam rumusan pasal-pasalnya dan merupakan pelaksanaan dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita-cita hukum
(rechtsidee), menjiwai UUD 1945, dan hukum dasar yang tidak tertulis. Oleh karena itu,
perlu kiranya dipahami ciri-ciri negara hukum yang sudah berlaku umum bagi negara yang
25
2) Sistem konstitusional
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan dalam konstitusi dan sekaligus dengan
undang, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, sistem konstitusional sekaligus memperkuat
sistem negara hukum yang dijelaskan di atas. Kedua sistem di atas, yaitu negara hukum
dan sistem konstitusional, ibarat dua sisi satu mata uang yang dapat memperlancar
Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Mejelis Permusyawaratan Rakyat,
besar haluan negara. Mejelis ini mengangkat kepala negara (Presiden) dan wakil kepala
negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara tertinggi,
sedangkan Presiden harus menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah
ditetapkan oleh MPR. Presiden yang diangkat oleh MPR, tunduk dan bertanggung jawab
kepada MPR. Presiden dan wakilnya adalah mandataris dari MPR, ia wajib menjalankan
Demikianlah kedudukan MPR diuraikan dalam Penjelasan UUD 1945. Dalam uraian ini,
terjelma pokok pikiran kedaulatan rakyat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
26
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, MPR mempunyai tugas danwewenang yang sangat
Presiden (concentration of power and responsibility upon the President)". Sistem ini adalah
logis, karena Presiden diangkat oleh MPR. Presiden bukan saja diangkat oleh MPR, tetapi
dipercaya dan diberi tugas untuk melaksanakan kebijakan rakyat yang berupa Garis-garis
Besar Haluan Negara ataupun ketetapan MPR yang lainnya. Oleh karena itu, Presiden
adalah Mandataris MPR Presidenlah yang memegang tanggung jawab atas jalannya
Dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan, "Di samping Presiden adalah Dewan Perwakilan
27
dan Belanja Negara (Staatsbegrooting). Oleh karena itu, Presiden haruslah bekerja sama
dengan Dewan. Akan tetapi, Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan, artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung dari Dewan. Menurut sistem pemerintahan kita,
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi Presiden bekerja sama dengan DPR
negara harus mendapat persetujuan DPR. Presiden tidak dapat membubarkan DPR seperti
pada sistem parlementer, namun DPR pun tidak dapat menjatuhkan Presiden, karena
6) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
Perwakilan Rakyat. Kedudukannya tidak tergantung dari Dewan, tetapi tergantung pada
bertanggung jawab kepada DPR, tetapi bertanggung jawab kepada Presiden, karena status
itu bukanlah pegawai tinggi biasa. Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-
28
Dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan, "Meskipun kepala negara tidak bertanggung
jawab kepada dewan perwakilan Rakyat, ia bukan "diktator", artinya kekuasaan tidak tak
terbatas. Di samping bertanggung jawab kepada MPR Presiden juga harus memperhatikan
Presiden tidak tak terbatas, sekalipun sudah ditegaskan dalam kunci pokok kedua, dalam
DPR dan fungsi/peranan para menteri sebagai pembantu Presiden adalah untuk mencegah
mutlak (absolutisme).
Jadi, sesuai dengan sistem ini, kebijakan atau tindakan Presiden dibatasi pula oleh adanya
pengawasan yang efektif oleh DPR. Sistem atau mekanisme ini merupakan sarana
Dasar 1945, masih terdapat lembaga-lembaga negara lainnya yang belum diuraikan dalam
b. Kelembagaan negara
yang disebut sebagai tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara RI, terdapat juga
perlu diuraikan materi yang tertuang di dalam pasal-pasal Batang Tubuh Undang-Undang
29
Dasar 1945, yang umumnya mencakup ketentuan tentang kedudukan, tugas, wewenang,
hubungan kerja, dan cara kerja lembaga yang bersangkutan. Majelis Permusyawaratan
Rakyat lebih jauh telah menetapkan kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tertinggi
III/MPR/1978.
• Presiden,
• Mahkamah Agung.
Berdasarkan hal tersebut, perubahan UUD 1945 tidak mengenal lembaga tertinggi dan
tinggi negara, melainkan lembaga kekuasaan negara yang terdiri atas berikut ini.
