Anda di halaman 1dari 18

PRODUK HEIRARKI PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DAN

HUBUGAN ANTARA PERUNDANG UNDANGAN

DisusunOleh :
MUHAMMAD TEGAR SAPUTRA
MUHAMMAD ALIF AL GHAZA
MUHAMMAD ALVIAN SAPUTRA
MUHAMMAD FADHLI BILL KHALILULLAH
MUHAMMAD IKHSAN WARDANA

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANJUNGPINANG


TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


karunianya, rahmat, dan hidayah-Nya.Makalah Sejarah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-sebaiknya.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga


memungkinkan menjadi untuk refrensi maupun acuan. Besar harapan
makalah ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan di
bidang keilmuan khususnya dalam tugas sejarah.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada guru MAPEL PENDIDIKAN


PANCASILA,BAPAK KURNIAWAN HIDAYAT, yang telah memberi bimbingan
dalam dalam mata pelajaran ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata penyusun ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat


bagi semua orang yang membaca makalah ini.

2
DAFTAR ISI

I. PRODUK HIERARKU PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


1.Penjelasan .....................................................
........................................... 1
2.Pengertian......................................................
........................................... 6
3.Makna dan
Prinsip ..........................................................
......................... 7
4.Asas dan
Materi............................................................
............................ 8
5.Prinsip ........................................................
.............................................. 9

II. HUBUNGAN ANTARA PERUNDANG UNDANGAN .................. 10


1.Penjelasan .....................................................
.......................................... 10
2.Rekomendasi Penguji
Hal ..............................................................
......... 12
3.Hubungan Pancasila dan UUD
11945 .................................................... 13

III.TUJUAN
PEMBELAJARAN......................................................
....... 16

3
1. PRODUK HIERARKU PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Dalam konteks negara hukum, terdapat berbagai jenis dan jenjang


kebijakan publik yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Perundang-
undangan. 

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, definisi Peraturan


Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum.

Peraturan Perundang-undangan dibentuk dan ditetapkan oleh lembaga


negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. 

Dikutip dari situs resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
berikut ini penjelasan mengenai jenis dan hierarki (jenjang)
Peraturan Perundang-undangan.

Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia


diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011. Berdasarkan UU No. 12 Tahun
2011, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai
urutan dari yang tertinggi adalah:

4
1.Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD

1945)

2.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat ( Tap MPR) 

3.Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang (Perppu)

4.Peraturan Pemerintah ( PP) Peraturan Presiden ( Perpres) 

5.Peraturan Daerah ( Perda) Provinsi Peraturan Kabupaten atau Kota

Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai dengan


hierarki Peraturan Perundang-undangan. 

Berikut ini penjelasan masing-masing Peraturan Perundang-undangan


tersebut: 

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


1945)

UUD 1945 adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.


UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan
Perundang-undangan nasional. 

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)

Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR
meliputi Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan MPR yang masih
berlaku.

Sebagaimana dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR RI Nomor


I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum

5
Ketetapan MPR Sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada 7 Agustus
2003.

Berdasarkan sifatnya, putusan MPR terdiri dari dua macam yaitu


Ketetapan dan Keputusan. Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang
mengikat baik ke dalam atau keluar majelis. Keputusan adalah
putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja. 

3. UU atau Perppu

UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden.

Perppu adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh


Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut: Perppu diajukan


ke DPR dalam persidangan berikut. DPR dapat menerima atau menolak
Perppu tanpa melakukan perubahan.

Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU. Bila


ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. Baca juga: Plt Menkumham: Perlu Revisi 23 Undang-Undang
untuk Pindah Ibu Kota 

4. Peraturan Pemerintah (PP)

PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh


Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi
untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

6
5.Peraturan Presiden (Perpres)

Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh


Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan. 

-Pengertian Peraturan Perundang-undangan

Selain memuat hierarki peraturan perundang-undangan, dalam UU No


15 Tahun 2019 dijelaskan soal pengertian peraturan perundang-
undangan. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.
Dalam buku Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia oleh Bagir
Manan dan Kuntata Magnar, ada beberapa unsur yang terkandung dalam
peraturan perundang-undangan yaitu:

Berbentuk keputusan tertulis. Karenanya, peraturan perundang-


undangan sebagai kaidah hukum.
Dibentuk oleh pejabat atau lingkungan jabatan (badan, organ) yang
memiliki wewenang membuat peraturan yang berlaku umum atau
mengikat.
Bersifat mengikat umum,di mana peraturan perundang-undangan tidak
berlaku terhadap peristiwa konkrit atau individu tertentu.
Dalam buku Peraturan Perundang-undangan di Indonesia: Konsep dan
teknik Pembentukannya Berbasis Good Legislation oleh Dayanto

