Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peraturan
Pemerintahan Pengganti Undang-Undang (PERPU) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang (Perpu)
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c) Akibat situasi tersebut membutuhkan tindakan pemerintah secepatnya dikarenakan
apabila menunggu mekanisme oleh DPR memerlukan waktu yang lama. Akan tetapi
ketentuan yang mengatur secara detail mengenai syarat kegentingan yang
memaksa didalam peraturan perundang-undangan tidak ada sehingga perppu
sewaktu-waktu dapat diselewengkan fungsinya oleh Presiden yang berkuasa untuk
kepentingan kekuasaannya dalam waktu sewaktu-waktu sebelum adanya
pembahasan di tingkat DPR.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No.138/PUU-VII/2009, ada tiga
syarat sebagai parameter adanya “kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk
menetapkan Perpu, yaitu:
a) Adanya keadaan yaitu kebutuhan yang mendesak untuk menyelesaikan masalah
hukum secara cepat berdasarkan Undang-undang.
b) Undang-undang yangdibutuhkan belum ada sehingga menyelesaikan hukum, atau
ada Undang-undang tetapi tidak memadai
c) Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-
undang secara prosedur bisa karena memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
Dengan demikian, maka presiden melakukan pengesahan atau tidak, maka
rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama dalam sidang paipurna terakhir
wajib untuk diundangan. Pasal tersebut juga membuktikan bahwa kewenangan legislasi
tetap pada kendali Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 12 (dua belas) UUD 1945 berbunyi
“Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat dan akibatnya bahaya ditetapkan
dengan undang-undang”. Dengan demikian, dalam hukum tata negara, hukum dapat
dibedakan antara hukum dalam keadaan normal dan hukum dalam keadaan
pengecualian. Hukum tata negara menurut kategori yang pertama adalah hukum yang
berlaku dalam keadaan normal, sedangkan dalam kategori kedua adalah hukum yang
berlaku dalam keadaan yang tidak biasa atau luar biasa, atau yang dalam sistem
Prancis biasa inamakan sebagai “etat de siege” atau “state of siege”.
1.2 Rumusan Masalah
2
3. Bagaimana Proses Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dari Masa ke
Masa?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini
ialah sebagai berikut :
1. Agar mengetahui pengertian dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
2. Agar mengetahui Eksistensi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
sebagai Sumber Hukum.
3. Agar mengetahui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dari Masa ke
Masa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
atas Undang-Undang No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakat yang
ditetapkan oleh Presiden sudah sesuai, cepat dan tepat. Ketentuan tentang alasan
keberlakuan Perpu tersebut sudah sesuai prosedur yng diatur dalam Pasal 22 ayat (1)
UUD NRI 1945, dimana lahirnya Perpu yang harus dalam hal ikhwal kegentinan yang
memaksa,Presiden berhak menetapkan Perpu. Kemudian lahirmya Perppu tersebut
sudah memenuhi unsur-unsur dan persyaratan “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”
yang dikeluakan oleh Mahkamah Konstitusi.
Perpu merupakan suatu Peraturan Perundang-undangan yng ditetapkan oleh
Presiden dlam hal ikhwal kegentingan yng memaksa. Materi muatan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ialah sama dngan materi muatan Undang-
Undang. Perpu ditandatangani oleh Presiden. Setelah diundangkan, Perpu harus
diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, dlam bentuk pengajuan RUU tentang
Penetapan Perpu Menjadi Undang-Undang. Pembahasan RUU tentang penetapan Perpu
menjadi Undang-Undang dilaksanakan melalui mekanisme yang sama dngan
pembahasan RUU. DPR hanya dapat menerima atau menolak Perppu. Jika Perpu ditolak
DPR, maka Perpu tersebut tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang
Pencabutan Perpu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan
tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan), yang harus segera diatasi, karena pembentukan
Undang-Undang memerlukan waktu yang relative lama.
“Noodverordeningsrecht” atau “hak Presiden mengatur kegentingan yang
memaksa”, tidak selalu ada hubungannya dengan keadaan bahaya, tetapi cukup apabila
menurut keyakinan Presiden terdpat keadaan mendesak dan dibutuhkan peraturan yang
mempunyai derajat Undang-Undang. Dan Perpu tdak dpat ditangguhkan sampai DPR
melakukan pembicaraan pengaturan keadaan tersebut. Jangka waktu berlakunya
perppu ialah terbatas, sebab harus dimintakan persetujuan oleh DPR untuk dijadikan
Undang-Undang ataukah dicabut. Kedudukan Perpu dalam hirarki peraturan perundang-
undangan ialah sederajat dengan Undang-Undang. Demikian pula, materi muatan yang
diatur dalam Perppu sama dngan materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang.
Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Di mana, terdapat kewenangan
Presiden untuk membentuk Perpu menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, hanya dapat dilaksanakan
apabila terdapat keadaan yang genting atau keadaan yang memaksa. Dengan demikian,
Presiden tidak perlu menunggu persetujuan dari DPR untk membentuk Perppu.