• Lembaga legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), terdiri atas Dewan
30
a) Kedudukan
mempunyai kekuasaan tertinggi di negara RI. MPR sebagai penjelmaan dari seluruh rakyat
Indonesia dan melaksanakan kedaulatan rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 1
ayat (2) yang menyatakan, "Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
b) Tugas
c) Wewenang
(1) membuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negaralain,
d) Keanggotaan
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1), "MPR terdiri atas anggota DPR,
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan-golongan menurut aturan yang
31
yang mengatur susunan dan kedudukan anggota MPR ini adalah UU No.16 Tahun 1969
yang telah beberapa kali mengalami perubahan. Menurut UU No. 2/1985 jumlah anggota
e) Era globalisasi
Era globalisasi menuntut reformasi dalam segala bidang. Dalam bidang politik, tuntutan
tersebut disampaikan kepada MPR-RI periode 1999- 2004. Berdasarkan Materi Rancangan
Perubahan UUD Negara RI 1945, hasil BP-MPR Tahun 1999-2000, Pasal 2 ayat (1)
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum, ditambah dengan utusan masyarakat tertentu yang karena tugas dan fungsinya tidak
menggunakan hak pilihnya." Akan tetapi, materi rancangan ini mengalami perubahan yang
lebih maju pada sidang tahunan MPR tahun 2002, dalam Perubahan Keempat UUD 1945
Pasal 2 ayat (1) menyatakan. MPR terdiri atas DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Dengan demikian, telah terjadi perubahan dan komposisi baru tentang susunan anggota
MPR-RI, khususnya periode MPR hasil pemilu 2004 pada masa mendatang.
f) Sidang MPR
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (2), bahwa MPR akan bersidang sedikit-dikitnya lima tahun
lebih dari satu kali dalam lima tahun. Pada masa orde baru, MPR hanya bersidang sekali
dalam lima tahun, sekalipun dapat dibenarkan untuk bersidang lebih dari sekali dalam lima
tahun, yaitu apabila ada keperluan yang istimewa (sidang istimewa). Berdasarkan Pasal 7A
perubahanketiga UUD 1945, Presiden dapat diberhentikan oleh MPR dalam masa
32
jabatannya atas usul DPR, karena terbukti melakukan pelanggaran hukum dengan terlebih
hukum.
Dalam era globalisasi, berdasarkan Tap. MPR No. II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata
Tertib MPR-RI dalam Pasal 50 dinyatakan, bahwa sidang MPR terdiri atas sidang umum,
(1) Sidang Umum MPR adalah sidang yang diadakan pada permulaan jabatan keanggotaan
MPR.
(2) Sidang Tahunan MPR adalah sidang yang diadakan setiap tahun (untuk mendengar
(3) Sidang Istimewa MPR adalah sidang yang diadakan di luar sidang umum dan sidang
tahunan.
berikut.
(1) Wakil Presiden berhalangan tetap, serta Presiden dan/atau DPR meminta MPR
(2) Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap, maka MPR dalam waktu selambat-
lambatnya satu bulan menyelenggarakan sidang istimewa untuk memilih dan mengangkat
33
Pembuatan keputusan-keputusan MPR dilakukan melalui empat tingkat pembicaraan,
kecuali untuk laporan pertanggungjawaban Presiden dan hal-hal lain yang dianggap perlu
(1) Tingkat 1: Pembahasan oleh Badan Pekerja MPR terhadap bahan-bahan yang
(2) Tingkat II: Pembahasan oleh Rapat Paripurna MPR yang didahului oleh
(3) Tingkat III: Pembahasan oleh Komisi/Panitia Ad Hoc MPR terhadap semua
hasil pembicaraan pada tingkat I dan II. Hasil pembicaraan tingkat III ini
(4) Tingkat IV: Pengambilan keputusan oleh Rapat Paripurna Majelis setelah
Perbedaan MPR sebelum dan sesudah Perubahan UUD 1945 dapat dilihat dari bagan
berikut ini:
Komposisi DPR, utusan daerah, dan golongan Anggota DPR dan DPD
Rekrutmen DPR (lewat Pemilu dan diangkat), Seluruh anggota DPR dan DPD
diangkat
34
Legislasi Oleh DPR Kekuasaan legislasi ada di DPR,
Presiden, Impeachment
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perlunya susunan, kedudukan, dan kekuasaan
(1) Utusan daerah dan golongan tidak berfungsi efektif dan tidak jelas orientasi
keterwakilannya.