7
(2018), menurut Bagir Manan, peranan peraturan perundang-undangan
makin besar karena:

Peraturan perundang-undangan merupakan kaidah hukum yang mudah


dikenali, mudah ditemukan kembali dan mudah ditelusuri.
Peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang lebih
nyata karena kaidah-kaidahnya mudah diidentifikasi dan mudah
ditemukan kembali.
Struktur dan sistematika peraturan perundang-undangan lebih jelas
sehingga memungkinkan untuk diperiksa dan diuji baik dari segi-
segi formal maupun materi muatannya.
Pembentukan dan pengembangan peraturan perundang-undangan dalam
direncanakan. Faktor ini sangat penting bagi negara yang telah
dalam pembangunan sistem hukum baru sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan hukum masyarakat.

-Makna Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs kelas


VIII oleh Lukman Surya Saputra dkk (2017), makna tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu peraturan
perundang-undangan yang berlaku memiliki hierarki atau tingkatan.

Peraturan yang satu berkedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan


peraturan lainnya. Tata urutan ini dilaksanakan sesuai prinsip-
prinsip atau asas umum yang berlaku dalam hukum. Adapun prinsip-
prinsip dalam hierarki peraturan perundang-undangan yakni:

8
1. Dasar peraturan perundang-undangan selalu peraturan
perundang-undangan.
2. Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat
dijadikan landasan yuridis.
3. Peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya dapat
dihapus, dicabut, atau diubah oleh peraturan perundang-
undangan yang sederajat atau lebih tinggi.
4. Peraturan perundang-undangan yang baru mengesampingkan
peraturan perundang-undangan yang lama.
5. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah.
6. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus
mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat
umum.
7. Setiap jenis peraturan perundang-undangan memiliki materi
yang berbeda.

-Asas dan Materi Muatan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


Pada pasal 5 UU No 12 tahun 2011 dijelaskan terkait asas
pembentukan peraturan perundang-undangan. Asas-asas tersebut
meliputi:

1.Kejelasan tujuan

2.Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan

3.Dapat dilaksanakan

4.Kedayagunaan dan kehasilgunaan

9
5.Kejelasan rumusan

6.Keterbukaan

Adapun materi muatan peraturan perundang-undangan harus


mencerminkan asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan,
kekeluargaan, kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan,
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan
kepastian hukum dan atau keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

-Prinsip-prinsip dalam Hierarki Peraturan Perundang-undangan


Selanjutnya, menjawab pertanyaan Anda, terdapat empat prinsip
dalam hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu:

1. Lex superiori derogat legi inferiori

peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan


peraturan yang lebih tinggi. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang hierarkinya tidak sederajat dan saling
bertentangan.

2. Lex specialis derogat legi generali


peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang
lebih umum. Asas ini berlaku pada dua peraturan yang
hierarkinya sederajat dengan materi yang sama.

3. Lex posteriori derogat legi priori

10
peraturan yang baru mengesampingkan peraturan lama. Asas
ini berlaku saat ada dua peraturan yang hierarkinya
sederajat dengan tujuan mencegah ketidakpastian hukum.

4. Peraturan hanya bisa dihapus dengan peraturan yang


kedudukannya sederajat atau lebih tinggi.

2.HUBUNGAN ANTARA PERUNDANG UNDANGAN

Dinamika perkembangan Pengujian dan Pembentukan Undang-Undang


mengalami perubahan yang dipengaruhi dan ditentukan oleh peraturan
perundang-
undangan yang berlaku. Pola pengaturan yang ada bermuara dan
berdasar kepada
konstitusi, sehingga posisi konstitusi menjadi hal sentral dalam
pengaturan dan
pelembagaan Pengujian dan Pembentukan Undang-Undang.

a. Praktik Pengujian Undang-Undang yang diawali oleh legislative


review

Dalam perkembangannya diimbangi dan ditambah dengan adanya


judicial review yang diamanahkan kepada Mahkamah Konstitusi.
Berdasar perkembangan kekinian, kewenangan Pengujian Undang-Undang
telah melahirkan Putusan Bersyarat dan Putusan Progresi yang
memberikan syarat dan atau norma pengganti sebagai anomali
putusan. Keberadaan anomali putusan mengakibatkan posisi Pengujian
Undang-Undang sebagai negative legislator menggeser posisi

