Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Teori Sejarah Hukum
Disusun Oleh:
Kelas A
2024
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang maha Pengasih lagi
maha Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya, sholawat serta salam dipanjatkan kepada
nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Berkat ridhonya dan
ikhtiar yang tiada putusnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Teori
Hukum di Indonesia”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Teori
Sejarah Hukum pada Program Studi Magister Universitas Islam Bandung (UNISBA). Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H.,
M.H sebagai Dosen Pengajar mata kuliah Teori Sejarah Hukum yang telah meluangkan waktu,
memberikan ilmu, masukan dan bantuan dalam peningkatan kualitas materi makalah ini.
Dengan diterbitkannya makalah ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para dosen
dan mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Penulis juga
menyadari dalam modul ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, dan insya Allah akan
senantiasa diperbaharui seperlunya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan konstisusi negara indonesia terjadi beberapa kali mulai dari orde lama ke orde
baru dan masa reformasi dimana Gerakan reformasi tahun 1998 telah membawa bangsa
Indonesia menuju suatu sistem pemerintahan yang jauh berbeda dengan sistem pemerintahan
sebelum nya yaitu orde lama dan orde baru yang kita ketahui bersama-sama bahwa kedua
orde tersebut sama-sama berlindung di balik konsitusi. Dan gerakan reformasi ini juga
menginginkan sebuah reformasi di bidang konstitusi.
Terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah amandemen UUD 1945
yang dilakukan oleh MPR hasil pemilu 1999 dalam empat tahap selama empat tahun (1999-
2002). Beberapa perubahan penting dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945 mampu
menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Peranan DPR sebagai lembaga legislatif
diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilu, pengawasan terhadap presiden lebih
diperketat, dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang semakin kuat. Amandemen
UUD 1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil
presiden secara langsung
Berkaitan dengan dasar filsafat pancasila, kita ketahui bersama merupakan sumber dari
segala sumber hukum di indonesia dan merupakan dasar negara, pancasila telah dapat
berdiri kokoh sampai sekarang, karena pancasila dapat menyelesaikan segala permasalahan
yang di hadapi bangsa indonesia. Dan bentuk dari negara hukum harus secara tegas di
sebutkan dalam UUD 1945, yang penulis ketahui bahwa, indonesia ialah negara hukum,
merupakan adopsi dari konsep Anglo Saxon (the rule of law) yang berbeda konsep dengan
bangsa indonesia. Negara hukum yang benar-benar mencerminkan budaya bangsa indonesia
yang gotong royong dan kekeluargaan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah merupakan dasar
Negara Indonesia. Seperti yang termuat dalah pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011
tentang Peraturan Perundang-Undangan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menduduki urutan tertinggi dalam hierarki perundang-undangan di
Indonesia. Hal demikian membawa konsekuensi hukum terhadap peraturan perundang-
undangan di Indonesia, yaitu bahwa peraturan perundang-undangan di bawah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak boleh bertentangan isinya
(materiil) maupun mekanisme pembuatannya (formil) dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar Negara
Indonesia telah mengalami amandemen sebanyak empat kali. Amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah suatu wujud reformasi hukum yang
dilakukan di Indonesia. Salah satu substansi penting dari perubahan itu tepatnya dalam
amandemen yang keempat, ialah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara
baru yang berdiri sendiri dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Dalam pasal 24 ayat (2) UUDN RI Tahun
1945, disebutkan tentang keberadaan Mahkamah Konstitusi yang kemudian secara lebih
rinci kewenangannya disebutkan dalam pasal 24 C ayat (1) dan (2) UUDN RI Tahun 1945.
Sebagai institusi baru yang bebas dari kekuasaan Mahkamah Agung ataupun campur tangan
pemerintah, Mahkamah Konstitusi bisa tumbuh secara sehat dan mampu memainkan tugas
dan fungsinya dengan baik. Meskipun demikian, kelemahan Mahkamah Konstitusi hanya
berwenang menguji keabsahan materi Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, dan
Mahkamah Konstitusi juga tidak bisa menguji pelaksanaan ataupun penerapan Undang-
Undang.
Menurut Dr. Mohammad Mahfud MD, beberapa kewenangan yang dimiliki oleh
Mahkamah Konstitusi adalah adalah uji material Undang-Undang (UU) terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDN RI) 1945, memutus sengketa
kewenangan lembaga Negara, memutus pembubaran partai politik serta memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Dengan kata lain, Mahkamah Konstitusi hanya bisa memeriksa masalah konstitusional
(constitutional question) dan bukan kasus konstitusional (constitutional case). Mahkamah
Konstitusi tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksa perkara yang menyangkut
pelanggaran hak-hak kosntitusional individual melalui mekanisme yang dikenal sebagai
komplain konstitusional (complain constitutional).