(3) Kebutuhan untuk menerapkan sistem checks and balances untuk mendorong
2) Presiden
menurut undang-undang dasar, artinya Presiden adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam
negara. Di dalam menjalankan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil
Presiden. Dalam hal ini, UUD tidak menetapkan pembagian tugas yang rinci. Selama ini,
hubungan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden ditentukan oleh Presiden setelah
35
mengadakan pembicaraan dengan Wakil Presiden (Tap. MPR No. III/MPR/1978). Dalam
hal Presiden berhalangan tetap, maka ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya.
(Pasal 5 ayat (1) UUD 1945). Berdasarkan ketentuan tersebut, jelas bahwa Presiden
kekuasaan Presiden pada masa orde baru menyebabkan peranan DPR sangat lemah,
sedangkan kekuasaan Presiden menjadi sangat kuat. Oleh karena itu, MPR dalam
Perubahan Pertama UUD 1945 telah mengubah Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi, "Presiden
Pasal 6 ayat (1) menetapkan, "Presiden ialah orang Indonesia asli." Ketentuan ini
merupakan eksepsi dari Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan,"Segala warga
negara yang bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya", yang tidak
Ketiga UUD 1945, Pasal 6 ayat (1) berbunyi, "Presiden dan Wakil Presiden harus seorang
warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan
lain karena kehendak sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara
rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden." Jadi, Pasal 6 ayat (1) yang banyak menjadi polemik dalam pemerintahan orde
baru karena agak bersifat diskriminatif, maka dengan Rancangan Perubahan UUD 1945
itu, polemik tersebut sudah dapat diakhiri. Pemilihan Presiden secara langsung,
36
(1) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
(2) Pasangan yang mendapat suara lebih lima puluh persen dan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar dilebih setengah provinsi seluruh Indonesia
(3) Apabila ketentuan di atas tidak terpenuhi, maka dua pasangan calon yang suara
terbanyak dipilih oleh rakyat kembali secara langsung, dan yang mendapat suara terbanyak
Pasal 7 menetapkan, bahwa masa jabatan bagi Presiden dan Wakil Presiden ialah selama
masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Ketegasan berapa kali masa
jabatan Presiden tidak ditentukan sehingga pasal ini telah menjadikan alasan bagi Presiden
untuk berkuasa dengan masa jabatan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, MPR dengan
Perubahan Pertama UUD 1945 telah mengubah pasal ini menjadi, "Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama, hanya satu kali masa jabatan". Namun, sebelumnya dengan Tap
MPR No. XIII/MPR/1998 telah dinyatakan untuk membatasi jabatan Presiden dan Wakil
Presiden dua periode, karena dalam perjalanan ketatanegaraan RI, tidak adanya
pembatasan beberapa kali Presiden dan WakilPresiden dapat dipilih kembali untuk
Sesuai dengan Pasal 78 Perubahan UUD 1945, Presiden baru boleh berhenti apabila
melanggar hukum yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi, yang terlebih dahulu
diusulkan oleh DPR kepada MPR dan selanjutnya diadili oleh Mahkamah Konstitusi. Usul
37
pemberhentian harus diambil dalam sidang Paripurna MPR yang dihadiri 3/4 dan disetujui
Sekalipun prosedur pemberhentian Presiden agak sulit, namun sesuai dengan Pasal 7C,
Pasal 9 menetapkan rumusan sumpah dan janji yang diucapkan oleh Presiden atau Wakil
Presiden sebelum memulai memangku jabatannya. Sumpah ini harus diucapkan di hadapan
MPR atau DPR. Pasal ini juga mengandung kelemahan apabila kita melihat pergantian
Presiden Soeharto kepada B.J. Habibie, di mana Presiden B.J. Habibie tidak bersumpah di
hadapan Sidang MPR/DPR. Oleh karena itu, dalam Perubahan Pertama UUD 1945, Pasal
9 ditambah satu ayat yang berbuny "Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang
Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung".
Pasal 10 sampai dengan Pasal 15 Presiden selaku kepalanegara. Penjelasan pasal demi
(1) Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan
(2) Hak menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
(4) Mengangkat duta dan konsul dan menerima duta lain (Pasal 13).
