PENDAHULUAN
Dalam mempelajari ilmu hukum ada dua cabang ilmu pengantar yang
sama-sama membahas tentang hukum, yaitu Pengantar Hukum Indonesia
(PHI) dan Pengantar Ilmu Hukum (PIH), tetapi objek kajiannya berbeda.
Pengantar Hukum Indonnesia (PHI) merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan hukum yang membahas atau mempelajari hukum yang berlaku
sekarang di Indonesia atau hukum positif Indonesia (ius constitutum = hukum
positif), sedang PIH membahas atau mempelajari hukum dalam konteks yang
universal, dalam artian tidak terbatas pada tempat dan waktu. Pengertian
universal bukanlah berlakunya hukum itu tetapi adalah bagian-bagian atau segi-
segi dari objek hukumnya itu yang berlaku secara universal, seperti subyek dan
obyek hukum, akibat hukum dan unsur-unsur hukum. Oleh karena itu dapatlah
dikatakan bahwa PIH merupakan dasar atau basic dari Pengantar Hukum
Indonesia.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa obyek PHI adalah
hukum positif Indonesia atau hukum yang berlaku pada saat sekarang di
Indonesia.
Soal Ujian
Jelaskan pengertian dan ruang lingkup objek Pengantar Hukum
Indonesia (PHI) dan jelaskan perbedaannya dengan
Pengantar Ilmu Hukum (PIH)
Soal Ujian
Jelaskan tujuan mempelajari Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo
2
adanya negara hukum Indonesia, yaitu sejak Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikian sejak Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia
telah mengambil keputusan untuk menentukan dan melaksanakan hukum
Indonesia sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia.
Terkait dengan pelaksanaan hukum Indonesia tersebut dituangkan dalam
Memorandum DPRGR tanggal 9 Juni 1966, antara lain menyatakan bahwa :
“Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan pada tanggal 17-8-1945
adalah detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik
pembangunan tertib hukum nasional, tertib hukum Indonesia”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan tata hukum
Indonesia bertitik tolak dari sejak Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu Proklamasi berarti :
1. Menegaskan Indonesia menjadi suatu negara
2. Pada saat itu pula menetapkan tata hukum Indonesia.
Sebagai landasan dasar untuk kesempurnaan pembangunan dan
pelaksanaan tata hukum Indonesia tersebut pada tanggal 18 Agustus 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), menetapkan dan
mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Di dalam UUD 1945 inilah tertulis secara garis besar tentang dasar-
dasar tata hukum Indonesia. Namun dikarenakan undang-undang organik pada
waktu itu, hingga dewasa ini masih belum banyak, maka untuk mengisi
kekosongan hukum itu, melalui ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945,
diperlakukan banyak peraturan-peraturan yang berasal dari zaman Hindia
Belanda selama tidak bertentangan dengan jiwa UUD 1945. Di mana pada
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, dinyatakan bahwa : “Segala Badan
negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”. (A. Siti Soetami, 1995:
2).
3
Soal Ujian
Uraikan secara singkat sejarah hukum Indonesia,
dan sebutkan dasar hukumnya.
4
3. Sarana dan prasarana; dan
4. Pembinaan budaya hukum masyarakat.
Pembinaan hukum yang dilakukan tidak hanya membuat yang baru tapi
juga menyesuaikan hukum yang ada di dalam masyarakat. Pembinaan itu
sendiri harus mempunyai pola, dalam hal ini adalah wawasan nusantara.
Di dalam negara Republik Indonesia akan hanya dikenal satu hukum
nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional. Hukum yang disusun
adalah hukum yang modern, meningkat sesuai dengan kemampuan, sesuai
dengan kebutuhan, yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
5
1. Konsentris, artinya adanya suatu tangan yang mengatur/membuat (yaitu
undang-undang)
2. Konvergen, artinya hukum Indonesia bersifat terbuka terhadap perubahan
dan perkembangan.
