INDONESIA
ANGGITA DORAMIA LUMBANRAJA, S.H., M.H.
FAKUTLAS HUKUM, UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JAWA TENGAH
STUDY HIGHLIGHTS
1. Tata Hukum Indonesia 10.Hukum Ketenagakerjaan
2. Sumber-Sumber Hukum 11.Hukum Administrasi Negara
3. Hukum Perdata 12.Hukum Adat
4. Hukum Dagang 13.Hukum Internasional
5. Hukum Tata Negara 14.Hukum Perdata Internasional
6. Hukum Pidana 15.Hukum Agraria
7. Hukum Acara Perdata 16.Hukum Pajak
8. Hukum Acara Pidana 17.Peradilan
9. Hukum Acara Tata Usaha Negara
LESSON NO. 1
Tata Hukum
Indonesia
SUBSTANCE
• Tata Hukum dan Tata Hukum Indonesia
• Politik Hukum Indonesia
• Pembinaan Hukum Nasional
Tata Hukum
• Tata Hukum (Recht Orde) adalah hukum yang berlaku, terdiri dari dan
diwujudkan oleh ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan hukum yang saling
berhubungan dan saling menentukan, dan oleh karena itu keberadaannya
merupakan suatu susunan atau tatanan.
• Tata hukum kerap disebut sebagai hukum positif / Ius Constitutum– hukum yang
berlaku di suatu tempat pada saat tertentu.
• Tata hukum itu sah, berlaku bagi suatu masyarakat tertentu jika dibuat ditetapkan
oleh penguasa (authority) masyarakat itu.
• Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri
dan oleh sebab itu turut serta sendiri dalam berlakunya tata hukum itu (tunduk
kepada tata hukum itu) disebut Masyarakat Hukum.
• Masyarakat Hukum adalah suatu masyarakat yang menetapkan tata hukum
bagi masyarakat itu sendiri dan tunduk pada tata hukum tersebut.
Tata Hukum Indonesia
• Tata Hukum Indonesia adalah tata hukum yang dibuat,
ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia atau oleh negara
Indonesia
• Tata Hukum Indonesia ada sejak Proklamasi Kemerdekaan (17
Agustus 1945). Hal ini dinyatakan di dalam MEMORANDUM DPRGR 9
Juni 1966 :
“..Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah detik ‘penjebolan’ tertib hukum kolonial dan sekaligus
detik pembangunan tertib hukum nasional, tertib hukum Indonesia dan
seterusnya…”
Peraturan Peralihan dalam mencegah
kekosongan hukum
• Meskipun telah merdeka, Indonesia belum mampu mengubah sama sekali hukum yang
sudah berlaku dalam masyarakat. Hal ini diakui negara melalui Pasal II Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945 :
“..Segala Badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini..”
• Setelah adanya Amandemen UUD NRI 1945 yang dimulai sejak orde reformasi (1999-
2002), aturan peralihan ada didalam Pasal I dan II :
• Pasal I Aturan Peralihan :
“…Segala Peraturan Perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut UUD ini..”
• Pasal II Aturan Peralihan :
“..Semua lembaga negara yang masih ada tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan UUD dan belum diadakan yang baru menurut UUD ini..”
Peraturan Peralihan dalam mencegah
kekosongan hukum
• Peraturan Peralihan adalah pasal yang berisi petunjuk mengenai
peralihan dari tata hukum yang lama ke tata hukum yang baru
• Fungsi peraturan peralihan adalah untuk mencegah terjadinya
kevakuman/kekosongan hukum. Sebab apabila terjadi kekosongan hukum
berarti Indonesia tidak memiliki suatu pegangan dalam tata tertib hidup.
• Maka peraturan-peraturan dari zaman Hindia Belanda selama tidak
bertentangan atau belum dibuat (tidak ada hukum yang baru) menurut
UUD baru dinyatakan tetap berlaku.
• Hukum Belanda berlaku di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) pada masa
kolonial, dikarenakan adanya Asas Konkordansi.
• Asas Konkordansi adalah prinsip penyesuaian hukum dari negara penjajah
di daerah hukum negara jajahan
Pengertian POLITIK HUKUM
• Bellefroid :
“..Politik Hukum adalah menyelidiki tuntutan-tuntutan sosial yang hendak diperhatikan oleh hukum sehingga isi
ius constituendum ditunjuk oleh politik hukum supaya constitutum disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat..”
• W. Zevenbergen :
“..Politik hukum adalah mempersoalkan hal-hal mana dan dengan cara bagaimana hukum itu harus diatur..”
• Satjipto Rahardjo :
“..Politik hukum adalah aktivitas memilih dan cara yang hedak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan
hukum tertentu dalam masyarakat. Politik hukum merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
dinamika yang demikian itu, karena ia diarahkan kepada iure constituendo, hukum yang seharusnya berlaku..”
• Teuku Mohamamad Radhie, SH (Prisma No. 6 Tahun ke II Des. 1973) isinya :
“..Adapun Politik Hukum di sini hendak kita artikan sebagai suatu pernyataan kehendak Penguasa Negara
mengenai hukum yang belaku di wilayahnya, dan mengenai arah ke mana hukum hendak dikembangkan..”
Pengertian POLITIK HUKUM
• Secara umum politik hukum merupakan policy atau kebijakan negara
di bidang hukum yang sedang (ius constitutum) dan akan berlaku (ius
constituendum) dalam suatu negara.
• Dengan adanya politik hukum negara dapat menentukan jenis-jenis
atau macam-macam hukum, bentuk hukum, materi dan/atau sumber
hukum yang diberlakukan dalam suatu negara pada saat ini dan yang
akan datang.
• Politik hukum biasanya dicantumkan dalam Undang-Undang Dasarnya
tetapi ada pula yang tidak.