5
2.2 Eksistensi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagai Sumber
Hukum
6
kelancaran menjalankan fungsi pemerintahan. Oleh karena itu, muatan perppu hanya
terbatas pada pelaksanaan (administratiefrechtelijk).Suasana bahaya atau darurat harus
dapat didefinisikan.pemberian cakupan ini bertujuan agar tidak terjadi penyerangan
berwenang oleh penguasa.Karena dalam keadaan tersebut negara dapat melakukn t
indakan apapun termasuk membatasi hak warga negara. Sehingga negara perlu
melanggar prinsip yang dianutnya sendiri untuk menyelamatkan diri dari keadaan
tersebut.
Keberadaan Perpu sebagai salah satu peraturan perundang-undangan-undangan
yang berlaku di Indonesia. Karena mengingat dalam keadaan tidak normal Presiden
harus bertindak cepat dan sigap untuk mengatasi keadaan tersebut. Dan dalam
keadaan kembali normal Presiden harus membicarakan bersama dengan DPR dengan
kemungkinan disetujui menjadi Undang-undang ataupun sebaliknya dilakukan
pencabutan. Perpu adalah suatu peraturan yang dibentuk oleh Presiden dalam hal
ikhwal kegentingan yang memaksa, dalam arti pembentukannya memerlukan alasan-
alasan tertentu, yaitu adanya keadaan mendesak, memaksa atau darurat yang dapat
dirumuskan sebagai keadaan yang sukar atau sulit dan tidak menjadi tersangka yang
memerlukan penanggulangan yang segera.
Istilah Perpu sepenuhnya adalah ciptaan UUD NRI 1945,17 yaitu sebagaimana
yang tertuang dalam ketentuan Pasal 22 UUD NRI 1945. Berdasarkan Pasal 22 UUD NRI
1945 tersebut, dapat diketahui beberapa hal yaitu:
a. Peraturan tersebut disebut peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-
undang, yang berarti bahwa bentuknya adalah peraturan pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bahwa:
“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
yang seharusnya”. Jika biasanya bentuk peraturan pemerintah itu adalah peraturan
yang ditetapkan untuk menjalankan undang-undang yang seharusnya, maka dalam
keadaan kegentingan yang memaksa bentuk peraturan pemerintah itu dapat
dipakai untuk membuat ketentuan-ketentuan yang seharusnya dituangkan dalam
bentuk undang-undang dan untuk menggantikan undang-undang.
b. Pada pokoknya, perppu sendiri bukanlah nama resmi yang diberikan oleh UUD NRI
1945. Namun, dalam praktiknya selama ini, peraturan pemerintah yang demikian
7
lazim disebut sebagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau
disingkat Perpu.
c. Perpu tersebut pada pokoknya hanya dapat ditetapkan oleh Presiden apabila
persyaratan kegentingan yang memaksa dipenuhinya seharusnya. Keadaan
“kegentingan yang memaksa” yang dimaksud disini berbeda dan tidak boleh
dicampuradukkan dengan pengertian “keadaan bahaya” sebagaimana ditentukan
oleh Pasal 12 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi “Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang”
d. Karena pada dasarnya Perpu itu sederajat atau memiliki kekuatan yang sama
dengan undang-undang, maka Dewan Perwakilan Rakyat harus secara aktif
mengawasi penetapan baik maupun pelaksanaan Perppu di lapangan, jangan
sampai hal ini harus bersifat eksesif dan bertentangan dengan tujuan awal yang
melatarbelakanginya. Karena itu, Perppu harus dijadikan sebagai objek
pengawasan yang sangat ketat oleh Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan
pelaksanaan di bidang pengawasan
e. Karena materi Perppu seharusnya dituangkan dalam bentuk undang-undang, maka
masa berlakunya Perppu dibatasi hanya untuk sementara. Menurut ketentuan Pasal
22 ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945 yaitu sampai dengan mendapat persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat, dan jika tidak mendapat persetujuan maka perppu
tersebut harus dicabut.
Dalam sejarah pembentukan Perpu di Indonesia, dari tujuh presiden yang
menggunakan kewenangan tersebut, Perpu-Perpu yang dibentuk pada umumnya
melakukan pengaturan di bidang ekonomi dan menunjukkan kriteria-kriteria antara lain
yaitu bersifat mendesak karena keterbatasan waktu, tidak mengalami terjadinya krisis,
adanya perbedaan hukum, adanya aturan yang tidak memadai sehingga butuh
penyempurnaan, serta tertundanya pemberlakuan suatu ketentuan undang-undang.