3. Tertulis untuk menjamin kepastian hukum.
Soal Ujian :
DAFTAR PUSTAKA
6
POKOK BAHASAN II
SUMBER-SUMBER HUKUM POSITIF
DAN PEMBEDAAN JENIS-JENIS
HUKUM
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang sumber-sumber
hukum positif di Indonesia dan pembedaan jenis-jenis hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-
aturan dan mempunyai kekuatan hukum yang bersifat memaksa, yakni aturan-
aturan apabila dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
7
Ad. a. Undang-undang (Statute)
Undang-undang adalah peraturan negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh negara.
Undang-undang mempunyai dua arti, yaitu :
1) Undang-undang dalam arti formal atau undang-undang dalam arti
sempit, ialah setiap peraturan atau ketetapan yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk undang-
undang dan diundangkan sebagaimana mestinya.
Contoh : UUD yang dibuat berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945. Alat
perlengkapan negara itu ialah Presiden dengan persetujuan DPR.
2) Undang-undang dalam arti materil atau undang-undang dalam arti luas,
ialah setiap peraturan atau ketetapan yang tidak dibuat oleh badan
pengundang-undangan tapi isinya berlaku mengikat umum (setiap
orang).
Contoh : Peraturan Pemerintah Provinsi, berlaku umum untuk daerah
provinsi yang bersangkutan.
8
2. Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan sudah tidak
ada lagi;
3. Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang
membuatnya;
4. Telah diadakan undang-undang yang baru, yang isinya bertentangan
dengan undang-undang yang berlaku.
9
Perbedaan yang mendasar antara kebiasaan dan adat :
1. Dilihat dari paham Kebiasaan muncul dari individualisme
Adat muncul dari paham kolektivisme
2. Dilihat dari sumber Kebiasaan bersumber dari pengaruh asing
Adat bersumber dari produk budaya
Indonesia asli
10
Ad. d. Traktat (treaty)
Traktat (treaty) adalah perjanjian yang diadakan oleh negara-negara
atau perjanjian-janjian internasional.
Traktat mempunyai dua bentuk, yaitu :
1. Traktat bilateral adalah traktat yang diadakan hanya oleh dua negara.
2. Traktat multilateral adalah traktat yang diadakan hanya oleh lebih dari
dua negara.
Bilamana perjanjian multilateral memberi kesempatan kepada negara
yang pada mulanya tidak turut mengadakan, kemudian menjadi pihak, maka
perjanjian itu merupakan perjanjian terbuka atau kolektif.
Contoh : Charter (Piagam) PBB
Akibat adanya suatu perjanjian maka pihak-pihak yang melakukan
perjanjian tersebut terikat pada isi perjanjian yang diadakan. Oleh karena itu
perjanjian tersebut harus ditaati dan ditepati. Hal ini disebut “Facta Sunt
Servanda”, yaitu mengikat dan berlaku sebagai peraturan hukum terhadap
warga negara bagi masing-masing negara yang mengadakannya. Traktat
dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Agar traktat itu mempunyai kekuatan berlaku mengikat, harus melalui
prosedur-prosedur tertentu baik menurut hukum internasional maupun
hukum nasional dari negara-negara yang bersangkutan. Utrecht
mengatakan harus melalui empat tingkatan (fase) yaitu :
1. Penetapan (sluiting), yaitu penetapan isi perjanjian oleh utusan atau
delegasi masing-masing negara.
2. Persetujuan masing-masing Dewan Perwakilan Rakyat dari pihak yang
bersangkutan.
3. Ratifikasi atau penegasan oleh masing-masing Kepala Negara
4. Pelantikan atau pengumuman (afkondiging)
11
Dalam persidangan di pengadilan hakim sering berpegang pada
anggapan seorang sarjana hukum atau beberapa sarjana hukum yang
terkenal namanya, misalnya Von Buri.
Dalam penetapan apa yang akan menjadi dasar keputusan-
keputusannya, maka hakim sering mengutip pendapat seorang ahli atau
sarjana/ahli hukum tersebut untuk menentukan bagaiamana seharusnya,
sehingga pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut.