• Apakah UUD 1945 mencamtukan politik hukum Indonesia?
POLITIK HUKUM INDONESIA
• Teuku Mohamamad Radhie, SH (Prisma No. 6 Tahun ke II Des. 1973) isinya :
“..Adapun Politik Hukum di sini hendak kita artika sebagai pernyataan
kehendak Penguasa Negara mengenai hukum yang belaku di wilayahnya,
dan mengenai arah ke mana hukum hendak dikembangkan..”
• Pasal Kodifikasi – Pasal 102 UUD 1950 berisi :
“..Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun hukum
pidana militer, hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan
kekuasaan pengadilan, diatur dengan undang-undang dalam kitab-kitab
hukum, kecuali jika pengundang-undang menganggap perlu untuk mengatur
beberapa hal dalam undang-undang tersendiri.”
• Pasal kodifikasi dihapus setelah adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
POLITIK HUKUM INDONESIA
• Politik Hukum Indonesia ditegaskan di dalam Pembukaan dan Pasal-
Pasal UUD NRI Tahun 1945 (memuat tujuan, dasar, cita hukum dan
norma dasar negara Indoneisa yang menjadi tujuan dan pijakan dari
politik hukum di Indonesia)
• Tujuan politik hukum Indonesia :
1. Sebagai alat (tool) atau sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
menciptakan suatu sistem hukum nasional Indonesia
2. Sebagai sarana untuk merekayasa perkembangan, perubahan yang terjadi
dalam kehidupan kenegaraan
3. Arah yang ingin diwujudkan dalam pembangunan di bidang hukum
POLITIK HUKUM INDONESIA
• Pada masa Orde Lama (Soekarno) POLA PEMBANGUNAN NASIONAL
SEMESTA DAN BERENCANA (PNSB)
• Pada masa Orde Baru (Soeharto), Politik Hukum Indonesia termuat secara
jelas (tersurat) dan padat dalam GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA
(GBHN) yang diatur dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973
• Pada masa Orde Reformasi, Politik Hukum Indonesia ditemui secara tersirat
di dalam PROGRAM PEMBANGUNGAN NASIONAL (PROPENAS) dalam
Ketetapan MPR No IV Tahun 1999 jo UU Nomor 25 Tahun 2000
• Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945. Politik Hukum Indonesia ditemui
secara tersirat : 1) RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) – 20
tahun, 2) RPJM (Rencana Pembangan Jangka Menengah) – 5 tahun
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
• Setiap negara yang merdeka dan berdaulat harus mempunyai hukum
nasional di segala bidang hukum
• Pada tahun 1956 Perhimpunan Sarjana Hukum Nasional Indonesia
mengajukan permohonan kepada Perdana Menteri RI agar dibentuk
suatu Panitia Negara Pembinaan Hukum Nasional.
• Dengan Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 1958 dibentuk
Lembaga Pembinaan hukum nasional di Jakarta dengan tujuan
mencapai tata hukum nasional.
LEMBAGA PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
(1958 -1974)
• Tugas lembaga Pembinaan Hukum Nasional itu adalah “melaksanakan
pembinaan hukum nasional dengan tujuan mencapai tata hukum
nasional :
1) Menyiapkan rancangan-rancangan peraturan perundangan :
a) Untuk meletakkan dasar-dasar tata hukum nasional
b) Untuk menggantikan peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan tata
hukum nasional
c) Untuk masalah-masalah yang belum diatur dalam suatu peraturan
perundangan
2) Menyelenggarakan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyusun
peraturan perundangan
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
(1974-sekarang))
• Merupakan salah satu lembaga di bawah Kementerian Hukum dan HAM
• Memiliki tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan hukum nasional
• Fungsi BPHN :
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan teknis di bidang pembinaan hukum nasional
2. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan hukum
nasional
3. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
4. Pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan badan
5. Pembinaan dan pengembagnan sistem hukum nasional
6. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana pembangungan hukum nasional dan prolegnas
7. Pembinaan pembimbingan dan koordinasi serta kerjasama di bidang penyuluhan hukum
8. Penyelenggaraan kegiatan dalam upaya membentuk budaya hukum masyarakat
9. Pembinaan dan pengembangan sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum serta
perpustakaan hukum
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
Peristiwa penting dalam Pembinaan
Hukum Nasional adalah penemuan-
penemuan yang dilakukan oleh
Dr. Sahardjo (Menteri Hukum dan
HAM pada Kabinet Kerja I, II, III
(1959-1963)) yakni …
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
1. Simbol/lambang keadilan “Dewi Themis (Keadilan)”
diganti menjadi Pohon Beringin yang memiliki arti
“pengayoman”
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
2. Istilah Lembaga Penjara diganti menjadi Lembaga
Permasyarakatan (Lapas) yang lebih sesuai dengan
sendi-sendi negara yang ber-Pancasila.
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
3. Kodifikasi zaman kolonial belanda (BW dan WvK)
tidak berlaku sebagai wetboek tetapi hanya sebagai
rechtboek yaitu hanya sebagai dokumen yang
menggambarkan suatu kelompok hukum yang harus
dipakai oleh hakim sebagai “pedoman” dalam
melakukan peradilan
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
POLA
WAWASAN NUSANTARA
PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEPENTINGAN NASIONAL
MENGABDI PADA
UNDANG-UNDANG
UNDANG-UNDANG
Menurut Joannes Theodorus BUYS
• DALAM ARTI FORMIL (Wet in formele zin)
Setiap keputusan Pemerintah yang merupakan undang-
undang karena cara pembuatannya. (contoh : UU dibuat
bersama oleh presiden bersama-sama dengan DPR)
• DALAM ARTI MATERIIL (Wet in materiele zin)
Setiap keputusan Pemerintah yang menurut isinya
mengikat langsung setiap penduduk.