38
(5) Memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi (Pasal 14). Pasal ini juga telah
(6) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15). Dalam perubahan
Pertama UUD 1945, kekuasaan Presiden sesuai dengan Pasal 15 ini diatur dengan Undang-
Undang
Dewan Pertimbangan Agung merupakan lembaga tinggi negara. Susunan Dewan ini
diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUD 1945 yang menetapkan pengaturannya dengan undang-
undang. Dewan Pertimbangan Agung adalah sebuah penasihat pemerintah. Dewan ini
berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul dan
Agung terdiri atas unsur-unsur dari masyarakat, seperti tokoh-tokoh politik, kekaryaan,
Presiden untuk masa jabatan lima tahun dan mereka berhenti bersama-sama. Jumlah
4) Kementerian negara
Sesuai dengan pasal 17 ayat (1) UUD 1945, Presiden dibantu oleh menteri menteri.
Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden. Setup menteri membidangi
kementerian negara diatur dengan undang undang. Ketentuan terakhir dari pasal 17 ayat 4
adalah ayat reaktif dari adanya kebijakan presiden tanpa memperhatikan suara-suara DPR
39
dalam membubarkan suatu departemen, seperti pembubaran departemen sosial dan
5) Pemerintah daerah
Pemerintah Daerah diatur dalam UUD 1945 pada Bab VI pasal 18. Penjelasan Pasal 18
a) Daerah Indonesia dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi dibagi pula dalam
b) Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi yang pengaturannya
Beberapa pertimbangan supaya undang-undang ini diganti dengan UU No. 22 Tahun 1999
c) Dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri, serta
memberikan kewenangan yangluas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara
40
proporsional, yangdiwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber
daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi.
d) Perlu mengakui serta menghormati hak asal usul daerah yang bersifat istimewa
kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
Setelah Perubahan Pertama UUD 1945 terjadi perubahan kekuasaan DPR, khususnya
dalam membuat undang-undang. Kekuasaan membuat undang- undang yang selama ini
dipegang oleh Presiden dengan persetujuan DPR. berubah menjadi, "Dewan Perwakilan
(Perubahan I: Pasal 5 ayat (1)). Dalam proses pembuatan undang-undang harus mendapat
persetujuan bersama antara DPR dan Presiden. Berdasarkan Perubahan I UUD 1945, telah
b) Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR dalam mengangkat kepala kepolisian
41
c) DPR memilih anggota dan calon pimpinan lembaga tinggi negara (MA, BPK, dan DPA)
pemerintah.
d) Membahas untuk meratifikasi dan atau memberikan persetujuan atas pernyataan perang,
pembuatan perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh Presiden.
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, DPR dan anggotanya mempunyai hak,
yaitu:
perundangan,
42
f) hak mengajukan rancangan undang-undang (inisiatif),
Susunan dan kedudukan DPR diatur dengan undang-undang. Pada masa orde baru,
diatur dengan UU No. 16 Tahun 1969 UU No. 2 Tahun 1985. Undang- undang ini kurang
demokratis, karena kurang mencerminkan kedaulatan serta aspirasi rakyat sesuai dengan
tuntutan politik yang berkembang, sehingga diganti dengan UU No. 4 Tahun 1999.
• Sesuai dengan perubahan UUD 1945, Dewan perwakilan daerah merupakan salah satu
dari kelembagaan negara, yang diatur dalam pasal 22C dan 22D.
otonomi daerah.
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga tinggi negara, dengan tugas khusus
untuk memeriksa tanggung jawab keuangan negara, apakah telah digunakan sesuai dengan
yang telah disetujui DPR (Pasal 23 ayat (5)). Badan ini terlepas dari pengaruh dan
43
kekuasaan pemerintah, tetapi tidak berdiri di atas pemerintah. BPK memeriksa semua
diberitahukan kepada DPR guna dipakai sebagai bahan penilaian atau pengawasan dan
Undang-undang yang mengatur BPK ialah UU No. 5 Tahun 1973. Dalam undang-
undang ini dinyatakan, tugas BPK adalah memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang
keuangan negara dan memeriksa semua pelaksanaan APBN. BPK terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan lima orang anggota.
Untuk setiap lowongan keanggotaan BPK, oleh DPR diusulkan tiga orang calon untuk
diangkat oleh Presiden. Sesuai dengan tuntutan reformasi, ketua BPK dan ketua-ketua
lembaga tinggi negara yang lainnya mendapat perhatian yang cukup tinggi dari kalangan
masyarakat dan DPR, sehingga harus melalui studi kelayakan (fit and proper test).