Dalam hubungan internasional pendapat sarjana hukum terkenal
mempunyai pengaruh hukum yang besar. Bagi hukum internasional
pendapat para sarjana hukum merupakan sumber hukum yang sangat
penting. Mahkamah Internasional dalam Piagam Mahkamah Internasional,
Pasal 38 ayat (1), mengakui dalam menimbang dan memutus suatu
perselisihan dapat menggunakan beberapa pedoman yang salah satunya
adalah pendapat-pendapat sarjana hukum.
Syarat-syarat doktrin untuk menjadi sumber hukum, adalah :
1. Harus ada relevansinya;
2. Telah diakui kebenarannya;
3. Tidak bertentangan dengan norma hukum;
4. Telah dibuktikan dengan benar.
12
Soal Ujian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sumber hukum formil, dan
sebutkan lima jenis sumber hukum formil tersebut.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan undang-undnag dalam
artian materil dan formil.
3. Jelaskan syarat sah berlakunya suatu undang-undang.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asas “undang-undang
tidak berlaku surut”
5. Apa yang dimaksud dengan asas “lex specialis derogat lex
generalis” (Undang-undang yang berlaku khusus
mengenyampingkan undang-undang yang bersifat umum),
berikan contoh.
6. Apa yang dimaksud dengan yurisprudensi, dan sebut dasar
hukumnya.
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sumber hukum kebiasaan,
dan sebutkan dasar hukumnya.
13
d. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan
pengadilan.
e. Hukum ilmu (doktrin), yaitu hukum yang terdapat dalam pandangan ahli
hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
2. Berdasarkan isinya
a. Hukum Publik (public law), yaitu aturan hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum yang menyangkut kepentingan umum. Atau
dapat dikatakan sebagai aturan hukum yang mengatur hubungan hukum
atara negara dengan perseorangan atau hubungan antara negara
dengang alat perlengkapannya dengan menitikberatkan pada
kepentingan umum.
b. Hukum Privat (privat law), yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan pada kepentingan perseorangan (pribadi)
3. Berdasarkan bentuknya
a. Hukum tertulis (geschreven rect) ialah hukum sebagaiamana yang
tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan) ialah hukum yang hidup dalam
masyarakat, meskipun tidak tertulis tetapi ditaati dalam pergaulan di
masyarakat.
14
6. Berdasarkan sifat atau sanksinya
a. Hukum yang memaksa, yaitu aturan hukum yang dalam keadaan konkrit
tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang diadakan para pihak.
Atau dengan kata lain aturan hukum yang tidak boleh tidak dilaksanakan
atau diikitui para pihak.
Contoh :
- Pasal 147 KUHPer
Atas ancaman kebatalan, setiap perjanjian kawin harus dibuat
dengan akta notaris sebelum perkawinan berlangsung.
- Pasal 1334 ayat (2) KUHPer.
Barang-barang yang baru akan ada kemudian hari dapat menjadi
pokok suatu persetujuan. (ayat 1)
Tetapi tidaklah diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang
belum terbuka, ataupun untuk meminta diperjanjikan sesuatu hal
mengenai warisan itu, sekalipun dengan sepakatnya orang yang
nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok
persetujuan itu; dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan Pasal
169, 176, dan 178. (ayat 2)
b. Hukum pelengkap, yaitu hukum yang dalam keadaan konkrit dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Bilamana kedua belah pihak dapat menyelesaikan soal mereka dengan
membuat sendiri suatu peraturan, maka peraturan hukum yang
tercantum dalam pasal yang bersangkutan tidak perlu dijalankan.
15
8. Berdasarkan strukturnya
Mengeani struktur hukum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan,
yaitu :
a. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Tertib sumber hukum dan tata
urutan perundang-undangan Indonesia dan dikuatkan oleh Tap MPR No.