Berlakunya
UNDANG-UNDANG
• Syarat mutlak untuk berlakunya suatu UU ialah
diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh
Sektretaris Negara (dahulu oleh Menteri Kehakiman)
• Tanggal mulai berlakunya suatu UU seusai tanggal yang
ditentukan oleh UU itu sendiri. Jika tidak disebutkan,
maka mulai berlaku setelah 30 hari sesudah
diundangkan dalam LN
Lembaran Negara
• Peraturan perundangan yang diundangkan dlm LN
meliputi :
a) UU/Perpu
b) Perpres mengenai : 1) pengesahan perjanjian antar negara
RI dan negara lain atau badan internasional; 2) pernyataan
keadaan bahaya
c) Peraturan perundangan lain yang menurut peraturan
perundangan yang berlaku harus diundangkan dalam LN
• Peraturan perundangan lain diundangkan dalam Berita
Negara
Tambahan LN
Tambahan BN
•Tambahan Lembaran Negara memuat
penjelasan Peraturan Perundangan yang
dimuat dalam Lembaran Negara RI
•Tambahan Berita Negara RI memuat
penjelasan Peraturan Perundangan yang
dimuat dalam Berita Negara RI.
Berlakunya
UNDANG-UNDANG
• Setelah suatu UU diundangkan dalam LN, maka berlakulah Asas Fictie
Hukum
• Asas Fictie Hukum artinya setiap orang dianggap telah mengetahui
adanya suatu UU yang telah diundangkan
• Istilah-istilah dalam bahasa latin asas fictie hukum : Ignorare Legis est
lata culpa (to be ignorant of the law is gross negligence), Ignorantia
juris non excusat/ignorantia legis neminem excusat (ignorance of
the law is not an excuse), presumption iuris et de iure (persangkaan
yang secara hukum dapat dibenarkan)
• Aristoteles : nemo censetur ignorare legem (nobody is thougt to be
ignorant of the law)/ ignorantia iuris nocet (not knowing the law is
harmful)
TidakBerlakunya
UNDANG-UNDANG
1. Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh undang-
undang itu tidak ada lagi
2. Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan
sudah tidak ada lagi
3. Undang-undang itu dengan tegas dicabtu oleh instansi
yang membuat atau instansi yang lebih tinggi
4. Telah diadakan undang-undang yang baru yang isinya
bertentangan dengan undang-undang yang dulu berlaku.
ASAS-ASAS
PERATURAN PERUNDANGAN
• Asas Retroaktif (ex post Facto)
UU tidak berlaku surut
• UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
kedudukannya mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi lagi
• Lex Posterior derogate Legi Priori
• Lex Specialis derogate Legi Generali
TAP/MPRS/XX/1966
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU, PERPU
• PP
• KEPRES
• PERATURAN PELAKSANA LAIN : PERATURAN
MENTERI, INSTRUKSI MENTERI
TAP/MPR/III/2000
• UUD 1945
• Tap MPR
• UU
• PERPU
• PP
• KEPRES
• PERDA
UU NO. 10/2004
• UUD RI 1945
• UU/PERPU
• PP
• PERPRES
• PERDA
UU NO. 12/2011
• UUD NRI 1945
• TAP MPR
• UU/PERPU
• PP
• PERPRES
• PERDA PROVINSI
• PERDA KABUPATEN/KOTA
(2)
YURISPRUDENSI
(Keputusan Hakim)
YURISPRUDENSI
• Istilah-istilah Yurisprudensi :
• Latin : Jurisprudentia
• Belanda : Jurisprudentie
• Perancis : Jurisprudence
• Jerman : Jurisprudenz
• Perbedaan pemaknaan Yurisprudensi :
• filsafat hukum
• Teori hukum
• Ilmu Hukum
• Sebuah sistem hukum
• Putusan hakim di pengadilan yang dijadikan sebagai sumber hukum (Judge Made Law)
YURISPRUDENSI
• Yurisprudensi (Keputusan Hakim) merupakan setiap keputusan-keputusan hakim sebelumnya
yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh hakim dalam mengambil keputusan terhadap
perkara-perkara yang memiliki persamaan
• Putusan hakim dapat dijadikan sebagai sumber hukum, karena banyak dalam putusan pengadilan
yang memuat ketentuan-ketentuan baru yang belum ada pengaturannya dalam sistem hukum
yang berlaku
• Kekuatan mengikatnya suatu yurisprudensi di negara-negara Common Law System sangat
berbeda dengan negara-negara Civil Law system .
• Civil Law System, yurisprudensi sebagai persuasive precedent (a judge is not obliged to follow, but
is of importance in reaching a judgment)
• Common Law System, yurisprudensi sebagai binding precedent (a precedent or an existing law
that courts are bound to follow)
• Keputusan hakim yang menjadi yurisprudensi akan menjadi sumber hukum bagi pengadilan
YURISPRUDENSI
• Ada tiga alasan seorang hakim mengikuti
keputusan hakim lain :
• Alasan psikologis : keputusan hakim yang mempunyai
kekuasaan, terutama bilsa keputusan itu dibuat oleh
Mahkamah Agung, maka seorang hakim lain akan
mengikuti keputusan hakim yang mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi tersebut.
• Alasan praktis
• Alasan sependapat
(3)
TRAKTAT
TRAKTAT
(treaty)
• Traktat adalah perjanjian yang dilakukan antar
negara yang memiliki akibat mengikat terhadap
para pihak yang mengadakan perjanjian
berdasarkan asas pacta sunt servanda
• Maka traktat sering disebut sebagai Perjanjian
antar negara
TRAKTAT
(treaty)
• Traktat Bilateral : perjanjian yang diadakan oleh
dua negara
• Traktat Multilateral : perjanjian yang diadakan
oleh banyak negara (lebih dari dua negara)
• Traktat Kolektif (Terbuka) : perjanjian
multilateral yang memberikan kesempatan
kepada setiap negara yang belum
menandatangani untuk menggabungkan diri.
