XII MIPA 5 // 28
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya lah
saya mampu mengerjakan makalah ini dengan kondisi sehat.
Makalah ini dibuat dengan berbagai bantuan dari internet, ilmu Bapak dan Ibu
Guru mata pelajaran sejarah Indonesia dan PPKN, serta wawasan pribadi saya
yang didasarkan oleh buku-buku sejarah yang pernah saya baca. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya terbuka untuk
menerima kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya kedepannya
saya dapat membuat yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I ..................................................................................................................... v
PENDAHULUAN.................................................................................................. v
1. Latar Belakang ................................................................................................. v
2.Rumusan Masalah ............................................................................................. vi
3.Tujuan ................................................................................................................ vi
BAB II .................................................................................................................. vii
PEMBAHASAN .................................................................................................. vii
iv
BAB I PENDAHULUAN
Pada masa Orde Baru pemerintahan dipegang oleh Soeharto yang menerapkan
Pancasila dan UUD 1994 secara murni dan konsekuen. Orde Baru didirikan untuk
mengoreksi total pemerintahan Soekarno. Pada masa Orde Baru berlaku asas
tunggal yaitu hanya ideologi Pancasila yang boleh berkembang sedangkan
ideologi lain tidak boleh berkembang karena di khawatirkan mengganggu
stabilitas negara seperti pada pemerintahan sebelumnya.
Pengertian Orde Baru yang terpenting adalah suatu Orde yang mempunyai sikap
dan tekad mental dan itikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat,
mengabdi kepada kepentingan nasional yang dilandasi falsafah Pancasila dan
yang menjunjung tinggi azas dan UUD 1945. Pemerintahan Orde Baru dimulai
sejak tahun 1966 – 1998, dengan adanya Surat Perintah Sebelas Maret, yang
kemudian disalahartikan sebagai surat pemindahan kekuasaan. Pada tanggal 27
Maret 1968, Soeharto diangkat sebagai presiden hal ini berdasarkan Ketetapan
MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai hasil pemilu ditetapkan pada tanggal 10
Maret 1983, beliau mendapat penghargaan sebagai Bapak Pembangunan
Nasional.
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa. Hak Asasi Manusia meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi,
hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang tidak boleh diabaikan atau dirampas
oleh siapapun. Demikianlah rumusan Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang
pada pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia vide Tap MPR No. XVII/
MPR/1998.
v
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
a. Mencari cara mengamalkan pancasila dan UUD dengan baik dan rasional
vi
BAB II
PEMBAHASAN
vii
(orsospol) yang dinilai akan merongrong kewibawaan pemerintah. Seiring dengan
itu, dibentuk lembaga-lembaga stabilisasi seperti; Kopkamtib (pada 1 November
1965), Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional (11 Agustus 1966), dan Dewan
Pertahanan Keamanan Nasional (1 Agustus 1970).
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman
sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari Pancasila
serta UUD 1945 demi kepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi
sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde
lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian
baru di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde
baru sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme
negara.Sehingga Pancasila oleh rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian
rupa sehingga membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Maka dari
itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin komprehensif dalam diri
masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas segala tindakan
viii
pemerintah yang berkuasa.dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara,
mulai dari pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.
Kebijakan Dwifungsi ABRI sebenarnya telah diterapkan pada awal Orde Baru,
namun baru dilegalkan oleh Soeharto pada tahun 1982 melalui Undang-Undang
nomor 20 tahun 1982. Penerapan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru sangat
berpengaruh terhadap kondisi sosial dan politik Indonesia. Melalui kebijakan
Dwifungsi ABRI, ABRI berhasil melakukan dominasi terhadap lembaga eksekutif
dan legislatif Orde Baru.
Mulai tahun 1970-an, banyak perwira aktif ABRI yang ditunjuk sebagai DPR,
MPR maupun DPD tingkat provinsi. Selain itu, para ABRI juga menempati posisi
yang penting dalam pengendalian arah politik dari organisasi Golkar. Pada
perkembangannya, pelaksanaan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru
mengalami penyimpangan oleh Soeharto dan beberapa oknum militer.
ix
5. Pelanggaran HAM pada Masa Orde Baru
Tidak hanya kebijakan Dwifungsi, tetapi juga ada beberapa pelanggaran atau
penyimpangan HAM yang terjadi di Masa Orde Baru sebagai berikut.