MPR sebagai lembaga tertinggi negara telah merekomendasikan kepada BPK agar
itu, diperlukan tiga undang-undang tentang keuangan negara, perbendaharaan negara, dan
Ketentuan tentang BPK diatur dalam Pasal 23E, 23F, dan 23G Perubahan UUD 1945.
Pada intinya, BPK adalah badan yang bebas dan mandin. Keanggotaannya dipilih oleh
DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden. Ketuanya
dipilih oleh anggotanya, BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di
setiap propinsi.
9) Mahkamah Agung
44
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang lainnya adalah pemegang kekuasaan
kehakiman yang merdeka. Artinya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Salah
satu jaminan bagi kebebasan kekuasaan kehakiman itu antara lain terletak pada jaminan
kedudukan hakim yang harus diatur dengan undang- undang (Pasal 25). Undang-undang
yang mengatur kekuasaan kehakiman ialah UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang telah diganti dengan UU No. 35 Tahun
c) Peradilan Militer (UU No. 5/1950). d) Peradilan Tata Usaha Negara (UU No. 5/1986),
tingkat akhir oleh badan peradilan lain, dapat dimintakan kasasi kepada mahkamah agung.
MA juga melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan badan-badan peradilan itu. Hakim
agung diangkat oleh Presiden selaku kepala negara dari daftar nama yang diusulkan oleh
DPR. Susunan MA terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitra, dan sekretaris jenderal.
Pimpinan MA terdiri atas seorang ketua dan wakil ketua dan beberapa orang ketua muda.
a) Kekuasaan kehakiman
Berdasarkan Perubahan UUD 1945, kekuasaan kehakiman diatur dengan Pasal 24,
24A, 24B, 24C, dan Pasal 25. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah
45
Mahkamah Agung
(1) Kewenangannya adalah mengadili tingkat kasasi dan menguji peraturan perundang-
(2) Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR dan ditetapkan
oleh Presiden.
Komisi Yudisial
kehormatan hakim.
Mahkamah Konstitusi
pemilu.
(3) Keanggotaannya, sembilan anggota hakim yang ditetapkan oleh Presiden yang
diajukan masing-masing tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR, dan tiga orang dari
Perubahan pasal-pasal tentang kelembagaan negara, tidak lepas dari konteks dan
46
perubahan. Beberapa pasal reaktif tersebut, menurut pengamat politik yang
diwawancarai oleh harian Kompas, antara lain terlihat dalam tabel berikut.
pertimbangan DPR
Soal Kewenangan DPD mengajukan kesetaraan antara DPR dan DPD dalam
RUU kepada DPR yang berkaitan pengusulun RUU. Jadinya DPD menjadi
dengan otonomi daerah, hubungan pusat subordinat DPR, karena resistensi dari
47
Pasal 24C Perubahan Ketiga : Usulan tim ahil sembilan hakim
Presiden dan MA
Batang Tubuh UUD 1945 berisi pasal-pasal yang menyangkut materi hubungan antara
negara dengan warga negara, serta penduduknya yang pada hakikatnya berisi konsepsi
negara di berbagai kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam, ke arah mana
negara, bangsa, dan rakyat Indonesia akan bergerak dalam mencapai cita-cita nasionalnya.
Materi mengenai warga negara dan penduduk itu tidak lepas dari dua hal yang mendasar,
yaitu hak asasi manusia dan demokrasi. Latar belakang perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia adalah amanat penderitaan rakyat, yang merupakan esensi dari hak asasi
manusia. Negara Indonesia merupakan negara demokrasi sesuai dengan alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, yang menyatakan: "...susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat". Demikian pula dalam Batang Tubuh UUD 1945 diungkapkan,
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Dalam Penjelasan kata "demokrasi atau
Secara umum hak asasi manusia adalah satu dengan harkat dan martabat serta kodrat
manusia, Oleh karena itu disebut juga sebagai hak dasar. Hak itu ada pada setiap manusia
dan merupakan sifat kemanusiaan. Dalam Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
48
Asasi Manusia menyatakan, bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada
diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapa pun.