V/MPR/1973, yaitu :
1) UUD 1945
2) TAP MPR (termasuk MPRS)
3) UU/PERPU
4) Peraturan Pemerintah (PP)
5) Keputusan Presiden (Keppres)
6) Peraturan-peraturan pelaksana lainnya.
b. TAP MPR RI No. III Tahun 2000 tentang Sumber Hukum Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
Soal Ujian
1. Jelaskan perbedaan hukum publik dan hukum privat !
2. Sebutkan tata urutan perundang-undangan di Indonesia menurut
ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 !
16
DAFTAR PUSTAKA
17
POKOK BAHASAN III
ASAS-ASAS POKOK HUKUM
PERDATA
Soal Ujian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum perdata !
2. Jelaskan mengapa kaidah hukum perdata bersifat privat !
18
B. Sejarah Hukum Perdata Indonesia
19
- Buku II memuat tentang hak dan kewajiban yang ditImbulkan oleh
perkapalan (van de rechten en verpligtingen uit scheepvaart
woortuittende).
20
Soal Ujian
1. Uraikan secara singkat dan padat tentang sejarah Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Indonesia.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum perdata.
3. Sebut isi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dilihat ilmu
pengetahuan hukum.
21
diatur pada Pasal 2 KUHPerdata ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut : “Anak
yang ada dalam kandungan ibunya dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana
kepentingan si anak menghendakinya”
Berdasarkan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa seorang anak yang masih
dalam kandungan ibunya sudah dijamin mendapat warisan, jika ayahnya
meninggal dunia sebelum ia dilahirkan, karena di sini kepentingan si anak yang
dalam kandungan ibunya menghendakinya.
22
2. Teori Kekayaan oleh Brinz, van der Heidjen
Adanya badan hukum diberi kedudukan sebagai orang disebabkan badan
ini mempunyai hak dan kewajiban yaitu hak atas harta kekayaan dan
dengan harta kekayaan itu memunuhi kewajiban-kewajibannya kepada
pihak ketiga. Oleh karena itu badan tersebut memiliki hak/kewajiban, maka
berarti ia merupakan pendukung hak dan kewajiban, yang berarti ia adalah
subjek hukum.
23
3. Memiliki AD/ART yang disahkan oleh Menteri Kehakiman;
4. Mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan anggotanya;
5. Didaftarkan di Panitera Pengadilan Negeri setempat;
6. Disahkan oleh yang berwenang
Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum
dengan cara :
a. Didirikan dengan akte notaris;
b. Didaftarkan di Panitera Pengadilan Negeri setempat;
c. Memiliki AD/ART yang disahkan oleh Menteri Kehakiman;
d. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
Soal Ujian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan subjek hukum dalam
lapangan hukum perdata !
2. Mengapa badan hukum dalam hukum perdata dianggap sebagai
subjek hukum, jelaskan dengan didukung minimal satu teori.
24
1. Perkawinan/pernikahan;
2. Perceraian;
3. Kedudukan anak;
4. Kekuasaan orang tua (ouderlijke macht);
5. Perwalian (voogdij);
6. Pengampuan (curatele).
1. Hukum Perkawinan/pernikahan
a. Perkawinan Menurut Hukum Perdata
Hukum perkawinan adalah peraturan-peraturan hukum yang
mengatur perbuatan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya antara dua
pihak, yaitu seorang laki-laki dan seorang wanita dengan maksud hidup
bersama untuk waktu yang lama menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan dalam undang-undang.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu
perkawinan menurut hukum perdata barat adalah :
1. Pihak-pihak calon mempelai dalam keadaan tidak kawin;
2. Laki-laki berumur 18 tahun, perempuan 15 tahun;
3. Dilakukan di muka Pegawai Catatan Sipil;
4. Tidak ada hubungan pertalian darah yang terlarang;
5. Dengan kemauan yang bebas (tidak ada paksaan).
25
Penyebab putusnya perkawinan adalah :
1. Kematian;
2. Kepergian suami atau isteri selama 10 tahun berturut-turut;
3. Akibat perpisahan meja makan dan tempat tidur selama 10 tahun;
4. Perceraian, yang disebabkan : zina, meninggalkan tempat tinggal
dengan sengaja, hukuman penjara lima tahun, penganiayaan yang
mengakibatkan luka berat.