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa. “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Sebagai sebuah Negara
hukum, Negara mempunyai suatu kewajiban untuk menegakkan hukum dan menciptakan
suasana bernegara yang aman, tertib, serta berkeadilan. Pada dasarnya, Negara mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan rasa adil bagi setiap warga Negara Indonesia.
Di Negara Indonesia, hakim adalah seorang yang berhak dalam memutus suatu
permasalahan hukum. Hakim akan menilai suatu permasalahan hukum dan mempelajarinya
dengan seksama sebelum membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, sudah seharusnya
hakim berusaha agar dapat memutuskan suatu perkara seobyektif mungkin secara
berkeadilan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan-Rumusan masalah adalah
a. Apa Pengertian Hukum dan Konstitusi?
b. Apa Nilai-Nilai konstitusi?
c. Bagaimana Sejarah Konstitusi RI?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Nilai-Nilai konstitusi
Nilai-nilai konstitusi merujuk pada prinsip-prinsip atau standar-nilai yang mendasari
suatu konstitusi suatu negara. Nilai-nilai ini mencerminkan pandangan masyarakat dan
pemerintah tentang hak-hak individu, kewajiban, pembagian kekuasaan, dan prinsip-prinsip
dasar lainnya yang mengatur organisasi dan fungsi pemerintahan.
Berikut adalah beberapa nilai konstitusi umum yang sering ditemui:
1. Keadilan: Konstitusi sering kali menekankan pentingnya keadilan dalam perlakuan
terhadap semua warga negara. Prinsip ini menjamin hak-hak setiap individu dan
menghindari diskriminasi.
2. Kebebasan dan Hak Asasi Manusia: Konstitusi biasanya mengakui dan melindungi hak-
hak asasi manusia, seperti kebebasan berbicara, kebebasan beragama, hak untuk hidup,
dan hak-hak lainnya.
3. Demokrasi: Banyak konstitusi mencerminkan prinsip demokrasi, yang mencakup
pemilihan umum, kebebasan berpendapat, dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat.
4. Pembagian Kekuasaan: Prinsip ini menetapkan pembagian kekuasaan antara lembaga-
lembaga pemerintahan, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif, untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan.
5. Negara Hukum: Konstitusi sering menetapkan prinsip negara hukum, yang berarti bahwa
hukum di atas segalanya. Semua tindakan pemerintah dan individu harus sesuai dengan
hukum.
6. Keragaman dan Pluralisme: Beberapa konstitusi mencerminkan nilai-nilai keragaman dan
pluralisme, mengakui hak setiap kelompok etnis, agama, atau budaya.
7. Kesejahteraan Masyarakat: Konstitusi mungkin menetapkan tanggung jawab pemerintah
untuk menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
8. Ketertiban dan Keamanan: Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga ketertiban dan
keamanan dalam suatu negara untuk melindungi hak-hak warganya.
9. Hak Atas Kepemilikan: Beberapa konstitusi melindungi hak individu untuk memiliki
properti dan menjamin perlindungan hukum terhadap hak-hak kepemilikan tersebut.
Nilai-nilai konstitusi ini bisa bervariasi antara negara satu dengan yang lainnya,
tergantung pada sejarah, budaya, dan nilai-nilai masyarakat setempat. Nilai-nilai ini
membentuk dasar hukum dan norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat dalam
suatu negara.
1. Nilai Normatif. Bagi suatu Bangsa konstitusi itu bukan saja berlaku dalam arti hukum,
tetapi juga merupakan suatu kenyataan (Reality). Dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif. Contoh negara yang menganutnya yaitu negara Amerika Serikat.
2. Nilai Nominal. Dalam hal ini konstitusi menurut hukum memang berlaku tetapi
kenyataanya tidak sempurna. Ketidak sempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini
jangan dikacaukan bahwa sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari
konstitusi yang dipraktekan oleh Negara Indonesia.
3. Nilai Semantik. Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya
hanya sekedar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk
melaksanakan kekuasaan politik contoh negara Indonesia pada masa Orde Lama.
C. Fungsi Konstitusi
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu negara yang menetapkan dasar-dasar organisasi
pemerintahan, hak-hak dan kewajiban warga negara, serta hubungan antara pemerintah dan
warga negara. Fungsi konstitusi sangat penting dalam menjaga stabilitas, keadilan, dan tata
kelola pemerintahan yang baik. Beberapa fungsi utama konstitusi meliputi:
1. Menetapkan Kedaulatan Hukum: Konstitusi menetapkan bahwa hukum adalah otoritas
tertinggi dalam suatu negara. Ini berarti bahwa semua pihak, termasuk pemerintah,
harus tunduk pada hukum yang berlaku.
