Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LEGAL DRAFTING

Jenis dan Peraturan Perundang-undangan

Dosen Pengampu : Fahrozi, M.M

Disusun Oleh:
Dian Pinanggih Rahayu
Siti Khoirul Wasfiyah
M. Nur Huda
Yusuf Hamdani

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH SUBULUSSALAM

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdulillaahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman yang Insya Allah penuh
dengan lampu penerangan ilmu pengetahuan.

Dan tentunya penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Legal Drafting. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam
menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak.Atas jasa-jasa dari berbagai pihak tersebut, saya berdoa semoga
Allah SWT menerimanya sebagai amal ibadah dan memberikan balasan
sebagaimana mestinya. Serta saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semua


saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.Akhirnya, harapan penulis semoga dengan terselesaikannya makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, pembaca, dan pihak yang terkait.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Sriwangi Ulu, 15 Maret 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR....................................................................................II

DAFTAR ISI...................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Rumusan Masalah.................................................................................2
3. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

1. Jenis dan Herarki Peraturan Perundang-undangan...............................3


2. Pengertian Peraturan Perundang-undangan..........................................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................7

Kesimpulan.......................................................................................................7

Saran.................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan


hukum menjadi pedoman atau landasan oleh pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan negara. Makna negara hukum menurut Pembukaan UUD RI
1945 tidak lain adalah negara hukum dalam arti materil yaitu negara yang
melindungi segenap bangsa Indonesia seluruhnya, tumpah darah Indonesia,
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan.
Perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang disusun dalam suatu UUD RI
Tahun 1945 yang berdasarkan pancasila. Kepentingan hidup bersama dalam
menjamin, pemenuhan dan perlindungan hak konstitusional warga negara
terdapat tiga nilai dasar hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum, sehingga keharusan adanya suatu tata hukum, merupakan prinsip yang
pertama-tama harus ada dalam negara hukum. Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertulis, memuat
dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. Suatu tata hukum
yakni setiap norma hukum harus terkait dan tersusun dalam suatu sistem,
artinya norma hukum yang satu tidak boleh mengesampingkan Norma hukum
yang lain. Negara Indonesia adalah negara hukum, hal itu sesuai dengan pasal
1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang menyatakan bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dari sebuah negara
hukum adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara
atau penguasa harus diatur oleh hukum1.
Wujud nyata negara Indonesia sebagai negara hukum adalah adanya
konstitusi negara beserta peraturan Perundang-Undangannya. Tata urutan
peraturan Perundang-Undangan di Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang tata urutan peraturan Perundang-
Undangan. Perundang-Undangan di Indonesia menganut system hierarki
peraturan perundang-undagan. Adanya hierarki peraturan Perundang-
11
Hakim Abdul Aziz, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 15.

IV
Undangan tersebut berfungsi untuk menciptakan kepastian hukum dan juga
sebagai implementasi dari negara hukum. Dengan adanya hierarki peraturan
Perundang-Undangan, antara satu peraturan Perundang-Undangan diharuskan
tidak lagi bertentangan dengan peraturan yang kedudukan nya lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Herarki?
2.Apa saja jenis peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertan Herarki
2. Untuk Mengetahui Jenis Herarki

BAB II

V
PEMBAHASAN
A. Jenis dan Herarki Peraturan Perundang-undangan
Dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang tata urutan
peraturan Perundang-Undangan, tata urutan peraturan Perundang-Undangan
di Indonesia adalah UUD 1945, Ketetapan MPR, UU/Perpu, Peraturan
pemerintah, peraturan presiden, perda provinsi dan perda kabupaten atau
kota2. Sebelum berlakunya UU Nomor 12 tahun 2011 tersebut, di
Indonesia telah ada Undang-Undang yang mengatur mengenai tata urutan
peraturan Perundang-Undangan, peraturan- peraturan tersebut diantaranya
TAP MPR Nomor. X/MPRS/1966, TAP MPR Nomor. III/MPR/2000, dan
UU Nomor 10 tahun 2004. Dalam herarki peraturan Perundang-Undangan,
peraturan pemerintah pengganti undang-undang didudukkan posisinya sejajar
dengan undang-undang di bawah ketetapan penjenjangan setiap jenis
peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. pembentukan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (perpu) merupakan hak prerogatif
presiden yang dibuat berdasarkan undang- undang dasar negara republik
indonesia tahun 1945. berdasarkan undang- undang dasar negara republik
indonesia tahun 1945 (sebut uud 1945), perpu dibuat oleh presiden dalam
“hal ihwal kegentingan yang memaksa”.
Sebagai konsekuensi dari ketentuan tersebut maka Perpu bersifat
sementara dan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat
pada persidangan untuk dibahas dalam agenda persidangan berikutnya.
Walaupun Perpu bersifat sementara namun Perpu melahirkan norma hukum
baru. Norma hukum tersebut lahir sejak Perpu disahkan dan nasib dari norma
hukum tersebut tergantung kepada persetujuan DPR untuk menerima atau
norma hukum Perpu, namun demikian sebelum adanya pendapat DPR untuk
menyetujui Perpu, norma hukum tersebut adalah sah dan berlaku seperti
Undang-Undang.

2
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 36.