26
2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;
3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
2) Syarat-syarat perkawinan
Pada Pasal 6 UU No. 1 Tahun 1974, dinyatakan syarat-syarat
perkawinan, yaitu :
a. Perkawinan harus atas persetujuan kedua calon mempelai;
b. Harus mendapat izin dari kedua orang tuanya bagi yang belum
berumur 21 tahun;
c. Dalam hal salah salah seorang dari kedua orang tua telah
meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan
kehendaknya, maka izin cukup diperoleh dari orang tua yang
masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan
kehendaknya;
d. Dalam hak kedua orang tua telah meninggal dunia atau tidak
mampu menyatakan kehendak, maka izin cukup diperoleh dari
wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai
hubungan darah dalam garis lurus ke atas.
e. Syarat umur ditentukan untuk pria berumur 19 tahun, sedang
untuk wanita berumur 16 tahun.
27
3) Larangan perkawinan
Larangan-larangan bagi seorang pria dan seorang wanita untuk
melangsungkan perkawinan diatur dalam Pasal 8 UU No. 1 Tahun
1974, yaitu :
a. Ada hubungan darah dalam garis keturunan ke atas;
b. Ada hubungan darah dalam garis keturunan menyamping;
c. Ada hubungan semenda, yaitu : mertua, anak tiri, menantu, dan
ibu/bapak tiri;
d. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain
yang berlaku, dilarang kawin.
28
5) Harta benda dalam perkawinan (Pasal 35 sampai 37 UU No
1/1974)
a. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama;
b. Harta bawaan dari masing-masing masing-masing suami dan
isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-
masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain;
c. Mengenai harta bersama, suami dan isteri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak;
d. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
mengenai harta bendanya;
e. Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur
menurut hukumnya masing-masing.
6) Putusnya perkawinan
Perkawinan dapat putus karena :
a. Kematian; b. kematian; dan c. atas keputusan pengadilan.
29
3. Kekuasaan orang tua (ouderlijke macht)
Kekuasaan orang tua meliputi kewajiban untuk mendidik dan memelihara
anaknya. Pemeliharaan meliputi pemberian nafkah, pakaian, dan
perumahan. Kekuasaan orang tua juga meliputi benda atau harta kekayaan
si anak. Dalam hal ini diadakan pembatasan oleh undang-undang, yaitu
mengenai benda-benda yang tidak bergerak, surat-surat sero dan surat-
surat penagihan yang tidak boleh dijual sebelum mendapat izin dari hakim.
Setiap anak yang belum dewasa (belum berusia 21 tahun, belum
menikah) dianggap tidak cakap bertindak dalam lalu lintas hukum oleh
undang-undang, mereka ditentukan tidak dapat mengadakan persetujuan-
persetujuan, maka ia harus diwakili oleh orang tuanya.
Kekuasaan orang tua mulai berlaku sejak lahirnya anak atau sejak hari
pengesahannya dan orang tuanya masing dalam ikatan perkawinan.
Kekuasaan orang tua akan berakhir apabila :
a. Anak tersebut telah dewasa (berumur 21 tahun atau menikah);
b. Perkawinan orang tua putus;
c. Kekuasaan orang tua dipecat oleh hakim dengan alasan :
- Orang tua salah mempergunakan atau sangat melalaikan
kewajibannya sebagai orang tua;
- Berkelakuan buruk;
- Dihukum penjara.
d. Pembebasan dari kekuaasan orang tua, dengan alasan :
- Tidak cakap;
- Tidak mampu untuk melaksanakan kewajiban memelihara dan
mendidik anaknya.
4. Perwalian (voogdij)
Perwalian adalah pengawasan terhadap di bawah usia yang tidak
berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau
kekayaan anak tersebut diatur oleh undang-undang.
Anak yang berada di bawah perwalian adalah :
a. Anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua;
30
b. Anak sah yang orang tuanya telah bercerai;
c. Anak yang lahir di luar perkawinan (natuurlijk kind).