TRAKTAT
(treaty)
• Traktat akan memiliki sifat kekuatan yang
mengikat ke dalam yurisdiksi suatu negara
(kekuatannya sama seperti peraturan
perundangan) apabila traktat mendapatkan
pengesahan dari lembaga legislative atau
lembaga yang berwenang di negara tersebut.
• Traktat dibuat oleh presiden dengan persetujuan
DPR (Lihat pasal 11 UUD NRI 1945)
(4)
KEBIASAAN
KEBIASAAN
• Adat Kebiasaan (Custom) merupakan setiap perbuatan
manusia yang tetap dilakukan secara berulang, sehingga
perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan dianggap
sebagai pelanggaran berdasarkan perasaan hukum.
• Kebiasaan dapat menjadi suatu hukum dengan syarat,
masyarakat memiliki anggapan bahwa, kebiasaan yang
dilakukan merupakan kebiasaan yang harus dilakukan dan
memiliki sifat mengikat terhadap orang yang menjadi
anggota masyarakat tersebut.
KEBIASAAN
• Suatu kebiasaan akan berubah menjadi hukum kebiasaan
apabila kebiasaan tersebut memenuhi dua syarat pokok :
• Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang di dalam
masyarakat
• Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
• Selain kebiasaan, terdapat peraturan yang mengatur tingkah laku
masyarakat yakni : Adat istiadat.
• Adat istiadat adalah himpunan kaidah social yang sudah sejak lama
ada dan merupakan tradisi serta lebih bersifat sacral dan mengatur
tata kehidupan masyarakat tertentu.
KEBIASAAN
• Adat istiadat yang terus hidup dan berkembang di
masyarakat tertentu dapat menjadi hukum adat apabila
memenuhi 4 ketentuan (leopold pospisil) :
1. Authority
2. Intention of universal application
3. Obligation
4. sanction
(5)
DOKTRIN
DOKTRIN
• Doktrin atau pendapat para ahli hukum merupakan pendapat dari
para ahli hukum terkemuka yang memiliki pengaruh terhadap
pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan.
• Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal apabila memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Doktrin dijadikan sebagai pertimbangan dalam keputusan hakim
2. Doktrin diakui sebagai salah satu sumber hukum formal pada hukum
internasional
LESSON NO. 3
Hukum
Perdata
SUBSTANCE
• Sejarah Hukum Perdata
• Buku I : Tentang Orang (van Personen)
• Buku II : Tentang Kebendaan (van Zaken)
• Buku III : Tentang Perikatan (van Verbintenissen)
• Buku IV : Tentang Pembuktian dan Daluwarsa
(van Betwisen Verjaring)
Hukum Perdata
• Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara
orang yang satu dengan orang yang lain dalam masyarakat yang
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan/pribadi (private
interest)
• Menurut Subekti, Hukum perdata dibagi menjadi HUKUM PERDATA
MATERIIL dan HUKUM PERDATA FORMIL
• Hukum Perdata Materiil adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatru
hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam bidang hukum perdata (Hukum
Perdata)
• Hukum Perdata Formil adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
bagaimana cara mempertahankan Hukum Perdata Materiil tersebut
(Hukum Acara Perdata)
SEJARAH HUKUM
PERDATA
Sejarah Hukum Perdata
• Hukum Perdata Barat yang berlaku hingga saat ini berasal dari Belanda
• Hukum tersebut bersumber dari Hukum Perdata Perancis (karena Belanda
dulu pernah dijajah oleh Perancis pada masa Napoleon Bonaparte)
• Hukum Perdata Perancis bersumber pada Corpus Iuris Justinanus dari
Romawi
• Hukum Perdata Perancis ada di dalam Code Civil dan Code de
Commerce.Kedua kodifikasi ini berlaku di Belanda pada saat Perancis
menjajah Belanda hingga setelah merdeka(1815- 1 Oktober 1838)
• Pada tahun 1838, Belanda menciptakan Burgerlijk Wetboek (BW) – KUH
Perdata dan Wetboek van Koophandel (WvK) – KUHD sebagai kodifikasi
yang bersifat nasional
Sejarah Hukum Perdata
• Pada tanggal 1 Mei 1848 BW dan Wvk Belanda berlaku di Hindia
Belanda didasarkan dengan dikeluarkannya Staatsblad No. 23 Tahun
1847
• Sejak saat itu BW dan Wvk berlaku bagi golongan hukum Eropa
• Sedangkan untuk golongan Bumi Putera dan Timur Asing berlaku
hukum perdata masing-masing
• Hukum perdata tersebut berlaku di Indonesia berdasarkan Asas
Konkordansi
• Asas Konkordansi adalah suatu asas yang melandasi diberlakukannya
hukum Eropa atau hukumdi negeri Belanda pada masa itu untuk
diberlakukan juga kepada golongan Eropa yang ada di Hindia Belanda
Sejarah Hukum Perdata
• Berlakunya hukum Belanda bagi golongan-golongan masyarakat di
Hindia Belanda didasarkan pada Pasal 131 Inidsche Staatsregeling (IS)
:
1. Ayat (1)
“Hukum Perdata dan Hukum Dagang serta Hukum Pidana
demikian juga Hukum Acara Pidana diatur dengan Ordonantie”
2. Ayat (2)
“Dalam Ordonantie yang mengatur Hukum Perdata dan
Hukum Dagang untuk orang-orang Eropa diikuti dengan
undang-undang yang berlaku di negeri Belanda”
Sejarah Hukum Perdata
• Pasal 163 IS :
1. Apabila ketentuan-ketentuan undang-undang ini, peraturan-peraturan
umum lainnya, reglement-reglement, peraturan-peraturan kepolisian
dan ketentuan-ketentuan administratif membedakan antara orang-
orang Eropa, orang-orang pribumi dan Timur Asing, maka berlaku
pelaksanaannya aturan-aturan sebagai berikut :
1) Golongan Eropa: a) semua orang belanda, b) semua orang berasal
dari eropa, c) semua orang jepang, d) semua orang berasal dari
tempat lain yang dinegaranya tunduk pada hukum keluarga yang
pada pokoknya berdasarkan asas yang sama seperti hukum
belanda, e) anak sah yang diakui menurut UU dan anak yang
dimaksud huruf b dan c yang lahir di India
Sejarah Hukum Perdata
2) Golongan Pribumi : orang-orang pribumi kecuali kedudukan bagi
orang-orang Kristen pribumi yang harus diatur dengan ordonantie,
ialah semua orang yang termasuk penduduk Hindia Belanda dan
tidak pindah ke dalam kelompok penduduk lain dari pada kelompok
pribumi,demikian pula mereka yang pernah termasuk kelompok
penduduk lain dari pada kelompok pribumi, namun telah
membaurkan dengan penduduk asli
3) Golongan Timur Asing : orang-orang timur asing kecuali kedudukan
hukum yang harus diatur dnegan ordonantie bagi orang-orang
diantara mereka yang menganut keyakinan Kristen ialah semua
orang yang tidak terkena syarat-syarat yang disebu di dalam Ayat (2)
dan (3) pasal ini.