VI
Pasca amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang dilakukan pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 telah
membawa perubahan yang mendasar dalam kedudukan, tugas dan wewenang
lembaga- lembaga negara, terutama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Keberadaan MPR yang dulunya merupakan lembaga tertinggi negara sebagai
pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini berdasarkan
pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar. Pada Sidang Tahunan MPR tahun 2003, MPR telah
menetapkan TAP MPR Nomor. 1/MPR/2003 tentang Peninjauan Materi dan
Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR dari tahun 1960
sampai dengan tahun 2002, dimana atas hasil pengkajian ini menemukan
139 Ketetapan yang kemudian dibagi kedalam 6 pasal, dimana ada
ketetapan-ketetapan yang dinyatakan dicabut, ada yang dinyatakan masih
berlaku sampai terbentuknya hasil pemilihan umum tahun 2004, ada juga
yang dinyatakan berlaku sampai terbentuknya Undang-Undang, sehingga
berdasarkan hal ini ditemukan setidaknya ada 13 ketetapan yang masih
memiliki daya laku atau daya guna seperti Tap MPRS Nomor.XXV/MPRS
1966 Tentang Pembubaran Partai Komunsi Indonesia, Tap MPR Nomor.
XVI/MPR/1998 tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi,
dan ketetapan-ketetapan lainnya yang sangat penting dan krusial apabila
dilanggar.
Pada masa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, ketetapan MPR tidak dimasukkan lagi
dalam jenis dan hirarki peraturan Perundang-Undangan, meskipun dalam
pasal 7 UU ini dijelaskan bahwa “jenis peraturan Perundang-Undangan
selain dimaksudkan ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan peraturan Perundang-Undangan
yang lebih tinggi”, akan tetapi keberadaan TAP MPR masih tetaplah
tidak jelas, ada ambivalensi terhadap eksistensi Ketetapan MPR. Pemerintah
dan DPR cenderung melupakan dan mengabaikan Tap MPR yang masih
berlaku tersebut baik dalam proses pembentukan Undang-Undang maupun

VII
dalam perumusan kebijakan negara. Kini setelah adanya revisi terhadap UU
Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
melalui UU Nomor 12 Tahun 2011 kedudukan dari Ketetapan MPR kembali
dimasukkan dalam jenis dan hirarki peraturan Perundang-Undangan, dimana
secara hirarki berdasarkan UU ini adalah sebagai berikut3:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU/Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Perda Provinsi, Perda Kabupaten/Kota.
B. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan
1. UUD I945
UUD 1945 adalah hukum dasar dalam peraturan perundang-
undangan.UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan nasional.
2. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam siding
MPR meliputi ketetapan MPR sementara dan ketetapan MPR yang
masih barlaku sebagaimana pasal 2 dan pasal 4 ketetapan MPR RI
Nomor I/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status
hukum ketetapan MPR sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada
7 Agustus 2003 berdasrkan sifatnya, putisan MPR terdiri dari dua
macam yaitu ketetapan dan keputusan. Ketetapan MPR adalah
putusan MPR yang mengikat baik kedalam atau keluar majelis.
Keputusan adalah putusan MPR yang mengikat kedalam mejelis
saja.
3. UU atau Perpu
UU adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan Bersama

3
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389.

VIII
presiden, perpu adalah peraturan perundang -undanganyag
ditetapkan oleh presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau perpu adalah sebagai berikut: perpu
di ajukan ke DPR dalam persidangan berikut. DPR dapat menerima
atau menolak perpu tanpa melakukan perubahan. Bila di setujui
oleh DPR, perpu di tertapka menjadi UU, bila di tolak oleh DPR,
perpu haus di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4. Peraturan Pemerintah
PP adalah peraturan perundang -undangan yang di tetapkan oleh
presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP
berfungsi untuk menjalankanperintah peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam penyelenggarakan kekuasaan
pemerintah
5. Peraturan Presiden
Perpres adalah peraturan perundang -undangan yang di tetapkan
oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang -
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan
6. Peraturan Daerah
Peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
Bersama gubernur
7. Peraturan daerah kabupaten atau kota
Adalan peraturan perundang-undangan yang di bentuk oleh DPRD
kabupaten atau kota dengan persetujuan Bersama bupati atau walikota.
Termasuk dalam peraturan daerah kabupaten atau kota adalah qanun yang
berlaku di kabupaten di Provinsi aceh.

BAB III

IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya, sebagai sebuah
sistem hierarki perundang-undangan di Indonesia tidak bisa dipisahkan antara
satu satu peraturan dengan peraturan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam
muatan peraturan yang lebih tinggi. Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa
harus menjadi sumber dalam pembuatan peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu sister perundang-undangan di Indonesia harus merupakan
penjabaran dan pengalaman dari kelima sila dari Pancasila secara bulat dan
utuh, dan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan sistem perundang-
undangan Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar 1945.

B. Saran
Dalam penulisan dan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan oleh karna itu kami butuh saran serta kritik
yang konstruktif agar kami dapat lebih baik dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

X
Azhary, Tahir. Negara Hukum. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Khusumohamidjojo, Budiono. Ketertiban Yang Adil, Problematika Filsafat
Hukum. Jakarta: Grasindo,1999.
Ragawino, Bewa Sistem Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia.
Bandung Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran,
2005.

XI

Anda mungkin juga menyukai