5. Pengampuan (curatele)
Pengampuan (curatele) adalah pengawasan terhadap orang yang sudah
dewasa yang tidak cakap hukum, yaitu : yang dalam keadaan sakit ingatan,
keadaan dungu, pemboros, dan tidak sanggup mengurus kepentingannya
sendiri dengan semestinya.
Permohonan pengampuan ditujukan kepada Pengadilan Negeri dalam
daerah hukum orang yang diminta pengampuan berdomisili. Orang yang
berhak mengajukan permohonan pengampuan adalah suami atau isteri
yang bersangkutan, keluarga sedarah, kejaksaan.
Orang yang berada pengampuan disebut kurandus dan pengampunya
disebut curator. Pengampuan berakhir apabila alasan-alasan yang menjadi
sebab ia berada di bawah pengampuan sudah tidak ada lagi.
Antara pengampuan, perwalian, dan kekuasaan orang tua mempunyai
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kesemuanya itu
mengawasi dan menyelenggarakan hubungan hukum orang-orang yang
dinyatakan tidak cakap bertindak.
Perbedaan antara pengampuan, perwalian, dan kekuasaan orang tua
adalah :
31
Kekuasaan orang tua : kekuasaan asli dilakukan oleh orang tuanya
sendiri yang masih dalam ikatan perkawinan
terhadap anak-anak yang belum dewasa.
Perwalian : Pemeliharaan dan bimbingan dilakukan oleh
wali, dapat salah satu orang tuanya yang
sudah tidak terikat tali perkawinan atau orang
lain terhadap anak yang belum dewasa.
Pengampuan : Bimbingan dilaksanakan oleh curator terhadap
terhadap orang-orang dewasa yang tidak
cakap/tidak mampu.
Soal Ujian
1. Jelaskan pengertian perkawinan menurut Pasal 1 UU No. 1/1974 !
2. Jelaskan syarat sahnya perkawinan menurut Pasal 2 UU No.
1/1974 !
3. Sebutkan syarat-syarat perkawinan menurut Pasal 6 UU No.
1/1974 !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perwalian dan sebutkan
tiga macam perwalian menurut hukum perdata !
5. Apa yang dimaksud dengan pengampuan (curatele) ?
6. Jelaskan perbedaan dan persamaan antara pengampuan,
perwalian, dan kekuasaan orang tua !
32
1. Pengertian Kebendaan dan Hak Kebendaan
Dalam Pasal 499 KUHPer, yang diartikan kebendaan adalah tiap-
tiap barang dan tiap-tiap hak yang dikuasai oleh hak milik.
Macam-macam benda menurut KUHPer adalah :
a. Benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPer)
b. Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUHPer)
Suatu benda termasuk benda termasuk benda bergerak atau tidak
bergerak dapat dilihat dari :
1) Sifatnya
Kebendaan bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang dapat
berpindah atau dapat dipindahkan. Misalnya : kursi, meja, pulpen,
buku, dll.
Kebendaan tidak bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang
tidak dapat dipindahkan. Misalnya : rumah, tanah, pohon, kebun,
sawah, dll.
2) Tujuannya
Benda tak bergerak menurut tujuannya ialah segala benda/barang
yang pada sifatnya adalah termasuk ke dalam pengertian benda
bergerak, namun senantiasa digunakan oleh pemiliknya dan
menjadi alat tetap pada benda yang tidak bergerak. Misalnya : di
pabrik terdapat benda bergerak menurut sifatnya tapi menjadi
benda tak bergerak, yaitu penggilingan, apitan besi, tong, dll.
3) Undang-undang
Benda hak atas benda tak bergerak menurut undang-undang
adalah segala hak atas benda tak bergerak. Misalnya hak pakai
hasil atas benda tak bergerak.
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang adalah hak
atas benda bergerak. Misalnya sero, hak pakai atas benda
bergerak.
33
1) Bezit
Terhadap benda bergerak, barangsiapa yang menguasainya
dianggap sebagai pemiliknya (Pasal 1977 KUHPer), sedangkan
terhadap benda tak bergerak tidak demikian halnya.