Sejarah Hukum Perdata
3. Menurut Undang-undang
Ialah segala hak atas benda-benda bergerak. Contoh : hak memetik hasil dan
hak memakai, saham-saham dari perseroan dagang, hak kekayaan intelektual,
dsb
BUKU II : TENTANG KEBENDAAN
• Benda Tidak Bergerak (Onroerende Goederen)
1. Menurut sifatnya
Benda yang tak dapat dipindahkan. Contoh : tanah, pohon, kebun, sawah dsb
2. Menurut tujuannya
Segala benda yang sifatnya adalah termasuk ke dalam pengertin benda
bergerak, namun senantiasa digunakan oleh pemiliknya dan menjadi alat tetap
pada benda yang tidak bergerak. Contoh : mesin-mesin di pabtrik, ikan dalam
kolam, kaca cermin di rumah, dsb
3. Menurut penetapan undang-undang
Segala hak atas benda tak bergerak. Contoh : hak-hak atas benda tak bergerak
(hak postal, hak hipotek, dsb), kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik ke
atas (WvK)
BUKU II : TENTANG KEBENDAAN
• Hak Kebendaan (zakelijkrecht)
Yaitu hak yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak
menguasai sesuatu benda dalam tangan siapapun juga benda itu berada.
• Hak-hak kebendaan :
1. Hak eigendom
2. Hak opstal
3. Hak erfpacht
4. Hak pakai hasil
5. Hak hipotik
6. Hak gadai
7. Hak servitut
BUKU II : TENTANG KEBENDAAN
• Dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok
Agraria, maka hak-hak atas tanah menurut hukum Barat dan menurut hukum
Adat.
• UUPA mencabut pasal-pasal di Buku II KUH Perdata mengenai bumi, air, serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
• Maka hapuslah juga hak eigendom dan hak-hak kebendaan lainnya.
• Hak-hak atas tanah yang termuat di dalam UUPA :
1. Hak Miik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa, dan lain-lain
Hukum Waris (Erfrecht)
• Hukum Waris di atur di dalam Pasal 830 – 1130 KUH Perdata
• Pasal 830 : Pewarisan hanya berlangsung karena kematian
• Hukum Waris adalah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah
ia meninggal dunia, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.
• Orang yang telah meninggal dunia yang meninggalkan harta kekayaannya (warisan) untuk
kemudian diwariskan, dalam hukum waris disebut sebagai Pewaris (Erflater).
• Orang yang berhak menerima warisan dari Pewaris disebut Ahli Waris (Erfenaam)
• Harta kekayaan yang menjadi objek dalam Pewarisan disebut Warisan.
Hukum Waris
• Pewarisan dalam KUH Perdata bersumber dari dua ketentuan :
• Undang-Undang (ab-intestaat)
Menurut Undang-Undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah, para keluarga sedarah, baik sah, maupun luar kawin dan si
suami atau isteri yang hidup terlama (Pasal 832 Ayat (1) KUH Perdata)
• Surat Wasiat (Testamenter)
Surat wasiat (testamen) adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendaki dan terjadi setelah
ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali (Pasal 875 KUH Perdata).
Hukum
Dagang
SUBSTANCE
• Sejarah Hukum Dagang
• KUHD
• Hubungan KUH Perdata dengan KUHD
• Perantara
• Ekspeditur
• Asuransi
• Persekutuan dagang
Hukum Dagang
• Hukum Dagang adalah keseluruhan aturan-aturan
hukum yang mengatur dengan disertai sanksi
perbuatan-perbuatan manusia di dalam usaha mereka
untuk menjalankan perdagangan
• Sehingga hukum dagang diberlakukan khusus dalam
dunia usaha atau kegiatan-kegiatan perniagaan.
Sejarah Hukum Dagang
• Kodifikasi Romawi Corpus Iuris Civilis tidak mampu menyelesaikan
perkara-perkara perdagangan antar para pedagan (gilda)
• Oleh Raja Louis XIV (abad 17) melalui Menteri Keuangan Colbert,
Perancis membuat kodifikasi hukum datang pada tahun 1963, yaitu
Ordonnance du Commerce (Code de Commerce).
• Pada tanggal 1 Januari 1809, Ordonnance du Commerce berlaku di
Belanda, ketika Perancis menjajah Belanda.