Jadi, segala hak yang berakar dari harkat, martabat, serta kodrat manusia adalah hak
yang lahir bersama manusia itu. Hak ini bersifat universal, berlaku di mana saja, kapan
saja, dan untuk siapa aja. Hak itu tidak tergntung pada pengakuan manusia, negara, dan
masyarakat lain. Hak ini diperoleh manusia dari Penciptanya dan merupakan hak yang
Dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dengan
dan 36, khusus Pasal 36 telah diadakan perubahan dalam Perubahan Kedua UUD 1945.
Selengkapnya ketentuan tentang lambang persatuan Indonesia itu adalah sebagai berikut.
3) Pasal 36A menetapkan lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
49
5) Pasal 36C menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai bendera, Bahasa dan lambang
UUD 1945 telah menetapkan dalam pasal terakhirnya, yaitu Pasal 37 tentang Perubahan
Permusyawaratan Rakyat harus hadir. Pasal 37 ayat (1) Putusan diambil dengan
Bahasa yang popular dalam perubahan UUD adalah "amandemen," yang dimaksud
seperti tercantum dalam Pasal 37, yaitu mengubah pasal yang terdapat dalam Batang
Agustus 1945, yang menjadi tonggak pemisah antara tata hukum kolonial dan tata
hukum nasional, maka diperlukan adanya aturan peralihan dan aturan tambahan.
UUD 1945 terdiri atas 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Seluruh
ketentuan dalam Aturan Peralihan dan Tambahan tidak berfungsi lagi, kecuali Pasal II
Aturan Peralihan yang berbunyi, "Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini."
Meskipun tidak berfungsi lagi, aturan peralihan dan tambahan tidak dihapuskan, demi
memelihara nilai-nilai sejarah dari UUD 1945. Berdasarkan Perubahan Keempat UUD 1945
terdapat 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan, yaitu sebagai berikut.
Aturan Peralihan
50
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
Pasal III
Aturan Tambahan
Pasal I
MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan
MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan pada Sidang MPR tahun 2003.
Pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan UUD 1945,
ditetapkannya oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No.2 tanggal 10 Oktober diberlakukan surat
mulai tanggal 17 Agustus 1945, sampai dengan berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuan
kedaulatan tanggal 27 Desember 1949. Kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya
51
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, dan ini terbagi pula atas masa orde lama,
masa orde baru, dan masa era global. Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar
1945 kita telah mencatat pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945. Berikut ini akan kita bahas pelaksanaan UUD 1945 dalam
tata hukum baru yang bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonessia dan tidak
berlaku lagi tata hukum lama (zaman kolonial). Untuk mengganti seluruh tata hukum
peninggalan kolonial dalam UUD 1945, Pasal II Aturan Peralihan menyatakan, "Segala
badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaannya pada kurun waktu
1945-1949, jelas tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita memang sedang dalam masa
pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
Indonesia yang telah merdeka. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk
memenangkan perang kemerdekaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya UUD 1945
Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum
dapat dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA Sementara, sedangkan
MPR dan DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan
Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
52
Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite
Nasional".
a. Sistem presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari negara
manapun, tetapi adalah suatu sistem khas bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari isi,
tersebut. Menurut UUD 1945, di samping berkedudukan sebagai kepala negara, Presiden
di bawah MPR. Presiden adalah mandataris MPR. Kepala pemerintahan adalah iden,
serta memberhentikan para menteri. Para menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Atas dasar itu, maka tanggal 2 September 1945 dilantik kabinet yang pertama negara
Republik Indonesia, yaitu kabinet yang akan membantu Presiden dan wakilnya dalam
53
1) Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang
(b) pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan kerajaan Belanda kepada negara Republik
Indonesia Serikat,
Terbentuknya negara RIS bukanlah suatu bentuk negara yang dicita-citakan seluruh
rakyat Indonesia, melainkan siasat politik Belanda yang memecah-belah persatuan bangsa.
Oleh karena itu, setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, di daerah-daerah timbul
pergolakan dan pernyataan spontan dari rakyat untuk kembali ke negara kesatuan. Selain
itu, keadaan di daerah menjadi sukar untuk diperintah sehingga kewibawaan pemerintahan
merealisasikan tuntutan kembali ke negara kesatuan, satu per satu negara bagian
dimungkinkan oleh Pasal 44 Konstitusi RIS 1949, yang kemudian di bentuk undang-
undang organiknya, yaitu Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata Cara
No. 16 Tahun 1950 mulai berlaku pada tanggal 9 Maret 1950. Akibat penggabungan itu,
54
maka negara yang berbentuk federal itu hanya tinggal tiga negara saja, yaitu sebagai
berikut.