2) Levering (penyerahan)
Levering terhadap benda bergerak dapat dilakukan dengan
penyerahan nyata, sedangkan terhadap benda tak bergerak
dilakukan dengan balik nama.
3) Verjaring (kadaluarsa)
Terhadap benda bergerak tidak dikenal verjaring sebab bezit sama
dengan eigendom tas benda bergerak, sedangkan terhadap benda
tak bergerak mengenal adanya verjaring.
4) Bezwaring (pembebanan)
Pembebenan terhadap benda bergerak harus dilakukan dengan pand
sedang terhadap benda tak bergerak dilakukan dengan hipotik.
34
4) Hak pakai hasil
Hak atas benda tetap atau bergerak, untuk digunakan seluruhnya
serta memungut hasilnya, sedang sifat benda tersebut tidak boleh
berubah atau berkurang nilainya.
5) Hak hipotik
Hak tanggungan yang berupa benda tak bergerak.
6) Hak gadai
Hak tanggungan yang berupa benda bergerak.
7) Hak servitut
Kewajiban bagi pekarangan yang berdekatan dengan kepunyaan
orang lain untuk mengizinkan memakai atau menggunakan
pekarangan tersebut.
35
a. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria
b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
c. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
d. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Soal Ujian
1. Pengertian Perikatan
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal
dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu.
2. Subjek dan Objek Perikatan
Subjek dari perikatan adalah kreditur (si berpiutang) dan debitur (si
berutang). Kreditur (si berpiutang) adalah pihak yang berhak menuntut
sesuatu. Debitur (si berutang) adalah pihak yang berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan.
36
Objek dari perikatan adalah prestasi, yaitu sesuatu yang wajib dipenuhi
oleh debitur dalam setiap perikatan.
Berdasarkan Pasal 1234 KUHPer, macam-macam prestasi adalah :
a. Memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan
barang, dll.
b. Berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak,
membongkar bangunan, membangun rumah, dll.
c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak mendirikan bangunan.
3. Sumber-sumber Perikatan
Berdasarkan Pasal 1233 KUHPer, perikatan bersumber dari :
a. Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada
seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.
Misalnya : perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa, dll.
b. Undang-undang
1) Karena perbuatan:
a) Perbuatan hukum
Pasal 1354 KUHPer :
Jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat
perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain dengan atau
tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam
mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan
37
urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya
dapat mengerjakan sendiri urusan itu
2) Undang-undang saja
a) Pasal 104 KUHPer
Suami dan isteri, dengan mengikatkan diri dalam suatu
perkawinan, dan hanya karena itupun, terikatlah mereka dalam
suatu perjanjian bertimbal balik, akan memelihara dan
mendidik sekalian anak mereka.
38
Ad. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan
hukum apabila ia sudah dewasa, artinya sudah mencapai usia 21
tahun atau sudah menikah.
Pasal 1330 KUHPer:
Tak cakap untuk membuat persetujuan-persetujuan adalah:
1. Orang-orang yang belum dewasa;
2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan.
39
6. Hapusnya Perikatan
Pasal 1381 KUHPer:
Perikatan hapus karena:
Pembayaran
Penawaran pembayaran tunai diikuti penitipan
Pembaharuan hutang (novasi)
Perjumpaan hutang (kompensasi)
Pembebasan hutang
Musnahnya barang yang terutang
Pembatalan
Berlakunya syarat batal
Lewat waktu (daluarsa)
Soal Ujian
40
2) Pewarisan menurut
H. Hukum tentang Pembuktian dan Daluarsa
41
Soal Ujian
1. Sebutkan lima bentuk alat pembuktian dalam hukum perdata !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akte resmi (otentik),
berikan contoh !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persangkaan menurut
undang-undang !
4. Jelaskan dua bentuk sumpah !
5. Apa yang dimaksud dengan lewat waktu (daluarsa) menurut
ketentuan Pasal 1946 KUHPer ?
42