• Setelah lepas dari Perancis, Belanda membuat kodifikasi sendiri
yakni Wetboek van Koophandel (WvK)
• Ketika Belanda menjajah Indonesia, berdasarkan asas konkordansi,
WvK diberlakukan di Indonesia pada tahun 1847.
Hubungan KUHD
dengan KUH Perdata
• Pasal 1 KUHD : “KUH Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang
diatur di dalam KUHD, sekedar di dalam KUHD tidak diatur
secara khusus menyimpang.”
• Perjanjian yang penting dalam hukum dagang, diatur di
dalam KUH Perdata
• Asuransi yang merupakan persoalan perdata, diatur di dalam
KUHD
PERANTARA
• Makelar (Broker) adalah perantara dagang yang disumpah, yang
mengadakan perjanjian-perjanjian atas perintah dan atas nama
orang lain dan untuk mendapat upah yang disebut provisi atau
courtage.
• Pasal 62 KUHD : makelar adalah seorang pedagang perantara
yang diangkat oleh gubernur jenderal (sekarang presiden) atau
oleh pembesar yang oleh gubernur jenderal yang dinyatakan
berwenang untuk itu.
• Dapat disimpulkan, makelar adalah orang yang menjalankan
perusahaan yang menghubungkan pengusaha dengan pihak
ketiga.
PERANTARA
• Komisioner adalah perantara yang berbuat atas perintah dan
atas tanggungan orang lain dan juga mendapatkan upah, namun
bedanya dengan makelar ia bertindak atas Namanya sendiri.
• Suatu perjanjian yang dibuat oleh komisioner mengikat dirinya
sendiri terhadap pihak ketiga
• Pasal 76 KUHD : Komisioner adalah seorang yang
menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan
perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama firma dia
sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan
menerima upah atau provisi (komisi) tertentu.
Ekspeditur
• Ekspeditur adalah barangsiapa yang menyuruh menyelenggarakan
pengangkutan barang dagangan, melalui daratan atau perairan (pasal 86
KUHD)
• Kewajiban ekspeditur diatur di dalam Pasal 87, 88, dan 89 KUHD
• Ekspeditur bertanggung jawab terhadap pengiriman dari saat penerimaan
barang-barang hingga penyerahannya pada pihak yang berwenang
menerimanya
• Pengangkut berbeda dengan ekspeditur.
• Pengangkut (Pasal 91 -99 KUHD) bertanggungjawab mengangkut barang yang
diterima dari ekspeditur, dikirimkan kepada pihak yang berwenang
menerimanya.
• Pengangkut mengusahakan alat pengangkutan.
ASURANSI
• Pasal 246 KUHD : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung
mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan
kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan atau tidak mendapat
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa
yang tidak pasti.
• Resiko yang menjadi pertanggungan diatur di dalam Pasal 247 KUHD
• Pihak yang menyanggupi mengganti kerugian terhadap resiko yang menjadi
pertanggungan disebut Penanggung.
• Pihak yang ditanggung resikonya oleh Penanggung disebut Tertanggung.
• Kewajiban Tertanggung kepada Penanggung adalah Premi
• Kewajiban Penanggung terhadap Tertanggung adalah mengganti kerugian yang
diperjanjikan.
Persekutuan Dagang
• Perusahaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan terus-
menerus dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
• Perusahaan dibagi menjadi beberapa pembeda :
1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorang merupakan perusahaan yang dilakukan oleh satu orang pengusaha
Contoh : Perusahaan Dagang (PD)
2. Persekutuan
Contoh : persekutuan perdata, firma, CV
3. Badan Hukum
Contoh : PT, Koperasi, Perum, Perusahaan Daerah
• KUHD hanya mengenal persekutuan perdata, Firma, Perseroan Komanditer dan PT
• Koperasi diatur di luar KUHD, yakni UU No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi
• PT selain diatur di dalam KUHD juga diatur di dalam UU No. 1 Tahun 1995 juncto
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas.
LESSON NO. 5
Hukum Tata
Negara
SUBSTANCE
• Pengertian Hukum Tata Negara
• Pengertian Negara dan Proklamasi
• Unsur-unsur Negara
• Sistem Pemerintahan Negara
• Asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Asas
Tugas Pembantuan
Pengertian HTN
• Paul Scholten
“HTN adalah hukum yang mengatur mengenai tata organisasi negara (het recht dat regelt de
staatsorganisatie)”
• J.C.H. Logemann
“Hukum yang mengatur organisasi Negara.”
• A.V. Dicey
“HTN adalah semua peraturan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi distribusi
atau pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat dalam negara”
• Kusumadi Pudjosewojo
“HTN adalah hukum yang mengatur bentuk negara dan bentuk pemerintahan yang menunjukkan
masyarakat hukum yang atasan maupun yang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya yang
selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarkat hukum itu dan
akhirnya menunjukkan alat-alat perlengkapan yang memegang kekuasaan penguasa dari
masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat
perlengkapan itu
Pengertian NEGARA
• Logemann
“Negara adalah sesuatu organisasi kemasyarakatan
yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta
menyelenggarakan suatu masyarakat.”