Kemudian, negara Republik Indonesia dan RIS (mewakili negara Indonesia Timur dan
sebagai pengganti UUDS 1950, yang menurut Pasal 134 akan ditetapkan secepatnya
Undang Dasar, maka Pasal 137 UUDS 1950 menyatakan sebagai berikut.
b) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
c) Rancangan yang telah diterima oleh Konstituante, dikirimkan kepada Presiden untuk
55
Sejak 5 Juli 1959, Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Sejak itu telah cukup banyak pengalaman yang kita
peroleh dalam melaksanakan UUD 1945. Apabila dilihat pelaksanaan UUD 1945 untuk
kurun waktu antara 1959 - 1965 (orde lama), lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR,
DPA, dan BPK belum dibentuk berdasarkan undang-undang seperti yang ditentukan dalam
UUD 1945. Lembaga-lembaga negara tersebut masih dalam bentuk sementara. Belum lagi
jika kita mengupas tentang fungsi lembaga-lembaga negara tersebut apakah telah sesuai
Dalam masa orde lama, Presiden, selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang
yang pada hakikatnya adalah undang-undang (sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan
dibuktikan, baik melalui sidang pengadilan maupun bahan dan keterangan lainnya, bahwa
PKI-lah yang mendalangi secara sadar dan berencana coup d'etat itu. Perbuatan jahat itu
bukan hanya telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang cukup besar dan melanggar
hukum dan UUD yang berlaku, melainkan juga telah jelas mempunyai tujuan untuk
Dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, PKI telah dua kali mengkhianati negara,
bangsa dan dasar negara. Atas dasar itulah, rakyat menghendaki dan menuntut
dibubarkannya PKI. Namun, pimpinan negara waktu itu tidak mau mendengarkan dan
56
tidak mau memenuhi tuntutan rakyat, sehingga timbullah apa yang disebut situasi politik
antara rakyat di satu pihak dan Presiden di lain pihak. Keadaan semakin meruncing,
keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak terkendalikan. Dengan dipelopori oleh
berikut.
a) Bubarkan PKI.
Dalam rangka pembentukan kelembagaan negara MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA
Oleh karena itu, Pemerintah bersama DPR mengeluarkan undang-undang, yaitu sebagai
berikut.
b) UU No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
c) UU No. 3 Tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan Agung, kemudian diubah dengan
d) UU No. 5 Tahun 1973 tentang Susunan dan Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan.
yang menjadi landasan kerja bagi Mahkamah Agung dan Badan-badan peradilan lainnya,
Tahun 1985.
4. Masa reformasi
Setelah berakhirnya pemerintahan Soeharto, terbukalah kesempatan para pakar untuk
57
pakar yang mengutamakan perlunya perubahan UUD 1945 antara lain Laica Marzuki,
yang maha dahsyat kepada Presiden, baik sebagai kepala negara maupun sebagai kepala
pemerintahan, sehingga hasilnya justru lebih parah dari pada yang terjadi pada masa orde
lama.
berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung di dalam semangat reformasi
adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945, maka pada awal globalisasi MPR telah
Pada dasarnya hubungan diantara lembaga negara tidak banyak mengalami perubahan. Namun
perubahan itu justru tampak dalam struktur lembaga negaranya. Sebelum amandemen struktur
58
lembaga negara terdiri dari MPR sebagai lembaga tertinggi, Presiden, DPR, DPA, BPK dan MA.
Namun setelah dilakukan amandemen lembaga negara berkembang yaitu MPR, DPR, DPD,
Presiden, MA, MK, dan BPK. Perbedaanya ada dipoint pengapusan istilah lembaga tertinggi,
sehingga semua menjadi lembaga tinggi negara.
59
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalamilmu kenegaraan populer disebut
sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber
nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Dalam kedudukan dan
fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar
dan asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam
penyusunan tertib hukum di Indonesia.Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum
di Indonesia, sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD
yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan
bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia. Dengan
demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia harus bersumber pada
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis memberikan gambaran umum tentang Pancasila Dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan banyak
persoalan yang kurang tuntas dalam pembahasan ini, sehingga perlu tinjauan kembali dari
teman-teman terlebih dari dosen pembimbing untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.
60
DAFTAR PUSTAKA
61