11
Pembentukan Undang-Undang sebagai positive legislator.

B.Perkembangan praktik Pembentukan Undang-Undang,

membentuk model dengan nuansa formal prosedural yang ketat. Aspek


kelembagaan mengarahkan kewenangan pembentuk undang-undang kepada
DPR, Presiden dan DPD, sedangkan aspek pengaturan dalam UU 12/2011
sebagai panduan koordinasi dan komunikasi antar lembaga dalam
proses Pembentukan Undang-Undang. Proses Pembentukan Undang-Undang
dalam model formal prosedural,
membagi proses kedalam Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan dan
Pengesahan. Optimalisasi peran DPD dalam proses Pembentukan
Undang-
Undang, melahirkan adanya keseteraan antar lembaga.
Hubungan Pengujian Undang-Undang dengan Pembentukan Undang-Undang,
berlandaskan pada checks and balances menjadikan keberadaan
Pengujian Undang-
Undang imbangan terhadap Pembentukan Undang-Undang. Praktik
hubungan
keduanya dimulai pada saat sebuah Undang-Undang diuji dan
dinyatakan
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
Ketiadaan mekanisme tindak lanjut putusan yang membatalkan norma
dalam
sebuah Undang-Undang, menyebabkan lahirnya anomali putusan. Friksi
hubungan
Pengujian Undang-Undang dengan Pembentukan Undang-Undang lahir
dalam
bentuk samar dan semu dengan ketiadaan mekanisme tindak lanjut.
Upaya untuk

12
mereduksi friksi antara keduanya dilakukan dengan tujuan mencapai
hubungan
ideal antara Pengujian Undang-Undang dengan Pembentukan Undang-
Undang.
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan;

A. Perlu adanya pengaturan tentang mekanisme tindak lanjut putusan


Mahkamah Konstitusi terutama dalam Perkara Pengujian Undang-
Undang. Hal dimaksud bertujuan untuk memberikan batasan atau
kaidah yang tegas dalam hubungan Pengujian Undang-Undang dengan
Pembentukan Undang-Undang.

B. Perlunya perluasan kewenangan MK terkait constitutional


complaint dan
constitutional question untuk memisah ranah para pihak dengan
sifat mengikat
umum dari sebuah putusan Pengujian Undang-Undang.

C. Optimalisasi Pembentukan Undang-Undang dengan model yang lebih


partispatif, untuk mencapai Pembentukan Undang-Undang yang
transparan.
Juga perlu ditambahkan penguatan dalam proses terkait monitoring
dengan
tolok ukur manfaat dan biaya untuk mencapai proses Pembentukan
Undang

Begini Hubungan Pancasila dan UUD 1945

Jakarta:- Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945


merupakan dasar konstitusi negara Indonesia.

13
Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat diterapkan
masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat dasar hukum yang bentuknya
tertulis.

Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila


(2016) karya Winarno, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan
tidak dapat diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada
alinea ke empat. Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit

Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty,


Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan
serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya,
termasuk hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.

Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya


bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan
yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat
digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945
adalah raganya.

Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur


pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD
1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa.

Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis


Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan posisinya tidak dapat tergantikan.

14
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila,
termasuk peraturan, perundang-undangan, pemerintahan, sistem
demokrasi, dan lainnya.

Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan


Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal.

Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara,


serta sebagai norma positif. Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.

Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki


hubungan material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara
Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber
dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan
tertib hukum Indonesia. (BM).

Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945


Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya
bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan
yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat
digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945
adalah raganya.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur
pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD
1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa.

15
Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis
Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamo Prakoso, Pancasila yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan posisinya tidak dapat tergantikan.

Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam


Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila,
termasuk peraturan, perundang-undangan, pemeritahan, sistem
demokrasi, dan lainnya.

Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan


Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal.

Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara,


serta sebagai norma positif. Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubugan
material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara
Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber
dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan
tertib hukum Indonesia.

16
TUJUAN PEMBELAJARAN

Dari topik ini kita jadi mengetahui tentang jenis jenis


hierarki,peraturan perundang undangan,makna hierarki, Asas dan
Materi Muatan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
meliputi Kejelasan tujuan,Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan
materi muatan,Dapat dilaksanakan,Kedayagunaan dan
kehasilgunaan,Kejelasan rumusan,dan Keterbukaan.Lalu juga membahas
Prinsip-prinsip dalam Hierarki Peraturan Perundang-undangan dan

17
yang terakhir membahas tentang hubungan antara perundang undangan
dimana kita dapat mengetahui hubungan antara undang undang dengan
pancasila dan juga upaya untuk mereduksi friksi antara keduanya
dilakukan dengan tujuan mencapai hubungan ideal antara Pengujian
Undang-Undang dengan Pembentukan Undang-Undang

18

Anda mungkin juga menyukai