Proklamasi
• Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
adalah sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
• Proklamasi merupakan alat untuk mencapai cita-cita bangsa
dan tujuan negara yakni membentuk masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila
• Garis besar pengertian Proklamasi :
1. Lahirnya negara Republik Indonesia
2. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan
3. Titik tolak dari pelaksanaan Amanat Penderita Rakyat
Unsur-Unsur Negara
• Daerah atau wilayah
• Masyarakat
• Penguasa Tertinggi
• Pengakuan (dari negara luar)
Unsur-Unsur Negara RI
• Daerah atau wilayah
1) Daratan Teritorial
2) Laut Teritorial
3) Udara Teritorial
• Masyarakat
1) Warga Negara Republik Indonesia
2) Penduduk Negara Republik Indonesia
3) Hak-hak dan Kebebasan dasar manusia
• Penguasa Tertinggi
1) Kekuasaan Perundang-undangan
2) Kekuasaan Pelaksanaan
3) Kekuasaan Kehakiman
Sistem Pemerintahan Negara
• Sistem Pemerintahan Negara terdapat dalam Penjelasan UUD NRI
Tahun 1945 yakni sbb :
1. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan Hukum (rechstaat). Negara Indonesia
berdasarkan hukum tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat)
2. Sistem Konstitusional Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusional (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak tak terbatas)
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan MPR (sudah tidak berlaku lagi)
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah Majelis (sudah
tidak berlaku lagi)
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Asas Desentralisasi
• Pelaksana Pasal 18 UUD 1945 adalah UU No. 2 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah
• Pengertian desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan
terdapat dalam Pasal 1 UU No. 22 Tahun 1999 (UU Pemerintahan
Daerah sebelum perubahan)
• DESENTRALISASI adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Asas Dekonsentrasi
• DEKONSENTRASI adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau perangkat pusat
di daerah
Asas Tugas Pembantuan
(Medebewind)
• TUGAS PEMBANTUAN adalah penugasan dari pemerintah kepada
Daerah dari Desa dan dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas
tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya
dan mempertanggungjawabkannnya kepada yang menugaskan.
LESSON NO. 6
Hukum
PIDANA
SUBSTANCE
• Sejarah Hukum Pidana
• Asas Legalitas
• Pembagian Hukum Pidana
• Peristiwa Pidana/Delik/Tindak idana
• Kejahatan dan Pelanggaran
• Tujuan Penjatuhan Pidana
Sejarah Hukum Pidana
• Sumber hukum pidana Indonesia : KUHP (UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana)
• KUHP kita merupakan warisan zaman Hindia Belanda yakni Wetboek
van Straftrecht yang sudah mengalami perubahan yang disesuaikan
• WvS Hindia Belanda lahir pada tanggal 1 Januari 1918 yang
merupakan salinan WvS Belanda (selesai tahun 1881 dan berlaku
mulai tahun 1886)
Sumber Hukum Pidana
1. KUHP (UU no. 1 tahun 1946)
• Buku I : Ketentuan Umum (Pasal 1 – 103)
• Buku II : Kejahatan (Pasal 104 – 488)
• Buku III : Pelanggaran (Pasal 489 – 569)
2. UU Tindak Pidana Khusus
• UU No. 8 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi
• UU no. 9 Tahun 1967 jo. UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
• UU No. 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Terorisme
• UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU no. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
Asas Legalitas
• Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana :
“Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan.”
• Jadi hanya perbuatan yang disebut tegas oleh peraturan perundang-
undangan sebagai suatu kejahatan atau pelanggaran, barulah dapat dikenai
hukuman (pidana).
• Asas ini menjamin kepada orang tidak diperlakukan sewenang-wenang
oleh alat penegak hukum.
• Pasal tersebut berdasarkan asas Nullum Delictum Nulla Poena Sine
Praevia Lege Poenali (Asas Legalitas) yang dirumuskan oleh Anselm von
Feuerbach
Teori Paksaan Psikologi
(psychologische dwang)
• Merupakan teori pencegahan umum yang dicetuskan oleh Feuerbach
• Menurut Feuerbach, penjeraan bukan melalui pidana, melainkan melalui
ancaman pidana dalam peraturan perundang-undangan. Tetapi apabila
ancaman tidak berhasil mencegah suatu kejahatan, maka pidana harus
dijatuhkan karena apabila pidana tidak dijatuhkan akan mengakibatkan
hilangnya kekuatan dari ancaman tersebut.
• Jadi menurut teori ini ancaman pidana dalam rumusan peraturan
perundang-undangan membatasi hasrat manusia untuk berbuat kejahatan,
sehingga ancaman pidana (hukuman) itu bersifat preventif.
Pembagian Hukum Pidana
• Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)
Adalah semua peraturan yang mengandung keharusan atau larangan, yang pelanggarannya
diancam dengan hukuman yang bersifat siksaan
1. Hukum Pidana Formil
Disebut juga Hukum Acara Pidana. Hukum yang memuat peraturan-peraturan tentang bagaimana
memelihara dan mempertahankan Hukum Pidana Materiil
2. Hukum Pidana Materiil
Hukum Pidana Materiil mengatur apa, siapa, dan bagaimana orang dapat dihukum, bagaimana
rumusan dari kejahatan dan pelanggaran serta syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum. Dibagi
menjadi Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus. Hukum Pidana Umum berlaku bagi setiap
warga, sedangkan Hukum Pidana Khusus hanya berlaku khusus untuk orang-orang tertentu
• Hukum Pidana Subjektif (Ius Puniendi)
Hak negara atau alat perlengkapannya untuk menghukum seseorang berdasarkan hukum
pidana
DELIK
(Peristiwa Pidana/Tindak Pidana)
• adalah : “Tindakan manusia yang memenuhi rumusan undang-undang bersifat
melawan hukum dan dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.
• Delik mempunyai dua segi yaitu :
1. Segi objektif : menyangkut kelakuan yang bertentangan dengan hukum
2. Segi Subjektif : menyangkut pembuat/pelaku yang dapat
dipertanggungjawabkan atas kelakuan yang bertentangan dengan hukum
• Kepada perbuatan yang tidak memenuhi salah satu syarat tidak dipidana karena
adanya ALASAN PENGHAPUS PIDANA yakni :
1. Alasan Pemaaf (Schuld uitsluitingsgrond, fait d’excuse, Entschuldigungsgrund,
Schuldausschliesungsgrund)
2. Alasan Pembenar (Rechtvaardigingsgrond, fait justificatif,
rechtfertigungsgrund
Alasan Penghapus Pidana
• adalah : alasan-alasan yang memungkinkan orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi rumusan
delik, tidak dipidana. Atau alasan-alasan tidak dapat dipidananya seseorang.