2. Mengatur Pembagian Kekuasaan: Konstitusi menetapkan pembagian kekuasaan antara
berbagai lembaga pemerintahan, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pembagian
ini bertujuan untuk mencegah konsentrasi kekuasaan yang berlebihan dan menghindari
penyalahgunaan kekuasaan.
3. Melindungi Hak Asasi Manusia: Konstitusi umumnya mengandung deklarasi atau
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Ini melibatkan hak-hak dasar seperti
kebebasan berbicara, kebebasan beragama, hak atas pendidikan, dan lain sebagainya.
4. Menetapkan Sistem Pemerintahan: Konstitusi menentukan struktur dan fungsi dari
berbagai lembaga pemerintahan, seperti presiden, parlemen, dan sistem peradilan. Hal
ini membantu dalam pembentukan pemerintahan yang efisien dan efektif.
Hans Kelsen mengatakan bahwa kosntitusi asli dari suatu negara adalah karya pendiri
negara tersebut. Dan ada beberapa cara perubahan konstitusi menurut Kelsen yaitu :
1. Perubahan yang dilakukan diluar kompetensi organ legislatif biasa yang dilembagakan
oleh konstitusi tersebut, dan dilimpahkan kepada sebuah konstituante, yaitu suatu organ
khusus yang hanya kompeten untuk mengadakan perubahan-perubahan konstitusi
2. Dalam sebuah negara federal, suatu perubahan konstitusi bisa jadi harus disetujui oleh
dewan perwakilan rakyat dari sejumlah negara anggota tertentu.
Miriam Budiarjo mengemukakan adanya empat macam prosedur perubahan konstitusi, yaitu
1. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat misalnya ketentuan kuorum dan
jumlah minimum anggota badan legislatif untuk menerima perubahan.
2. Referendum atau plebisit, contoh : Swiss dan Australia
3. Negara-negara bagian dalam suatu negara federal harus menyetujui, Contoh : Amerika
Serikat
4. Musyawarah khusus (special convention), contoh : beberapa negara Amerika Latin
Dengan demikian apa yang dikemukakan Miriam Budiarjo pada dasarnya sama dengan
yang dikemukakan oleh Hans Kelsen.
Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak
Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam delapan
periode yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
4. Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober
5. Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000
6. Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001
7. Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002
8. Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945
terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4 tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
3. 16 Bab;
4. 37 Pasal
5. 4 aturan peralihan;
6. 2 Aturan Tambahan.
BAB III
KESIMPULAN
Sulaeman, Asep. 2012. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Asman Press
Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gamedia
Gatara, A.A. Sahid. 2008. Civic Education: Pendidikan Politik, Nasionalisme Dan
Demokrasi. Bandung: Q-Vision,
Priyanto, A. T Sugeng, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning: Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
http://id.wikipedia.org/wiki/
Mahfud MD, Amandemen Konstitusi menuju Reformasi Tata Negara, UII Press, Yogyakarta,
1999, hal 54
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2008, hal 134
Mukthie Fadjar, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, Penerbit In-TRANS,
Malang, 2003, hal 41
Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1995, hal 21
Rukmana Amanwinata, Pengaturan dan Batas Implementasi Kemerdekaan Berserikat dan
Berkumpul Dalam pasal 28 UUD 1945, yang di Kutip Oleh Ellydar Chaidir, Hukum dan Teori
Konstitusi, ToTal Media, Yogyakarta, januari, 2007. Hal 20-21
Wirjono Prodjokoro, Azas-azas Hukum Tata Negara Indonesia, Ibid. Hal 21
Sri Soemantri, UUD 1945 Kedudukan dan Artinya Dalam Kehidupan Bernegara, Ibid.
Sri Soemantri, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Ibid. Hal 22
E.C.S. Wade & G. Godfray Philips, Constitutional Law, Ibid. Hal 33
Eric Barendt, Introduction ...., Ibid. Hal 33
Bryan A. Garner, Black Law Dictionary, Ibid. Hal 35
Hans Kalsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Penerbit Nusamedia &
Penerbit Nuansa, Cetakan Ketiga, September, 2007, hal 244-245
Abu Daud Busroh dan Abu Bakar Busroh, Asas-asas Hukum Tata Negara, yang dikutip oleh H.
Dahlan Thaib et.al, Teori dan Hukum Konsitusi, Cetakan Keempat (PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004), hal 10