Kriteria-kriteria yang menjadi alasan dalam pembentukan Perpu ini memuaskan tidak
secara kompulsif dan cenderung lebih menampakkan unsur kemendesakan semata dan
sangat sedikit menunjukkan terjadinya krisis unsur. Kegentingan yang Memaksa pada
umumnya hanya dibicarakan pada persoalan kemendesakan semata-mata bagi Presiden
untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau kebutuhan hukum. Bahkan pada
beberapa Perpu, unsur kemendesakan pun tidak terpenuhi, apalagi berharap terdapat
unsur krisis didalamnya atau bahkan apakah permasalahan tersebut dapat diselesaikan
dengan menggunakan instrumen hukum biasa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
8
maka kriteria kegentingan yang memaksa minimal harus memenuhi unsur
kemendesakan untuk mengatasi suatu permasalahan yang mengancam nyawa dan atau
harta, bangsa dan negara yang bersifat masif dan atau suatu permasalahan hukum
yang mengancam sistem hukum yang berlaku.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang mempunyai kedudukan yang
sama dengan undang-undang. Dalam sistem Negara Republik Indonesia yang
menganut sistem presidensil, maka eksistensinya tetap harus dipertahankan, yang
harus dipertegas mengenai persyaratan “Kegentingan yang memaksa” sebagai dasar
penerbitan Perpu. Presiden sebagai penggagas Perpu, selintas dengan mudah
mengeluarkannya, dengan asumsi untuk memenuhi desakan dari kelompok kepentingan
(interest group), tanpa mempertimbangkan substansi persyaratan penerbitan Perpu,
bahkan belum sebulan Undang-undang berlaku, karena desakan, langsung diterbitkan
Perpu. Untuk menjawab keambiguan kegentingan yang memaksa, perlu disebutkan
dengan jelas baik pengertian maupun persyaratan agar subjektifitas presiden berada
dalam koridor yang jelas. Keberadaan Perpu sebagai salah satu peraturan perundang-
undangan-undangan yang berlaku di Indonesia. Karena mengingat dalam keadaan tidak
normal Presiden harus bertindak cepat dan sigap untuk mengatasi keadaan tersebut.
Dan dalam keadaan kembali normal Presiden harus membicarakan bersama dengan
DPR dengan kemungkinan disetujui menjadi Undang-undang ataupun sebaliknya
dilakukan pencabutan. Perpu adalah suatu peraturan yang dibentuk oleh Presiden
dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, dalam arti pembentukannya memerlukan
alasan-alasan tertentu, yaitu adanya keadaan mendesak, memaksa atau darurat yang
dapat dirumuskan sebagai keadaan yang sukar atau sulit dan tidak menjadi tersangka
yang memerlukan penanggulangan yang segera.
3.2 Saran
Dalam memberikan persetujuan dan keputusan terhadap Perpu yang telah
dibentuk oleh presiden, sebaiknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memiliki
kewenangan menolak atau menerima Perppu dapat melakukan kajian yang mendalam
kepada Perppu tersebut sehingga hasilnya dapat diharapkan untuk membawa keadilan
dan kemanfaatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Ashidiqie, Jimly. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer, Tahun 2008.
Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, Ind-Hill.Co., Jakarta, 1992.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka, Tahun 1992.
Indrati, Farida, Maria. Ilmu Perundang-undangan dan Dasar-Dasar Pembentukannya,
Yogyakarta : Kanisius, Tahun 2008.
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, Rajawali Pers, Jakarta, 2008
Kansil, C.S.T. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, Tahun 1983.
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan; Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Kanisius,
Yogyakarta, 2008.
MD, Mahfud, Membangun Politik Hukum, Yogyakarta : UII Press, Tahun 2008.
Nonet, Selznick, Philipe. Law Society in Trantition, New York : Harper and Row, Tahun 1978.
Siragih, Raden, Bintan. Politik Hukum, Bandung : CV Utomo, Tahun 2006.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Pasal 1 Ayat 2
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 139 ayat (1)
Jurnal
Anshori, Z. (2015). Keberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
APRILINGGA, M. R. (2022). ALASAN IHWAL KEGENTINGAN MEMAKSA DALAM
PEMBENTUKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (Doctoral
dissertation).
Arsil, F. (2018). Menggagas Pembatasan Pembentukan Dan Materi Muatan Perppu: Studi
Perbandingan Pengaturan Dan Penggunaan Perppu Di Negara-Negara Presidensial.
Jurnal Hukum & Pembangunan, 48 (1), 1-21.
Aziz, M. (2010). Pengujian peraturan perundang-undangan dalam sistem peraturan
perundang-undangan Indonesia. Jurnal Konstitusi, 7(5), 113-150.
Einstein, T., Helmi, M. I., & Ramzy, A. (2020). Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Perspektif Ilmu Perundang-Undangan. SALAM:
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(7), 595-612.
11
Faqih, M. (2019). PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG. Mimbar Yustitia, 3 (2), 165-178.
Hsb, A. M. (2019). Kegentingan yang Memaksa dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang.
Mirdin, A. A. (2014). Tinjauan Yuridis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian
Saleh, A. M., & Hajri, W. A. (2018). Perihal Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang. Deepublish.
12