• Alasan Penghapus Pidana dibagi menjadi dua :
1. Alasan Pembenar :
Alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun perbuatan ini telah
memenuhi rumusan delik dalam undang-undang. Alasan ini ada dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP –
Pembelaan Terpaksa (noodweer), Pasal 50 KUHP – sesuai peraturan perundang-undangan, Pasal 51
ayat (1) – Perintah Jabatan
2. Alasan Pemaaf :
Alasan yang menyangkut pribadi si pembuat, artinya orang ini tidak dapat dicela (menurut hukum)
atau tidak bersalah atau tidak dapat dipertanggungjawabkan, meskipun perbuatannya bersifat
melawan hukum. Alasan ini ada dalam Pasal 44 KUHP – tidak mampu bertanggungjawab, Pasal 49
ayat 2 – noodweer exces (Pembelaan terpaksa melampaui batas karena guncangan jiwa yang hebat),
Pasal 51 ayat (2) – dengan itikad baik melaksnakan perintah jabatan yang tidak sah.
Kejahatan
dan Pelanggaran
• Kejahatan diatur di dalam Buku II KUHP dan
Pelanggaran di atur di dalam Buku III KUHP
• KUHP tidak menyebutkan rumusan bagaimana itu
kejahatan dan bagaimana pelanggaran.
Kejahatan
dan Pelanggaran
NO UKURAN PEMBEDA KEJAHATAN PELANGGARAN
JAKSA Penuntutan
JAKSA HAKIM
Rapat Pemeriksaan
Gugatan
Permusyawaratan Persiapan
Pemeriksaan di
Putusan
Persidangan
Hukum
Adat
Adat
• Istilah adat berasal dari Bahasa Arab. Artinya
kebiasaan
• Adat atau kebiasaan adalah tingkah laku
seseorang yang terus-menerus dilakukan dengan
cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar
dalam waktu yang lama.
Adat
• Unsur-unsur terciptanya adat :
1. Adanya tingkah laku seseorang
2. Dilakukan terus-menerus
3. Adanya dimensi waktu
4. Diikuti oleh orang lain/masyarakat
• Prof Kusumadi Pudjosewojo : Adat adalah
tingkah laku yang oleh masyarakat diadatkan.
Sejarah
• Istilah hukum adat dikemukakan pertama kalinya oleh Prof. Dr.
Christiaan Snouck Hurgronje (ahli budaya dan Bahasa oriental, serta
penasihat native affairs pemerintah kolonial hindia belanda) dalam
bukunya “De Atjeher” (1893) dengan istilah Adat Recht
• Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven dalam bukunya “Het Adat Recht
van Nederland Indie” juga menggunakan istilah adat recht untuk
menyebut hukum adat
• Pada tahun 1929 pemerintah kolonial belanda menggunakan istilah
hukum adat dlam peraturan perundang-undangan Belanda
• Ada yang mengartikan hukum adat (adat recht) sebagai hukum
kebiasaan. Namun Van Dijk menentang ini karena keduanya berbeda.
HUKUM ADAT
• Prof. Mr. B. Terhaar Bzn
Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-
keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat.
• Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven
Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan
mempunyai sanksi dan belum dikodifikasikan
• Prof. Dr. Soepomo, SH
Hukum adat adalah hukum tidak tertulis di dalam peraturan tidak tertulis , meliputi
peraturan-peraturan yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi
dtaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya
peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum
Corak-corak
Hukum Adat Indoensia
• Religio-Magis
Hukum adat selalu berkaitan dengan persoalan magis dan spiritualisme
(kepercayaan atas roh-roh nenek moyang, dsb)
• Komunal
Artinya bahwa kehidupan manusia selalu dilihat dalam wujud
kelompok, sebagai satu kesatuan yang utuh.
• Konkret
Artnya perhubungan-perhubungan hidup yang ada dalam hukum adat
adalah perhubungan-perhubungan yang konkrit dan nyata.
Tipe Masyarakat
Hukum Adat
• Genealogis
Masyarakat hukum yang berdasarkan atas pertalian darah. Contoh :
Toraja, Batak
• Teritorial
Masyarakat hukum yang berdasarkan/bertalian dengan tempat tinggal
atau daerah, contoh :
• Genealogis-Teritorial
Pertalian masyarakat yang berdasarkan pertalian darah dan tempat
tinggal atau daerah
Tipe Masyarakat
Hukum Adat
• Genealogis
• Teritorial
• Genealogis-Teritorial
LESSON NO. 11
Hukum Administrasi
Negara
SUBSTANCE
• Istilah-Istilah
• Pengertian HAN
• Perbedaan HAN dan HTN
• Freies Ermenssen, Diskresi
• Detournement de Pouvoir, Penyalahgunaan Wewenang
• 3 Jenis Perbuatan Pemerintah
• Perbedaan Peraturan dan Penetapan
Istilah-Istilah
• Belanda : Bestuursrecht atau Administratief recht
• Inggris : Administrative Law
• Perancis : Droit Administrative
• Jerman : verwaltungsrecht
Pengertian HAN
• Van Apeldoorn
Hukum administrasi negara adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan
oleh para penguasa yang diserahi tugas pemerintah dalam menjalankan tugasnya
• Abdoel Djamali
Peraturan hukum yang mengatur administrasi yaitu hubungan antara warga negara
dan pemerintahnya yang menjadi sebab hingga negara itu berfungsi
• Logemann
Hukum administrasi negara menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan dan
yang memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas istimewa
mereka
Sumber HAN
• Undang-undang
• Yurisprudensi
• Praktek administrasi negara
• Pendapat para ahli negara
Freies Ermenssen