x
Dalam peristiwa Tanjung Priok 1984-1987 Soeharto dianggap menggunakan
KOPKAMTIB sebagai instrumen penting mendukung dan melindungi kebijakan
politiknya. Selain itu Soeharto juga selaku panglima tertinggi telah mengeluarkan
sikap, pernyataan dan kebijakan yang bersifat represif untuk mengeliminasi
berbagai respon masyarakat terhadap kebijakan asas tunggal Pancasila yang
dikeluarkan Orde Baru. Dalam menangani persoalan ini, Soeharto dinilai Kontras
kerap membuat pernyataan dan kebijakan yang membolehkan kekerasan dalam
mengendalikan respon rakyat atas kebijakan penguasa pada saat itu. Di antaranya
di depan Rapat Pimpinan (RAPIM) ABRI di Riau, 27 Maret 1980. Soeharto
sebagai presiden dan penanggung jawab seluruh kegiatan KOPKAMTIB disebut
mewajibkan ABRI mengambil tindakan represif untuk menghadapi kelompok-
kelompok Islam yang dianggap sebagai golongan ekstrem yang harus dicegah dan
ditumpas seperti penanganan G 30 S. Akibat dari kebijakan ini, dalam Peristiwa
Tanjung Priok 1984, sekitar lebih 24 orang meninggal, 36 terluka berat, 19 luka
ringan. ("Laporan 5 Sub Tim Kajian, Tim Pengkajian Pelanggaran HAM
Soeharto", Komnas HAM, 2003).
4. Talangsari 1984-1987
Pemberlakukan operasi ini adalah kebijakan yang diputuskan secara internal oleh
ABRI setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soeharto ("Laporan 5 Sub Tim
Kajian, Tim Pengkajian Pelanggaran HAM Soeharto", Komnas HAM, 2003).
xi
Operasi militer ini telah melahirkan penderitaan yang berkepanjangan bagi
masyarakat Aceh, khususnya perempuan dan anak-anak. Berdasarkan hasil
investigasi Komnas HAM, dalam kurun waktu sepuluh tahun berlangsungnya
operasi militer telah menyebabkan sedikitnya 781 orang tewas, 163 orang hilang,
368 orang mengalami penyiksaan/penganiayaan dan 102 perempuan mengalami
pemerkosaan.
xii
Peristiwa ini terjadi tidak terlepas dari konteks politik peristiwa 27 Juli, yakni
menjelang Pemilihan Umum 1997 dan Sidang Umum MPR 1998. Pada masa itu
wacana pergantian Soeharto kerap disuarakan. Setidaknya 23 aktivis pro
demokrasi dan masyarakat yang dianggap akan bergerak melakukan penurunan
Soeharto menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa. Komando Pasukan
Khusus, (Kopassus) disebut menjadi eksekutor lapangan, dengan nama operasi
"Tim Mawar". Sebanyak 9 orang dikembalikan, 1 orang meninggal dunia dan 13
orang masih hilang ("Laporan Hasil Penyelidikan Tim Ad Hoc Penyelidikan
Peristiwa Penghilangan Paksa", 2006).
Peristiwa Trisakti 1998, terjadi pada 12 Mei 1998. Saat itu aktivis dan mahasiswa
pro demokrasi mendorong reformasi total dan turunnya Soeharto dari jabatannya
karena krisis ekonomi dan maraknya korupsi kolusi dan nepotisme (KKN).
Tindakan represif penguasa melalui ABRI menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan
luka-luka. Empat orang mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak peluru
aparat keamanan.
Peristiwa 13–15 Mei 1998 merupakan rangkaian dari kekerasan yang terjadi
dalam peristiwa Trisakti, penculikan dan penghilangan paksa. Ketidakberdayaan
pemerintahan Soeharto mengendalikan tuntutan mahasiswa dan masyarakat,
direspons dengan sebuah "pembiaran" kekerasan dan kerusuhan pada 13-15 Mei
1998. Dalam peristiwa ini terjadi pembunuhan, penganiayaan, perusakan,
pembakaran, penjarahan, penghilangan paksa, perkosaan, serta penyerangan
terhadap etnis tertentu.
xiii
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde
Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hokum.
Bukan hanya ketidakadilan di bidang politik dan ekonomi, namun penyimpangan
terhadap HAM juga terjadi. Pemerintah Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden
Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekan
awal munculnya Orde Baru. Tekad awal Orde Baru pada awal kemunculannya
pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila & UUD 1945 secara murni
dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
xiv
kemampuan intelektualnya dan semangat kepemudaannya yang diiringi dengan
kekuatan moral. Semangat kebangsaan para generasi muda calon penerus
kepemimpinan bangsa harus selalu dipupuk dan ditumbuh kembangkan.
2. Saran
xv
TOKOH-TOKOH PADA MASA ORDE BARU
xvi
DAFTAR PUSAKA
https://www.slideshare.net/trianazulfa2012/tokoh-orba-mateng http://
repository.upi.edu/21401/8/S_SEJ_0805430_Chapter5.pdf
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-kehidupan-politik-dan-
ekonomi-masa- orde-baru https://nasional.kompas.com/read/
2016/05/25/07220041/Kontras.Paparkan.10.
Kasus.Pelanggaran.HAM.yang.Diduga.Melibatkan.Soeharto?page=all https://
nasional.tempo.co/read/38767/komnas-ham-lima-pelanggaran-ham-berat- di-
masa- soeharto https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/121151169/apa-
arti-dwifungsi- abri
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/25/07220041/Kontras.Paparkan.
10.Kasus.Pelanggaran.HAM.yang.Diduga.Melibatkan.Soeharto?page=all
xvii